OLEH
R/ Minyak ikan 20 ml
Air 10 ml
PGA 5 ml
Sirup simplex 20 %
Aqua Ad 200 ml
Setarakan timbangan.
b) Uji pH
Menggunakan Kertas Lakmus :-
Menggunakan pH meter : 3,40
c) UjiOrganoleptis
Warna : Orane kemerahan
Rasa : Manis
Bau : Strawbery
Pengotor : Tidak Ada
c) Uji Organoleptis
Warna : Putih Kekuningan
Rasa : Manis
Bau : Amis( bau minyak ikan)
Pengotor : Tidak Ada
PEMBAHASAN
Praktikum kali ini adalah pembuatan sediaan emulsi,dimana pengertian emulsi
merupakan sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi
dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok.
Emulsi sebaiknya mengandung pengawet yang cocok. Penyimpanan kecuali dinyatakan
lain, simpan dalam wadah tertutup baik, ditempat sejuk. Pada etiket harus juga tertera
“KOCOK DAHULU”. (Depkes RI, 1979).
Sebelum membuat sediaan emulsi hal pertama yang harus dipastikan adalah
praktikan sudah menggunakan APD (alat perlindungan diri) seperti jas
lab,masker,handscoon,dan sepatu. Setelah itu praktikan menyiapkan alat dan bahan.
Dimana khusus untuk alat yang digunakan harus terlebih dahulu diperiksa apakah alat
yang akan digunakan terdapat kecacatan atau hal lain yang dapat mempengaruhi jalannya
proses pembuatan sediaan. Setelah alat dan bahan sudah disiapkan praktikan dapat
melakukan proses pembuatan sediaan sesuai dengan formulasi dan cara kerja yang
terdapat di jurnal dan praktikan akan diarahkan oleh asisten dosen supaya tidak terdapat
kekeliruan selama jalannya praktikum.
Proses pembuatan sediaan emulsi diawali dengan pembuatan sirup simplex. Dimana
membuat larutan gula menggunakan kompor listrik yang diatasnya terdapat beaker glass
yang sudah dimasukkan air dan gula pasir selanjutnya diaduk hingga tercampur. Setelah
tercampur matikan kompor dan diamkan cairan tersebut hingga dingin. Seraya
menunggu sirup simplex dingin proses selanjutnya pembuatan mucilago,dimana PGA
dimasukkan kedalam beaker glass sebanyak 10 ml dan ditambahkan 20 ml air
ditambahkan sedikit demi sedikit sambil diaduk menggunakan emulsifying mixer.
Setelah terbentuk corpus mucilago ditambahkan minyak ikan sebanyak 40 ml dituang
sedikit demi sedikit. Setelah itu ditambahkan sirup simplex sebanyak 100 ml sedikit
demi sedikit kedalam campuran tersebut. Terakhir ditambahkan sisa air hingga batas 200
ml. Pada saat penambahan minyak ikan,sirup simplex dan sisa air hingga 200 ml beaker
glass ditambahkan sedikit demi sedikit dan tetap dalam proses pengadukan dengan
emulsifying mixer,hal ini dikarenakan supaya seluruh bahan yang dimasukkan dapat
tercampur secara merata dan emulsi tidak pecah.
Selanjutnya emulsi yang sudah dibuat dan emulsi yang terjual dipasaran (Scott’s
emulsion) dilakukan beberapa uji yakni uji organoleptik,uji pH meter,dan uji viskositas.
Pada saat uji organoleptis kedua sediaan emulsi dilihat dari segi bau,warna,dan rasa.
Pada uji pH meter dilakukan dengan menggunakan alat digital pH meter dan ph paper
dan dicatat berapa nilai pH yang muncul. Selanjutnya uji viskositas yakni uji kekentalan
sediaan emulsi menggunakan viskometer brookfield. Berikut merupakan perbandingan
antara sediaan emulsi scott’s emulsion dengan emulsi yang dibuat di laboratorium.
Pada uji viskositas emulsi sediaan pasaran, untuk mengukur viskositasnya
menggunakan kecepatan yaitu 20,30,50,60 dan 100 Rpm. Hasil yang kami dapat untuk
sediaan emulsi pasaran yaitu 20,1%; 23,0%; 27,0%; 29,8% dan 28,8 % dengan spindle
no 62.
Pada uji viskositas emulsi yang dibuat, untuk mengukur viskositasnya kami juga
menggunakan kecepatan 20,30,50,60 dan 100 Rpm. Hasil yang kami dapat untuk sediaan
emulsi buatan yaitu 2,9%; 4,1%; 6,8%; 7,6%; 11,8 dengan menggunakan spindle no 62.
Pada uji organoleptis didapatkan hasil sediaan emulsi yang dibuat berwarna putih
kekunngan, berbau amis (bau minyak ikan) sedangkan pembandingnya berwarna orange,
berbau berbau jeruk dan kental karena telah diberikan diberikan zat tambahan tambahan
seperti seperti corrigens corrigens saporis saporis dan odoris.
Kemudian yang terakhir adalah uji pH, diukur dengan menggunakan pH meter. Nilai
pH sediaan sediaan emulsi yang dibuat menunjukkan menunjukkan nilai sebesar 7,5
yang bersifatbasadanpembandingnyamenunjukkannilai 6,5 yang bersifat asam.
Perbedaan pH mungkin mungkin terjadi karena sediaan emulsi yang dibuat lebih encer
dan tidak ditambahkan zat tambahan seperti corrigens saporis. Dari hasil semua
pengujian tersebut didapat hasil evaluasi sediaan emulsi yang cukup baik karena dari
semua evaluasi, evaluasi, hampir semua uji pada sediaan sediaan emulsi ini stabil,
sehingga emulsi ini bisa digunakan dengan baik.
Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan RI, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, 378, 535, 612. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indoneisa
Departemen Kesehatan RI, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, 551, 713.
Jakarta:Departemen Kesehatan Republik Indoneisa