Anda di halaman 1dari 16

ANTIBODI MONOKLONAL

Bioteknologi medik
Desi Purwaningsih, S.Pd., M.Si.
• Kohier dan
Milstein (1975)
memperkenalkan
cara baru
membuat antibodi
dengan
mengimunisasi
hewan percobaan,
kemudian sel
limfositnya
dihibridisasikan
dengan biakan sel
tertentu sehingga
hibrid dapat
dibiakkan terus
menerus
(immortal) dan
membuat antibodi
monoclonal
• Epitop adalah
daerah spesifik
dari antigen
yang dapat
dikenali oleh
antibody
Pembuatan antibody monoklonal
1.Persiapan fusi
• Menggunkan reagen yang dapat
menghambat sintesis nukleotida:
Aminopterin dan methotrexate
menghambat sintesis purin dan
pirimidin. Sedangkan azaserine
menghambat biosintesis purin.
Aminopterin dan methotrexate di
tambah dengan hypoxanthin dan
thymidine. Azaserine di tambahkan
dengan hypoxanthin.
• Dalam proses seleksi media HAT
hanya sel B (HGPRT+) dan sel
hibridoma yang dapat tumbuh.
2.Fusi

• Salah satu contoh fusi adalah


menggunakan PEG. PEG
berfungsi untuk melekatkan
dua sel tujuannya agar sel
splenosit dan sel myeloma
dapat saling berinteraksi
membentuk sel hibridoma. Cara
lain yang dapat dilakukan
adalah dengan Sendai virus.
Setelah sel hibridoma berhasil
diperoleh selanjutnya dilakukan
seleksi dengan media HAT.
3.Screening
• Sel hibridoma dalam
media HAT dapat tumbuh
dan membentuk suatu
koloni sel. Sel yang
tumbuh dapat diamati
melalui media yang
berwarna kuning.
Perubahan media
menunjukkan aktivitas
pertumbuhan sel. Warna
kuning menunjukkan sel
tumbuh setelah di kultur
selama 10-14 hari. Hanya
sel-sel yang terus
membelah serta
mempertahankan salvage
pathway yang mampu
bertahan.
4.Single cell cloning
• Pengenceran terbatas dilakukan dengan prinsip pengenceran
bertingkat hingga diperoleh satu sel.
•  Pick method merupakan metode seleksi sel tunggal melalui seleksi
secara satu sel secara langsung dengan bantuan mikroskop.
 5.Unstable cell line
Pada saat produksi sel hibridoma ada
kemungkinan ditemukan sel-sel yang
efektifitas nya tidak 100% positif
mampu menghasilkan mAb. Hal itu
disebabkan oleh kromosom pada sel
hibridoma tidak stabil. Maka
dipersiapkan upaya pencegahan
dengan dua cara yaitu:
• Single cell cloning dengan mengisolasi
klona tunggal yang stabil dilanjutkan
ke tahap Maka akan diperoleh sel
yang mampu menghasilkan mAb
spesifik dan memiliki kemampuan
dalam menghasilkan mAb tinggi.
• Re-fuse untuk mendapatkan varian sel
yang stabil
 6.Karakterisasi antibodi monoklonal

• Tabel 1 Tipe dan


karakteristik berbagai
macam antibodi  dan
metode karakterisasi
(Imunopresipitasi dan
ELISA)
• https://
dx.doi.org/
10.22435/
vektora.v4i2
%20Okt.350
5.123-133
• Streptavidin Biotin Peroxidase
Complex (SBPC)
• Kit Diagnostik Demam Berdarah Dengue (DBD)
berbasis teknik imunokromatografi dengan
menggunakan anti–NS1 antibodi monoklonal.
Antigen NS1 merupakan glikoprotein yang
dihasilkan oleh virus dengue pada hari pertama
hingga kelima paska terjadinya infeksi.
• Antigen NS1 disekresikan dalam konsentrasi yang
cukup tinggi dalam plasma atau serum penderita
DBD. Kemunculan antigen NS1 lebih awal
dibandingkan antibodi anti-dengue, maka
pendeteksian penyakit menggunakan antigen
tersebut jauh lebih efektif dibandingkan dengan
pendeteksian antibodi IgG/IgM.

• anti-NS1 antibodi monoklonal dikembangkan dari


virus dengue strain lokal, spesimen dapat berupa
darah, plasma dan serum, mudah digunakan,
hasil dapat diperoleh relatif cepat (2-10 menit),
tidak memerlukan alat untuk penggunaannya,
penyimpanan tidak memerlukan pendingin,”
rincinya.

Anda mungkin juga menyukai