Anda di halaman 1dari 10

Virus Tungro

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit tungro merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi (Oryza

sativa). Penyebaran penyakit tungro tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi terjai juga

dibeberapa negara Asia lainnya seperti India, Malaysia, Vietnam, Filipina, dan Thailand.

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi dua virus, yaitu virus bentuk batang Rice tungro

bacilliform badnavirus (RTBV) dan virus bentuk bulat Rice tungro spherical waikavirus

(RTSV). ). Kedua jenis virus tersebut dapat berada di dalam suatu sel secara bersama-sama

karena antara satu virus dengan yang lainnya tidak terjadi proteksi silang. Dalam

menyebaran kedua virus penyebab penyakit tungro ini membutuhkan vector, yaitu oleh

wereng hijau (Nephotettix virescen) secara semipersistensi (lamanya virus ditahan dalam

vektor hanya beberapa hari). Hal ini dikarenakan kedua virus tersebut tidak mempunyai alat

gerak untuk berpindah dari suatu tempat ketempat lain.

Tanaman padi yang terinfeksi virus tungro menunjukkan gejala perubahan warna pada

daun muda, yaitu menjadi kuning-oranye dan umumnya perubahan warna daun dimulai dari

ujung daun, tanaman padi menjadi kerdil, jumlah anakan sedikit, dan pertumbuhannya

terhambat. Berat dan ringannya gejala yang yang tampak menunjukkan tingkat keparahan

penyakit pada tanaman padi yang terinfeksi virus tungro. Tingkat keparahan penyakit tungro

sendiri tergantung pada tingkat ketahanan varietas padi dan umur tanaman padi pada saat

terinfeksi. Tanama padi yang muda umumnya lebih rentan terhadap infeksi virus tungro

dibandingkan tanaman tua.


Dengan mengetahui karakteristik virus tungro dan serangga vektornya maka akan

ditemukan cara yang efektif untuk mengendalikan penyakit ini, sehingga penurunan produksi

padi akibat serangan penyakit tungro dapat diminimalisasi. Namun yang perlu diketahui

bahwa pengendalian penyakit tungro tidak mungkin dilakukan secara parsial, tapi harus

dilakukan secara terpadu yaitu dengan mempertimbangkan beberapa aspek.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok
mata kuliah Dasar-dasar Perlindungan Tanaman yang diasuh oleh bapak Ir. Muhammad Ali,
M Sc.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Klasifikasi

Tungro disebabkan oleh infeksi ganda dari dua virus yang berbeda, yaitu Rice tungro

bacilliform badnavirus (RTBV) dan Rice tungro spherical waikavirus (RTSV). Kedua virus

tersebut tidak mempunyai hubungan kekerabatan karena secara morfologi dan genom

keduanya tidak mempunyai kesamaan. Kedua virus tersebut hidup bebas di dalam tanaman

padi, RTSV terbatas hanya di dalam jaringan floem dan RTBV terdapat pada jaringan xylem

dan floem.

Dan klasifikasi kedua virus ini secara biologi dan morfologi adalah sebagai berikut:

2.1.1 Klasifikasi Biologi

Klasifikasi biologi patogen penyebab penyakit tungro adalah sebagai berikut :

A. Rice tungro bacilliform virus (RTBV)

Virus classification

 Group : Group VII (dsDNA-RT)


 Family : Caulimoviridae
 Genus : Tungrovirus
 Species : Rice tungro bacilliform virus

B. Rice tungro spherical virus (RTSV)

Virus classification

 Group : Group IV ((+)ssRNA)


 Family : Sequiviridae
 Genus : Waikavirus
 Species : Rice tungro spherical virus

2.1.2 Morfologi

Morfologi patogen penyebab penyakit tungro adalah sebagai berikut :

A. Rice tungro bacilliform virus (RTBV)

Morfologinya
 Bentuk partikel RTBV adalah batang (bacilliform)
 Diameter RTBV 30-35 nm
 Panjang RTBV kira-kira 100-300 nm yang bervariasi antara isolate

B. Rice tungro spherical virus (RTSV)

Morfologinya
 Bentuk partikel RTSV adalah bulat (spherical)
 Diameter RTSV 30 nm

2.2 Gejala Serangan Virus Tungro pada Tanaman

Gejala serangan penyakit virus tungro pada tanaman padi tergantung ketahanan

tanaman dan umur tanaman sewaktu terinfeksi. Secara garis besar gejala-gejala tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Daun-daun menjadi berwarna kuning oranye atau jingga dan daun-daun muda yang

baru keluar memendek dan menggulung.

2. Daun muda sering berlurik atau strip berwarna hijau pucat sampai putih dengan

panjang berbeda sejajar dengan tulang daun

3. Pertumbuhan tanaman terhambat atau kerdil.

4. Anakan berkurang.
5. Bila serangan telah terjadi, sejak di pesemaian atau pada tanaman muda yang berumur

kurang dari satu bulan, bulir yang dihasilkan relatif lebih kecil, bahkan bila serangan

berat, tanaman tidak menghasilkan bulir sama sekali.

6. Bila infeksi terjadi setelah tanaman berbunga atau berumur kira-kira 60 hari, hasil

tanaman tidak berpengaruh.

7. Apabila serangan penyakit tungro dimulai pada umur vegetatif (1-4 MST) dan

menyerang jenis varietas padi yang peka dapat meyebabkan tanaman puso sehingga

menimbulkan kerugian yang cukup besar, dan perlu dikendalikan secara efektif dan

efisien.

Gejala tanaman padi yang terserang virus tungro sangat mirip dengan gejala tanaman

yang kekurangan unsur hara (penyakit fisiologis), sehingga untuk menentukan apakah suatu

tanaman terserang virus tungro atau karena kekurangan unsur hara dapat dilakukan test

sederhana yaitu penularan secara buatan melalui perantaraan vektor (wereng hijau), caranya

sebagai berikut:

1. Buat pesemaian padi dari varietas peka di dalam pot yang disungkup dengan kasa

kedap wereng.

2. Bila pesemaian telah berumur 7 hari, kemudian di infeksi dengan wereng hijau yang

diambil dari tanaman yang diduga terserang virus tungro.

3. Pengamatan dilakukan setelah 10 hari, jika pesemaian menunjukkan gejala yang sama

dengan gejala tanaman terserang virus tungro, berarti pertanaman terserang virus

tungro dan bukan kekurangan hara.

2.3 Penyebaran Virus Tungro


Penyakit tungro tidak akan menyebar jika tidak ada tanaman sakit yang menjadi

sumber inokulum, demikian juga jika tidak ada wereng hijau sebagai vektornya.

Virus tungro dapat ditularkan oleh wereng daun yang terdiri dari dua genus yaitu

Nephotettix dan Recilia. Spesies dari genus Recilia yang dapat menularkan virus tungro yaitu

Recilia dorsalis. Genus Nephotettix yang dapat menularkan virus tungro terdiri dari 4 spesies,

yaitu N. virescens, N. nigropictus, N. parvus, dan N. malayanus. Virus tungro ditularkan

terutama oleh wereng hijau Nephotettix virescens Distant (Hemiptera: Cicadellidae).Tingkat

serangan N. virescens dalam mentransmisikan virus mencapai 85-100%, diikuti oleh N.

nigropictus kurang dari 35%, R. dorsalis kurang dari 5%, N. parvus dan N. malaynus 1-2%.

Sifat hubungan virus tungro dengan vektornya adalah semipersisten (lamanya virus ditahan

dalam vektor hanya beberapa hari). Vektor makan pada jaringan floem tanaman yang sakit

untuk memperoleh virus dan membutuhkan waktu yang agak panjang. Virus yang telah

diperoleh hanya dapat bertahan untuk beberapa hari dan daya tularnya akan hilang pada saat

pergantian kulit.

Selain adanya kedua faktor di atas , kondisi lapangan juga menunjang perkembangan

pathogen penyebab penyakit tungro, seperti:

 kepekaan varietas yang ditanam

 tersedianya tanaman padi yang terus menerus

 faktor iklim seperti curah hujan

 kecepatan angin yang akan mempercepat penyebaran penyakit tungro

2.4 Teknik Pengendalian Penyakit Tungro

Prinsip utama dalam pengendalian penyakit tungro adalah membuat tanaman

terhindar dari serangan penyakit tungro yaitu pada saat tanaman padi dalam stadia rentan
(fase vegetatif) terhadap penyakit tungro dan dalam stadia tahan terhadap penyakit tungro

(fase generatif).

Berdasarkan pemahaman adanya stadia tanaman rentan infeksi, dinamika populasi

vektor, dan epidemiologi virus, maka strategi untuk mengendalikan tungro adalah

mengusahakan perlindungan sedini mungkin terhadap tanaman saat fase vegetatif awal,

menekan proporsi vektor viruliferus, dan sanitasi selektif sumber inokulum virus tungro

(Rice Tungro Spherical Virus = RTSV). Beberapa komponen pengendalian dan teknik

peringatan dini telah terakit dan dipadukan dalam teknik pengendalian untuk menerapkan

strategi tersebut.

Tahapan Penerapan Pengendalian Penyakit Tungro Terpadu, yaitu:

A. Periode pra-tanam

1. Rencanakan tanam padi yang serempak pada areal sehamparan dengan luas minimal 40 ha,

berdasarkan jangkauan dari satu sumber inokulum.

2. Rencanakan waktu tanam dengan memperkirakan saat puncak kepadatan populasi wereng

hijau dan keberadaan tungro pada saat tanaman telah melewati fase vegetatif.

3. Sanitasi

Gulma, singgang, ceceran gabah saat panen yang tumbuh (voluntir) dapat menjadi inang

serangga maupun pathogen pada saat tidak ada pertanaman padi. Wereng hijau hanya dapat

berkembang pada tanaman padi, singgang dan voluntir. Virus tungro disamping dapat

menginfeksi padi, juga bisa ditularkan oleh wereng hijau kepada gulma. Jenis gulma yang

berpotensi sebagai sumber inokulum RTSV yaitu Cyperus rotundus dan Monochloria

vaginalis, Phylanthus ninuri, Fimbristylis miliaceae, dan Eulisine indica. Menghilangkan

gulma, singgang, dan voluntir akan mengurangi sumber inokulum pada awal pertumbuhan

tanaman.
4. Tanam jajar legowo, tanam jajar legowo menyebabkan kondisi iklim mikro dibawah kanopi

kurang mendukung perkembangan patogen. Pada tanaman padi dengan sebaran ruang

legowo, wereng hijau kurang aktif berpindah antar rumpun sehingga penyebaran tungro

terbatas. Wereng hijau memperoleh virus dari sumber-sumber inokulum tersebut kemudian

ditularkan ke tanaman sehat. Biarkan pematang ditumbuhi rumput lain selain sumber

inokulum tersebut di atas pada periode awal tanam untuk tempat berlindung laba-laba,

predator wereng hijau.

5. Tanamlah varietas yang tahan wereng hijau atau tahan tungro. Varietas-varietas unggul baru

tahan tungro yang dilepas oleh Badan Litbang Pertanian/Balitpa antara tahun 1995-2000

disajikan pada Tabel 1

Tabel 1. Varietas unggul baru tahan tungro yang dilepas pada tahun 1995 - 2000

Tahun pelepasanUmur Tinggi tanaman Hasil


Varietas
(hari) (cm) (t/ha)
Membramo 1995 115-120 105 6,5
Tukad Unda 2000 110 104 4-7
Tukad Balian 2000 110 95 4-7
Tukad Petanu 2000 120 118 4-7
Celebes 2000 105-110 90-100 4,-5
Kalimas 2000 120-130 98-116 8,97
Bondojodo 2000 115 97-116 8,40
Sumber : Balitpa, 2000

B. Periode tanam (dari saat pesemaian sampai akhir vegetatif tanaman).

1. Pemanfaatan cendawan entomopatogen

Patogen menginfeksi serangga (entomopatogen) sehingga menyebabkan kematian pada

serangga. pathogen dari jenis cendawan yang telah dikembangkan untuk mengendalikan

wereng coklat, wereng hijau serta lembing batu adalah Metharizium sp. dan Beauveria

bassiana. Cendawan entomopatogen menekan penyakit tungro dengan triple action melalui

penekanan kemampuan pemencaran secara langsung dapat mematikan dan secara tidak
langsung dengan mengurangi keperidian betina , B. bassiana kerapatan konidia 10 7 dan

Verticillium lecanii kerapatan konidia 108, efektif mematikan wereng hijau.

2. Sawah jangan dikeringkan

Usahakan paling tidak dalam kondisi air macak-macak. Sawah kering merangsang

pemencaran wereng hijau yang dapat memperluas penularan.

3. Penggunaan alternatif terakhir

Penyemprotan pestisida dapat menekan populasi wereng hijau yang berarti dapat

mengurangi penyebaran virus. Pestisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan ereng

hijau ada yang jenis nabati dan organik. Tanaman yang digunakan untuk mengendalikan

wereng ijau, misalnya nimbi dan sambilata.

DAFTAR PUSTAKA
Muis, Amran . 2007. Pengelolaan Penyakit Tungro Secara Terpadu. Balai

Pengajian Teknologi Pertanian (BPTP).Sulawesi Tengah.

Praptana, R.H dan, Burhanuddin .A. 2008. Kesesuaian Waktu Tanam dan Varietas Dalam

Pengendalian Penyakit Tungro di Sulawesi Barat. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan

Tahunan PEI PFI XIX . Sulawesi Selatan, 5 Nopember 2008.

Widiarta IN, Kusdiaman D. 2007. Penggunaan jamur entomopatogen Metarizhium anisopliae

dan Beauveria bassiana untuk mengendalikan populasi wereng hijau. Jurnal Penelitian

Pertanian Tanaman Pangan. Badan penelitian dan pengembangan pertanian, Bogor.

Anda mungkin juga menyukai