FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA 2021 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI................................................................................................ I. PENDAHULUAN............................................................................ I.1. Latar Belakang.......................................................................... I.2. Tujuan........................................................................................ II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................... II.1.................................................................................................... Rambutan................................................................................... II.2.................................................................................................... Lahan Basah.......................................................................................... II.3.................................................................................................... Plasma Nutfah......................................................................................... II.4....................................................................................................Teknolo gi Pengembangan Plasma Nutfah Pada Lahan Basah................ III. PENUTUP........................................................................................ III.1................................................................................................... Kesimpulan................................................................................ III.2................................................................................................... Saran DAFTAR PUSTAKA I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Lahan basah meliputi sebagian kecil dari permukaan bumi ini, namun merupakan sistem yang sangat penting bagi alam seperti pembuluh darah bagi seluruh bentang alam. Kekayaan alamnya sangat besar dan penting untuk kehidupan manusia. Lahan basah berfungsi sebagai sumber dan pemurni air, pelinding pantai dan penyimpan karbon terbesar di planet ini. Lahan basah juga sangat penting untuk pertanian dan perikanan. Oleh karenanya dunia tanpa lahan basah seperti dunia tanpa air. Menurut Konvensi Ramsar (The Convention on Wetlands of International Importance, especially as Waterfowl Habitat) yang ditandatangani pada tanggal 2 Februari 1971, definisi lahan basah adalah: “… wetlands are areas of marsh, fen, peatland or water, whether natural or artificial, permanent or temporary, with water that is static or flowing, fresh, brackish or salt, including areas of marine water the depth of which at low tide does not exceed six metres.” (Article 1.1). Juga “[Wetlands] may incorporate riparian and coastal zones adjacent to the wetlands, and islands or bodies of marine water deeper than six metres at low tide lying within the wetlands.” (Article 2.1).Berbeda dengan perairan, lahan basah umumnya bercirikan tinggi muka air yang dangkal, dekat dengan permukaan tanah, dan memiliki jenis tumbuhan yang khas. Berdasarkan sifat dan ciri-cirinya tersebut, lahan basah kerap disebut juga sebagai wilayah peralihan antara daratan dan perairan. Baik sebagai bioma ataupun ekosistem, lahan basah memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi. Lahan basah memiliki jenis tumbuhan dan satwa yang lebih banyak dibandingkan dengan wilayah lain di muka bumi. Maka dari itu, lahan basah mempunyai peran dan fungsi yang penting secara ekologi, ekonomi, maupun budaya. Macam jenis lahan basah dibedakan menjadi dua yaitu lahan basah alami dan buatan. Lahan basah alami meliputi rawa-rawa air tawar, hutan bakau (mangrove), rawa gambut, hutan gambut, paya-paya, dan riparian (tepian sungai). Sedangkan lahan basah buatan meliputi waduk, sawah, saluran irigasi, dan kolam. Saat ini, lahan gambut dan mangrove, menjadi dua jenis lahan basah yang mengalami kerusakan serius di berbagai wilayah Indonesia. Hutan rawa gambut di Sumatra dan Kalimantan, banyak dikonversi menjadi perkebunan dan lahan pertanian. Pun ribuan hektar hutan mangrove, telah ditebangi dan dikonversi untuk kegiatan budidaya perairan.Untuk menyelamatkan lahan basah di seluruh dunia, pada 2 Februari 1971 di Kota Ramsar, Iran, disepakatilah perjanjian internasional untuk konservasi dan pemanfaatan lahan basah secara berkelanjutan. Perjanjian ini dikenal sebagai Konvensi Ramsar atau The Convention on Wetlands of International Importance, especially as Waterfowl Habitat. Indonesia pun telah meratifikasi konvensi ini melalui Keputusan Presiden RI No. 48 tahun 1991. Selain itu, setiap tahun diadakan peringatan Hari Lahan Sedunia atau World Wetlands Day.Dengan potensi wilayah lahan basah yang cukup besar sekaligus sebagai negara yang telah meratifikasi Konvensi Ramsar, Indonesia telah menetapkan berbagai wilayah lahan basahnya sebagai kawasan strategis yang dilindungi. 7 situs diantaranya diakui dan ditetapkan sebagai Situs Ramsar dengan total luas wilayah mencapai 1,3 juta ha. Ketujuh Situs Ramsar di Indonesia tersebut adalah Taman Nasional Berbak (Jambi), Danau Sentarum (Kalimantan Barat), Suaka Margasatwa Pulau Rambut (DKI Jakarta), Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (Sulawesi Tenggara), Taman Nasional Sembilang (Sumatera Selatan), Taman Nasional Wasur (Papua), dan Taman Nasional Tanjung Puting (Kalimantan Tengah). Tanaman rambutan (Nephelium Sp) termasuk keluarga Sapidaceae. Tanaman ini merupakan tanaman buah-buahan tropis basah asli Indonesia, dan saat ini telah menyebar luas di daerah beriklim tropis seperti Filipina dan negara- negara Amerika Latin. Produk rambutan di Indonesia sebagian besar berasal dari pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Tanaman rambutan merupakan salah satu jenis tanaman dari komoditas holtikultura yang telah menyebar di daerah yang mempunyai iklim tropis. Di Indonesia kurang lebih terdapat 22 jenis tanaman rambutan. Rambutan tumbuh baik pada tanah yang subur dan gembur serta mengandung sedikit pasir, namun pada prinsipnya rambutan mampu tumbuh dan berkembang pada segala tipe tanah. Tanah rambutan tidak tahan hidup pada keadaan air tanah yang dangkal dan menggenang. Oleh karena itu perlu dijaga kelembapan tanah dengan cara melakukan sistem pengairan yang baik ke dalaman air tanah yang ideal untuk tanaman rambutan adalah antara 100 – 150 cm dari permukaan tanah. anaman rambutan dapat tumbuh di daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 300-500 meter di atas permukaan laut. Kerabat terdekat rambutan ialah kapulasan (N.ramboutan-ake). Tanaman ini mempunyai daun yang lebih sempit dibandingkan rambutan. Daunnya merupakan daun majemuk dengan 1–7 pasang anak daun. Buah berbentuk lonjong sampai agak bulat dan tidak memiliki rambut. Aril sebagian mudah dipisahkan dari kulit biji dan sebagian lainnya sulit dipisahkan dari kulit biji. Kapulasan memiliki cita rasa aril manis, manis asam, dan asam. Rambutan merupakan tanaman menyerbuk silang sehingga memungkinkan munculnya variasi yang cukup tinggi di antara progeninya. Tanaman rambutan merupakan tanaman diploid dengan jumlah kromosom 11 pasang (Sarip 1998). Pengetahuan tentang keragaman genetik dan hubungan antar- aksesi sangat berguna dalam memahami variabilitas genetik yang tersedia dan potensi penggunaannya bagi program pemuliaan tanaman. Kegunaan lainnya adalah dalam pemilihan genotip yang diprioritaskan untuk konservasi (Thormann et al. 1994). I.2. Tujuan Adapun Tujuan dari pembuatan makalh ini yakni sebagai sarana informasi pengembangan dan pengelolaan plasma nutfah rambutan pada kondisi lahan basah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1.......................................................................................................... Rambutan Rambutan (Nephelium Lappaceum L.) merupakan jenis buah saka. Rambutan tanaman tropis yang tergolong ke dalam suku leraklerakan atau sapindaceae, berasal dari daerah kepulauan di Asia Tenggara. Kata rambutan berasal dari bentuk buahnya yang mempunyai kulit menyerupai rambut. Penyebaran tanaman rambutan pada awalnya sangat terbatas hanya di daerah tropis saja, saat ini sudah bisa ditemui di daratan yang mempunyai iklim subtropis. Hal ini disebabkan oleh karena perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dengan berhasil diciptakannya rumah kaca. Hingga saat ini rambutan banyak terdapat didaerah tropis seperti Afrika, Kamboja, Karibia, Amerika Tengah, India, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand dan Sri Lanka. (Mahirworo, dkk, 1989) Rambutan (Nephelium sp.) merupakan tanaman buah hortikultural berupa pohon dengan famili Sapindacaeae. Tanaman buah tropis ini dalam bahasa Inggrisnya disebut Hairy Fruit berasal dari Indonesia. Hingga saat ini telah menyebar luar di daerah yang beriklim tropis seperti Filipina dan negara-negara Amerika Latin dan ditemukan pula di daratan yang mempunyai iklim sub-tropis melalui penyebaran alamiah salah satunya dengan menggunakan biji buah rambutan. Rambutan (Nephelium lappaceum) merupakan salah satu jenis buah-buahan yang mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh manusia. Tanaman buah rambutan sengaja dibudidayakan untuk dimanfaatkan buahnya yang mempunyai gizi, zat tepung, sejenis gula yang mudah terlarut dalam air, zat protein dan asam amino, zat lemak, zat enzim-enzim yang esensial dan nonesensial, vitamin dan zat mineral makro, mikro yang menyehatkan keluarga, tetapi adapula masyarakat yang memanfaatkannya sebagai pohon pelindung di pekarangan sebagai tanaman hias. Rambutan dapat tumbuh baik di daerah dengan ketinggian sampai 500 meter di atas permukaan laut dan dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah. Meski kurang baik tumbuh pada daerah yang banyak genangan air, namun rambutan perlu daerah dengan curah hujan yang merata sepanjang tahun atau sistem pengairan yang teratur. Tanaman rambutan dapat tumbuh dan menghasilkan walau dibiarkan tanpa perhatian. Namun bila menghendaki hasil yang optimum, tanaman rambutan juga membutuhkan pemeliharaan yang tidak memerlukan perhatian yang intensif. Pemeliharaannya hanya meliputi pemberian pupuk bila diperlukan, penyiangan tanah sekitar tanaman, dan pemangkasan yang biasanya dilakukan usai pemanenan (Mahirworo, dkk, 1989). Bentuk morfologi rambutan yakni kulit yang memiliki rambut di bagian luarnya (eksokarp). Warnanya hijau ketika masih muda, lalu berangsur kuning hingga merah ketika masak atau ranum. Endokarp berwarna putih, menutupi daging. Bagian buah yang dimakan, daging buah, sebenarnya adalah salut biji atau aril, yang bisa melekat kuat pada kulit terluar biji atau lepas (rambutan ace atau ngelotok). Buah rambutan bentuknya bulat lonjong, panjang 4-5 cm, dengan duri tempel yang bengkok, lemas sampai kaku. Kulit buahnya berwarna hijau dan menjadi kuning atau merah jika sudah masak. Dinding buah tebal. Biji berbentuk ellips, terbungkus daging buah berwarna putih transparan yang dapat dimakan dan banyak mengandung air, rasanya bervariasi dari masam sampai manis. Kulit biji tipis berkayu. Pohon dengan buah masak sangat menarik perhatian karena biasanya rambutan sangat banyak menghasilkan buah. Jika pertumbuhan musiman, buah masak pada bulan Desember hingga Maret, dikenal sebagai musim rambutan. Masanya biasanya bersamaan dengan buah musiman lain, seperti durian dan mangga. Klasifikasi ilmiah buah rambutan ialah berikut Kerabat dekat rambutan antara lain kepulasan (N. Mutabile B1.) dan leci (N. Litchi Camb. = Litchi chinensis Sonn). Rambutan merupakan tanaman tahunan (perennial). Secara alami, pohon rambutan dapat mencapai ketinggian 25 meter atau lebih, namun bila di budidayakan pada umumnya hanya dapat mencapai ketinggian 5- 9 meter. Habitus tanaman berbentuk seperti payung, dengan tajuk pohon antara 5 – 10 meter, dan memiliki sistem perakaran yang cukup dalam. Batang rambutan berkayu keras, berbentuk gilig, tumbuh tegak (kokoh), dan berwarna kecokelat-cokelatan sampai putih kecoklatan. Percabangan tumbuh secara horizontal, namun kadang-kadang sedikit miring ke arah atas. Daun rambutan berbentuk bulat panjang dengan ujung tumpul atau meruncing, dan pada umumnya berwarna hijau tua sampai hijau muda, tergantung varietasnya. Bunga muncul dari ketiak daun atau di ujung cabang, tersusun dalam malai (tandan). Setiap tandan terdiri atas 50 – 2.000 kuntum bunga. Bunga rambutan berukuran kecil, berwarna agak kekuning-kiuningan, dan bertangkai pendek. Bunga rambutan kadang-kadang hanya memiliki sifat bunga jantan (masculus) ataupun bunga sempurna (hermaphrodite). Bunga jantan hanya memiliki benang sari (stamen) dan hanya terdapat pada pohon jantan, sehingga tidak akan menghasilkan buah. DAFTAR PUSTAKA Referensi: https://rimbakita.com/hutan/ https://bulelengkab.go.id/detail/artikel/jenis-jenis-hutan-dan-fungsinya-60 http://www.soil.blog.ugm.ac.id/files/2006/11/1997-Lahan-basah.pdf https://www.menlhk.go.id/site/single_event/8/hari-lahan-basah-sedunia