Anda di halaman 1dari 37

Data Preformulasi Emulsi

Data Preformulasi Zat Aktif


Parafin
Pemerian : - Warna
- Rasa
- Bau

cair
: tidak berwarna

: tidak berasa

: tidak berbau (saat dingin)


- Bentuk

: minyak cair kentaal


Kelarutan :

larut dalam aseton, benzen, kloroform, carbon disulfida eter dan petroleum eter.
Tidak bercampur dengan minyak menguap dan lemak padat

praktis tidak larut dalam etanol 95%, gliserin dan air

Titik lebur : > 3600 C


Titik beku : antara 470 C-650 C

Stabilitas :

Mengalami oksidasi ketika dipanaskan dan saat terkena cahaya


Reaksi oksidasi membentuk senyawa peroksida yang akan merubah katalis untuk
reaksi oksidasi selanjutnya.

Hasil oksidasi berupa aldehid dan asam organik yang akan merubah rasa serta
bau.

Inkompatibilitas :

Inkompatibil dengan bahan yang dapat mengoksidasi (oksidator kuat)

Sumber : Farmakope indonesia IV hal. 652, Handbook Of Pharmaceutical Exipent


hal edisi III hal. 395-396

Data Preformulasi Zat Tambahan


Carboxy Metyl Cellulosium Natrium (CMC-Na)

Pemerian : - Warna

: putih sampai krem

- Rasa
- Bau

: hampir tidak berasa


: hampir tidak berbau

- Bentuk

: serbuk atau granul

Kelarutan :

Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloid


Tidak larut dalam etanol, dalam eter dan dalam pelarut organik lain.

Titik leleh : 227-2520 C


pKa : 4,3

bobot jenis : 0,52 gram/cm3

Stabilitas :

Higroskopik dan dapat menyerap air pada kelembapan tinggi


Stabil pada pH 2-10, pengendapan terjadi pada pH 2, viskositas berkurang pada
pH lebih dari pH 10

Sterilisasi cara kering pada suhu 160 0 C selama 1 jam, akan mengurangi viskositas
dalam larutan

Perlu penambahan antimikroba dalam larutan

Inkompatibilitas :

Inkompatibel dengan larutan asam kuat dan dengan larutan garam dari beberapa
logam

pengendapan terjadi pada pH 2 dan pada saat pencampuran dengan etanol 95%.

Membentuk kompleks dengan gliserin dan pektin.

Sumber : Handbook Of Pharmaceutical Exipent hal.97 99

Tween 80

Pemerian : - Warna

: putih bening atau kekuningan

- Rasa
- Bau

: sedikit berasa seperti basa


: bau khas

- Bentuk

: cairan seperti minyak

Kelarutan :

Larut dalam etanol dan air


Tidak larut dalam minyak mineral dan minyak nabati.

pH larutan : 6-8 untuk 5% zat (w/v) dalam larutan berair


Stabilitas :

Stabil bila dicampurkan dengan elektrolit, asam lemah dan basa lemah
Pereaksi saponifikasi terjadi jika dilakukan penambahan basa kuat/ asam kuat

Inkompatibilitas :

perubahan warna atau pengendapan dapat terjadi dengan berbagai bahan,


terutama fenol, tanin
Sumber : Handbook Of Pharmaceutical Exipent hal.479 - 482

Span 80

Pemerian : - Warna

- Rasa
- Bau

: rasa khas
: bau khas

- Bentuk

: cairan kental

: krem sampai kecoklatan

Kelarutan :

Larut atau terdispersi dalam minyak


Larut dalam banyak pelarut organik

Tidak larut dalam air, tetapi dapat terdispersi secara perlahan

Bobot jenis : 1,01 gr/cm3


pH larutan : < 8

Stabilitas :

Stabil jika dicampurkan dengan asam lemah dan basa lemah


Pembentukan sabun terjadi saat dilakukan penambahan asam kuat dan basa kuat

Inkompatibilitas : -

Sumber : Handbook Of Pharmaceutical Exipent hal.591

Cetil alcohol

Pemerian : - Warna

: putih

- Rasa
- Bau

: lemah
: bau khas

- Bentuk

: granul, berbentuk kubus

Kelarutan :

Larut dengan adanya peningkatan temperatur


Praktis tidak larut air

Praktis Tidak larut dalam etanol 95%

Stabilitas :

Stabil dengan adanya asam, alkali, cahaya, dan air tidak dapat tengik
inkompatibilitas :

ketidak campuran dengan bahan pengoksida yang kuat

Sumber : Handbook Of Pharmaceutical Exipent hal.130

ALAT DAN BAHAN


Alat :

Bahan :
Mortir dan stramper

Parafin cair 30%

Stirer

PGA 10%, 15%

Cawan penguap

Tween 80

Water bath

Span 80

Penagas air

Acetil alkohol 10%

Gelas kimia 250 ml,50 ml dan

CMC-Na 0,5 %

100 ml

Aqua destilata
Batang pengaduk
Gelas ukur 10 ml,50 ml dan 100

ml
Labu erlenmeyer
Timbangan digital
Botol coklat
Tabung sedimentasi
Kaca arloji
Termometer

PENIMBANGAN
Parafin cair 30%
Tween 80 3%

=
=
=

30 gram
2,16 gram

Span 80 3%

CMC-Na 0,5 %

0,5 gram

Cetil alkohol 10%

10 gram

Aquadestilata

ad =

0,84 gram

100 ml

PROSEDUR KERJA
a.

Pembuatan Korpus Emulsi Kering

Campurkan 30 gr paraffin + 0,5 gram CMC-Na + 20 ml air

Kocok campuran dengan stirer selama 2 menit

Masukkan dalam tabung sedimentasi

Pengamatan

b.

Pembuatan Korpus Emulsi Basah

Kembangkan dengan air 0,5 gram CMC-Na gr

Tambahkan 30 gram paraffin cair

kocok dengan stirrer selama 2 menit

Masukkan dalam botol yang telah ditara dan tambahkan air sampai volume 100
ml

Dilakukan pengamatan

c.

Pembuatan tanpa korpus emulsi

Campur 30 gr paraffin tambah 0,5 gr CMC-Na sekaligus tanpah dikembangkan


dahulu

Tambahkan air 50 ml

Kocok dengan stirrer selama 2 menit

masukkan ke dalam botol dan genapkan volume sampai 100 ml

Dilakukan pengamatan

d.

Pembuatan emulsi (tween 80 & span 80)

Campur 30 gr paraffin cair + 0,84 gram span 80 dan tambahkan air dalam cawan

panaskan samapai suhu 70 C

Campur tween tambah air dalam cawan

campurkan kedua campuran tersebut kocok dengan stirrer selama 2 menit

masukkan dalam botol dan genapkan hingga 100 ml

Dilakukan pengamatan

e.

Pembuatan emulsi (Tween & span 80 & cetil alcohol)

Campur 30 gr paraffin, span 80 dan cetyl alcohol dalam cawan penguap

Dipanaskan

Campur tween 80 dan air panaskan sampai suhu 70 C

Campur kedua campuran tersebut kocok dengan stirrer

masukkan dalam botol dan genapkan hingga 100 ml

Dilakukan pengamatan

HASIL PENGAMATAN
Tabel 1.1 pengamatan sediaan emulsi
Organolepstis

METODE

Bau

Rasa

Warna

Bobot jenis

Korpus emulsi basah

Bau khas

Agak Pahit

Keruh

0,981

Korpus emulsi kering

Bau khas

Agak Pahit

Keruh

0,978

Tanpa korpus emulsi

Bau khas

Agak Pahit

Keruh

0,983

Emulsi (tween & span 80)

Bau khas

Lemah

Keruh

0,992

Agak Pahit

Putih

0,940

Emulsi (tween & span &


Bau khas
cetil)

Tabel 1.2 Volume sedimentasi


Menit ke

Tabung 1 Tabung 2
Ho

Tabung 3

Tabung 4

Tabung 5

Hu

Ho

Hu

Ho

Hu

Ho

Hu

Ho

Hu

10

97

97

90

89

95

93

99

95

90

90

20

95

95

90

85

95

90

97

90

90

90

30

93

92

88

85

95

86

95

85

90

90

60

92

90

88

83

93

84

95

80

89

88

120

91

85

86

83

93

80

93

80

89

88

Hari 1

90

85

86

82

90

77

90

78

88

88

Hari 3

90

85

84

80

90

75

90

75

87

87

Keterangan :

Tabung 1

: korpus emulsi kering

Tabung 2

: korpus emulsi basah

Tabung 3

: emulsi tanpa korpus

Tabung 4

: Emulsi dengan (tween & span 80)

Tabung 5

: Emulsi dengan (tween & span 80 & cethyl alkohol)

PEMBAHASAN
Dalam praktikum kali ini, dilakukan proses pembuatan sediaan farmasi berupa
emulsi. Emulsi adalah suatu sistem yang tidak stabil secara termodinamik yang
mengandung paling sedikit dua fase cair yang tidak bercampur, dimana satu
diantara zat cair tersebut terdispersi (fase pendispersi) dalam fase cair lainnya (fase
pendispersi).
Pada dasarnya obat mempunyai berbagai macam bentuk. Semua bentuk
obat mempunyai karakteristik dan tujuan tersendiri.

Ada zat yang tidak stabil jika

berada dalam sediaan tablet sehingga harus dalam bentuk kapsul ada juga dalam
sediaan emulsi. Semua sediaan diformulasikan khusus demi tercapainya efek terapi
yang diinginkan.
Pada percobaan Farmasetika IA ini, salah satu tujuan percobaan yang
dilakukan yaitu untuk mengetahui sediaan larutan atau formulasi yang baik serta
dapat mengevaluasi sediaan yang dianggap baik dan memenuhi syarat yang stabil.
Sehingga pada percobaan ini dibuat lima sediaan emulsi.
Dalam pembuatan sediaan emulsi, zat aktif yang digunakan adalah parafin
cair. Parafin cair ini akan mengalami oksidasi ketika dipanaskan dan saat terkena
sinar cahaya. Sehingga pada saat pemanasan/penggunaan parafin cair tidak boleh
terlalu panas.
Selain bahan berkhasiat/zat aktif yang dibutuhkan dalam pembuatan sediaan
emulsi, selain itu juga dibutuhkan bahan pembantu/tambahan,seperti: CMC-Na,
Tween, span, cetil alkohol dan aquadestilata.

Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar


memperoleh emulsi yang stabil dan merupakan faktor yang penting karena mutu
dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan
untuk mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetesan besar dan akhirnya menjadi
satu fase tunggal yang memisah. Emulsi dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu emulsi vera (emulsi alam) dan emulsi spuria (emulsi buatan). Emulsi vera
dibuat dari biji atau buah, dimana terdapat disamping minyak lemak juga emulgator
yang biasanya merupakan zat seperti putih telur.
Kestabilan

suatu

emulsi

adalah

kemampuan

suatu

emulsi

untuk

mempertahankan distribusi yang teratur dari fase terdispersi dalam jangka waktu
yang lama. Penurunan stabilitas dapat dilihat jika terjadi campuran (Bj fase
terdispersi lebih kecil dari Bj fase pendispersi ). Hal ini menyebabkan pemisahan
dari kedua fase emulsi.
Pengawet yang biasa digunakan umumnya merupakan sediaan sirup dengan
dosis berulang, sehingga terdapat kemungkinan yang sangat besar mengalami
kontaminasi mikroorganisme. oleh sebab itu, diperlukan pengawet yang merupakan
salah satu bahan pembantu untuk mengurangi kontaminasi mikroorganisme.
Dalam praktikum ini dilakukan pembuatan sediaan lima emulsi, yang masingmasing sediaan mengandung beberapa penyusun.

Pembuatan Korpus Emulsi Basah


Dari hasil pengamatan dengan cara korpus emulsi basah diperoleh tinggi

sedimentasi menit ke 10= 0,98 ; 20= 0,94 ; 30= 0,96 ; 60= 0,94 ; 120= 0,96 ; 1
hari= 0,95 ; 3 hari= 0,95. emulsi ini dapat dikatakan stabil karena harga Hu/Ho nya
= 1 dan ada pula yang mendekati 1. sedangkan dari pengamatan organoleptis
diketahui bau yang khas, warna agak keruh dan terjadi pembentukan lapisan
seperti

susu.

Lapisan

yang

sedikit

keruh

kemungkinan

disebabkan

dalam

pengerusan atau pencampuran kurang homogen dan halus, selain itu juga memiliki
rasa agak pahit dan memiliki bobot jenis 1.

Pembuatan Korpus Emulsi kering

Dari hasil pengamatan dengan cara korpus emulsi kering diperoleh volume
sedimentasi menit ke 10= 1 ; 20= 1 ; 30= 0,98 ; 60= 0,97 ; 120= 0,93 ; 1 hari=
0,94 ; 3 hari= 0,94. emulsi ini dapat dikatakan stabil karena harga Hu/Ho nya = 1
atau mendekati satu. sedangkan dari pengamatan organoleptis diketahui bau yang
khas, warna agak keruh dan terjadi pembentukan lapisan seperti susu. Lapisan
yang agak keruh tersebut kemungkinan dapat disebabkan dalam penggerusan
kurang halus dan homogen sehingga terjadi dua lapisan yakni susu dan cairan agak
keruh., selain itu juga dalam sediaan emulsi ini memiliki rasa agak pahit (lemah)
dan memiliki bobot jenis 0,978.

Pembuatan Emulsi Tanpa Korpus


Dari hasil pengamatan dengan cara tanpa korpus emulsi diperoleh tinggi

sedimentasi menit ke 10= 0,97 ; 20= 0,94 ; 30= 0,90 ; 60= 0,90 ; 120= 0,86 ; 1
hari= 0,89 ; 3 hari= 0,83. Emulsi ini dapat dikatakan stabil karena harga Hu/Ho nya
= 1 dan ada pula yang mendekati 1. sedangkan dari pengamatan organoleptis
diketahui bau yang khas, warna agak keruh dan terjadi pembentukan lapisan
seperti susu. Lapisan yang agak keruh tersebut kemungkinan dapat disebabkan
dalam penggerusan kurang halus dan homogen sehingga terjadi dua lapisan yakni
susu dan cairan agak keruh. emulsi ini justru pada lapisan seperti susu lebih sedikit,
kemungkinan dari cara pembuatannya yang dilakukan secara langsung tanpa ada
pengembangan terlebih dahulu sehingga hasil sediaan tersebut kurang baik atau
bisa juga dari pembuatan yang kurang maksimal. Selain itu juga dari dalam sediaan
emulsi ini memiliki rasa agak pahit (lemah) dan memiliki bobot jenis 0,983.

Pembuatan Emulsi (Tween dan Span)


Pada pengamatan dengan emulgator sintetis dengan menggunakan tween

dan span diperoleh tinggi/harga Hu/Ho pada menit ke 10= 0,95 ; 20= 0,92 ; 30=
0,89 ; 60= 0,84 ; 120= 0,86 ; 1 hari= 0,86 ; 3 hari= 0,83. Emulsi ini dapat dikatakan
stabil karena harga Hu/Ho nya = 1 dan ada pula yang mendekati 1. sedangkan dari
pengamatan organoleptis diketahui bau yang khas, warna agak keruh dan terjadi
pembentukan lapisan seperti susu. Lapisan yang agak keruh tersebut kemungkinan
dapat disebabkan dalam penggerusan kurang halus dan homogen sehingga terjadi
dua lapisan yakni lapisan seperti susu dan cairan agak keruh. Tinggi emulsi ini

antara lapisan seperti susu dan cairan yang agak keruh hampir sama. Hal ini juga
kemungkinan disebabkan dari cara pembuatannya yang kurang maksimal. Selain itu
juga dari dalam sediaan emulsi ini memiliki rasa yang khas (lemah) dan memiliki
bobot jenis 0,992.

Pembuatan Emulsi (Tween, Span dan cetil alkohol)


Pada pengamatan dengan emulgator sintetis dengan menggunakan tween,

span dan cetil alkohol diperoleh tinggi/harga Hu/Ho pada menit ke 10=1; 20=1;
30=1; 60= 0,98 ; 120= 0,98 ; 1 hari=1; 3 hari=1. Emulsi ini dapat dikatakan lebih
stabil dari sediaan emulsi yang lain karena harga Hu/Ho nya = rata-rata 1 dan ada
pula yang mendekati 1. sedangkan dari pengamatan organoleptis diketahui bau
yang khas, warna agak sedikit keruh dan terjadi banyak pembentukan lapisan
seperti susu. Lapisan yang agak keruh tersebut kemungkinan dapat disebabkan
dalam penggerusan kurang halus dan homogen sehingga terjadi dua lapisan yakni
lapisan seperti susu dan cairan agak keruh. Dengan penambahan cetil alkohol
Tinggi lapisan seperti susu ini lebih dominan/ banyak dan cairan yang agak
keruhnya hanya sedikit. Selain itu juga dari dalam sediaan emulsi ini memiliki rasa
agak pahit dan memiliki bobot jenis 0,940.
Dari kelima emulsi tersebut yang menunjukkan paling baik yakni emulsi
dengan komposisi tween, span dan cetil alkohol.
Pada formulasi sediaan emulsi suatu obat, ada usaha yang harus dilakukan
agar obat tersebut dapat diberikan dan diabsorpsi oleh tubuh dengan baik. Rasa
yang tidak enak akan menyulitkan pemberian pada pasien. Contohnya, minyak jika
diminum secara langsung akan memberikan efek yang tidak enak bagi pasien. Maka
untuk mengatasi permasalahan tersebut dilakukan suatu pencampuran agar rasa
minyak tersebut tidak terasa pada pasien. Cara tersebut adalah dengan membuat
minyak didispersikan dalam fase pendispersi yang berupa air. Sehingga saat
diberikan kepada pasien tidak merasa menelan minyak melainkan air yang akan
dirasakannya.
Semua emulsi memerlukan bahan anti mikroba karena fase air mempermudah
pertumbuhan mikroorganisme. Adanya pengawetan sangat penting untuk emulsi

minyak dalam air karena kontaminasi fase eksternal mudah terjadi. Karena jamur
dan ragi lebih sering ditemukan daripada bakteri, lebih diperlukan yang bersifat
fungistatik

atau

bakteriostatik.

Bakteri

ternyata

dapat

menguraikan

bahan

pengemulsi ionik dan nonionik, gliserin dan sejumlah bahan pengemulsi alam
seperti tragakan dan gom.

USULAN FORMULA
Menurut Formularium Nasional halaman 227, Formulasi sediaan emulsi
Paraffini emulsum atau emulsi parafin adalah :
Tiap 100 mL mengandung :
Paraffinum Liquidum

50 mL

Gummi Arabicum

12,5 mg

Sirupus Simplex

10 mL

Vanillinum

4 mg

Aethanolum 90%

6 mL

Aqua Destilata ad

100 mL

Usulan formula yang baik dengan memperhatikan campuran zat tambahan


atau bahan-bahan tambahan lainnya yang dapat berinteraksi baik atau tidak
dengan zat aktif bahan tersebut, dan memperhatikan kestabilan, kelarutan,
kompatibilitas tiap-tiap bahan yang dicampurkan, tujuannya supaya menghasilkan
kualitas obat dengan efektifitas zat aktif yang baik, kestabilan sediaan dan
penerimaan ke pasien yg baik.
Usulan

formula

untuk

sediaan

emulsi,

sebaiknya

terdapat

komponen dalam menunjang pembuatan emulsi yang baik seperti :

beberapa

Pengawet antimikroba (sediaan emulsi dengan dosis berulang sehingga terdapat


kemungkinan yang sangat besar mengalami kontaminasi mikroorganisme. Oleh
sebab itu, diperlukan pengawet yang merupakan salah satu bahan pembantu yang
ditambahkan, untuk mengurangi kontaminasi mikroorganisme).

Antioksidan (diperlukan terutama untuk mencegah terjadinya ketengikan dari fasa


minyak ataupun oksidasi zat berkhasiat)

Gula atau pengganti gula (Pemanis yang biasa digunakan pada sediaan larutan
adalah sukrosa atau sirupus simplex. Seperti yang terdapat pada sediaan obat yang
telah dipasarkan).

Pembau (agar menutupi bau dari zat aktifnya yang mungkin menyengat)
Pewarna (agar menutupi penampilan yang tidak menarik atau meningkatkan
penerimaan pasien. Biasanya warna-warna yang membuat orang-orang dewasa
maupun anak-anak tertarik yakni orange,merah,ungu dll. Tetapi zat warna yang
ditambahkan harus sesuai dengan flavour sediaan tersebut)

Perasa (perasa ini biyasanya untuk menarik pasien terutama pada anak-anak.
Seperti rasa anggur,jeruk,setrowberi dan masih banyak lagi perasa-perasa yang
disukai oleh orang dewasa maupun anak-anak.

Flavour
Dan juga banyak sediaan emulsi, terutama yang dibuat dalam perdagangan,
mengandung

pelarut-pelarut

khusus,

pembantu

kelarutan,

pengental

dan

stabilisator.

Untuk sediaan emulsi yang tidak bercampur atau tidak terjadi penyatuan
adalah sediaan emulsi yang mengalami ketidakstabilan dalam emulsi farmasi, yang
dapat digolongkan menjadi flokulasi dan creaming serta koalesen dan pecahnya
emulsi. Flokulasi dan creaming ini merupakan pemisahan dari emulsi menjadi
beberapa lapisan cairan, di mana masing-masing lapisan mengandung fase dispers
yang berbeda. Sedangkan koalesen merupakan peristiwa penggabungan globul-

globul menjadi besar (lapisan antarpermukaan rusak) sehingga dapat menyebabkan


pecahnya emulsi (breaking) yang merupakan proses lanjut dari koaleses.
Usahakan dalam membuat sediaan emulsi jangan sampai emulsi tersebut
berbentuk cracking karena apabila telah terbentuk cracking, pengocokan sederhana
akan gagal untuk mengemulsi kembali butir-butir tetesan dalam bentuk emulsi yang
stabil. Pada creaming, flokul fase dispers mudah didispersi kembali dan terjadi
campuran homogen bila dikocok kembali, bentuk creaming lebih cepat mengendap,
tetapi bisa di perbaiki kembali dengan pengocokan, agar sedian emulsi lebih stabil,
Bj fase terdispersi lebih besar dari Bj fase pendispersi. Kestabilan suatu emulsi
dapat dilihat dari kemampuan suatu emulsi untuk mempertahankan distribusi yang
teratur dari fase terdispersi dalam jangka waktu yang lama.

KESIMPULAN
Salah satu tujuan percobaan yang dilakukan yaitu untuk mengetahui sediaan larutan
atau formulasi yang baik serta dapat mengevaluasi sediaan yang dianggap baik dan
memenuhi syarat yang stabil.

Emulsi

adalah

suatu

sistem

yang

tidak

stabil

secara

termodinamik

yang

mengandung paling sedikit dua fase cair yang tidak bercampur, dimana satu
diantara zat cair tersebut terdispersi (fase pendispersi) dalam fase cair lainnya (fase
pendispersi).

Dari hasil pengamatan dengan cara korpus emulsi basah diperoleh tinggi
sedimentasi menit ke 10= 0,98 ; 20= 0,94 ; 30= 0,96 ; 60= 0,94 ; 120= 0,96 ; 1
hari= 0,95 ; 3 hari= 0,95.

Dari hasil pengamatan dengan cara korpus emulsi kering diperoleh volume
sedimentasi menit ke 10= 1 ; 20= 1 ; 30= 0,98 ; 60= 0,97 ; 120= 0,93 ; 1 hari=
0,94 ; 3 hari= 0,94.

Dari hasil pengamatan dengan cara tanpa korpus emulsi diperoleh tinggi
sedimentasi menit ke 10= 0,97 ; 20= 0,94 ; 30= 0,90 ; 60= 0,90 ; 120= 0,86 ; 1
hari= 0,89 ; 3 hari= 0,83.

Pada pengamatan dengan emulgator sintetis dengan menggunakan tween dan span
diperoleh tinggi/harga Hu/Ho pada menit ke 10= 0,95 ; 20= 0,92 ; 30= 0,89 ; 60=
0,84 ; 120= 0,86 ; 1 hari= 0,86 ; 3 hari= 0,83.
Pada pengamatan dengan emulgator sintetis dengan menggunakan tween, span
dan cetil alkohol diperoleh tinggi/harga Hu/Ho pada menit ke 10=1; 20=1; 30=1;
60= 0,98 ; 120= 0,98 ; 1 hari=1; 3 hari=1.
Dari kelima emulsi tersebut yang menunjukkan paling baik yakni emulsi dengan
komposisi tween, span dan cetil alkohol.

DAFTAR PUSTAKA

DepKes RI, 1995. Famakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Hal 175, 718

DepKes RI, 1979. Famakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Hal 47

DepKes RI, 1978. Formularium Nasional Edisi II. Jakarta : Hal 227

Handbook of pharmaceutical Exipient. hal 2, 97, 130, 343

Ansel, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Universitas Indonesia,


Jakarta.

Lahman. L, dkk.1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi III. Jakarta : UI
Press.

Anief. Moh. 2000. Farmasetika. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

http://riyanpharmacy.blogspot.com/2011/03/data-preformulasi-emulsi.html
OBAT
Definisi : Obat adalah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yg dimaksudkan utk
digunakan dlm menetapkan diagnodis, mencegah, mengurangi, menghilangkan,
menyembuhkan pykt atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan
rohaniah pada manusia atau hewan & utk memperelok atau memperindah badan
atau bagian badan manusia (SK MENKES RI No. 193/B.VII/71)

Obat baku ialah bahan obat berupa substansi yg memenuhi syarat2 yg ditentukan
oleh Farmakope Indonesia atau buku resmi lainnya yg ditetapkan oleh pemerintah
(obat baku bahan obat)
Obat paten ialah obat jadi dengan nama dagang ynag terdaftar atas nama si
pembuat (pabrik) atau yang dikuasakannya, dan dijual dalam bungkus asli dari
pabrik yang memproduksinya
Obat asli ialah obat yang didapat langsung dari bahan-bahan alamiah (Indonesia),
terolah secara sederhana atas dasar pengalaman dan digunakan dalam pengobatan
tradisional
Obat baru ialah obat yang terdiri dari satu atau campuran beberapa bahan obat
sebagai bagian yg berkhasiat maupun yang tidak berkhasiat (antara lain zat
pengisi, pelarut, vehiculum) atau komponen lain yang belum dikenal, sehingga
belum diketahui khasiat serta keamanannya
Obat dalam resep :
Obat paten (> 70%)
Keuntungan : - Dokter cepat menulis resep
- Penderita tidak lama menunggu obatnya di apotik karena telah tersedia
Kerugian : - Relatif mahal (iklan, sales promotion)
- Produk kombinasi
Dokter kurang paham isi/jenis obat dan kandungan akibatnya
Penderita mendapat obat yang tidak diperlukan dan jumlah tidak sesuai
Obat konfeksi belum tentu sesuai kebutuhan penderita
Obat jadi atau preparat sekunder
Keuntungan dan kerugiannya sama dengan obat paten, kecuali harga yg mungkin
lebih murah
Obat menurut komposisi dokter sendiri
Keuntungan : terapi individual
Pengembangan obat dari obat tradisional
Pengolahan Sederhana
Bahan Alam Obat tradisional
Rebusan
Pabrikasi
Ekstrak Obat Fitofarmako
(kecuali injeksi)
Pabrikasi
Bahan Baku Sediaan Farmasi
Bahan alam :
1. Tumbuhan (flora) akar (radix), akar tinggal (rhizoma), batang (lignum), kulit
batang (cortex), bunga (flos), buah (fruetus), biji (semen),
semua bagian tanaman (herba)

Hewan (fauna)
Mineral
Bahan alam terdiri dari bahan yang segar dan yang kering (simplisia)
Simplisia adalah bahan alam yang telah dikeringkan
Simplisia yang telah dihaluskan disebut rajangan
Pengolahan sederhana (rebusan) :
- Pelarut (air) pelarut polar
- Zat berkhasiat pada bahan alam larut dalam air rebusan
Kelemahan sediaan rebusan :
Zat berkhasiat tidak larut air tidak terekstraksi
Zat berkhasiat kurang larut air ekstraksi tidak optimal
Tidak dapat menutupi kelemahan dari segi rasa, bau, estetika
Tidak stabil penyimpanan dalam waktu lama
Obat tradisional :
- Asal usul : peninggalan luhur
- Perlu dikembangkan atasi kelemahan sediaan rebusan
- Ada yang sudah terdaftar, ada yang belum
- Penandaan : lingkaran putih dengan tulisan jamu
Ekstrak adalah hasil proses ekstraksi
Ekstraksi adalah proses menarik satu atau lebih zat berkhasiat dari bahan alam
Metode ekstraksi :
Maserasi (rendaman) Ekstraksi dingin
Perkolasi
Destilasi (penyulingan)
Refluks Ekstraksi panas
Sokletasi
Pelarut ekstraksi :
Polar (air)
Semi polar (alkohol, dll)
Non polar (eter, kloroform, dll)
Untuk fitofarmako, pelarut yang dipakai adalah pelarut air/alkohol
Hasil ekstraksi ekstrak cair ekstrak kental
ekstrak kering
Fitofarmako :
- Arah perkembangan obat di Indonesia saat ini
- Penemuan obat baru hak paten
- Penandaan : lingkaran putih
- Sudah ada data klinis
- Sudah dicantumkan pada buku-buku spesialit obat (ISO, dll)
- Tidak diperbolehkan membuat sediaan injeksi

RANCANGAN BENTUK SEDIAAN

Bentuk sediaan obat adalah sediaan yg mengandung satu atau bbrp zat
berkhasiat, umumnya dimasukkan dlm satu vehiculum yg diperlukan utk formulasi,
hingga didpt suatu prosuk (dgn dosis-unit, volume, serta sediaan yg diinginkan) yg
siap utk diminum atau dipakai oleh penderita
Faktor-faktor bahan obat yang menentukan pemilihan bentuk sediaan :
Sifat fisiko-kimia bahan obat
a. Bahan obat higroskopis : cairan (solutio) natrii bromidum
b. Bahan obat tidak larut air : padat (pulveres, tablet, kapsul) cth asetosal,
chloramfenicol, eritromisin, sulfadiazin
(hanya dalam hal khusus diberikan bentuk cairan dan suspensi)
c. Bahan obat dirusak oleh getah lambung ( injeksi), cth penicillin G dan adrenalin
HCl
2. Hubungan aktivitas/struktur kimia obat (SAR), cth :
a. Derivat barbiturat tiopental injeksi
b. Derivat fenobarbital oral (tablet, kapsul, puyer)
3. Sifat farmakokinetik bahan obat
Nitroglycerine, Isosorbide dinitros tablet, sublingual
Cat : bioavailabilitas akan berkurang jika lewat hati
Bentuk sediaan yang paling stabil
Vitamin C sediaan padat (tablet)
Cat : larut air tapi tidak stabil
Faktor-faktor penderita yang menentukan pemilihan bentuk sediaan obat :
Umur penderita
a. Anak balita oral sediaan cairan (solutio, suspensi, emulsi)
oral sediaan padat (pulveres)
Cat : Sediaan cair lebih gampang diminum daripada sediaan padat
Sediaan tablet dan kapsul dihindari untuk anak kurang dari 5 tahun
b. Orang dewasa oral sediaan padat lebih baik daripada sediaan cair, karena
umumnya lebih stabil dalam penyimpanan
Cat : larutan lebih cepat absorpsi daripada sediaan padat
Lokasi/bagian tubuh dimana obat harus bekerja
a. Efek lokal solutio, mixtura, unguentum/creamy, pasta
b. Penyerapan/penetrasi obat melalui kulit linimentum, unguentum, cream
(dengan vehiculum tertentu)
c. Efek sistemik injeksi
sediaan cair oral
sediaan padat rectal
Penggunaan oral lebih mudah dari rectal
Kecepatan dan lama kerja obat yang dikehendaki
a. Injeksi lebih cepat diabsorpsi daripada sediaan oral atau per rektal, cth
aminophylline.
Injeksi > solutio > pulveres > kapsul
b. Obat yang sustained release (tablet/kapsul), bekerja lebih lama dari

tablet/kapsul biasa.
Pemberian obat cukup 1 atau 2 x sehari.
4. Keadaan umum penderita
a. Penderita tida sadar injeksi atau rectal
b. Penderita masuk RS atau berobat jalan
c. Tidak dapat diberikan secara oral karena hyper-emesis, post operasi saluran
cerna injeksi atau rectal
5. Bentuk terapeutik obat yang optimal dan efek samping yg minimal bagi
penderita
a. Emetin HCl injeksi ( oral)
Morfin HCL
b. Vitamin C tablet ( sediaan cair)
6. Bentuk sediaan yang palingenak/cocok bagi penderita
a. Obat sangat pahit, larut air tablet, kapsul
Kinin sulfas, kloramphenikol, antihistamin) sediaan cair, hanya oral
b. Bahan obat rasa amis tablet, kapsul,
Fe2+ Ferrosi sulfas
Ferrosi chloridum
Ferrosi carbonat
Bahan baku
- Hanya mengandung 1 zat berkhasiat murni
- Harus memenuhi syarat Farmakope Indonesia
- Dapat diperoleh :
a. Bahan alam ekstrak bahan baku
b. Semi sintetis
c. Sintetis (teknologi tinggi)
- Untuk Indonesia, > 90% diimport
Sediaan farmasi
- Tercantum di buku-buku spesialit obat
- Diresepkan dokter saat ini
- Data klinis lengkap
Kesimpulan :
Perlu pengembangan obat tradisional menjadi obat Fitofarmako
Perlu diintensifkan resep dokter obat Fitofaramako yang terbukti khasiatnya

PREPARAT GALENIKA
Preparat yang berasal dari simplisia
Dibuat dengan cara menyari/mengekstraksi simplisia dengan cairan penyari (.)
Zat berkhasiat larut dalam cairan penyari/terekstraksi, sedangkan ampasnya
dibuang
Sekarang ini teknik sudah maju sekali, sehingga didapat preparat yang stabil, bebas
dari bahan inert, berguna bagi terapi, dibuat dengan konsentrasi sedemikian rupa

sehingga memudahkan penyimpanan dan penggunaan


Sudah distandarisasi, syarat-syarat tercantum dalam buku farmakope
Preparat galenika yang dipakai sebagai obat : tinctura, extractum, infusum
Tinctura : hasil pengeringan simplisia dengan alkohol. Tinctura yang mengandung
zat beracun dibuat dar simplisia 10%, sedangkan yang tidak mengandung zat
beracun 30%
Extractum/Ekstrak : hasil pengeringan simplisia dengan air/campuran air dengan
alkohol/eter; selanjutnya diuapkan sehingga tercapai konsistensi tertentu dari
encer, kental sampai kering
Infusum/Infus : sediaan galenika sederhana dan dibuat dengan menarik zat
berkhasiat dari simplisia nabati dengan air pada suhu 90 C selama 15 menit. Kalau
suhu 90 C selama 30 menit disebut

BENTUK SEDIAAN
Berdasarkan wujud penampilan :
Sediaan padat (solid)
Pulvis/pulveres, ekstrak kental, spesies simplisia, granul, pil, bolus, kapsul, tablet,
throchisi, suppositoria, ovulae, bacillae, pellet, resin, serum, sachet
Sediaan lembek/semi padat (semi solid)
Salep mata, salep kulit, krim, jelly, pasta, sapo, cerata, linimentum
3. Sediaan cair
Solutio, mixtura, suspensi, emulsi, elixir, tinctura, sirup, olea pro injection, olea
volatilia, aqua pro injection, lotion, infus,, injeksi, serum, gargarisma, guttae,
ekstrak, collutaria, iulapium, saturatio, collyria
4. Sediaan gas
Aerosol (oral, nasal, vaginal), inhalatio, deodoran aerosol

SEDIAAN OBAT PADAT


Sediaan padat ( kecuali pulvis) merupakan sediaan dengan sistim unit/dose,
dimana tiap unit = tablet, kapsul, pil, suppositoria dsb mengandung dosis tertentu
dari satu atau bbrp komponen obat.
Penulisan resep dengan sediaan sistim unit/dose ini sangat memudahkan bagi
dokter, karena tidak membutuhkan perhitungan mengenai dosis obat yang
diberikan tiap kali. Ini berbeda dengan perhitungan yang harus dilakukan untuk
obat minum, sehingga tiap sendok yang diminum mengandung jumlah/dosis
tertentu tiap komponen obat.
Keunggulan resep sediaan padat :
Dokter relatif cepat menuliskan resep
Penderita relatif cepat dapat dilayani di apotik
Kelemahan resep sediaan padat :

Obat harus mengalami disintegrasi dan disolusi dahulu dalam saluran cerna
sebelum diserap/diabsorpsi
Mulai bekerja obat umumnya lebih lama daripada bentuk solutio
Bioavaibilitas obat sering tidak sempurna, bila ada gangguan pada saluran cerna

PULVIS PULVERES
Pulvis = Pulveris = Serbuk Tak Terbagi-bagi
Pulveres = Serbuk Bagi = Puyer
Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan.
Derajat halus serbuk (lihat buku F.I edisi III) :
Serbuk sangat halus
Serbuk halus
Serbuk agak halus
Serbuk kasar
Pulveres = serbuk bagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot lebih kurang sama,
dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas lain yang cocok.
Bahan penambah untuk mencukupkan berat agar tiap bungkusnya 500 mg shg
dpt dibagi tepat :
Sacharum Laktis (SL)
Sacharum Album (tidak boleh diberikan pada penderita diabetes)
Penyimpangan berat masing-masing serbuk terhadap yang lain paling besar 10%.
Penyimpangan antara penimbangan satu persatu terhadap bobot isi rata-rata tidak
lebih 15% dari tiap 2 bungkus dan tidak lebih 10% untuk tiap 8 bungkus lainnya.
Campuran serbuk yang menjadi basah atau mencair , dimana arti basah disini
adalah :
Menyerap air (higroskopis)
Keluar air kristalnya
Turun titik lebur campuran serbuk dibanding titik lebur masing-masing serbuk
Obat-obat bentuk serbuk dapat diracik oleh apoteker dan diberikan dlm bentuk :
Serbuk
Serbuk terbagi-bagi
Capsul (serbuk capsul)
Keunggulan bentuk sediaan serbuk :
Pemilihan bahan dan variasi dosis luas dapat diresepkan dokter sesuai kebutuhan
pasien
Sediaan lebih stabil untuk obat-obat yang mudah terurai karena kelembaban atau
kemungkinan tak tercampurkan pada sediaan cair
Dosis dan volume besar dapat diberikan, tidak sulit dibanding sediaan padat lain
Kecepatan dispersi obat lebih besar dan cepat dalam lambung daripada sediaan
padat lain
Sediaan serbuk harus terbagi halus, karena aktifitas terapi obat dipengaruhi oleh
ukuran serbuk dan tingkat kehalusan serbuk. Serbuk yang halus biasanya lebih
cepat dan sempurna aksinya dan kurang menyebabkan iritasi jaringan.

Metode pencampuran serbuk :


Trituration = metode Lumpang (metode yang paling sering digunakan dalam
peresepan)
Spatulation
Sifting
Tumbling
Ukuran kertas serbuk :
Nomor 16 ( 2 2/3 x 3 3/4 inci) (6,8 x 9,5 cm)
Nomor 40 ( 3 3/4 x 4 1/2 inci) (9,5 x 11,4 cm)
Nomor 46 ( 4 x 4 3/4 inci) (10,2 x 12,1 cm)
Nomor 72 ( 4 1/2 x 6 inci) (11,4 x 15,2 cm)
Cat : 1 inci = 2,54 cm
Cara melipat kertas serbuk dan cara meracik sediaan serbuk akan dipraktekkan di
lab farmakologi
Serbuk tabur = Pulvis Adspersorius = Bedak, dimana serbuk tabur harus bebas
dari butiran kasar dan dimaksudkan untuk pemakaian luar
Serbuk untuk obat dalam tidak dianjurkan berhubungan dengan dosis obat sedikit
banyaknya ditentukan oleh penderita sendiri. Bahan obat untuk bentuk sediaan ini
mempunyai indeks terapeutik yang lebar. Contoh : oralit

PIL
Pil adalah suatu sediaan yg berbentuk bulat spt kelereng mengandung satu atau
lebih bahan obat.
Berat pil antara 100 500 mg
Pil kecil yang beratnya kira-kira 30 mg disebut granul
Pil besar yang beratnya > 500 mg disebut bolus/boli (boli biasanya untuk
pengobatan hewan)
Bila tidak disebut lain granul mengandung bahan berkhasiat 1 mg
Bahan penambah untuk pembuatan pil :
Bahan pengisi untuk memperbesar volume : Saccharum Laktis, Liquiritae Radix
Bahan pengisi : Succus Liquiritae, PGR, Tragacant
Bahan pembasah : Air, Gliserol, Sirup, Madu
Bahan penyalut : Perak, Balsamum Tolutanum, Serlak, Kolodium, Gula
Penyalut pil, dimaksudkan untuk :
Menghindari oksidasi zat aktifnya
Menghindari agar pil tidak pecah di lambung karena :
- Zat aktif tidak dikehendaki bekerja dalam lambung tetapi dalam usus
- Zat aktif mengiritasi lambung
- Zat aktif dapat rusak karena asam lambung
Keunggulan bentuk sediaan pil :
1. Rasa obat tak enak dapat tertutupi
2. Mudah ditelan
Kelemahan bentuk sediaan pil :

Penyimpanan lama sering menjadi keras dan tidak memenuhi waktu hancur
Ada kemungkinan ditumbuhi jamur (dapat diatasi dengan bahan peengawet)

KAPSUL
Kapsul adalah bahan gelatin digunakan untuk mengisi obat-obat tertentu
Kegunaan kapsul untuk menghilangkan rasa kurang enak/tidak enak dari obat
Kegunaan lain yaitu variasi jumlah obat & dosisnya dpt digunakan dokter sesuai
kebutuhan pasien
Gelatin cepat larut dalam air sehingga cepat melepaskan bahan berkhasiat obat
didalamnya
Kapsul ada dua macam :
1. Kapsul keras (Capsulae Durae)
2. Kapsul lunak (Capsulae Molles)
Kapsul harus disimpan di tempat dingin dan kering. Kapsul dalam jumlah besar
disimpan dalam wadah tertutup rapat.
Ukuran kapsul : Nomor 000, 00, 0, 1, 2, 3 , 4, 5
Bentuk kapsul :
1. Telescope Capsul
2. Round Gelatin Capsul
3. Oval Gelatin Capsul
Ada 2 metode pengisian kapsul dengan tangan dan masing-masing mempunyai
keunggulan :
Blocking and Deviding Method
Punching Method
Finishing Capsul ; untuk membersihkan serbuk yang melekat dan bekas jari pada
permukaan luar kapsul adalah bersihkan dgn menggunakan kapas yang telah
dibasahi alkohol 70% selama 5 detik
Keunggulan sediaan kapsul :
Dapat menutupi rasa obat tak enak, pahit, amis
Dapat diberikan baik obat tunggal atau campuran dengan berat disesuaikan ukuran
kapsul
Kapsul lebih mudah ditelan daripada tablet
Kapsul dpt dilapisi bahan tertentu, shg tdk pecah dlm lambung & baru melepaskan
obatnya kalau sampai di usus (Enteric Coating). Tujuan melapisi kapsul ini sama
dengan seperti tablet
Selain serbuk, bahan obat yang kering dapat dimasukkan dalam kapsul adalah
berupa granul yang bila perlu terlapis dengan berbagai tebal lapisan sehingga
menghasilkan kapsul Sustained Release

TABLET
Tablet adalah sediaan padat yang kompak, dibuat secara kempo-cetak, berbentuk
pipih dengan kedua permukaan rata atau cembung, & mengandung satu atau

beberapa bahan obat, dgn atau tanpa zat tambahan.


Kegunaan tablet :
Untuk pengobatan lokal
- Tablet untuk vagina, digunakan sebagai anti infeksi, anti fungi, hormon lokal
- Tablet untuk mulut dan tenggorokan : Lozenges, Trochisci
2. Untuk pengobatan sistemik
- Tablet langsung ditelan
- Tablet Buccal : antara gigi dan gusi
- Tablet Sublingual : di bawah lidah
- Tablet Implantasi : di bawah kulit badan
Komposisi tablet :
Zat berkhasiat : tunggal/campuran
Zat pengisi (Diluent) untuk memperbesar volume/bobot tablet
Zat pengikat (Binder) agar tablet tidak mudah retak/pecah
Zat penghancur (Desintegrator) agar memenuhi syarat waktu hancur tablet
Zat pelicin (Lubricant) agar tablet tidak melekat pada cetakan
Zat tambahan (Adjuvant) : pewarna, pengharum, pengawet
Dalam pembuatan tablet, zat berkhasiat, zat-zat lain kecuali zat pelicin dibuat
granul (butiran kasar), karena serbuk tidak mengisi cetakan tablet dengan baik,
maka dibuat granul agar mudah mengalir mengisi cetakan serta menjaga agar
tablet tidak cetak.
Cara membuat granul :
- Cara basah
- Cara kering (Slugging atau Compression)
Untuk maksud dan tujuan tertentu tablet disalut dengan penyalut yang cocok, bisa
berwarna atau tidak. Macam-macam tablet salut :
Tablet salut gula (Sugar Coating)
Tablet salut kempa (Press Coating)
Tablet salut selaput (Film Coating)
Tablet salut enterik (Enteric Coating)
Tujuan tablet salut enterik :
Menghindari iritasi obat pada mukosa lambung yang dapat menyebabkan
perdarahan lambung (contoh asetosa atau obat yang dapat menyebabkan nausea/
muntah (mis Atebrin, Diethylsfiboestrol)
Menghindari dekomposisi obat dalam lambung (antibiotik penicillin v)
Menghindari proses digestif pada lambung (laxans bulk)
Obat yang sifatnya alkalis yang dapat menetralisir asam lambung
Bentuk tablet : pipih, bulat, lonjong, atau persegi
Tablet yang pakai tanda belahan (Scored Tablet ) untuk memudahkan membagi
tablet menjadi dua. Tablet dengan belahan silang (Double Scored Tablet) untk
memudahkan membagi tablet menjadi empat.
Syarat-syarat tablet (pengujian tablet) :
- Keseragaman ukuran; diameter tablet - 3 kali tebal tablet
- Keseragaman bobot; penyimpangan rata-rata untuk tablet 300 mg atau lebih

adalah 5 10 %
- Memenuhi waktu hancur/disintegrasi tablet; tidak lebih 15 menit pada suhu 36 38 C (tablet salut gula dan selaput, tidak lebih dari 60 menit)
- Memenuhi waktu larut (dissolution test)
Alat Hardness Tester kekerasan tablet
Alat Eriability Tester kerapuhan tablet
Keunggulan sediaan tablet :
Cepat dpt dilayani di apotik, krn sudah tersedia % tidak perlu diracik dahulu
Mudah disimpan dan dibawa (stabil)
Lebih mudah menelan tablet daripada puyer (sebagian besar orang)
Kelemahan sediaan tablet :
Komposisi dan dosis sudah tetap, sulit terapi dosis terapi individual
Komposisi dan dosis belum tentu sesuai kebutuhan penderita
Waktu disintegrasi dan disolusi bila tidak memenuhi syarat, maka kadar obat
plasma tidak tercapai

SUPPOSITORIA
Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur, berbentuk
torpedo, dapat melunak, melarut atau meleh pada suhu tubuh
Suppositoria digunakan pada :
- rektum suppositoria analis
- vagina/urethra Ovula (suppositoria vaginalis)
- telinga dan hidung Bougies (suppositoria .)
Suppositoria tidak hanya untuk aksi lokal, tetapi dapat juga untuk efek sistemik
Suppositoria dapat diabsorpsi lambat dan menghasilkan efek terapi untuk waktu
yang panjang
Keunggulan dibanding sediaan oral :
1. Dapat menghindari iritasi pada lambung
2. Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan
3. Dapat langsung masuk saluran darah, sehingga efek lebih cepat
4. Bagi pasien yang mudah muntah dan tidak sadar
Suppositoria disimpan dalam wadah tertutup baik dan ditempat yang sejuk (5
15)
Ovulae adalah sediaan padat berbentuk telur, mudah meleleh (lembek) dan
meleleh pada suhu tubuh, dapat melarut dan digunakan sebagai obat luar khusus
untuk vagina
Waktu dan cara pemakaian supositoria :
- Sesudah defecatio (defekasi) untuk suppositoria analia; untuk menghindari obat
dikeluarkan terlalu cepat bersama feses sebelum sempat bekerja
- Makan sebelum tidur; penderita dalam posisi terlentang untuk menghindari
melelehnya obat keluar rektum/vagina

SEDIAAN CAIR
LARUTAN = SOLUTIO
Larutan adalah sediaan cair mengandung bahan kimia terlarut, sebagai pelarut
digunakan air suling, kecuali dinyatakan lain.
Larutan = padat + cair
Cair
Syarat : zat terlarut harus larut dlm pelarut
terlarut pelarut
Contoh sediaan : berdasar terlarut dan pelarut (ORAL)
Sirup : gula + air
Sirup dalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa (gula)
Elitsir : gula + alkohol
Elitsir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai aroma dan bau sedap, selain
mengandung obat juga zat tambahan seperti gula dan pemanis lain, zat pewarna,
pengawet dan digunakan sebagai obat dalam
Aqua aromatika : minyak menguap + air
Spiritus aromatika : minyak menguap + alkohol
Tingtur
Tingtur adalah sediaan cair dibuat dengan cara maserasi atau perkolasi simplisia
nabati atau hewani dengan cara melarutkan senyawa kimia dalam pelarut. Kadar
simplisia 10 20%, kecuali dinyatakan lain.
Contoh sediaan : berdasar tempat penggunaan (NON ORAL)
Collyrium : mata 6. Inhalation/aerosol
Collunarium : hidung 7. Injection
Collutorium : cuci mulut 8. Enema : rectal
Gargle : mulut dan tenggorokan 9. Draught : dosis tunggal
Spray & Drops : daerah yang diinginkan
Larutan adalah sediaan cair yang homogen dan termostabil, karena itu tidak perlu
diberikan etiket kocok dahulu sebelum diminum. Konsentrasi zat berkhasiat (zat
terlarut) dalam sediaan larutan sama setiap/waktu, baik bila diambil pada bagian
atas, tengah atau bawah dar wadah larutan. (lihat perbedaan pada emulsi dan
suspensi)
Daya larut suatu solute (terlarut) dalam suatu solven (pelarut) tergantung pada :
Zat yang dilarutkan (solute = terlarut) bahan berkhasiat
Bahan pelarut (solven) biasanya air (oral), bukan air (non oral)
Perbandingan antara solute dan solven. Daya larut maksimal suatu zat padat dalam
pelarut (air, alkohol, eter, dsb) lihat dibuku Farmakope, Merck Index, dsb. Contoh :
daya larut zat dalam air = 1 : 10 artinya 1 gram zat dengan 10 ml air sudah
merupakan larutan yang jenuh.
Suhu, umumnya suhu daya larut
Larutan harus berupa larutan yang jenih, bila perlu penjernihan dilakukan

penyaringan (dengan kertas saring) khusus untuk larutan yang hampir jenuh atau
larutan jenuh (batas daya larut)
Apabila solute (terlarut) lebih dari satu Mixtura
Apabila solute (terlarut) hanya satu Larutan
Mixtura agi : mengandung bahan obat tidak larut dalam vehiculum (sebagian
larut, sebagian tidak = larutan lewat jenuh)
Etiket kocok dahulu sebelum pakai
Jangan obat minum (oral)
Keunggulan sediaan solutio :
- Penyerapan obat lebih cepat
- Kerja obat lebih cepat
- Penyerapan obat hampir sempurna
- Bioavailabilitas tinggi
- Mudah bercampur dengan cairan biologis (getah lambung saluran cerna)
Kelemahan sediaan solutio :
- Stabilitas larutan kurang dibanding sediaan padat, contoh vitamin C
- Kurang dapat menutupi rasa obat tidak enak, contoh garam ferro
- Merepotkan penderita, karena harus menyiapkan sendok
- Relatif lebih mahal daripada sediaan padat

EMULSI
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat,
terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau
surfaktan yang cocok.
Emulsi : minyak + air + emulgator/surfaktan
Bahan obat larut pada minyak, air, atau keduanya
Cat : Minyak + air tercampurkan. Agar dapat tercampur maka digunakan
emulgator atau surfaktan yang cocok.
Minyak + air
air
Tergantung BJ minyak

Selanjutnya : minyak + air + emulgator


+ emulgator
W/O minyak

air
W/O
Tipe O/W atau W/O
Selanjutnya dengan waktu emulsi yang terbentuk dapat pecah menjadi dua fase
lagi yaitu fase air dan fase minyak.
Emulsi yang baik hanya dengan pengocokan lemah akan terdispersi merata
kembali ( 20 kali). Emulsi yang tidak dapat terdispersi kembali berarti
formulasinya jelek.
Emulsi dapat pecah (dipercepat) oleh perubahan suhu (panas/dingin), sentrifuse,
perubahan pH cairan
Fase pendispersi = fase luar = fase external = fase diser.= emulgendum
Fase terdispersi = fase dalam = fase internal = menstinum
Emulsi tipe M/A (O/W) : fase terdispersinya M, fase pendispersinya A
tipe A/M (W/O) : fase terdispersinya A, fase pendispersinya M
Pembagian emulsi : 1. emulsi vera (alam)
2. emulsi spemia (buatan)
Contoh emulgator :
alam
Agar-agar
Tragacanth alam
Putih telur
... dan . (surfaktan) buatan
CMC (carboxymethylcellulose)
Etiket : kocok dahulu
Tujuan pemberian obat bentuk emulsi :
1. Obat minum (oral) : - obat rasa tidak enak (minyak )
- fase luar air
2. Obat non oral : - cream, jelly (salep tipe emulsi)
- injeksi (partikel minyak tidak lebih besar dari erythrocyt)

SUSPENSI
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk
halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa
Perbedaan suspensi dan larutan :
- Suspensi : padat + cair padat tidak larut, hanya terdispersi
kocok dahulu
- Larutan : padat/cair + cair padat larut, tidak perlu kocok dahulu
Perbedaan larut dan terdispersi :
- Larut adalah zat terlarut merata konsentrasinya pada sembarang waktu baik di
atas, tengah dan dasar cairan dari wadah
- Terdispersi adalah zat hanya terdispersi (tidak larut) dalam pelarut dan
konsentrasinya hanya merata pada waktu tertentu saja (setelah pengocokkan)

Perbedaan suspensi dan emulsi :


Fase terdispersi Fase pendispersi
Suspensi Padat Cair
Emulsi Cair Cair
Suspensi harus diberi etiket kocok dahulu sebelum diminum/digunakan
Suspensi dengan bertambahnya waktu zat yang terdispersi (bahan berkhasiat) akan
bergerak turun ke dasar wadah (umumnya), karena BJ padat > BJ cairan sehingga
mengendap. Akibatnya konsentrasi bahan berkhasiat di dasar wadah lebih tinggi
dibanding di tengah dan atas cairan. Hal ini dapat dilihat dengan mata bahwa
kekentalan (viskositas) dan kekeruhan cairan pada bagian dasar lebih kental dan
keruh dibanding bagian atasnya
Suspensi yang baik hanya dengan pengocokkan lemah ( 20 kali) maka zat yang
mengendap sudah harus terdispersi kembali secara merata pada cairan pembawa
Komposisi umum suspensi :
Zat berkhasiat (padat)
Bahan pembawa (air oral, air/minyak non oral)
Bahan pembasah
Bahan pensuspensi
Bahan adjuvant (pewarna, pengharum, pengawet)
Untuk memperlambat gerakan turun partikel obat ke dasar wadah maka formulasi
sediaan suspensi perlu dinaikkan viskositas cairan. Viskositas = kekentalan tidak
boleh terlalu tinggi sehingga sediaan mudah dikocok dan mudah
Suspensi yang bahan berkhasiat (padat) telah terbentuk cake pada dasar wadah
sehingga meskipun telah dikocok berulang-ulang kali (> 20 kali), bahan berkhasiat
(padat) tetap berada pada dasar wadah (endapan), tidak terdispersi dalam cairan
pembawa maka suspensi tersebut tidak boleh digunakan lagi dalam terapi.
Dry Suspension = suspensi kering adalah sediaan yang perlu ditambahkan bahan
pembawa air dalam jumlah tertentu sebelum digunakan.
- Suspensi kering oral bahan pembawa air minum
- Suspensi kering injeksi baha pembawa aqua pro injection
Contoh sediaan : ampicillin dry suspension (oral dan injeksi)
Alasan : penyebab pembuatan sediaan suspensi kering adalah kestabilan zat
berkhasiat dalam air. Hampir semua antibiotik + air potensi obat turun drastis (
1 minggu expired date)

INJEKSI
Injeksi adalah sediaan steril yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke
dalam kulit atau melalui kulit atau melalui selaput lendir
Penggolongan injeksi, berdasarkan tempat penggunaan :
Injeksi intra kutan atau intra dermal (IC)
Injeksi sub kutan atau hipodermal (SC)
Injeksi intra muskular (IM)

Injeksi intra vena (IV)


Injeksi intra arterium (IA)
Injeksi intra kor atau intra kardial (IKD)
Injeksi intra tekal (IT), intra spinal, intra dural
Injeksi intra tikulus
Injeksi subkonjungtiva
Injeksi pada tempat lainnya (injeksi intra peritoneal/IP, injeksi peridural/PD, ekstra
dural, injeksi intra sisternal/IS
Zat pembawa :
a. Zat pembawa berair
- Harus bebas pirogen
- Aqua pro injection, injeksi NaCl, injeksi NaCl non jenuh, injeksi glukosa, injeksi
campuran gliserol dan etanol
b. Zat pembawa tidak berair
- Olea pro injection
- Syarat : Memenuhi syarat olea ping
Harus jernih pada suhu 10
Tidak berbau asing atau tengik
Bilangan asam 0,2 0,9
Bilangan iodium 79 128
Bilangan penyabunan 185 200
Harus bebas minyak mineral
Penandaan injeksi :
Warna obat
Persentase masing-masing bahan obat tiap satuan volume (ml)
Nama pembuat
Nama dan kadar bakteriostatik yang ditambahkan
Nama dan kadar zat tambahan untuk penyesuaian pH dan isotonis
Untuk sediaan padat, susunan dan jumlah tiap zat
Susunan dan jumlah volume zat pembawa atau pelarut yang diperlukan untuk
memperoleh obat suntik
Jika obat suntik dibuat secara aseptis dan belum diperiksa sterilitasnya harus
tertulis pemakaian segera, dibuat secara aseptis
Injeksi berupa suspensi ditulis kocok dahulu
Injeksi yang mengandung antibiotika ditulis kesetaraan bobot terhadap UI dan
daluarsa (expire date) dalam bulan dan tahun
Injeksi suspensi kering adalah injeksi untuk obat-obat yang tidak stabil dalam
pelarut air. Contoh obat yang dikemas dalam bentuk kering dan steril kemudina
dibuat suspensi adalah procain penicillin.
Keunggulan :
- Obat cepat mulai kerja (onset cepat)
- Efek obat dapat diramalkan dengan pasti
- Bioavailabilitas sempurna atau hampir sempurna
- Kerusakan obat dalam tractus gastrointestinal dapat dihindari

Kelemahan :
- Rasa nyeri suntikan, apalagi kalau sering kali harus diberikan
- Efek psikologis pada pendrita yang takut disuntik
- Kekeliruan pemberian obat atau kekeliruan dosis hampir tidak mungkin diperbaiki,
terutama pemberian IV
- Obat hanya dapat diberikan kepada penderita di rumah sakti atau di tempat
praktek dokter atau perawat yang kompeten
Persyaratan obat suntik :
Aman; tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan atau efek toksis
Harus jernih; tidak ada partikel padat kecuali suspensi
Tidak berwarna; kecuali obatnya berwarna
Sedapat mungkin isohidris; artinya pH injeksi = pH darah dan cairan tubuh lain =
7,4, kecuali kestabilan obat.
- pH garam alkaloid, vit B1 = 3 - 4
- pH adrenalin = 2 3
- pH luminal, PAS = > 8
5. Sedapat mungkin isotonis; artinya tekanan osmosis injeksi = tekanan osmosis
darah dan cairan tubuh
6. Harus steril
7. Bebas pirogen
Wadah dan tutup wadah :
- Dibuat dari gelas atau plastik
- Berdasar volume injeksi :
1. Wadah takaran tunggal (ampul) 1 ml, 2 ml, 5 ml, 10 ml
2. Wadah takaran ganda (vial atau flacon)
3. Wadah untuk cairan infus (botol infus) biasanya 500 ml
- Syarat gelas :
1. Gelas harus netral, tidak mengeluarkan alkali sehingga dapat menaikkan pH
larutan injeksi
2. Pada waktu menutup ampul gelas mudah melebur
3. Gelas tidak mudah pecah, dan waktu ampul dipotong tidak mengeluarkan
pecahan gelas yang timbul
- Syarat karet :
1. Harus elastis
2. Permukaan lapisannya licin dan tidak berlubang
3. Sehabis sterilisasi karena ada penurunan tekanan dalam vial, tutup karet akan
tertarik ke dalam sehingga tertutup
4. Pada pemanasan 115 selama 30 menit, cairan tidak punya rasa, tidak berbau,
tidak ada sisa penguapan dan tidak boleh ada bahan reduksi dan logam

IMMUNOSERUM
Imunoserum adalah sediaan cair atau kering beku, mengandung imunoglobulin khas
yang diperoleh secara pemurnian serum hewan yang telah dikebalkan

Cara membuat yaitu dibuat dari hewan yang telah dikebalkan dengan menyuntik
toksin atau toksoid, bisa ular atau suspensi jasad renik atau antigen lain yang cocok
Persyaratan pembuatan serum :
- Selama pengebalan, hewan tidak boleh diberi penicillin
- Dapat ditambahkan zat pengawet yang cocok untuk sediaan yang disimpan dalam
dosis ganda
- Kadar air tidak boleh lebih 1, 0%
- Harus steril dalam wadah dosis tunggal atau ganda
- Terlindung cahaya, antara suhu 2 10, tidak boleh membeku
Empat macam immunoserum :
Immunoserum Antidiphtericum; mengandung globulin dengan anti toksin khusus
untuk menetralkan toksin Corynebacterium diphteriae, untuk pengebalan pasif
Immunoserum Antirabieicum; mengandung globulin dengan anti toksin khusus
untuk menetralkan virus rabies
Immunoserum antitetanicum; mengandung globulin dengan anti toksin khusus
untuk menetralkan toksin Clostridium tetani, untuk pengebalan pasif
Immunoserum Antivenicum polyvalente; adalah anti bisa ular, merupakan larutan
steril, mengandung globulin dengan anti zat khusus untuk menetralkan bisa
Ankystrodon rhodostoma
VAKSIN
Vaksin adalah sediaan yang mengandung antigen yang dapat berupa kuman mati,
inaktif, atau hidup yang dilumpuhkan virulensinya tanpa merusak potensi
antigennya yang dimaksudkan untuk menimbulkan kekebalan aktif dan khusus
terhadap infeksi kuman atau toksinnya
Bahan pembuat yaitu dapat dibuat dari bakteri, riketsia, virus atau toksin dan dapat
ditambahkan zat tambahan yang cocok
Persyaratan pembuatan vaksin :
- Penicillin atau streptomisin tidak boleh digunakan pada tahap pembuatan atau
hasil akhir. Jika streptomisin pada pembuatan vaksin virus, harus dibebaskan dari
medium pembenihan sewaktu hendak ditunasi virus
- Hasil akhir harus ditempelkan dalam wadah steril dan tertutup kedap untuk
menghindari pencemaran
- Dalam vaksin inaktif steril dapat ditambahkan bakterisida
- Vaksin yg dikering-bekukan, kadar air harus dikurangi tdk kurang dari 20%
- Penambahan fenol tidak diharuskan & kadarnya tidak boleh lebih dari 0,25%
Macam-macam vaksin :
Vaksin bakteri berupa suspensi, umumnya putih dalam cairan tidak berwarna atau
agak berwarna. Bakteri dapat dibiakkan pada medium pembenihan padat atau cair.
Vaksin dibuat secara kimia, fisika atau biokimia
Vaksin virus dan riketsia berupa cairan jernih, tidak berwarna atau kuning, atau
suspensi putih atau abu dalam cairan berwarna atau tidak berwarna. Vaksin dibuat
dari jaringan atau darah dari hewan terinfeksi dari biakan pembenihan
telur/jaringan
Vaksin campuran merupakan campuran 2 vaksin atau lebih

Pada etiket vaksin harus dicantumkan :


Banyaknya jumlah ml dalam wadah untuk vaksin cair
Dosis
Daluarsa
Contoh-contoh vaksin :
- Vaccinum Cholerae
- Vaccinum Diphteriae adsorbatum
- Vaccinum Diphteriae pertusis et tetani adsorbatum
- Vaccinum Diphteriae et tetani adsorbatum
- Vaccinum Pertusis
- Vaccinum Poliomyelitidis inactivatum
- Vaccinum Poliomyelitidis per orale
- Vaccinum Rabieicum
- Vaccinum Tetani adsorbatum
- Vaccinum Typhoidi
- Vaccinum Typhoidi et paratyphoidi AB
- Vaccinum Variolae cryodesiccatum

GUTTAE = DROPS = OBAT TETES


Guttae adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi atau suspensi dimaksudkan
untuk obat dalam dan luar, digunakan dengan cara meneteskan, menggunakan
penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes
baku dalam Farmakope Indonesia
Penggolongan, berdasarkan tempat penggunaan :
Guttae oris : obat tetes untuk kumur-kumur, sebelum digunakan lebih dulu
diencerkan dengan air dan tidak untuk ditelan
Guttae auriculares : obat tetes yang digunakan dengan cara meneteskan obat ke
dalam telinga
Guttae nasales : obat tetes yang digunakan dengan cara meneteskan obat ke dalam
rongga hidung
Guttae ophthalmicae : sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang digunakan
cara meneteskan obat pada selaput lendir mata dan bola mata
Syarat tetes mata : Steril
Sedapat mungkin isohidris
Sedapat mungkin isotonis
Guttae dapat berupa oral/minum (bayi) dan obat luar
Volume umumnya 10 30 ml, paling banyak 50 ml
Wadah biasanya telah dilengkapi dengan alat penetes berskala. Penetes baku
internasional 1 ml = 20 tetes air pada suhu 15 C
Kesalahan meminum obat dengan sendok lebih kecil daripada tetes

SEDIAAN OBAT SEMI PADAT

UNGUENTA = SALEP = OINTMENT


Unguenta adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar
salep yang cocok
Salep = bahan obat + dasar salep
Salep tidak boleh berbau tengik
Klasifikasi salep :
A. Berdasar aksi terapi
1. Salep epidermis
2. Salep endodermis
3. Salep diadermis
B. Berdasar komposisi (dasar salep)
1. Dasar salep hidrokarbon
a. Vaselin putih
b. Vaselin kuning
c. Campuran vaselin dengan malam putih & malam kuning
d. Parafin cair
e. Parafin padat
f. Jelene
g. Minyak tumbuh-tumbuhan
2. Dasar salep serap air
a. Adeps lanae, lanoline
b. Unguentum simplex (campuran 30 bagian malam kuning & 70 bagian malam
wijen)
c. Hydrophilik petrolatum
3. Dasar salep dapat dicuci dengan air
a. Dasar salep tipe emulsi M/A = Vanishing cream
b. Emulsiflying ointment BP
c. Hyrophilik ointment
4. Dasar salep larut dalam air
a. Polyethylenglycol ointment USP
b. Tragacanth
c. PGA
Berdasar fisik-konsistensi (viskositas = kekentalan)
1. Cairan kental/encer : linimentum
2. Setengah padat : cream unguentum pasta
3. Lebih bersifat padat : sapo medicatus, emplastrum
Cream adalah salep yang dapat dicuci, lebih lunak dari salep, digunakan pada
daerah teriritasi atau daerah sensitif
Pasta adalah salep yang keras, tidak melebur pada suhu tubuh, mengandung
prosentasi padatan yang tinggi
Cerata adalah salep berminyak mengandung konsentrasi tinggi dari lilin sehingga
keras dan titik lebur tinggi

Jelly adalah salep sangat lunak, hampir mencair dan mengandung sedikit atau
tanpa lilin, digunakan pada membran mukosa, sebagai pelicin atau dasar salep
obat, dapat dicuci dengan air
Salep antibiotik
- Banyak antibiotik terurai dalam larutan air, khususnya bila tidak dibuffer (dapar)
- Contoh : penicillin, tetracyclin, chloramphenicol, basitracin
- Antibiotik neomycin dan polymixin B stabil dalam salep mengandung air
- Antibiotik tidak stabil dalam air digunakan dasar salep anhydrous (dasar salep
hidrokarbon)
Salep mata (ophthalmic ointment)
- Salep harus licin bebas partikel yang mengiritasi
- Dibuat dengan teknik aseptis, dimasukkan dalam tube steril
Wadah salep : 1. Pot
2. Tube (mata, hidung, rectum dan vagina)
Linimentum = olesan
- Salep tipe emulsi (hasil proses penyabunan yang banyak mengandung air
sehingga bila dioleskan pada kulit memberikan perasaan sejuk
- Tidak diberikan pada kulit yang luka atau kulit terbuka
- Salep tipe suspensi
Linimentum < jelly < cream < salep < pasta
Linimentum = minyak + air + pulvis
Cream = minyak + air + dasar salep
Pasta = dasar salep + pulvis
Keunggulan linimentum dibanding unguentum :
Lebih mudah dicuci dari kulit, baik untuk kulit berambut, kulit muka, kulit bayi
Penetrasi obat berkhasiat lebih baik
Perbedaan salep dan cream (krim = cremer)
- Salep : konsistensi lebih padat (kekentalan), terdapat tipe suspensi & emulsi
- Ceram : konsistensi lebih encer (kekentalan), hanya tipe emulsi
Sapo = sabun
- Diperoleh dari reaksi saponifikasi (penyabunan), antara asam-asam lemak dan
alkali
- KOH sabun lunak/lembek
NaOH sabun keras
- Kegunaan sabun :
1. Sapo kalinus = sabun hijau
Sabun lunak, warna kuning kehijauan/
Mengandung glycerin
Sebagai deterjen, membersihkan kulit pada persiapan operasi, kulit berambut pada
kondisi dermatologis
2. Sapo medicatus = sabun obat
Sabun keras, warna kekuningan
Tidak mengandung glycerin
Emplastrum :

- Emplastrum adalah hasil proses penyabunan dari asam lemak dgn logam berat
- Contoh : emplastrum plumbici oxydi
- Sebagai obat luar
- Konsistensi mudah melekat pada kulit, biasanya dilapisi dengan kain
- Kegunaan :
1. Memberikan proteksi dari benturan mekanis pada kulit
2. Mengakibatkan obat berkontak erat dengan kulit yang diobati, tidak gampang
meleleh sehingga efek lokal lebih intensif
Collemplastrum
- Emplastrum yang dioleskan pada kain disebut collemplastrum = plester
- Contoh :
1. Collemplastrum ad clavos : mengandung acidum salisylicum sebagai keratolitik (
2. Collemplastrum zinci oxydi : mengandung zinci oksidum sebagai antiseptik
(leucoplast)
3. Collemplastrum yang mengandung methylis salicylat atau oleoresin de capsicum
sebagai mialgia (mengurangi nyeri otot)

SEDIAAN GAS
AEROSOL
Aerosol adalah sistem koloidal yang terdiri dari zat cair atau zat padat yang terbagi
sangat halus sekali dalam gas
Penggunaan :
- Aerosol oral simtomatis : asthma, migrein
- Aerosol topikal penyakit kulit
Sekarang bentuk sediaan ini sudah dapat diberikan tidak saja oleh dokter tetapi
juga oleh penderita
Keunggulan sediaan aerosol :
Obat mudah dipakai, hanya dengan menekan tombol
Obat tidak terkontaminasi dengan bahan asing atau rusak karena kelembaban
udara, karena wadah tertutup rapi dengan katup yang rapat
Sterilitas obat dapat dipertahankan
Obat dengan dosis tertentu dapat diberikan sebagai metered aerosol yang
wadahnya dengan katup khusus
Aerosol-topikal : anestetik lokal, antiseptik, germisida, pertolongan pertama spray
on film. Pemberian lebih mudah karena cukup dipakai sebagai lapisan tipis dan
tidak memerlukan alat/kapas untuk dioleskan pada kulit
Rasa dingin pada kulit sebagai efek cairan-gas membantu berbagai kondisi kulit
yang diobati
Aerosol dengan cara inhalasi, respons obat lebih cepat dibanding oral
Obat yang dirusak getah lambung & usus dapat dihindari dengan cara sediaan
aerosol

Klasifikasi aerosol :
I. Sistim gas yang dicairkan
a. Dua fase
- Semprotan untuk di udara
- Semprotan untuk menutup suatu permukaan
- Dispersi ata suspensi
b. Tiga fase
- Tiga lapisan
- Busa
II. Sistim gas tekanan tinggi
- Saluran aliran padat
- Busa
- Semprotan (spray basah)
Gas yang digunakan adalah gas yang dapat dicairkan dengan tekanan dan
mempunyai kekuatan untuk menyemprotkan obat keluar dari wadah melalui katup.
Penggunaan ethylchloride untuk anestesi lokal dapat dianggap sebagai pelopor
sediaan aerosol
Propellant
- Bahan pembantu utama dalam aerosol
- Memberi tekanan (tinggi) shg menyebabkan (serbuk/larutan/suspensi/emulsi) obat
tersemprot keluar wadah
- Dapat berfungsi sebagai pelarut/pengencer bahan obat
- Contoh : Fluorinated chlorinated hidrokarbon (halokarbon)
Fluorinated hidrokarbon
Hidrokarbon
- Nama dagang :
Genetron (
Isotron (
Inhaler adalah obat-obat yang dapat dihirup langsung dari udara melalui hidung
penderita karena tekanan uap yang rendah dari obatnya
)

Anda mungkin juga menyukai