Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI

EMULSIFIKASI

DISUSUN OLEH
KELOMPOK C2

1. Fadila Octavia (219790) 8. Jihan Khairunnisa (219811) 2. Fathul Abdil Khobir


(219793) 9. Juwanti (219814) 3. Ferry Herliwisandi (219796) 10. Khaisya Sabila
(219817) 4. Fitroh Rezky Akbar Maulana (219799) 11. Maratus Sholihah (219820) 5.
Gideon Zean Agasi (219802) 12. Maya Sari (219823) 6. Herlyana (219805) 13. Moses
Arnold Alpharandi (219826) 7. Iqklima Syah Ada (219808) 14. Muhammad Amin
(219829)

DOSEN PENGAMPU : Dian Kartikasari M.Farm.,Apt.

AKADEMI FARMASI YARSI PONTIANAK


TA 2021/2022
PERCOBAAN VIII

EMULSIFIKASI
A. Tujuan percobaan
1. Menghitung jumlah emulgator golongan surfaktan yang digunakan dalam
pembuatan emulsi
2. Membuat emulsi dengan menggunakan emulgator golongan surfaktan
3. Mengevaluasi kestabilan suatu emulsi
4. Menentukan HLB butuh minyak yang digunakan dalam pembuatan emulsi

B. Dasar teori
Emulsi adalah suatu sistem yang secara termodinamika tidak stabil, terdiri
dari paling sedikit dua fasa sebagai globul-blobul dalam fasa cair yang lainnya.
Sistem ini biasanya distabilkan dengan emulgator. Emulgator adalah bahan aktif
permukaan yang menurunkan tegangan antarmuka antara minyak dan air dan
mengelilingi tetesan terdispersi dengan membentuk lapisan yang kuat untuk
mencegah koalesensi dan pemisahan fase terdispersi.
Adapun teori emulsifikasi dalam semua cairan terdapat tekanan yang
menyebabkan tetesan dari cairan yang mempunyai bentuk pada permukaan paling
bawah dengan hubungannya dengan ukuran yaitu bentuk bola. Karena itu, jika dua
tetesan dalam kontak satu sama lain, mereka bekoalesen membentuk satu tetesan
yang lebih besar karena hasil ini dalam penurunan total permukaan ditunjukkan oleh
massa cairan yang dihadirkan kembali.
Apabila menggunakan surfaktan sebagai emulgator dapat juga terjadi emulsi
dengan sistem yang kompleks (multiple emulsion). Sistem ini merupakan jenis
emulsi air-minyak-air atau sebaliknya.
Dalam pembuatan suatu emulsi pemilihan emulgator merupakan faktor yang penting
untuk diperhatikan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi
oleh emulgator yang digunakan. Mekanisme kerja emuulgator ini adalah menurunkan
tegangan antar permukaan air dan minyak serta membentuk lapisan film pada
permukaan globul-globul fasa terdispersinya.
Secara kimia molekul surfaktan terdiri dari gugus polar dan non polar. Apabila
surfaktan dimasukkan kedalam sistem yang terdiri dari air dan minyak, maka gugus
polar akan terarah ke fasa air sedangkan gugus non polar lebih kuat cenderung
membentuk emulsi minyak dalam air, sedangkan bila gugus non polar yang lebih
kuat akan cenderung membentuk emulsi air dalam minyak.
Metode yang dapat digunakan untuk menilai efisiensi emulgator yang
ditambahkan adalah metode HLB (hydrophilic-lyphophilic-balance). Makin tinggi
harga HLB suatu surfaktan semakin bersifat polar. Selain itu harga HLB butuh suatu
minyak tetap untuk suatu sistem emulsi tertentu dan harga ini ditentukan
berdasarkan percobaan.
Contoh :
R/ paraffin cair 20%
Emulgator 5%
Air ad 100%
Jika harga HLB butuh paraffin cair adalah 12, maka secara teoritis emulgator
dengan harga HLB 12 merupakan emulgator yang paling stabil sesuai untuk emulsi
tersebut. Namun kenyataannya, jarang ditemukan HLB surfaktan yang harganya
persis dengan HLB butuh minyak. Oleh karena itu, penggunaan kombinasi 2 yang
emulgator dengan HLB rendah dan HLB tinggi akan memberikan hasil yang lebih
baik. Hal ini karena dengan menggunakan kombinasi emulgator dapat diperoleh
harga HLB yang sama dengan harga HLB butuh minyak dan film antarmuka
terbentuk lebih rapat. Selain itu penggunaan kombinasi emulgator akan
menghasilkan emulsi yang lebih tinggi karena terbentuknya film yang lebih rapat
pada permukaan globul.
Misal, pada emulsi tersebut digunakan kombinasi emulgator tween 80 (HLB =
15) dan span 80 (HLB = 4,3), maka jumlah masing-masing emulgator yang
digunakan dapat dihitung sebagai berikut :
Emulgator yang dibutuhkan = 5% x 100 g = 5 g
Misalkan jumlah tween 80 yang dibutuhkan = a g
Span 80 yang dibutuhkan = (5 – a) g
(a x 15) + (5 – a) x 4,3 = 12 x 5
15a – 4,3a + 21,5 = 60
10,7a = 38,5
a = 3,6
jadi tween 80 yang dibutuhkan = 3,6 g
span 80 yang dibutuhkan = 5 – 3,6 = 4,1 g
Emulsi adalah suatu sistem yang tidak stabil karena adanya energi bebas
permukaan yang besar. Hal ini terjadi karena pada proses pembuatannya luas
permukaan salah satu fasa akan bertambah berlipat-lipat kali. Sistem tersebut akan
selalu memantapkan diri agar energi bebas bisa menjadi nol yaitu dengan cara
penggabungan globul.
Berdasarkan hal tersebut dikenal beberapa fenomena ketidakstabilan emulsi,
yaitu
1. Flokulasi dan creaming
2. Koalesen dan demulsifikasi

C. Monografi
1. Minyak kelapa
OLEUM COCOS
Minyak kelapa
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna atau kuning pucat, bau khas, tidak tengik
Kelarutan : larut dalam 2 bagian etanol (95%) P pada suhu 60°, sangat mudah
larut dalam kloroform P, dan dalam eter P
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, ditempat
sejuk Khasiat : zat tambahan
2. Tween 80
POLYSORBATUM-80
Polisorbat-80
Pemerian : cairan kental seperti minyak, jernih, kuning, bau asam lemak khas
Kelarutan : mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P, dalam etil asetat P dan
dalam metanol P, sukar larut dalam parafin cair P, dan dalam minyak biji kapas P
Penyimpana : dalam wadah tertutup rapat
Khasiat : zat tambahan
3. Span 80
SORBITON MONO
Pemerian : cairan kental seperti minyak jernih, kuning, bau asam lemak khas
Kelarutan : mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P, sukar larut dalam
parafin cair dan dalam minyak biji kapas
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
Khasiat : sebagai surfaktan
4. Aquadet
AQUA DESTILLATA
Air suling
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai
rasa Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
D. Alat dan bahan
1. Alat
- Gelas ukur 100 ml
- Beaker glass 250 ml
- Tabung reaksi
- Mixer
- Thermometer
2. Bahan
- Minyak kelapa
- Tween 80
- Span 80
- Aquadest

E. Perhitungan
R/ minyak kelapa 20
Emulgator 5%
Air ad 100
Emulgator yang dibutuhkan = 5% x 100 g = 5 g
Misalkan jumlah tween 80 yang dibutuhkan = a
g Span 80 yang dibutuhkan = (5 – a) g

1. HLB butuh 10
∙ Minyak Kelapa = 20 g

Emulgator yang dibutuhkan = 5% x 100 g = 5 g


Misalkan jumlah tween 80 yang dibutuhkan = a
g

Span 80 yang dibutuhkan = (5 – a) g

(a x 15) + (5 – a) x 4,3 = 10 x 5
15a – 4,3a + 21,5 = 50
10,7a = 28,5
a = 2,6
∙ jadi tween 80 yang dibutuhkan = 2,6 g
∙ span 80 yang dibutuhkan = 5 – 2,6 g = 2,4 g ∙
Air = 100 – (20 + 2,6 + 2,4)
= 100 – 25
= 75 ml
2. HLB butuh 11
∙ Minyak Kelapa = 20 g

Emulgator yang dibutuhkan = 5% x 100 g = 5 g


Misalkan jumlah tween 80 yang dibutuhkan = a
g

Span 80 yang dibutuhkan = (5 – a) g

(a x 15) + (5 – a) x 4,3 = 11 x 5
15a – 4,3a + 21,5 = 55
10,7a = 33,5
a = 3,1

∙ jadi tween 80 yang dibutuhkan = 3,1 g


∙ span 80 yang dibutuhkan = 5 – 3,1 g = 1,9 g ∙
Air = 100 – (20 + 3,1 + 1,9)
= 100 – 25
= 75 ml

3. HLB butuh 12
∙ Minyak Kelapa = 20 g
Emulgator yang dibutuhkan = 5% x 100 g = 5 g
Misalkan jumlah tween 80 yang dibutuhkan = a
g

Span 80 yang dibutuhkan = (5 – a) g

(a x 15) + (5 – a) x 4,3 = 12 x 5
15a – 4,3a + 21,5 = 60
10,7a = 38,5
a = 3,6
∙ jadi tween 80 yang dibutuhkan = 3,6 g
∙ span 80 yang dibutuhkan = 5 – 3,6 g = 1,4 g ∙
Air = 100 – (20 + 3,6 + 1,4)
= 100 – 25
= 75 ml
F. Penimbangan
∙ HLB butuh 10
Minyak Kelapa = 20 gram
Tween 80 = 2,6 gram
Span 80 = 2,4 gram
Air = 75 ml
∙ HLB butuh 11
Minyak Kelapa = 20 gram
Tween 80 = 3,1 gram
Span 80 = 1,9 gram
Air = 75 ml
∙ HLB butuh 12
Minyak Kelapa = 20 gram
Tween 80 = 3,6 gram
Span 80 = 1,4 gram
Air = 75 ml

G. Cara kerja
Penentuan HLB butuh minyak dengan jarak HLB besar buatlah suatu seri emulsi
dengan HLB butuh masing-masing adalah 6, 7, 8, 9, 10, 11, dan 12 dengan cara

bahan

- dihitung jumlah tween dan span yang dibutuhkan untuk masing-masing


harga HLB butuh
- ditimbang masing-masing minyak, air, tween, dan span sejumlah yang
dibutuhkan
- dicampurkan minyak dengan span, air dengan tween lalu panaskan diatas
penangas air sampai 70°C
- ditambah campuran minyak kedalam campuran dan segera diaduk dengan
pengaduk elektrik pada kecepatan dan waktu yang sama
- dimasukkan dalam tabung sedimentasi dan beri tanda untuk masing
masing
HLB
- diamati kestabilannya selama 1 minggu
- dicatat pada harga HLB berapa emulsi relatif paling stabil

hasil
H. Hasil dan pembahasan
❖ HLB butuh 10
HARI CREAMING RATA-RATA

R1 R2 R3 R4 R5

F0 11,5 11,5 11,5 11,5 11 11,4

F1 5 2,5 4 3 3,5 3,6

F2 4,5 2,5 4 3 3 3,4

F3 4,5 2,5 3,8 3 3 3,36

F4 4,5 2,5 3,8 3 3 3,36

F5 4,5 2,5 3,8 3 3 3,36

F6 4,5 2,5 3,8 2,9 3 3,34

Keterangan : F0 = 11,5 cm
Rumus menghitung Nilai F :
F = ����
��0�� 100%
Keterangan : F = Volume Sedimentasi
Fi = Volume sedimen
F0 = Volume Awal
∙ Hari F0 = F = 11,4
11,5�� 100% = 99,13 %
∙ Hari F1 = F = 3,6

11,5�� 100% = 31,3 %

∙ Hari F2 = F = 3,4
11,5�� 100% = 29,5%

∙ Hari F3 = F = 3,36
11,5�� 100% = 29,2%

∙ Hari F4 = F = 3,36
11,5�� 100% = 29,2%
∙ Hari F5 = F = 3,36

11,5�� 100% = 29,2%

∙ Hari F6 = F = 3,34
11,5�� 100% = 29,04 %

❖ GRAFIK
❖ HLB butuh 11
HARI CREAMING RATA-RATA

R1 R2 R3 R4 R5

F0 11,5 11,5 11,5 11,5 11 11,4

F1 4 3,5 4 3,5 3,7 3,74

F2 3,5 3,5 3,5 3 3,7 3,44

F3 3,5 3,5 3,5 3 3,7 3,44

F4 3,5 3,5 3,5 3 3,7 3,3

F5 3,5 3,5 3,5 3 3,7 3,3

F6 3,5 3,5 3,5 3 3,7 3,3

Keterangan : F0 = 11,5 cm
Rumus menghitung Nilai F :
F = ����
��0�� 100%
Keterangan : F = Volume Sedimentasi
Fi = Volume sedimen
F0 = Volume Awal

∙ Hari F0 = F = 11,5
11,5�� 100% = 99,13 %
∙ Hari F1 = F = 3,74

11,5�� 100% = 32,52 %


∙ Hari F2 = F = 3,44

11,5�� 100% = 29,91 %


∙ Hari F3 = F = 3,44
11,5�� 100% = 29,91 %
∙ Hari F4 = F = 3,3

11,5�� 100% = 28,69 %


∙ Hari F5 = F = 3,3

11,5�� 100% = 28,69 %


∙ Hari F6 = F = 3,3

11,5�� 100% = 28,69 %

❖ GRAFIK

❖ HLB butuh 12
HARI CREAMING RATA-RATA

R1 R2 R3 R4 R5

F0 8,5 3,5 6 3 0,5 4,3

F1 5,5 3,5 5 3 1 3,6

F2 5,5 3,5 4,5 3 1 3,5

F3 5,5 3,5 4,5 2 1 3,3

F4 5,3 3,3 4,5 2 1 3,42

F5 5,3 3,3 4,5 2 1 3,42

F6 5,3 3,3 4,5 2 1 3,42

Keterangan : F0 = 11,5 cm
Rumus menghitung Nilai F :
F = ����
��0�� 100%
Keterangan : F = Volume Sedimentasi
Fi = Volume sedimen
F0 = Volume Awal
∙ Hari F0 = F = 4,3
11,5�� 100% = 37,39 %
∙ Hari F1 = F = 3,6

11,5�� 100% = 31,30 %


∙ Hari F2 = F = 3,5

11,5�� 100% = 30,43 %


∙ Hari F3 = F = 3,3

11,5�� 100% = 28,69 %


∙ Hari F4 = F = 3,42

11,5�� 100% = 29,73 %


∙ Hari F5 = F = 3,42

11,5�� 100% = 29,73 %


∙ Hari F6 = F = 3,42

11,5�� 100% = 29,73 %

❖ GRAFIK

Pembahasan

Emulsi adalah suatu sistem yang secara termodinamika tidak stabil, terdiri dari paling
sedikit dua fasa sebagai globul-blobul dalam fasa cair yang lainnya. Sistem ini biasanya
distabilkan dengan emulgator. Emulgator adalah bahan aktif permukaan yang menurunkan
tegangan antarmuka antara minyak dan air dan mengelilingi tetesan terdispersi dengan
membentuk lapisan yang kuat untuk mencegah koalesensi dan pemisahan fase terdispersi.

Di dalam emulsi untuk mencampurkan dua fase yang tidak saling bercampur dapat
digunakan emulgator yang berfungsi untuk menstabilkan fase air dan minyak yang tidak
saling bercampur tersebut. Emulgator yamg digunakan pada praktikum ini adalah tween 80
dan span 80, untuk menurunkan tegangan permukaan antara fase minyak dan fase air,
dengan memperbaharui ukuran partikel yang besar dan berukuran seragam sehingga dapat
bercampur saat melakukan pengadukkan (Jufri, 2004).

Pada percobaan kali ini dilakukan pembuatan emulsi minyak dalam air dengan
emulgator golongan surfaktan, digunakan emulgator tween 80 dan span 80, dimana tween
80 untuk fase air dan span 80 untuk fase minyak, maka emulsi yang stabil dapat dibuat
dengan mudah dengan menggunakkan kombinasi surfaktan yang polar dan yang nonpolar.
Kombinasi tersebut dapat menghasilkan fase antarmuka yang mencakup tinggi permukaan,
viskositasnya, dan juga mencegah terjadinya creaming dan meningkatnya stabilitas.
Creaming merupakan salah satu yang diamati dan merupakan bentuk ketidakstabilan emulsi
yang akan diamati pada percobaan ini.

Alasan digunakannya tween dengan mencampurkannya ke air, karena tween


mempunyai gugus polar yang lebih besar dari pada gugus non polarsehingga tween ini lebih
mengarah ke air. Sedangkan span digunakan pada minyak karena minyak mempunyai
gugus non polar lebih besar dari pada gugus polarnya sehingga span lebih cenderung ke
minyak

Pada percobaan emulsifikasi ini akan dibuat emulsi dengan nilai HLB 10,HLB 11,dan
HLB 12. Bahan yang digunakan adalah minyak kelapa,air dan emulgator kombinasi
surfaktan yaitu tween 80 dan span 80. Proses pengerjaan diawali dengan menghitung
jumlah Tween 80 dan Span 80 yang dibutuhkan untuk setiap nilai HLB butuh 10,11,dan 12.

Langkah selanjutnya ditimbang bahan dan dilarutkan masing-masing bahan. Pada


fase yang sama, tween dilarutkan dalam air sebagai fase air dan span 80 dilarutkan ke
dalam minyak sebagai fase minyak. Hal ini disebabkan karena tween 80 memiliki HLB 15,6
dan span 80 memiliki HLB 4,3. Semakin tinggi harga HLB maka semakin polar atau
hidrofolik sediaan itu sebaliknya semakin rendah harga HLB maka semakin nonpolar atau
hidrofolik sediaan tersebut. Sehingga tween 80 larut dalam air dan span larut dalam minyak
(Ansel, 2010).

Setelah itu dicampurkan kedua fase yaitu fase minyak dan fase air kedalam cawan
penguap dan dipanaskan diatas penangas air kurang lebih 5 menit dengan diaduk
menggunakan batang pengaduk. Setelah mendidih larutan fase air dimasukkan kedalam
mortir yang sudah dipanaskan, lalu dimasukkan fase minyak secara perlahan-lahan sambil
digerus dengan cepat selama kurang lebih 5 menit, hal ini bertujuaan untuk
menghomogenkan antara fase minyak dan fase air (Jufri, 2004).

Terbentuknya emulsi ditandai dengan berubahnya warna campuran menjadi putih susu.
Setelah emulsi terbentuk masukkan kedalam tabung reaksi dan beri tanda mengunakan
milimeter block sesuai dengan nilai HLB masing-masing,kemudian tinggi emulsi dalam
tabung reaksi di usahakan sama dan lalu dicatat waktu mulai memasukan emulsi ke dalam
tabung reaksi,kemudian amati jenis ketidakstabilan emulsi yang terjadi selama 7 hari

Setelah pembuatan emulsi dengan emulgator Span dan Tween, diamati hasilnya selama
7 hari ,dapat dilihat kestabilan emulsi dihari pertama, HLB butuh 10 selama 7 hari
mempunyai nilai rata-rata yaitu ; hari pertama 11,4 cm, hari kedua 3,6 cm, hari ketiga 3,4
cm, hari keempat 3,36 cm, hari kelima 3,36 cm, hari keenam 3,36 cm, dan hari ketujuh 3,34
cm. HLB 11 ; hari pertama 11,4 cm, hari kedua 3,74 cm, hari ketiga 3,44 cm, hari keempat
3,44 cm, hari kelima 3,3 cm, hari keenam 3,3 cm, dan hari ketujuh 3,3 cm. Dan HLB 12 ; hari
pertama 4,1 cm, hari kedua 3,6 cm, hari ketiga 3,5 cm, hari keempat 3,3 cm, hari kelima
3,42 cm, hari keenam 3,42 cm, dan hari ketujuh 3,42 cm.

Dari hasil pengamatan, setelah emulsi dipindahkan ketabung sedimentasi semua emulsi
mengalami creaming. Dari data pengamatan volume sedimentasi pada creaming yang
terjadi didapatlah kesimpulan bahwa HLB 12 merupakan emulsi yang paling stabil karena
memiliki laju creaming yang sangat kecil sehingga tinggi creaming tidak berubah terlalu
banyak. Sedangkan HLB 10 dan HLB 11 memiliki laju creaming yang sangat besar,karena
sebagian besar terjadi perubahan tinggi creaming di tiap tabung.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa terjadi ketidak stabilan emulsi, pada percobaan ini
ketidakstabilan emulsi yang terjadi dalam percobaan ini yaitu demulsifikasi.Demulsifikasi
adalah proses lebih lanjut dari koalesen dimana kedua fase terpisah kembali menjadi dua
cairan yang tidak saling tercampur.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidak stabilan dari emulsi diantaranya adalah : (Jufri,
2004)
∙ Suhu pemanasan tidak konstan.
∙ Perbedaan intensitas pengaduk.
∙ Pencampuran kurang merata.
∙ Kekompakan dan elastisitas film yang melindungi zat terdispersi. ∙
Ketidak telitian dalam pengamatan kestabilan emulsi.
∙ Suhu yang tidak sama dari kedua fase ketika dicampur, dimana kenaikan temperatur.
dapat mengurangi ketengangan antara muatan dan viskositasnya.

I. Kesimpulan

1. Emulsi adalah suatu sistem dispersi yang secara termodinamika tidak stabil,
terdiri dari paling sedikit dua cairan yang tidak bercampur dan satu diantaranya
terdispersi sebagai globul-globul dalam cairan lainnya. Sistem ini umumnya
distabilkan dengan emulgator.
2. Creaming adalah suatu peristiwa terjadinya lapisan-lapisan dengan konsentrasi
yang berbeda-beda di dalam emulsi.
3. Pada praktikum kali ini didapat hasil HLB 12 merupakan emulsi yang paling stabil
karena memiliki laju creaming yang sangat kecil sehingga tinggi creaming tidak
berubah terlalu banyak. Sedangkan HLB 10 dan HLB 11 memiliki laju creaming
yang sangat besar,karena sebagian besar terjadi perubahan tinggi creaming dari
hari ke-0 hingga hari berikutnya.
Daftar pustaka

∙ Ansel H.C., Allen L.V., and Popovich N.G., 2010, Bentuk Sediaan
Farmasetis dan Sistem Penghantaran Oba, Edisi IX.
Diterjemahkan oleh Hendriati L.,Penerbit Buku
Kedokteran ; Jakarta
∙ Jufri, M. 2004. Formulasi Grameksan Dalam Bentuk Mikroemulsi.
Departemen Farmasi FMIPA-UI. Depok.
∙ Parrot, 1970. Pharmaceutical Thechnology Burgess Publishing Company,
Mineneapolis
∙ Farmakope Indonesia edisi 3
∙ Tim dosen,2022. penuntun praktikum fisika farmasi, akademi farmasi
yarsi pontianak
∙ Wartel, lund, 1994. Codex the pharmaceutical. Press : London
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai