Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MAKALAH

BIODIVERSITAS DAN TEKNOLOGI PLASMA NUTFAH

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN PLASMA NUTFAH


RAMBUTAN DI LAHAN BASAH

JULIO WELFRIANDINO
CAA 118 109

DOSEN PENGAMPU : Ir. SHELLA AJW., M.Si

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2021
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI................................................................................................
I. PENDAHULUAN............................................................................
I.1. Latar Belakang..........................................................................
I.2. Tujuan........................................................................................
II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................
II.1....................................................................................................
Rambutan...................................................................................
II.2.................................................................................................... Lahan
Basah..........................................................................................
II.3.................................................................................................... Plasma
Nutfah.........................................................................................
II.4....................................................................................................Teknolo
gi Pengembangan Plasma Nutfah Pada Lahan Basah................
III. PENUTUP........................................................................................
III.1...................................................................................................
Kesimpulan................................................................................
III.2................................................................................................... Saran
DAFTAR PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Lahan basah meliputi sebagian kecil dari permukaan bumi ini,  namun
merupakan sistem yang sangat penting  bagi alam seperti pembuluh darah bagi
seluruh bentang alam. Kekayaan alamnya sangat besar dan penting untuk
kehidupan manusia. Lahan basah berfungsi sebagai sumber dan pemurni air,
pelinding pantai dan penyimpan karbon terbesar di planet ini. Lahan basah juga
sangat penting untuk pertanian dan perikanan. Oleh karenanya dunia tanpa lahan
basah seperti dunia tanpa air. Menurut Konvensi Ramsar (The Convention on
Wetlands of International Importance, especially as Waterfowl Habitat) yang
ditandatangani pada tanggal 2 Februari 1971, definisi lahan basah adalah: “…
wetlands are areas of marsh, fen, peatland or water, whether natural or
artificial, permanent or temporary, with water that is static or flowing, fresh,
brackish or salt, including areas of marine water the depth of which at low tide
does not exceed six metres.” (Article 1.1). Juga “[Wetlands] may incorporate
riparian and coastal zones adjacent to the wetlands, and islands or bodies of
marine water deeper than six metres at low tide lying within the wetlands.”
(Article 2.1).Berbeda dengan perairan, lahan basah umumnya bercirikan tinggi
muka air yang dangkal, dekat dengan permukaan tanah, dan memiliki jenis
tumbuhan yang khas. Berdasarkan sifat dan ciri-cirinya tersebut, lahan basah
kerap disebut juga sebagai wilayah peralihan antara daratan dan perairan. Baik
sebagai bioma ataupun ekosistem, lahan basah memiliki tingkat keanekaragaman
hayati yang tinggi. Lahan basah memiliki jenis tumbuhan dan satwa yang lebih
banyak dibandingkan dengan wilayah lain di muka bumi. Maka dari itu, lahan
basah mempunyai peran dan fungsi yang penting secara ekologi, ekonomi,
maupun budaya.
Macam jenis lahan basah dibedakan menjadi dua yaitu lahan basah alami
dan buatan. Lahan basah alami meliputi rawa-rawa air tawar, hutan
bakau (mangrove), rawa gambut, hutan gambut, paya-paya, dan riparian (tepian
sungai). Sedangkan lahan basah buatan meliputi waduk, sawah, saluran irigasi,
dan kolam. Saat ini, lahan gambut dan mangrove, menjadi dua jenis lahan basah
yang mengalami kerusakan serius di berbagai wilayah Indonesia. Hutan rawa
gambut di Sumatra dan Kalimantan, banyak dikonversi menjadi perkebunan dan
lahan pertanian. Pun ribuan hektar hutan mangrove, telah ditebangi dan
dikonversi untuk kegiatan budidaya perairan.Untuk menyelamatkan lahan basah
di seluruh dunia, pada 2 Februari 1971 di Kota Ramsar, Iran, disepakatilah
perjanjian internasional untuk konservasi dan pemanfaatan lahan basah secara
berkelanjutan. Perjanjian ini dikenal sebagai Konvensi Ramsar atau The
Convention on Wetlands of International Importance, especially as Waterfowl
Habitat. Indonesia pun telah meratifikasi konvensi ini melalui Keputusan
Presiden RI No. 48 tahun 1991. Selain itu, setiap tahun diadakan peringatan Hari
Lahan Sedunia atau World Wetlands Day.Dengan potensi wilayah lahan basah
yang cukup besar sekaligus sebagai negara yang telah meratifikasi Konvensi
Ramsar, Indonesia telah menetapkan berbagai wilayah lahan basahnya sebagai
kawasan strategis yang dilindungi. 7 situs diantaranya diakui dan ditetapkan
sebagai Situs Ramsar dengan total luas wilayah mencapai 1,3 juta ha. Ketujuh
Situs Ramsar di Indonesia tersebut adalah Taman Nasional Berbak (Jambi),
Danau Sentarum (Kalimantan Barat), Suaka Margasatwa Pulau Rambut (DKI
Jakarta), Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (Sulawesi Tenggara), Taman
Nasional Sembilang (Sumatera Selatan), Taman Nasional Wasur (Papua), dan
Taman Nasional Tanjung Puting (Kalimantan Tengah).
Tanaman rambutan (Nephelium Sp) termasuk keluarga Sapidaceae.
Tanaman ini merupakan tanaman buah-buahan tropis basah asli Indonesia, dan
saat ini telah menyebar luas di daerah beriklim tropis seperti Filipina dan negara-
negara Amerika Latin. Produk rambutan di Indonesia sebagian besar berasal dari
pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Tanaman rambutan merupakan salah
satu jenis tanaman dari komoditas holtikultura yang telah menyebar di daerah
yang mempunyai iklim tropis. Di Indonesia kurang lebih terdapat 22 jenis
tanaman rambutan. Rambutan tumbuh baik pada tanah yang subur dan gembur
serta mengandung sedikit pasir, namun pada prinsipnya rambutan mampu
tumbuh dan berkembang pada segala tipe tanah. Tanah rambutan tidak tahan
hidup pada keadaan air tanah yang dangkal dan menggenang. Oleh karena itu
perlu dijaga kelembapan tanah dengan cara melakukan sistem pengairan yang
baik ke dalaman air tanah yang ideal untuk tanaman rambutan adalah antara 100
– 150 cm dari permukaan tanah. anaman rambutan dapat tumbuh di daerah
dataran rendah dengan ketinggian antara 300-500 meter di atas permukaan laut.
Kerabat terdekat rambutan ialah kapulasan (N.ramboutan-ake). Tanaman ini
mempunyai daun yang lebih sempit dibandingkan rambutan. Daunnya
merupakan daun majemuk dengan 1–7 pasang anak daun. Buah berbentuk
lonjong sampai agak bulat dan tidak memiliki rambut. Aril sebagian mudah
dipisahkan dari kulit biji dan sebagian lainnya sulit dipisahkan dari kulit biji.
Kapulasan memiliki cita rasa aril manis, manis asam, dan asam. Rambutan
merupakan tanaman menyerbuk silang sehingga memungkinkan munculnya
variasi yang cukup tinggi di antara progeninya. Tanaman rambutan merupakan
tanaman diploid dengan jumlah kromosom 11 pasang (Sarip 1998). Pengetahuan
tentang keragaman genetik dan hubungan antar- aksesi sangat berguna dalam
memahami variabilitas genetik yang tersedia dan potensi penggunaannya bagi
program pemuliaan tanaman. Kegunaan lainnya adalah dalam pemilihan genotip
yang diprioritaskan untuk konservasi (Thormann et al. 1994).
I.2. Tujuan
Adapun Tujuan dari pembuatan makalh ini yakni sebagai sarana informasi
pengembangan dan pengelolaan plasma nutfah rambutan pada kondisi lahan
basah.

II. TINJAUAN PUSTAKA


II.1..........................................................................................................
Rambutan
Rambutan (Nephelium Lappaceum L.) merupakan jenis buah saka.
Rambutan tanaman tropis yang tergolong ke dalam suku leraklerakan atau
sapindaceae, berasal dari daerah kepulauan di Asia Tenggara. Kata rambutan
berasal dari bentuk buahnya yang mempunyai kulit menyerupai rambut.
Penyebaran tanaman rambutan pada awalnya sangat terbatas hanya di daerah
tropis saja, saat ini sudah bisa ditemui di daratan yang mempunyai iklim
subtropis. Hal ini disebabkan oleh karena perkembangan di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan berhasil diciptakannya rumah kaca. Hingga
saat ini rambutan banyak terdapat didaerah tropis seperti Afrika, Kamboja,
Karibia, Amerika Tengah, India, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand dan Sri
Lanka. (Mahirworo, dkk, 1989) Rambutan (Nephelium sp.) merupakan tanaman
buah hortikultural berupa pohon dengan famili Sapindacaeae. Tanaman buah
tropis ini dalam bahasa Inggrisnya disebut Hairy Fruit berasal dari Indonesia.
Hingga saat ini telah menyebar luar di daerah yang beriklim tropis seperti Filipina
dan negara-negara Amerika Latin dan ditemukan pula di daratan yang mempunyai
iklim sub-tropis melalui penyebaran alamiah salah satunya dengan menggunakan
biji buah rambutan. Rambutan (Nephelium lappaceum) merupakan salah satu jenis
buah-buahan yang mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh manusia.
Tanaman buah rambutan sengaja dibudidayakan untuk dimanfaatkan buahnya
yang mempunyai gizi, zat tepung, sejenis gula yang mudah terlarut dalam air, zat
protein dan asam amino, zat lemak, zat enzim-enzim yang esensial dan
nonesensial, vitamin dan zat mineral makro, mikro yang menyehatkan keluarga,
tetapi adapula masyarakat yang memanfaatkannya sebagai pohon pelindung di
pekarangan sebagai tanaman hias. Rambutan dapat tumbuh baik di daerah dengan
ketinggian sampai 500 meter di atas permukaan laut dan dapat tumbuh pada
berbagai jenis tanah. Meski kurang baik tumbuh pada daerah yang banyak
genangan air, namun rambutan perlu daerah dengan curah hujan yang merata
sepanjang tahun atau sistem pengairan yang teratur. Tanaman rambutan dapat
tumbuh dan menghasilkan walau dibiarkan tanpa perhatian. Namun bila
menghendaki hasil yang optimum, tanaman rambutan juga membutuhkan
pemeliharaan yang tidak memerlukan perhatian yang intensif. Pemeliharaannya
hanya meliputi pemberian pupuk bila diperlukan, penyiangan tanah sekitar
tanaman, dan pemangkasan yang biasanya dilakukan usai pemanenan
(Mahirworo, dkk, 1989).
Bentuk morfologi rambutan yakni kulit yang memiliki rambut di bagian
luarnya (eksokarp). Warnanya hijau ketika masih muda, lalu berangsur kuning
hingga merah ketika masak atau ranum. Endokarp berwarna putih, menutupi
daging. Bagian buah yang dimakan, daging buah, sebenarnya adalah salut biji atau
aril, yang bisa melekat kuat pada kulit terluar biji atau lepas (rambutan ace atau
ngelotok). Buah rambutan bentuknya bulat lonjong, panjang 4-5 cm, dengan duri
tempel yang bengkok, lemas sampai kaku. Kulit buahnya berwarna hijau dan
menjadi kuning atau merah jika sudah masak. Dinding buah tebal. Biji berbentuk
ellips, terbungkus daging buah berwarna putih transparan yang dapat dimakan dan
banyak mengandung air, rasanya bervariasi dari masam sampai manis. Kulit biji
tipis berkayu. Pohon dengan buah masak sangat menarik perhatian karena
biasanya rambutan sangat banyak menghasilkan buah. Jika pertumbuhan
musiman, buah masak pada bulan Desember hingga Maret, dikenal sebagai
musim rambutan. Masanya biasanya bersamaan dengan buah musiman lain,
seperti durian dan mangga. Klasifikasi ilmiah buah rambutan ialah berikut
Kerabat dekat rambutan antara lain kepulasan (N. Mutabile B1.) dan leci (N.
Litchi Camb. = Litchi chinensis Sonn). Rambutan merupakan tanaman tahunan
(perennial). Secara alami, pohon rambutan dapat mencapai ketinggian 25 meter
atau lebih, namun bila di budidayakan pada umumnya hanya dapat mencapai
ketinggian 5- 9 meter. Habitus tanaman berbentuk seperti payung, dengan tajuk
pohon antara 5 – 10 meter, dan memiliki sistem perakaran yang cukup dalam.
Batang rambutan berkayu keras, berbentuk gilig, tumbuh tegak (kokoh), dan
berwarna kecokelat-cokelatan sampai putih kecoklatan. Percabangan tumbuh
secara horizontal, namun kadang-kadang sedikit miring ke arah atas. Daun
rambutan berbentuk bulat panjang dengan ujung tumpul atau meruncing, dan pada
umumnya berwarna hijau tua sampai hijau muda, tergantung varietasnya. Bunga
muncul dari ketiak daun atau di ujung cabang, tersusun dalam malai (tandan).
Setiap tandan terdiri atas 50 – 2.000 kuntum bunga. Bunga rambutan berukuran
kecil, berwarna agak kekuning-kiuningan, dan bertangkai pendek. Bunga
rambutan kadang-kadang hanya memiliki sifat bunga jantan (masculus) ataupun
bunga sempurna (hermaphrodite). Bunga jantan hanya memiliki benang sari
(stamen) dan hanya terdapat pada pohon jantan, sehingga tidak akan
menghasilkan buah.
DAFTAR PUSTAKA
 Referensi:
https://rimbakita.com/hutan/
https://bulelengkab.go.id/detail/artikel/jenis-jenis-hutan-dan-fungsinya-60
http://www.soil.blog.ugm.ac.id/files/2006/11/1997-Lahan-basah.pdf
https://www.menlhk.go.id/site/single_event/8/hari-lahan-basah-sedunia

Anda mungkin juga menyukai