Anda di halaman 1dari 12

Laporan Praktikum Farmasi Fisika

2011
Lab. Farmasi Terpadu Unit E

Farmasi Fisika

Department of Pharmacy

Bandung Islamic University


1 dari 13

Modul 4
EMULSIFIKASI
A.
TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu, untuk :

Menghitung jumlah emulgator surfaktan yang digunakan untuk membuat emulsi

Membuat emulsi yang stabil dengan menggunakan emulgator golongan surfaktan

Mengevaluasi ketidakstabilan suatu emulsi

Menentukan HLB butuh suatu minyak


B.
LANDASAN TEORI
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan
obat,terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau
surfaktan yangcocok. Emulsifikasi memungkinkan ahli farmasi dapat membuat suatu
preparat yang stabildan rata dari campuran dua cairan yang saling tidak bercampur.
Jika cairan kontak dengancairan kedua yang tidak larut dan tidak saling
bercampur,kekuatan yang menyebabkanmasing-masing cairan menahan pecahnya
menjadi partikel-partikel yang lebih kecil disebuttegangan antar muka. Menurut teori
tegangan permukaan dari emulsifikasi penggunaansurfaktan sebagai pengemulsi
dan zat penstabil menghasilkan penurunan tegangan antarmuka dari kedua cairan
yang tidak saling bercampur, mengurangi gaya tolak antara cairan-cairan tersebut ,
dan mengurangi gaya tarik menarik antar molekul. Untuk mengetahui
prosesterbentuknya emulsi dikenal 4 macam teori, yang melihat proses terjadinya
emulsi dari sudutpandang yang berbeda-beda, yaitu:
1. Teori tegangan permukaan

Suatu molekul memiliki tegangan yang berbeda. Tegangan yang terjadi


padapermukaan disebut tegangan permukaan. Dan tegangan yang terjadi antara
dua zatyang tidak bercampur disebut tegangan bidang atas. Semakin tinggi
tegangan yangdimiliki, semakin sulit untuk bercampur. Tegangan yang terjadi pada
air dapatbertambah bila diberi garam-garam an-organik dan larutan-larutan elektrolit.
Namun,

Laporan Praktikum Farmasi Fisika


2011
Lab. Farmasi Terpadu Unit E

Farmasi Fisika

Department of Pharmacy

Bandung Islamic University


2 dari 13
tegangan ini dapat dikurangi bila ditambahkan senyawa-senyawa an-organik
tertentu,seperti sabun (sapo, prosesnya disebut saponifikasi). Penambahan
emulgator, dapatmenghilangkan tegangan yang terjadi pada masing-masing
molekul, sehingga dua zatyang tidak dapat bercampur menjadi tercampur.
2. Teori Oriented Wedge
Dalam suatu sistem yang mengandung dua cairan yang tidak saling bercampur,
zatpengemulsi akan memilih larut dalam salah satu fase dan terikat kuat dalam
fasetersebut dibandingkan dengan fase lainnya. Karena umumnya, emulgator
memilikisuatu bagian hidrofilik (suka air) dan hidrofobik (tidak suka air, tapi biasanya
lipofilikatau suka minyak) molekul-molekul tersebut akan mengarahkan dirinya ke
masing-masing fase. Dengan demikian emulgator seolah menjadi tali pengikat antar
molekul,sehingga terjadi suatu kesetimbangan.
3. Teori Interparsial Film
Emulgator akan diserap pada batas antara air dan minyak, sehingga
terbentuklapisan film yang akan membungkus partikel dispersi. Dengan
terbungkusnya partikeltersebut, maka usaha antara partikel yang sejenis untuk
bergabung terhalang. Dengankata lain fase dispers stabil. Syarat emulgator: Dapat
membentuk lapisan film kuat tapilunak, jumlahnya cukup untuk menutup permukaan
fase dispers, dapat membentuklapisan film dengan cepat, menutup permukaan
partikel dengan segera.

4. Teori Electric double Layer (Lapisan Listrik Rangkap)


Jika minyak terdispersi dalam air, satu lapis air yang langsung berhubungan
denganminyak akan bermuatan sejenis, sedangkan lapisan berikutnya mempunyai
muatan
yang berlawanan dengan lapisan di depannya. seolah
-olah tiap partikel minyakdilindung
i oleh 2 benteng lapisan listrik yang saling berlawanan. Benteng tersebut
akan menolak setiap usaha dari partikel minyak yang akan mengadakan
penggabunganmenjadi satu molekul besar. Karena susunan listrik yang
menyelubungi setiap partikelminyak mempunyai susunan yang sama . Dengan
demikian antara sesama partikel akantolak menolak.Biasanya dalam suatu sistem
emuls tertentu lebih dari satu teori emulsifiaksiditerapkan dan berperan dalam
menjelaskan pembentukan dan stabilitas emulsi

Laporan Praktikum Farmasi Fisika


2011
Lab. Farmasi Terpadu Unit E

Farmasi Fisika

Department of Pharmacy

Bandung Islamic University


3 dari 13
tersebut. Misalnya, tegangan antar muka berperan dalam pembentukan awal
emulsi,tetapi pembentukan suatu baji pelindung dari molekul-molekul atau film dari
zatpengemulsi penting untuk stabilitas emulsi selanjutnya.
Klasifikasi Tipe
Emulsi
Suatu emulsi terdiri dari dua fase yang bersifat kontradiktif, tetapi dengan adanya
zatpengemulsi maka salah satu fase tersebut terdispersi dalam fase lainnya. Pada
umumnyadikenal dua tipe emulsi yaitu :a.
Tipe A/M (Air/Minyak)
atau
W/O (Water/Oil)
Emulsi ini mengandung air yang merupakan fase internalnya dan minyak
merupakan faseluarnya. Emulsi tipe A/M umumnya mengandung kadar air yang
kurang dari 25% danmengandung sebagian besar fase minyak. Emulsi jenis ini
dapat diencerkan ataubercampur dengan minyak, akan tetapi sangat sulit
bercampur/dicuci dengan air.b.

Tipe M/A (Minyak/Air)


atau
O/W (Oil/Water)
Merupakan suatu jenis emulsi yang fase terdispersinya berupa minyak yang
terdistribusidalam bentuk butiran-butiran kecil didalam fase kontinu yang berupa air.
Emulsi tipe iniumumnya mengandung kadar air yang lebih dari 31% sehingga emulsi
M/A dapatdiencerkan atau bercampur dengan air dan sangat mudah dicuci. Dalam
formulapembuatan pembuatan emulsi terdapat zat berkhasiat , terdapat juga dua zat
yang tidakbercampur yang mempunyai fase minyak dalam air atau air dalam minyak,
biasanya yangstabilitasnya dipertahankan dengan emulgator atau zat pengelmusi.
Zat pengemulsi(emulgator) adalah komponen yang ditambahkan untuk mereduksi
bergabungnyatetesan dispersi dalam fase kontinu sampai batas yang tidak nyata.
Bahan pengemulsi(surfaktan) menstabilkan dengan cara menempati antar
permukaan antar tetesan dalamfase eksternal, dan dengan membuat batas fisik
disekeliling partikel yang akanberkoalesensi, juga mengurangi tegangan antarmuka
antar fase, sehingga meningkatkanproses emulsifikasi selama pencampuran.
Penggunaan emulgator biasanya diperlukan 5%

20% dari berat fase minyak.Dalam pemilihan emulgator harus memenuhi beberapa
syarat yaitu :1.
Emulgator harus dapat campur dengan komponen-komponen lain dalan sediaan.

2.
Emulgator tidak boleh mempengaruhi stabilitas dan efek terapeutik dari obat.3.
Emulgator harus stabil, tidak boleh terurai dan tidak toksik.4.
Mempunyai bau, warna, dan rasa yang lemah.Emulgator dapat dibagi menjadi dua
kelompok menurut asalnya, yaitu :
a.
Emulgator Alam
1.
Dari tumbuhan : Gom arab, Tragacant, Agar-agar, Chondrus, pektin, metilselulose2.
Dari hewan : Kuning telur, adeps lanae.3.
Dari tanah mineral : Magnesium aluminium silikat, Bentonit.

b.
Emulgator sintetis
1.
Anionik misalnya Trietanolamin, Natrium Lauril Sulfat.2.
Kationik misalnya Benzetonium Klorida, Setil Piridivium3.
Nonionik misalnya Span, Tween, Gliseril Monostearat
Metode HLB (Hidrofilik Lipofilik Balance)
Cara ini dilakukan apabila emulsi yang dibuat menggunakan suatu surfaktan
yangmemiliki nilai HLB. Sebelum dilakukan pencampuran terlebih dahulu dilakukan
perhitunganharga HLB dari fase internal kemudian dilakukan pemilihan emulgator
yang memiliki nilai HLByang sesuai dengan HLB fase internal. Setelah diperoleh
suatu emulgator yang cocok, makaselanjutnya dilakukan pencampuran untuk
memperoleh suatu emulsi yang diharapkan.Umumnya emulsi akan berbentuk tipe
M/A bila nilai HLB emulgator diantara 9

12 dan emulsitipe A/M bila nilai HLB emulgator diantara 3

6. Metode yang dapat digunakan untuk menilaiefisiensi surfaktan atau emulgator


yang ditambahkan adalah metode HLB (HydrophylicLypophilic Balance). HLB adalah
harga yang harus dimiliki oleh emulgator (atau campuranemulgator) sehingga
pertemuan antara fase lipofil dengan air dapat menghasilkan emulsidengan tingkat
dispersitas atau stabilitas yang optimal. Dengan metode ini, tiap zatmempunyai
harga HLB atau angka yang menunjukkan polaritas dari zat tersebut.Aktivitas Harga
HLB, yaitu:Emulgator(w/o) 3

6Wetting Agent (Zat Pembasah) 7

9Emulgator (o/w) 8

18Detergents (Zat Pembersih) 13

15Solubilizers (Zat Penambah Kelarutan) 15

18

Laporan Praktikum Farmasi Fisika


2011

Lab. Farmasi Terpadu Unit E

Farmasi Fisika

Department of Pharmacy

Bandung Islamic University


5 dari 13
Griffin telah mengemukakan suatu skala ukuran HLB atau surfaktan. Dari skala
daerahefisiensi HLB optimum untuk tiap golongan surfaktan, makin tinggi harga
HLB surfaktan makazat itu akan bersifat polar dan hidrofil. Sedangkan semakin
rendah nilai HLB maka semakinlipofil. Baris nilai HLB 1,88,6 span dianggap lipofil dan membentuk emulsi tipe a/m.sedangkan twee nada
dalam baris nilai 9,6-16.7 dianggap hidrofil dan membentuk emulsi m/a.
Stabilitas emulsi
Stabilitas suatu emulsi adalah suatu sifat emulsi untuk mempertahankan distribusi
halus danteratur dari fase terdispersi yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang.
Faktor yang dapatmempengaruhi stabilitas emulsi yaitu :1.
Pengaruh viskositas
Ukuran partikel yang didistribusi partikel menunjukkan peranannya dalam
menentukanviskositas emulsi. Umumnya emulsi dengan partikel yang makin halus
menunjukkanviskositas yang makin besar dibandingkan dengan emulsi dengan
partikel yang lebihkasar. Jadi, emulsi dengan distribusi partikel yang besar
memperlihatkan viskositas yangkurang / kecil. Untuk mendapatkan suatu emulsi
yang stabil atau untuk menaikkanstabilitas suatu emulsi dapat dengan cara
menambahkan zat-zat yang dapat menaikkanviskositasnya dari fase luar. Bila
viskositas fase luar dipertinggi maka akan menghalangipemisahan emulsi.2.
Pemakaian alat khusus dalam mencampur emulsi
Dalam pencampuran emulsi dapat dilakukan dengan mortir secara manual dan
denganmenggunakan alat pengaduk yang menggunakan tenaga listrik seperti
mikser.Untukmembuat emulsi yang lebih stabil, umumnya proses pengadukannya
dilakukan denganmenggunakan alat listrik. Disamping itu penggunaan alat dapat
mempercepat distribusifase internal kedalam fase kontinu dan peluang terbentuknya
emulsi yang stabil lebihbesar.3.
Perbandingan optimum fase internal dengan fase kontinuitas
Suatu produk emulsi mempunyai nilai perbandingan fase dalam dan fase luar
yangberbeda-beda. Hal tersebut terjadi karena adanya perbedaan jenis bahan yang
digunakanataupun karena adanya perbedaan perlakuan yang diberikan pada setiap
bahan emulsiyang digunakan. Umumnya emulsi yang stabil memiliki nilai range fase
dalam antara 40%sampai 60% dari jumlah seluruh bahan emulsi yang digunakan.
Ketidak Stabilan Emulsi
1. Creaming : emulsi terpisah menjadi 2 bagian, di mana salah satu mengandung
fase dispersilebih banyak daripada lapisan lain. Sifatnya reversible, dengan
penggojokan perlahan-lahan akan terdispersi kembali karena lapisan film masih ada.
Creaming adalah terjadinyalapisan-lapisan dengan konsentrasi yang berbeda-beda

di dalam suatu emulsi. Lapisandengan konsentrasi yang paling pekat akan berada di
atas atau di bawah tergantung daribobot jenis fase yang terdispersi.2. Cracking /
Breaking : pecahnya emulsi karena film yang melapisi partikel rusak dan butirminyak
menyatu kembali. Sifatnya irreversible, hal ini terjadi karena :

Peristiwa kimia : penambahan alkohol, perubahan pH, penambahan CaO/CaCl


2
exicatus.

Peristiwa fisika : pemanasan, penyaringan, pendinginan, pengadukan.


3. Inversi : perubahan tipe emulsi A/M menjadi M/A atau sebaliknya.
C.
MONOGRAFI ZAT AKTIF
1.
Tween 80 (polisorbat 80)
Polisorbat 80 adalah hasil kondensasi oleat dari sorbitol dan anhidridanya
denganetilenoksida.Pemerian : cairan kental seperti minyak, jernih, kuning, bau asa
m lemak, dank has.Kelarutan : mudah larut dalam air, dalam etanol 95%, dalam etil
asetat, dan dalammethanol. Sukar larut dalam paraffin cair, dan dalam minyak biji
kapas.Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapatKhasiat dan penggunaan :
zat tambahan.Hlb Butuh : 15
2.
Span 80
Nama resmi : Sorbitan monooleatNama lain : Sorbitan atau span 80RM : C
3
O
6
H
27
Cl
17
Pemerian : Larutan berminyak, tidak berwarna, baukarakteristik dari asam lemak.

Laporan Praktikum Farmasi Fisika


2011
Lab. Farmasi Terpadu Unit E


Farmasi Fisika

Department of Pharmacy

Bandung Islamic University


7 dari 13
Kelarutan : Praktis tidak larut tetapi terdispersidalam air dan dapat bercampur denga
nalkohol sedikit larut dalam minyak biji
kapas.Kegunaan : Sebagai emulgator dalam fase minyakPenyimpanan : Dalam wad
ah tertutup rapatHLB Butuh : 4,3
3.
Oleum cocos
Minyak kelapa adalah minyak lemak yang diperoleh dengan pemerasan endosperm
kering.Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna atau kuning pucat, bau khas, tidak
tengik.Kelarutan : ;arut dalam 2 bagian etanol 95% p pada suhu 60 C, sangat
mudah larut dalamkloroform p, dan dalam eter p.Penyimpanan : dalam wadah
tertutup baik, terlindung dari cahaya , dan ditempat sejuk.Khasiat dan penggunaan :
zat tambahan.
D.
ALAT DAN BAHAN

Alat
- Tabung sedimentasi- Stirrer- Neraca- Kaca arloji- Cawan- Spatula

Bahan
Span 80Tween 80AquaOleum Cocos
E.
PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN
1.
Jumlah Tween 80 dan Span 80

Laporan Praktikum Farmasi Fisika


2011
Lab. Farmasi Terpadu Unit E

Farmasi Fisika

Department of Pharmacy

Bandung Islamic University


8 dari 13
Tipe Emulsi Nilai HLB butuh
1 52 73 94 115 13Jumlah emulgator total = jumlah tween 80 + jumlah span 80[(gram
emulgator total. HLB butuh) = {(gram T80.HLB
T80
) + (gram S80.HLB
s80
)]Misal jumlah Tween 80 = a
gramMaka emulgator total = a + jumlah span 80Emulgator total = 3/100.100 gram =
3 grama = tween 80b = span 80
a.
Tipe emulsi 1
3.5 = (a gram.15) + [(3-a)gram . 4,3]15 = 15a gram+12,9 -4,3a gram15-12,9 = 15a
gram- 4,3 a gram2,1 = 10,7 aa = 0,196b = 2,803
b.
Tipe emulsi 2
3.7 = (a gram.15) + [(3-a)gram . 4,3]21 = 15a gram+12,9 - 4,3a gram21-12,9 = 15a
gram - 4,3 a gram8,1 = 10,7 aa = 0,757b = 2,243
c.
Tipe emulsi 3
3.9 = (a gram.15) + [(3-a)gram . 4,3]

Laporan Praktikum Farmasi Fisika


2011
Lab. Farmasi Terpadu Unit E


Farmasi Fisika

Department of Pharmacy

Bandung Islamic University


11 dari 13
Pada uji stabilitas emulsi ini, surfaktan yang digunakan adalah tween 80 ( HLB 15)
dan span 80(HLB 4,3). Tween 80 dan span 80 dapat menurunkan tegangan
permukaan pada emulsi.Tween 80 dicampurkan dengan air. HLB 8-18 merupakan
jenis emulgator minyak dalam air.Sehingga tween 80 harus dicampurkan dengan air.
Tween memiliki gugus polar dan nonpolar, pada tahap gugus polar tween akan
mengarah pada fase cair dan akan menghasilkantipe emulsi m/a. Span memiliki
HLB 4,3 dan merupakan tipe emulgator a/m ( HLB 3-6) ,sehingga span dicampurkan
dengan minyak kelapa. Gugus nonpolar span 80 akan berikatandengan minyak
kelapa dan membentuk emulsi tipe a/m. HLB butuh minyak setara dengan
HLBsurfaktan. Dalam hal ini, surfaktan yang digunakan untuk mengemulsikan
minyak sehinggamembentuk emulsi yang stabil adalah span 80 dan tween 80.
Kombinasi penggunaan tween80 dan span 80 akan menstabilkan emulsi dan
menghasilkan HLB yang dibutuhkan.penambahan tween 80 dan span 80 akan
memperkental emulsi, sehingga pada tahapberikutnya dilakukan tahap pemanasan
pada suhu 60- 70C dan pengadukan untukmembentuk emulsi, menurunkan atau
mereduksi kekentalan pada emulsi, menambahkelarutan tween 80 dan air pada fase
minyak, dan menambah kecepatan difusi tween 80 padafase minyak. Dalam hal ini,
terjadi ikatan antara gugus hidrofil dan gugus lipofil pada masing-masing tween 80
dan span 80 dengan air dan minyak. Hal tersebut membuat surfaktan akanselalu
berada pada antarmuka suatu cairan bila gugus hidrofil dan lipofilnya
seimbang.Sedangkan pada percobaan kali ini penambahan tween 80 dan span 80
tidak seimbang.Setelah emulsi terbentuk dengan homogen, emulsi dimasukkan
kedalam tabung sedimentasiuntuk diketahui kestabilannya melalui pembentukkan
creaming. Pada tabung sedimentasi tipe1-5, jumlah tween 80 yang ditambahkan
semakin banyak. Sedangkan pada tabung sedimentasitipe emulsi 1-5 jumlah span
80 yang ditambahkan semakin sedikit. Setelah satu jam didiamkan,terbentuk
creaming dipermukaan atas pada beberapa tabung sedimentasi. Hal
inimenunjukkan bahwa emulsi terbentuk tidak stabil. Pembentukkan creaming
ini dapatdisebabkan oleh terjadinya tarik menarik antara molekul polar dengan polar
dan molekulnonpolar dengan nonpolar lebih kuat dan salah satu molekul
mengandung fase dispersi lebihbanyak daripada lapisan lain . Akan tetapi creaming
ini mudah terbentuk emulsi kembalidengan penggojokan karena lapisan film pada
setiap molekul. pada tabung sedimentasi 3emulsi terbentuk stabil dengan tidak
ditemukannya creaming. Hal tersebut karena terjadinyapernambahan tween 80 dan
span 80 yang stabil dan diantara HLB stabil oleum cocos (HLB 9).Maka dapat
disimpulkan bahwa emulsi yang terbentuk adalah tipe minyak dalam air ( HLB 8-18).

Laporan Praktikum Farmasi Fisika


2011
Lab. Farmasi Terpadu Unit E

Farmasi Fisika

Department of Pharmacy

Bandung Islamic University


12 dari 13
I.
KESIMPULAN
1.
Tween 80 dan span 80 bekerja sebagai emulgator (surfaktan) yang memiliki
gugushidrofil dan lipofil sehingga dapat mengikat minyak kelapa yang bersifat
nonpolar dan airyang bersifat polar sehingga membentuk emulsi yang stabil. Tween
80 dan span 80 punakan melumasi partikel pembentuk agregat sehingga mencegah
terjadinya ikatan antarapartikel yang sejenis. Sehingga dapat dicegah terjadinya
creaming.2.
HLB stabil emulsi adalah 9, karena pada fase 3 ini tidak terjadi creaming pada
hari pertamapengamatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa emulsi memiliki
kekentalan yang stabilsehingga dapat menghambat terjadinya creaming dan
memiliki lapisan Film dapatmencegah penyatuan agregat yang sejenis. HLB stabil
oleum cocos (HLB 9). Maka dapatdisimpulkan bahwa emulsi yang terbentuk adalah
tipe minyak dalam air ( HLB 8-18).

Laporan Praktikum Farmasi Fisika


2011
Lab. Farmasi Terpadu Unit E

Farmasi Fisika

Department of Pharmacy

Bandung Islamic University


13 dari 13
DAFTARPUSTAKA
Anief, moh.1997. ilmu meracik obat. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.Anonim.
1979.
Farmakope Indonesia Edisi III.
Depkes RI.Ansel, howard. 1989. Pengantar bentuk sediaan farmasi. Jakarta:
universitas IndonesiaMartin, A et.al. 1993.
Farmasi Fisika.
Jakarta: Universitas Indonesia Press

Anda mungkin juga menyukai