Abstrak
n-Butiraldehid adalah bahan kimia yang diproduksi tahunan 7 juta ton dan pertumbuhannya 2-3% per
tahun. n-Butiraldehid adalah bahan kimia reaktif yang merupakan intermediet serbaguna untuk sintesis
berbagai alkohol. Tujuan dari penelitian ini untuk mepelajari reaksi oksidasi alkohol primer menjadi
aldehid. Butiraldehid dapat dihasilkan dengan mereaksikan 1 butanol dengan okidator K2Cr2O7 dalam
suasana asam melalui proses destilasi. Aldehid dapat dibuktikan dengan uji fehling yang akan
menghasilkan endapan merah bata. Hasil yang diperoleh dari oksidasi 1 butanol adalah volume sebesar
5mL dengan berat 4,2 gram dan memiliki rendemen sebesar 77,78%.
Kata kunci: Butiraldehid, Butanol, Oksidasi alkohol primer, aldehid.
1. Pendahuluan
n-Butiraldehid adalah bahan kimia yang diproduksi tahunan 7 juta ton dan pertumbuhannya 2-3% per
tahun. n-Butiraldehid adalah bahan kimia reaktif yang merupakan intermediet serbaguna untuk sintesis
berbagai alkohol Cu dan C8, asam karboksilat, amina, dan ester. Alih-alih menggunakan pengupasan gas in
situ, dengan ekstraksi cair-cair dapat menunjukkan bahwa deilalkohol adalah ekstraktan yang cocok untuk
produksi n-butiraldehid ( Ku dkk., 2017 ).
Aldehid adalah molekul organik untuk sintesis berbagai produk bernilai tinggi. Bahan kimia
terbarukan seperti bioalkohol, contohnya etanol, butanol atau gliserol dapat diperoleh dari biomassa dan
dapat dikonversikan ke aldehid. Produksi skala besar industri butiraldehid terjadi melalui reaksi
hidroformilasi (oksosintesis) dari propilena. Proses ini menggunakan logam hidrida kecuali Co, Rh, Ru
sebagai katalis homogen untuk memperoleh campuran aldehid yaitu butiraldehid dan isobutiraldehid.
Sebagian besar kasus, oksidasi alkohol terjadi dalam fase cair, keberadaan pelarut biasanya diperlukan untuk
mempromosikan reaksi. Katalis yang digunakan biasanya basa Cu, basa Co, dan katalis logam mulia seperti
Ru, Pd, dan Os ( Requies dkk., 2012).
Butanol memiliki kandungan energi yang tinggi, miscibilitas rendah dengan air dan volatilitas rendah.
Butanol dapat menggantikan atau dicampur menjadi bensin tanpa perlu memodifikasi teknologi mesin. C 5-C7
alkohol serta campuran alkohol telah diusulkan sebagai aditif untuk bensin, solar, dan avtur. Alkohol dapat
diproduksi dengan hidrogenasi aldehida yang berasal dari hidroformilasi alkena yang diperoleh seagai produk
sintesis Fischer-Tropsch. Tantangannya adalah menemukan katalis atau pasangan katalis yang tepat untuk
hidroformilasi Cn alkena ke Cn+1 aldehid dan hidrogenasi selanjutnya dari aldehid ke Cn alkohol ( Zakzeski
dkk., 2010).
Oksidasi alkohol adalah salah satu reaksi organik yang digunakan secara luas. Alkohol tersirer bersifat
inert terhadap oksidasi, dan alkohol sekunder langsung menghasilkan keton. Alkohol primer lebih rumit
karena untuk menghasilkan aldehid, produk dioksidasi lebih lanjut menjadi asam karboksilat yang dapat
bereaksi kembali dengan alkohol menjadi ester. Oksidasi berlebihan perlu dicegah, aldehid harus dikeluarkan
segera setelah terbentuk campuran. Teknik destilasi sederhana sering digunakan terutama untuk yang mudah
menguap. Cara ini dapat diperoleh propionaldehid dan butiraldehid sekitar 50% (Benguergoura dkk., 2014).
Oksidasi organik sering berubah menjadi katalis logam transisi, besi bervalensi tinggi atau garam
mineralnya. Reagen jenis ini adalah mangandioksida (MnO2), kalium permangant (KMnO4), kroimum
trioksida (CrO3), potasium kromat (K2CrO4), dan kalium dikromat (K2Cr2O7) dan piridinium kloromat.
Oksidan ini membutuhkan kontrol yang kuat terhadap kondisi eksperimental. Kelemahan lainnya adalah
kurangnya selektifitas, protik yang kuat dan kondisi berair, hasil produk rendah, dan pekerjaan yang
menjemukkan misalnya over oksidasi aldehid ke asam karboksilat yang merupakan reaksi samping yang
tidak dapat dihindari ( Mirjalili dkk., 2004). Berdasarkan kajian yang dilakukan maka perlu dilakukan
penelitian mengenai proses oksidasi alkohol untuk memperoleh aldehid.
2. Metodologi Percobaan
2.1. Alat
Alat yang digunakanantaralain; 1buah kaca arloji, 1 buah neraca analitik (Ohaus), 2 buah gelas bekker 250
mL (pyrex), 1 buah erlenmeyer 100 mL (pyrex), 1 buah pipet tetes, 1 buah tabung reaksi, 1 buah batang
pengaduk, 1 buah bunsen, 1 buah penjepit tabung reaksi, 1 set alat destilasi meliputi 1 buah hotplate
(maspion), 1 buah penangas, 1 buah labu leher tiga 100mL (duran), 1 buah konektor, 1 buah kondensor, 1
buah adaptor, 1 buah labu destilat, 2 buah statif, 2 buah klem, 1 buah termometer, 3 buah selang, 1 buah
corong kontinyu, 1 buah pompa air, 1 buah ember, 1 buah gelas ukur 25 mL ( pyrex ), dan 2 buah tutup
kaca.
2.2. Bahan
Bahan yang digunakan antara lain; 9,5 mL n-butanol, 7,402 gram K2Cr2O7, 5mL H2SO4 15M, 38 mL
akuades, es batu secukupnya, dan Fehling AB 2 tetes.
3.2 Pembahasan
Prinsip percobaan ini adalah mereaksikan 1 butanol dengan zat pengoksidasi K2Cr2O7 dalam
suasana asam melalui destilasi untuk membuat butiraldehid. Reaksi oksidasi adalah reaksi kimia yang
melibatkan adanya pengikatan oksigen oleh suatu zat yang ditandai dengan pelepasan elektron dan
penambahan bilangan oksidasi. Sintesis aldehid membutuhkan prekursor suatu alkohol primer. Alkohol
primer yang digunakan pada percobaan ini adalah 1 butanol.
1 butanol merupakan alkohol primer sebab atom karbon yang membawa gugus –OH hanya terikat
pada satu gugus alkil yaitu C4H6. 1 butanol merupakan alkohol primer yang baik untuk dioksidasi
karena punya rantai lurus atau rantai pendek, sehingga kelarutannya lebih baik. Oksidasi 1 butanol
membutuhkan zat oksidator, yaitu zat yang mengoksidasi alkohol dalam reaksi ini atau spesies kimia
yang memindahkana oksi n ke dalam substrat. Zat oksidator yang digunakan adalah K2Cr2O7 pada
suasana asam. K2Cr2O7 merupakan oksidatorsedang karena lebih lemah dari KMnO4. Selain itu K2Cr2O7
dapat mereaksikan tanpa katalis transfer fasa, reagen pendukung, penggunaan profik solven dan
menjanjikan pembentukan aldehid ( Lou dan Xu, 2002). K2Cr2O7 memiliki kelemahan yaitu kurang
selektifitas, protik yang kuat, hasil produk rendah, dan dapat membentuk produk samping yaitu asam
karboksilat ( Mirjalili dkk., 2004). K2Cr2O7 harus terlindung dari cahaya sehingga dalam pelarutan perlu
ditutup dengan plastik hitam agar tidak rusak atau terurai oleh cahaya. Selain K2Cr2O7 dapat digunakan
oksidator lain seperti mangandioksida (MnO2), kalium permangant (KMnO4), kroimum trioksida
(CrO3), potasium kromat (K2CrO4), dan kalium dikromat (K2Cr2O7) dan piridinium kloromat. K2Cr2O7
dapat berubah menjadi oksidator kuat dalam suasana asam, menyebabkan bilangan oksidasi kromium
turun menjadi +3.
Pada percobaan ini H2SO4 digunakan sebagai pemberi suasana asam, selain itu mereduksi K2Cr2O7
atau ion dikromat (VI) menjadi ion kromium (III). Butanol dioksidasi dalam suasana asam dapat
membentuk asam karboksilat, jika dalam suasana basa akan membentuk garam karboksilat yang mudah
bereaksi dengan logam alkali. Penambahan H2SO4 dilakukan lewat dinding dan sedikit demi sedikit
karena terjadi reaksi eksoterm atau reaksi pelepasan panas dari sistem ke lingkungan sehingga
menyebabkan panas. Jika langsung dituang dapat menimbulkan letupan atau ledakan. Perlakuan yang
dilakukan yaitu asam sulfat diteteskan ke akuades bukan sebaliknya, hal ini dikarenakan air memiliki
massa jenis yang lebih rendah daripada asam sulfat dan cenderung mengapung diatasnya, apabila air
yang ditambahkan kedalam asam sulfat pekat maka air akan mendidih dan bereaksi dengan keras.
Reaksi yang terjadi pada percobaan ini yaitu :
3
K2Cr2O7 (s) + H2SO4(aq) H2Cr2O4(aq) + K2SO4(aq) + O2(g)
2
Butanol yang digunakan lebih banyak daripada pengoksidator agar terbentuk aldehid. Alkohol
berlebih artinya tidak ada agen pengoksidasi yang cukup untuk melakukan tahap oksidasi keuda.
Apabila alkohol jumlahnya lebih sedikit maka akan terjadi oksidasi kedua yaitu hasil yang terbentuk
bukan aldehid tetapi asam karboksilat. Butanol sebelum ditambah dengan pengoksidator dipanaskan
terlebih dahulu hingga suhu 75˚C. Pemanasan dilakukan dalam sistem tertutup untuk mencegah
terjadinya penguapan butanol. Pemanasan berfungsi mempercepat proses oksidasi pada saat butanol
ditetesi zat pengoksidator. Setelah suhu butanol mencapai 75˚C kemudian ditetesi zat pengoksidator
melalui corong kontinyu. Pemanasan dilakukan dengan cara destilasi.
Prinsip destilasi adalah pemisahan 2 atau lebih senyawa berdasarkan perbedaan titik didik.
Senyawa yang mempunyai titik didih lebih rendah akan menguap terlebih dahulu, lalu dalam konensor
terjadi pendingingan yang menyebabkan uap turun ke labu destilat dalam keadaan cair. Pemanasan
yang dilakukan sambil diaduk dengan magnetik stirer. Pengadukan berfungsi mempercepat proses
oksidasi dan menghomogenkan larutan. Pengadukan menyebabkan partikel didalam larutan bergerak
cepat sehingga tumbukan antar partikel semakin banyak. Pemasangan selang pada labu leher tiga untuk
jalan keluarnya gas H2. Gas H2 yang dibuang menyebabkan suhu lambat untuk naik. Penambahan batu
didih berfungsi untuk mengurangi letupan yang terjadi dan membantu meratakan pemanasan. Penangas
air digunakan sebab destilat yang diambil mempunyai titik didih lebih rendah daripada air, sehingga air
tidak akan habis karena mendidih pada suhu 100˚C. Reaksi oksidasi ditandai dengan perubahan warna
larutan butanol dari bening menjadi hijau. Warna hijau dikarenakan Cr tereduksi dari bilangan oksidasi
+6 menjadi +4. Cr(IV) tidak stabil sehingga berubah menjadi Cr(III) yang stabil yang ditandai dengan
warna hijau. Sehingga percobaan ini terjadi reaksi redoks. Pada percobaan ini destilat menetes pada
suhu 81˚C berwarna bening. Destilat tersebut adalah aldehid karena titik didih aldehid yaitu 78˚C.
Reaksi redoks yang terjadi yaitu :
Oksidasi : C4H10O(aq) C4H8O(aq) + 2H+(aq) + 2e- x3
2- + - 3+
Reduksi : Cr2O7 (aq) + 14H (aq) + 6e 2Cr (aq) + 7H2O(l) x1
Referensi
Benguergoura, H., Aouak, T., dan Moulay, S. 2004. Use of pervaporation technique to monitor the
oxidation of primary alcohols: n-propanol and n-butanol. Journal of membrane science, 229(1-2):
107-116.
Ku, J.T., Simanjuntak, W., dan Lan, E.I. 2017. Renewable synthesis of n-butyraldehyde from glucose by
engineered Escherichia coli. Biotechnology for Biofuels, 10(1): 291.
Lou, J.D., dan Xu, Z.N. 2002. Selective solvent-free oxidation of alcohols with potassium
dichromate. Tetrahedron letters, 43(49): 8843-8844.
Mirjalili, B.F., Zolfigol, M.A., Bamoniri, A., dan Zarei, A. 2004. Solvent‐free Oxidation of Alcohols by
Silica Sulfuric Acid/Sodium Dichromate Dihydrate or Potassium Permanganate/Wet SiO2
System. Journal of the Chinese Chemical Society, 51(3): 509-512.
Requies, J., Güemez, M.B., Iriondo, A., Barrio, V.L., Cambra, J.F., dan Arias, P.L. 2012. Bio n-butanol
partial oxidation to butyraldehyde in gas phase on supported Ru and Cu catalysts. Catalysis
letters, 142(4): 417-426.
Zakzeski, J., Lee, H.R., Leung, Y.L., dan Bell, A.T. 2010. One-pot synthesis of alcohols from olefins
catalyzed by rhodium and ruthenium complexes. Applied Catalysis A: General, 374(1-2): 201-212.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
1. Rendemen
K2Cr2O7 C4H9OH
Massa = 7,402 gram V = 9,5 mL
Mr = 294 ρ = 0,81 gram / mL
𝑔𝑟𝑎𝑚 7,402
Mol = 𝑀𝑟
= 294
= 0,025 mol massa = ρ.V
= 0,81 gram/mL x 9,5 mL
V H2SO4`= 5 mL = 7,695 gram
𝑔𝑟𝑎𝑚 7,695 𝑔𝑟𝑎𝑚
ρH2SO4 = 1,84 gram/mL mol = = = 0,1 mol
𝑀𝑟 74
Massa = 𝜌. 𝑉
= 1,84 gram/mL x 5 mL
= 9,2 gram
𝑔𝑟𝑎𝑚 9,2 𝑔𝑟𝑎𝑚
Mol = 𝑀𝑟
= 98
= 0,094 mol
Gambar 1. Destilasi