Anda di halaman 1dari 2

MODUL 2

Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil secara termodinamika dengan kandungan
paling sedikit dua fase cair yang tidak dapat bercampur, satu diantaranya didispersikan sebagai
globula dalam fase cair lain. Ketidakstabilan kedua fase ini dapat dikendalikan menggunakan
suatu zat pengemulsi/emulsifier atau emulgator. Terdapat beberapa jenis emulsi, mulai dari yang
sederhana hingga kompleks (Pawlik et al., 2013). Sistem emulsi minyak dalam air (M/A) atau oil
in water (O/W) adalah sistem emulsi dengan minyak sebagai fase terdispersi dan air sebagai fase
pendispersi.
Emulgator atau zat pengemulsi didefinisikan sebagai senyawa yang mempunyai aktivitas
permukaan (surface-active agents) sehingga dapat menurunkan tegangan permukaan (surface
tension) antara udara-cairan dan cairan-cairan yang terdapat dalam suatu sistem makanan.
Kemampuannya menurunkan tegangan permukaan menjadi hal menarik karena emulsifier
memiliki keunikan struktur kimia yang mampu menyatukan dua senyawa berbeda polaritasnya.
Daya kerja emulsifier mampu menurunkan tegangan permukaan yang dicirikan oleh bagian
lipofilik (non-polar) dan hidrofilik (polar) yang terdapat pada struktur kimianya. Ukuran relatif
bagian hidrofilik dan lipofilik zat pengemulsi menjadi faktor utama yang menentukan
perilakunya dalam pengemulsian.
Kemampuan surfaktan digunakan dalam berbagai cara tersebut dipengaruhi oleh HLB
( Hidrophile Lipophile Balance) Nilai dari HLB menunjukan kemampuan zat dalam membentuk
ikatan dengan gugus hidrofil dan gugus lipofil dengan fase terdispersi dan pendispersi pada suatu
emulsi.
Pada praktikum kali ini yang dimana pada pembuatan emulsi dengan metode hidratasi Emulgator
yang bertujuan untuk mengamati pengaruh perbedaan konsentrasi emulgator terhadap
karakteristik fisik dan stabilitas sediaan emulsi. Perbedaan konsentrasi emulgator yang dipakai
merupakan emulgator Gom arab dan juga CMC-Na pada emulgator tersebut digunakan
konsentrasi yang berbeda untuk emulgator gom arab digunakan konsentrasi 5%, 7,5% dan 10%
sedangkan untuk emulgator CMC-Na yaitu 1%, 2% dan 3%.
Pada pembuatan suatu sedian disini yaitu menggunakan 2 metode yaitu metode hidratasi cepat
dan metode hidratasi lambat. Pada metode tersebut fase minyak yang menggunakan parrafin
liquidm menggunakan hidratasi cepat sedangan untuk oleum ricini menggunakan hidratasi
lambat metode membedakan pada suatu pengerjaan yang dimana jika menggunakan metode
hidratasi cepat ke 4 bagian minyak di ampur sekaligus dan ditambahkan emulgatornya berbeda
pada hidratasi lambat pada hidratasi lambat mula mula dibuat lah emulgator dengan air lalu
ditambahkan lah fase minyak dan diaduk dengan searah jarum jam. Pada tahap ini hasil yang
didapat dari ke 6 sediaan yang dimana sedian yang menggunakan gom arab sebagai
emulgatornya mengalami pecahnya sediaan, pecahnya sedian tersebut disebabkan oleh faktor
penggerusan bahan yang tidak stabil serta bisa saja emulgator yang digunakan tidak cocok
sehingga menyebabkan suatu sediaan tersebut.
Hasil sedimentasi pada ke 6 sediaan emulsi tersebut menandakan hasil yang negatif serta tipe
emulsi yang di ketahui yaitu emulsi minyak dalam air (M/A), dan pH yang di hasikan bagus
memnuhi kriteri karena kriteria untuk emulsi yang baik salah satunya yaitu pH berkisar 5,5-7,5.

Anda mungkin juga menyukai