Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN FORMULASI & TEKNOLOGI SEDIAAN CAIR

DAN SEMI PADAT

“GEL DAN EMULGEL

Dosen Pengampu:
Dra Suhartinah, M.Sc.,Apt.

Kelompok H/ K1 :

Saidah 21154508A
Septiani Devi Saraswati 23175271A
Lutvi Setia Prajindra 23175272A
Atika Cahya Pratiwi 23175273A
Eva Fitriana 23175274A

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI SURA

2020

I. TUJUAN
 Membuat dan melakukan pengujian terhadap sediaan gel yang meliputi daya menyebar,
daya melekat, daya prkteksi dan disolusi
 Membuat dan melakukan pengujian sifat fisik sediaan emulgel

II. DASAR TEORI

Sediaan Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari
partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar yang terpenetrasi oleh
suatu cairan. Jika masa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah, gel digunakan
sebagai sistem dua fase (FI IV, 1995).

Jika massa gel terdiri dari jaringan partikel yang kecil dan terpisah, maka gel ini
digolongkan menjadi sistem dua fase. Dalam sistem dua fase, jika ukuran dari partikel
dari fase terdispersi lumayan besar, massa gel terkadang disebut magma ( misalnya
bentonit magma). Baik gel maupun magma dapat berupa tiksotropik membentuk
semipadat. Jika dibiarkan dan mencair pada pengocokan, sediaan harus dikocok dahulu
sebelum digunakan untuk mencapai homogenitas (Yanhendri dan Yenny, 2012).

Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar serba sama
dalam suatu cairan sedemikian rupa sehingga tidak terlihat adanya molekul makro yang
terdispersi dalam cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik
( cabomer ) dari gom alam.

Ada beberapa sifat dan karakteristik gel diantaranya yaitu

 Sweeling

Gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat mengabsorpsi larutan
sehingga terjadi penambahan volume. Pelarut akan berpenetrasi diantara matriks gel dan
terjadi interaksi natara pelarut dengan gel. Pengembanagan gel kurang sempurna bila
terjadi ikatan silang antara polimer di dalam matriks gel yang dapat menyebabkan
kelarutan komponen berkurang.
 Sineresis
Suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi dalam masa gel. Cairan yang terjerat
akan keluar dan berada di atas permukaan gel. Pada waktu pembentukan gel terjadi
tekanan yang elastis, sehingga terbentuk masa gel yang tegar. Mekanisme terjadinya
kontraksi berhubungan dengan fase relaksasi akibat adanya elastis pada saat terbentuknya
gel. Adanya perubahan pada ketegaran gel akan mengakibatkan jarak antara matriks
berubah, sehingga memungkinkan cairan bergerak menuju permukaan. Sineresis dapat
terjadi pada hydrogel maupun oranogel.
 Efek Suhu
Mempengaruhi struktur gel. Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur tapi dapat
juga pembentukan gel terjadi setelah pemansan hingga suhu tertentu. Polimer seperti MC,
HPMC, terlarut hanya pada air dingin yang mebentuk larutan kental. Pada peningkatan
suhu larutan tersebut mebentuk gel. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase
yang disebabkan oleh pemanasan disebut thermogelation
 Efek Elektrolit
Konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh pada gel hidrofilik dimana ion
berkompetisi secara efektif dengan kolid terhadap pelarut yang ada dan koloid
digaramkan (melarut). Gel yang tidak terlalu hidrofilik dengan konsentrasi elektrolit kecil
akan meningkatkan regiditas gel dan akan mengurangi waktu untuk menyusun diri
setelah pemberian tekanan geser.
 Elastisitas dan Rigiditas
Sifat ini merupakan karakteristik dari gel gelatin agar dan nitroselulosa, setelah
transformasi dari bentuk sol menjadi gel terjadi peningkatan elastisitas dengan
peningkatan konsentrasi pembentuk gel. Bentuk struktur gel resisten terhadap perubahan
atau deformasi dan mempunyai aliran viskoelastik. Struktur gel dapat bermacam-macam
tergantung dari komponen pembentuk gel.
 Rheologi
Larutan pembentuk gel (Gelling Agent) dan dispersi padatan yang terflokulasi
memberikan sifat alir pseudoplastis yang khas, dan menunjukan jalan aliran Non-
Newtonian yang dikarakterisasi oleh penurunan viskositas dan peningkatan laju aliran
(Lachman,1994).

Emulgel merupakn gel dengan cairan berbentuk emulsi, biasanya untuk


menghantarkan minyak yang merupakan zat aktif dalam sediaan tersebut, dengan
mengurangi kesan berminyak saat diaplikasikan pada kulit untuk tujuan Penggunaan
lokal (Voight, 1994).

Emulgel dibuat dengan mereaksikan pelarut tertentu dengan bahan pembentuk gel
atau gelling agent. Jenis gelling agent biasanya merupakan bahan berbasis polisakarida
atau protein (Sulaiman dan Kuswahyuning 2008)
Emulgel terdiri dari dua fase, yaitu fase besar molekul organik yang terpenetrasi
dalam air dalam bentuk gel dan fase kecil minyak emulsi. Adanya fase minyak di
dalamnya menyebabkan emulgel lebih unggul dibandingkan dengan sediaan gel sendiri,
yakni obat akan melekat cuklup lama dikulit dan memiliki daya sebar yang baik, mudah
dioleskan serta memberikan rasa nyaman pada kulit (Magdy, 2004).

Keuntungan Sediaan emulgel


 Dapat meningkatkan ph penetrasi obat
 Meningkatkan masa tinggal sediaan di permukaan kulit dan
 Memiliki daya hantar obat yang baik.

III. ALAT DAN BAHAN

1. ALAT

Alat uji daya menyebar Neraca analitik


Alat uji daya melekat Gelas ukur
Viskotester VT-04 E RION Beaker glass
Mortar Batang pengaduk
Stamfer Stopwatch
Blender Alat timbang

2. BAHAN
GEL EMULGEL
Carbopol 941 Carbopol 941
CMC-Na Paraffin cair
TEA Tween 20
Gliserin Span 20
Nipagin Propilen glikol
Nipasol Metil paraben
Aquadest Propil paraben
Air suling
IV. CARA KERJA

 Pembuatan GEL

Menyiapkan alat dan bahan

Menimbang semua bahan yg akan digunakan

Gelling agent dikembangkan dalam air

Nipasol dilarutkan dengan TEA dan Nipagin


dilarutkan dengan gliserin, kemudian geling agent
sedikit demi sedikitdimasukkan kedalam

Ekstrak daun sirih dimasukkan sedikit demi sedikit


sambil diaduk hingga didapat sediaan gel ekstrak
daun sirih yang homogen
Evaluasi sediaan

 Uji homogenitas gel

Mengoleskan gel pada sekeping kaca atau bahan


transparan yang cocok

Mengamati hasik sediaan. Sediaan harus


menunjukkan susunan yang homogen

 Uji daya menyebar gel

Menimbang 0,5 g gel, meletakkan ditengah alat (kaca


bulat)

Menimbang kaca yang satunya terdebih dahulu, meletakkan


kaca tersebut diatas masa gel dan biarkan selama 1 menit

Mengukur berapa diameter gel yang menyebar(dengan


diameter dari beberapa sisi

Menambahkan 50 g beban tambahan, diamkan 1 menit dan


catat gel yang menyebar seperti sebelumnya
Meneruskan dengan menambahkan tiap kali beban 50 g dan catat
diameter gel yang menyebar setelah 1 menit

Mengulangi masing-masing 3x untukMengulangi masing-masing 3x


untuk setiap gel yang tersisa. Dan membuat grafik hubungan antara
beban dan luar yang menyebar

 Uji daya lekat gel

Meletakkan gel secukupnya diatas obyek glass yang telah


ditentukan luasnya

Meletakkan obyek glass yang lainnya diatas gel


tersebut.menekaan dengan beban 1 kg selama 5 menit

Memasang obyek glass pada alat uji

Melepaskan bebanseberat 80 g dan catat waktunya hingga kedua


obyek glass tersebut terlepas

Mengulangi sebanyak 3 kali


 Uji viskositas gel

Memasang viscometer pada klemnya dengan arah


horizontal/ tegak lurus dengan arah klem

Lalu memasang rotor pada viscometer dengan


menguncinya berlawanan arah dengan jarum jam

Memasukkam sampel kedalam mangkuk,kemudian alat


dihidupkan

Catat beberapa kekentalan sampel setelah jarum pada


viskositas stabil
Cara pembuatan ELMULGEL

Menyiapkan alat dan bahan dan menimbang


semua bahan yang akan digunakan

menaburkan carbopol dalam air qs

Menambahkan 3-4 tetes TEA aduk hingga


mengembang

Mengembangkan HPMC dalam air panas qs aduk


sampai mengembang

Menaburkan Na-CMC dalam air20xnya diamkan


selama 15 menit aduk ad mengembang

Campurkan semua aduk ad homogen


 Uji homogenitas

Mengoleskan emulgel pada sekepimg kaca atau


bahan transparan yang cocok

Mengamati apakah sediaan emulgel


menunjukkan suasana yang homogen

 Uji daya menyebar emulgel

Menimbang 0,5 g emulgel. Letakkan ditengah alat


(kaca bulat)

Menimbang kaca yang satunya lebih dahulu,


letakkan kaca tersebut diatas masa emulgel dan
biarkan selama 1 menit

Mengukur berapa diameter emulgel yang


menyebar(dengan mengambil panjang rata-rata)
diameter dari beberapa sis

Menambahkan 50 g beban, diamkan selama 1 menit


dan catatlah diameter emulgel yang menyebar
seperti sebelumnya.
Teruskan dengan menambahkan tiap kali dengan
beban tambahan 50 g dan catat diameter emulgel yang
menyebar, setalah 1 menit.

mengulangi masing-masing 3 kali untuk setiap emulgel


yang tersisa

Buat grafik hubungan antara beban dan luas yang


menyebar

 Uji daya lekat emulgel

Melemeletatakkakkann emul emulgel(secukupnya)


diatas obyek glass yang terlah ditentukan luasnya

Meletakkan obyek glass yang lain diatas emulgel tersebut.


Tekanlah dengan beban 1 kg. selama 5 menit.

Pasanglah obyek glass pada alat uji

Lepaskan beban sebesar 80 g dan catat waktu hingga


kedua pbyek glass tersebut terlepas.
mengulangi sebayak 3 kali

melakukan tes untuk formula gel yang lain degan masing-


masing 3 kali percobaan

 Uji viskositas

Memasang viscometer pada klemnya dengan arah horizontal /


tegak lurus dengan arah klemnya

Kemudian memasang rotor pada viscometer dengan


menguncinya berlawanan arah jarum jam

Memasukkan sampel kedalam mangkuk, kemudian alat


dihidukan

mencatat beberapa kekentalan sampai setelah jarum pada


viskositas stabil

V. DATA PENGAMATAN

1. Gel
Formula gel A
R/ Ekstrak Daun Sirih 10 (% b/b)
Karbopol 0,5 (% b/b)
Gliserin 10,0 (% b/b)
Trietanolamin 0,5 (% b/b)
Nipagin 0,05 (% b/b)

a) Organoleptis

Pengulangan Warna Bau Tekstur

1 Bening Tidak berbau Kental

2 Bening Tidak berbau Kental

3 Bening Tidak berbau Kental

b) Homogenitas

Pengulangan Homogenitas

1 Tidak ada partikel

2 Tidak ada partikel

3 Tidak ada partikel

c) pH

Pengulangan pH

1 5

2 5

3 5

d) Viskositas (cP)

Pengulangan Viskositas (cP)

1 1108
2 1446

3 1978

e) Daya sebar (cm)

Pengulangan Daya sebar (cm)

1 6,1

2 5,9

3 5,3

f) Daya lekat (detik)

Pengulangan Daya lekat (detik)

1 17

2 17

3 17

2. Emulgel
Formula emulgel

R/ karbopol 941 1,5 (% b/b)

Paraffin cair 7,5 (%b/b)

Tween 80 1 (% b/b)

Span 80 1,5 (%b/b)

Propilen glikol 5 (% b/b)

Nipagin 0,018 (% b/b)

Nipasol 0,02 (%b/b)

Aquadest ad 100 (% b/b)


a) Organoleptik

Minggu Ke- Warna Bau Tekstur

1 Putih tulang Khas Semi padat

2 Putih tulang Khas Semi padat

3 Putih tulang Khas Semi padat

4 Putih tulang Khas Semi padat

b) Homogenitas

Minggu Ke- Homogenitas

1 Homogen

2 Homogen

3 Homogen

4 Homogen

c) pH

Minggu Ke- pH

1 5,78

2 5,84

3 6,04

4 6,06

d) Daya sebar (cm)


Minggu Ke- Daya sebar (cm)

1 4,5

2 4,4

3 3,8

4 3,5

e) Viskositas (dPa.s)

Minggu Ke- Viskositas (dPa.s)

1 166,6

2 166,6

3 170,0

4 170,0

f) Cycling test

Minggu Ke- Cycling test

1 Stabil

2 Stabil

3 Stabil

4 Stabil

g) Uji iritasi

Minggu Ke- Uji iritasi

1 Tidak mengiritasi

2 Tidak mengiritasi

3 Tidak mengiritasi

4 Tidak mengiritasi
VI. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini, dilakukan pembuatan dan pengujian sediaan gel dan emulgel.
Gel merupakan sediaan semisolida yang di dalamnya terdapat interaksi antara koloid terdispersi
dengan pembawa cairan. Sedangkan emulgel merupakan suatu bentuk sediaan semisolid yang
dibuat dengan mencampurkan emulasi dan gelling agent dengan perbandingan tertentu.

Dalam pembuatan gel digunakan gelling agents berupa karbopol, karbopol merupakan
gelling agent yang kuat, sehingga hanya dibutuhkan konsentrasi yang kecil untuk dapat
membentuk gel. Kemudian untuk evalasi sediaan gel dilakukan pengamatan terhadap
organoleptik, homogenitas, pH, viskositas, daya sebar dan daya lekat. Untuk pengamatan
organoleptik dilakukan pengamatan berupa warna, bau, dan tekstur dengan 3 kali pengamatan.
Untuk pengamatan pada pengulangan 1,2, dan 3 dapat diketahui bahwa sediaan gel yang diamati
memiliki warna yang bening, tidak berbau dan memiliki tekstur yang kental.

Selanjutnya untuk homogenitas gel, uji homogenitas mengindikasikan adanya


ketercampuran yang baik antara bahan aktif dan bahan tambahan, sehingga memungkinkan zat
aktif terdistribusi merata di dalam sediaan. Pada pengulangan 1,2, dan 3 menunjukkan hasil yang
homogen, hal ini ditandai dengan tidak adanya partikel kasar atau gumpalan pada sediaan.
Kemudian evaluasi terhadap pH sediaan gel, untuk pengulangan 1,2, dan 3 memiliki pH sebesar
5 dimana hasil tersebut memenuhi syarat untuk sediaan topikal yang aman untuk kulit dengan
rentang pH berkisar antara 4,5 – 6,5.

VII. KESIMPULAN

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Voight. R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Diterjemahkan oleh Soendani Noerrono.
Edisi VI. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta.

Magdy IM. 2004. Optimization of Chlorphenesin Emulgel Formulation. The AAPS journal, 6:8.
http//www.aapsharmsci.org/
Lachman, L., Lieberman, H.A., Kanig, J.L. (1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi
Ketiga. Jakarta: UI Press.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Yanhendri, Yenny SW. 2012. Berbagai Bentuk Sediaan Topikal dalam Dermatologi. CDK-194.
39:425.

Sulaiman, T.N.S dan Kuswahyuning R.,2008, Teknologi & Formulasi Sediaan Semipadat.
Laboratorium Teknologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai