Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH FITOKIMIA

Isolasi dengan Ekstraksi Fluida Superkritik

DOSEN PENGAMPU:
Titik Sunarni,M.Si.,Apt

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK
ANGGOTA

: 3 (TIGA) / TEORI 2
: 1. KARINA PERMATA
2. UTARI BUDI
3. PRISCILA WAHYU C.
4. AFIFAH MIFTA AULIA
5. AYU PRACHILIA S.
6. DEWI LARASWATI
7. RINI PRAMUATI
8. LAILA TASBICHA
9. ANASTASYA HIRYA
10. DOLIK PRASETYO
11. SITI FAIZATUL

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2014

( 18123457 A )
( 18123458 A )
( 18123459 A )
( 18123460 A )
( 18123462 A )
( 18123463 A )
( 18123464 A )
( 18123465 A )
( 18123466 A )
( 18123467 A )
( 18123468 A )

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG
Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan teknologi di dunia ini
mengalami banyak sekali kemajuan. Semakin banyak hal-hal yang sebelumnya tidak
terpikirkan, ternyata bisa menjadi kenyataan saat ini. Teknologi yang melibatkan fluida
superkritik bukanlah suatu hal yang terlalu baru, bukan juga teknologi yang aplikasinya
sudah seumuran fluida fasa padat, cair atau gas. Fluida superkritik sudah dikenal sejak
sangat lama oleh para ilmuwan, namun penerapannya baru mulai gencar pada 3 dekade
terakhir.
Fase fluida yang selama ini kita kenal ada tiga, yaitu padat, cair dan gas. Fluida
superkritik punya jenis fase yang cukup unik, fluida ini memiliki sifat pertengahan
antara cair dan gas. Fase fluida semacam ini akan dapat diperoleh saat fluida tersebut
berada di atas titik kritiknya. Titik kritik suatu fluida adalah temperatur dan tekanan
paling tinggi di mana fluida tersebut masih dapat mepertahankan kesetimbangan fasa
gas dan cairnya. Di atas titik inilah fluida bisa berubah fasa menjadi bukan gas ataupun
cair, disebut dengan fluida superkritik. Salah satu usaha yang layak diperhitungkan
demi meningkatkan produktifitas sekaligus meningkatkan mutu ekstraksi senyawa aktif
bahan alam adalah dengan diversifikasi proses isolasi bahan alam. Selama ini kalangan
industri lokal masih bersandar pada teknologi pemisahan konvensional misalnya,
destilasi uap atau ekstraksi menggunakan pelarut organik. Alangkah baiknya jika kita
mulai melirik teknologi pemisahan yang lebih hijau, salah satunya dengan fluida
superkritik yang menawarkan kinerja yang sering kali lebih unggul daripada teknologi
konvensional lainnya. Kenyataannya, teknologi ini sudah lama digunakan dalam proses
penghilangan kafein pada kopi.
Secara sederhana fluida superkritis adalah fluida yang berada pada kondisi diatas
suhu dan tekanan kritisnya sehingga tidak tampak adanya pemisahan fasa. Fluida
superkritis dapat berdifusi dalam padatan layaknya perilaku gas atau dapat melarutkan
zat lain sebagaimana tingkah laku zat cair. Selama ini yang cukup populer digunakan
dalam industri ekstraksi senyawa bahan alam adalah fluida superkritis CO2 (karbon
dioksida). Disamping itu metanol, dimetileter atau kombinasi CO2 dengan aditif
metanol, dimetileter, atau air juga dapat diterapkan untuk proses pemisahan senyawa

aktif. Banyak penelitian telah membuktikan bahwa selektifitas ekstraksi menggunakan


fluida superkritik lebih tinggi ketimbang menggunakan cara konvensional. Hal ini
terutama dipengaruhi oleh sifat fisika kimia fluida tersebut dan proses transfer massa
yang terjadi. Sementara itu, jika pemisahan dilakukan dengan pelarut air, misalnya pada
destilasi uap, hampir semua senyawa aktif polar akan terangkut. Selektivitas tentu saja
memberikan keuntungan tersendiri karena proses lanjutan untuk mendapatkan senyawa
aktif murni tidaklah lagi panjang dan rumit. Pada akhirnya teknologi fluida superktitik
bisa diterapkan dalam berbagai industri lain, misalnya makanan, pewarnaan, consumer
good, pengolahan limbah, maupun sintesa kimia.

1.2

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka dapat dikemukakan masalah
yang berkaitan dengan judul, adapun perumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian ekstraksi fluida superkritik ?
2. Bagaimana kinerja dari kromatografi fluida superkritik dalam proses ekstraksi ?
3. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari ekstraksi fluida superkritik ?

1.3

TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui cara pengekstraksian dengan
menggunakan fluida superkritik sehingga dapat diperoleh hasil ekstrak yang dapat
digunakan dan diterapkan dalam berbagai industri.

1.4

MANFAAT PENULISAN
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
semua pihak. Pembaca dapat mengetahui dan memahami pengertian, peranan dari fase
fluida superkritik serta dapat memahami kinerja dan kelebihan juga kekurangan dari
fluida superkritik itu sendiri. Selain itu juga dapat mengetahui pengembangan teknik
berupa kromatografi fluida superkritis.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

PENGERTIAN EKSTRAKSI FLUIDA SUPERKRITIK


Fluida superkritis ialah suatu zat yang memiliki sifat pertengahan antara cair dan
gas. Terjadi bila suatu zat berada di atas titik kritis. Gambar dibawah ini
memperlihatkan diagram fase dan tahap perubahan fase karbondioksida dari cair dan
gas menjadi fluida superkritik seiring dengan kenaikan suhu.

Gambar 1. Diagram fasa fluida dan wilayah superkritisnya


Secara sederhana fluida superkritis adalah fluida yang berada pada kondisi diatas
suhu dan tekanan kritisnya sehingga tidak tampak adanya pemisahan fasa. Fluida
superkritis dapat berdifusi dalam padatan layaknya perilaku gas atau dapat melarutkan
zat lain sebagaimana tingkah laku zat cair. Selama ini yang cukup populer digunakan
dalam industri ekstraksi senyawa bahan alam adalah fluida superkritis CO2 (karbon
dioksida). Disamping itu metanol, dimetileter atau kombinasi CO2 dengan aditif
metanol, dimetileter, atau air juga dapat diterapkan untuk proses pemisahan senyawa
aktif.
Ekstraksi superkiritis merupakan salah satu metode operasi ekstraksi dengan
menggunakan solven berupa fluida superkritis, yaitu fluida yang kondisinya berada di
atas temperatur dan tekanan kritis. Temperatur kritis adalah suhu tertinggi yang dapat
mengubah fase gas suatu zat menjadi fase cair dengan cara menaikkan tekanan.
Sedangkan tekanan kritis adalah tekanan tertinggi yang dapat mengubah fase cair suatu
zat menjadi fase gas dengan cara menaikkan temperatur. Pada kondisi ini fluida
memiliki sifat di antara cairan dan gas. Metode ini memiliki beberapa kelebihan, antara
lain:

1) Kekuatan solven dapat diatur sesuai keperluan dengan mengatur kondisi


operasinya.
2) Daya larut solven tinggi karena bersifat seperti cairan.
3) Viskositas solven rendah karena bersifat seperti gas, sehingga koefisien
perpindahan massanya tinggi.
4) Pemisahan kembali solven dari ekstrak cukup cepat dan sempurna karena pada
keadaan normal solven tersebut berupa gas, sehingga dengan penurunan tekanan
solven otomatis akan keluar sebagai gas.
5) Dapat menggunakan solven berupa fluida yang tidak merusak lingkungan dan
tidak mudah terbakar.
6) Difusi dalam padatan dapat berlangsung cepat.
7) Temperatur operasi bisa rendah sekalipun tekanannya tinggi.

Salah satu fluida yang sering dipakai sebagai solven dalam ekstraksi superkritis
adalah gas CO2 yang memiliki temperatur kritis 31,3C dan tekanan kritis 74 atm.
Dengan menggunakan CO2 sebagai solven, ekstraksi superkritis dapat dijalankan pada
suhu rendah dan tekanan yang tidak terlalu tinggi. Keuntungan lain adalah kita tidak
perlu membuat CO2 melainkan cukup menyaringnya dari udara sekitar. Sebagai fluida
superkritis, CO2 telah cukup banyak dimanfaatkan di bidang penelitian dan industri.
Contohnya adalah dalam proses ekstraksi maupun de-ekstraksi senyawa-senyawa aktif
dari tumbuhan untuk pengobatan atau senyawa-senyawa penting untuk industri
makanan, misalnya ekstraksi minyak atsiri lemon, jahe, beta-carotene dari tumbuhtumbuhan atau de-ekstraksi kafein pada kopi.

2.2

KROMATOGRAFI FLUIDA SUPERKRITIK

Gambar 2. Rangkaian Alat Kromatografi Fluida Superkritik

Kromatografi

fluida

superkritik

merupakan

pengembangan

dari

teknik

kromatografi kolom, dimana dalam cara kerjanya menggunakan fasa gerak fluida
superkritik. Kromatografi Fluida Superkritis (SFC) pada dasarnya merupakan
perpaduan teknik GC dan KCKT dengan mengambil berbagai kelebihan pada kedua
teknik kromatografi tersebut. Perbedaan fasa gerak yg digunakan pada GC adalah gas,
fase gerak yang digunakan pada HPLC adalah cair, sedangkan untuk SFC digunakan
fase gerak berupa fluida superkritik.

2.3

KEUNTUNGAN DAN KELEMAHAN FLUIDA SUPERKRITIK


Penggunaan fluida superkritis CO2 masih lebih menguntungkan dalam proses
ekstraksi terlebih karena untuk mencapai keadaan superkritis cukup dibutuhkan tekanan
73.9 bar dan suhu 31.1C yang dikatakan relatif lembut (bandingkan dengan metanol
yang membutuhkan kondisi 239.5C dan 81 bar). Pada kondisi CO2 superkritis, aneka
senyawa target diharapkan tidak mengalami kerusakan atau perubahan kimiawi.
Jalannya proses bisa terbilang mudah dan langsung dapat diterapkan pada material
padatan, misalnya cacahan daun. Setelah proses pelarutan dan ekstraksi berulang-ulang,
campuran fluida dan bahan aktif bisa dipisahkan dengan cara menurunkan tekanan.
Fluida superkritis CO2 memiliki sifat non-polar dan lebih mudah melarutkan lemak
sedangkan kebanyakan senyawa aktif yang memiliki nilai ekonomis bersifat polar.
Masalah tersebut dalam proses ekstraksi mudah diatasi dengan menambahkan sedikit
fluida lain sebagai pengatur kepolaran, misalnya air atau methanol.
Keuntungan dari fluida superkritik adalah :
1. Tidak mengandung residu pelarut toksik.
2. Proses berlangsung pada temperatur rendah.
3. Tidak mudah terbakar.
4. Hemat energi karena gas karbondioksida dapat didaur ulang.
5. Bersifat selektif, hanya perlu mengatur parameter tekanan dan suhu.
6. Jaminan ekstrak yang diperoleh bebas dari pelarut.
7. Penggunaan karbondioksida, secara fisiologi tidak berbahaya sama sekali.
8. Karbondioksida merupakan gas yang dapat digunakan di mana saja,
merupakan pengekstraksi yang murah dan relatif tidak berbahaya.

Kelemahan dari fluida superkritik yaitu merupakan instrument baru sehingga


belum banyak diterapkan dan juga harganya yang mahal dan juga tidak mampu dalam
mengelusi senyawa ionik moderat atau senyawa yang sangat polar.

2.4

CO2 SUPERKRITIK
Salah satu fluida yang paling banyak dimanfaatkan pada kondisi superkritiknya
adalah CO2. Zat ini banyak digunakan terutama dalam salah satu proses pemisahan
yaitu ekstraksi. CO2 superkritik (scCO2) bersifat selektif pada proses pemisahan,
bersifat ramah lingkungan dan tidak berbahaya bagi kesehatan manusia. Saat ini,
banyak kali penggunaan pelarut dalam industri sangat dibatasi akibat sifatnya yang
cenderung toksik sehingga munculnya CO2 superkritik seolah-olah menjadi jalan keluar
bagi masalah ini. Selain ramah bagi lingkungan dan tidak bersifat toksik, CO 2 juga
tidak mudah terbakar sehingga lebih aman digunakan. Kelebihan lain dari CO2 adalah
titik kritiknya yang relatif rendah (Tc = 31,3oC dan Pc = 72,9 atm) dibandingkan dengan
zat lain seperti air.
Ekstraksi dengan scCO2 dapat dilakukan baik secara batch ataupun kontinyu.
scCO2 sebagai pelarut dikontakkan dengan material yang diinginkan. Pelarut
scCO2 menarik material tersebut hingga larut dan terpisah dari pelarut awalnya.
Campuran ini kemudian diekspansi sampai kondisi atmosfer sehingga material yang
diinginkan terpisah dari CO2 dan CO2 dapat digunakan kembali sebagai pelarut.
Prinsip ini berlaku baik pada saat ekstraksi batch ataupun kontinyu.
Hingga saat ini, aplikasi ekstraksi dengan menggunakan scCO2 sudah merambah
dari mulai di industri makanan sampai di indsutri farmasi. Contoh aplikasinya antara
lain, ekstraksi kafein, ekstraksi dan fraksionasi minyak dan lemak makanan, hingga
pemisahan tokoferol dan antioksidan lainnya. Aplikasi fluida superkritik bukan hanya
dalam proses pemisahan, namun masih banyak aplikasi lain seperti katalis, produksi
material plastik, hingga sebagai fluida pembersih.

BAB III
PENUTUP

3.1

KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa fluida superkritis merupakan suatu
zat yang memiliki sifat pertengahan antara cair dan gas dan terjadi bila suatu zat berada
di atas titik kritis. Ekstraksi superkiritis merupakan salah satu metode operasi ekstraksi
dengan menggunakan solven berupa fluida superkritis yaitu fluida yang kondisinya
berada di atas temperature dan tekanan kritis.

3.2

SARAN-SARAN
Selama ini kalangan industri lokal masih bersandar pada teknologi pemisahan
konvensional misalnya, destilasi uap atau ekstraksi menggunakan pelarut organik.
Alangkah baiknya jika kita mulai melirik teknologi pemisahan yang lebih hijau, salah
satunya dengan fluida superkritik yang menawarkan kinerja yang sering kali lebih
unggul daripada teknologi konvensional lainnya.

REVIEW JURNAL

SUPERCRITICAL FLUID EXTRACTION OF VITAMIN E FROM DEPROTEINISED NATURAL RUBBER (DPNR) SERUM
[ EKSTRAKSI FLUIDA SUPERKRITIK VITAMIN E DARI SERUM DEPROTEINASI KARET ALAM (DPNR) ]

Vitamin E merupakan vitamin yang memiliki efek antioksidan dan dipercaya dapat
mengurangi risiko penyakit jantung dan jenis kanker tertentu. Vitamin E memiliki 2 (dua)
kandungan senyawa yaitu tokoferol dan tokotrienol yang merupakan kelompok senyawa larut
lemak. Beberapa studi telah membuktikan bahwa tocotrienol memiliki aktivitas antitumor
yang lebih kuat daripada vitamin E. Karet alam mengandung 4%-5% zat non-karet yang
terdiri dari protein, lipid, amina, dan karbohidrat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengekstrak vitamin E secara kuantitatif dan
menentukan vitamin E dalam pengolahan limbah karet apakah dapat menambah nilai industri
karet. Pekerjaan difokuskan pada pencarian senyawa tokoferol (T) dan tokotrienol (T3)
dengan memanipulasi suhu dan tekanan dari proses SFE (Ekstraksi Fluida Superkritik).
Vitamin E diekstraksi oleh ekstraksi fluida superkritis (SFE) dari serum de-proteinised
karet alam (DPNR) dan dianalisis dengan kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC). Sampel
yang diekstraksi dicampur dengan n-heksana dan disentrifugasi pada 2000 rpm selama 10
menit. Lapisan atas dikumpulkan dan dikeringkan sepenuhnya menggunakan evaporator
rotary. Ekstrak kering kemudian dilarutkan dalam n-heksana dan disaring.
DPNR merupakan bentuk peningkatan karet alam yang rendah protein dan isi non-karet
lainnya. DPNR diproduksi dengan menggunakan bidang lateks dengan enzim proteolitik
untuk menghidrolisis protein dalam lateks menjadi polipeptida yang kemudian larut selama
pemrosesan berlangsung. Amonia, surfaktan non-ionik, proteinase dan sulfat netral
hidroksilamin (HNS) ditambahkan kedalam lateks dan dibiarkan bereaksi selama 72 jam
dalam tangki reaksi. Setelah reaksi enzimatik selesai, lateks kemudian dinetralkan dengan
asam format dan dikoagulasi oleh uap. Koagulan tersebut kemudian diendapkan
menggunakan banyak air untuk menghilangkan kotoran dan residu kimia dalam karet.
Ekstraksi fluida superkritis menggunakan karbondioksida (CO2) karena prosesnya yang
ramah lingkungan, murah, dan kurangnya risiko toksisitas. Tekanan kritis CO2 adalah 73.8

bar dan suhu kritis adalah 31,06C. Metode (SFE) diperkenalkan untuk mencapai pemisahan
yang lebih baik, mengurangi jumlah pelarut dan meningkatkan hasil produk. Keunggulan
lainnya yaitu daya melarutkan fluida superkritis tergantung pada densitasnya dengan
mengubah tekanan dan suhu,

difusivitas yang lebih tinggi dan viskositas rendah dan

tegangan permukaan rendah daripada pelarut cair.


SFE menggunakan CO2 dapat dioperasikan pada suhu rendah sehingga memungkinkan
ekstraksi senyawa termal labil atau senyawa yang mudah teroksidasi. Karbondioksida
superkritik telah banyak digunakan untuk mengekstrak vitamin E dari minyak kedelai. Dari
hasil analisis HPLC yang telah dilakukan, didapatkan bahwa vitamin E terdapat di serum
DPNR meskipun pada tingkat yang rendah. Gamma-tocotrienol adalah bentuk paling
berlimpah pada serum DPNR. Proses ekstraksi pada suhu 40C dan tekanan 300 bar
memberikan total vitamin E dengan hasil tertinggi dari DPNR serum dengan 93 ug/ml.
Peningkatan suhu menyebabkan penurunan hasil ekstraksi. Hasil ekstraksi meningkat jika
tekanan meningkat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ekstraksi fluida superkritik
pada suhu rendah cocok untuk mengekstraksi vitamin E karena ekstraksi pada suhu tinggi
akan dapat merusak senyawa yang sensitif terhadap panas.

DAFTAR PUSTAKA

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._KIMIA/196611151991011HOKCU_SUHANDA/KULIAH_KIMIA_INSTRUMEN/KROMATOGRAFI_SFC.pdf
http://muhammadyusuffirdaus.wordpress.com/2013/02/13/ekstraksi-superkritis/
http://majarimagazine.com/2011/07/co2-superkritik-pelarut-yang-ramah-lingkungan/
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-10578-Chapter1.pdf
http://eprints.undip.ac.id/22787/2/ISI.pdf
http://howgreenareyou.wordpress.com/2010/12/15/penerapan-fluida-superkritis-untukfitofarmaka-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai