Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PRAKTIKUM

“PEMBUATAN LARUTAN REAKSI DAN PERCOBAAN SISTEM KOLOID”

Disusun Oleh:
1. DEWI RATNA DWITA (B41210971_GOLONGAN B)
2. DWIYANTI BAIDILLAH MAJID (B41211476_GOLONGAN C)
3. NURRIZQIKA ARINA SALSABILA (B41210605_GOLONGAN A)
4. SYUKRA AISYAH (B41210430_GOLONGAN A)
5. YESI INDAH DWI KUSUMA HARIYANTI (B41210540_GOLONGAN A)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI REKAYASA PANGAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2021
I. LATAR BELAKANG

Larutan adalah suatu campuran yang bersifat homogen, ukurannya sangat kecil
dibandingkan dengan koloid atau suspensi. Dalam pembuatan larutan, maka harus
mengenal yang namanya standar primer dan standar sekunder. Standar primer
didasarkan pada suatu larutan baku yang sudah diketahui konsentrasinya.
Kebalikannya, standar sekunder didasarkan pada suatu larutan baku yang tidak
diketahui konsentrasinya. Dalam pembuatan larutan harus diketahui konsentrasinya,
diukur dari nilai molaritas (M), normalitas (N), dan prosentase. Molaritas adalah
jumlah mol zat terlarut dalam satu liter larutan. Normalitas adalah jumlah mol ekivalen
zat terlarut dalam tiap satuan volume larutan. Dalam metode pembuatan larutan
diperlukan proses pengenceran dan pencampuran adalah proses penurunan konsentrasi
zat terlarut dalam suatu larutan, biasanya hanya dengan mencampurkan lebih banyak
pelarut seperti menambahkan lebih banyak air ke dalam larutan. Pencampuran biasanya
dilakukan untuk mencampur 2 larutan yang berbeda konsentrasinya.
Koloid adalah campuran yang bersiat heterogen, tersebar merata dan partikelnya
bisa dilihat dengan kasat mata. Suspensi adalah suatu campuran fluida yang
mengandung partikel padat. Biasanya koloid memiliki 2 sifat yaitu Efek Tyndal dan
Gerak Brown. Gerak Brown pada koloid di dalamnya akan terjadi dispersi (penyebaran
merata). Efek Tyndal. Kemudian, untuk medium pendispersi adalah zat pendispersi
misalnya air maka pelarut yang dibutuhkan banyak.

II. TUJUAN

1. Mengetahui cara membuat larutan dengan berbagai macam konsentrasi.


2. Mengetahui cara mengencerkan larutan dengan berbagai konsentrasi.
3. Mengetahui perbedaan larutan, koloid, suspensi, berdasarkan sistem dispersi.
4. Mengetahui jenis-jenis koloid.
5. Memahami Efek Tyndal, Gerak Brown, dan sifat koligatif suatu larutan.

III. ALAT DAN BAHAN


 ALAT PEMBUATAN LARUTAN REAKSI:
1. Timbangan Analitik
2. Batang Pengaduk
3. Pipet Tetes
4. Corong Kaca
5. Labu Ukur 250 mL
6. Labu Ukur 100 mL
7. Labu Ukur 500 mL

 ALAT PEMBUATAN KIMIA KOLOID:


1. Timbangan Analitik
2. Batang Pengaduk
3. Beaker Glass
4. Pipet Tetes
5. Hotplate
6. Piring Kaca
7. Tabung Reaksi
8. Rak Tabung Reaksi

9. Gelas Ukur

 BAHAN PEMBUATAN LARUTAN REAKSI:


1. Gula
2. Aquades
3. Kristal NaOH
4. Serbuk NaCI
5. Larutan NaCI 0,5 M
6. Asam Asetat Glasial
7. Larutan Asam Asetat 5%

 BAHAN PEMBUATAN KIMIA KOLOID:


1. Serbuk Agar-Agar
2. Tepung Tapioka
3. Aquades
4. Minyak Kelapa
5. Minyak Tanah
6. Air Kapur
7. Albumin
8. H2SO4 1 M
9. CH3COOH 1 M
10. NaOH 1 M
11. NaHCO3 1 M
IV. PROSEDUR KERJA
 PROSEDUR KERJA PEMBUATAN LARUTAN REAKSI:
A. Pembuatan Larutan Gula 10% 250 mL
1. Menimbang 25 gr gula
2. Memasukkan gula dalam labu ukur 250 mL
3. Menambahkan aquades sampai tanda batas pada labu ukur
4. Jika telah mendekati garis batas, maka menggunakan pipet tetes
agar tidak terlampau batas
B. Pengenceran Larutan Gula dari 10% 250 mL menjadi 5% 100 mL
1. Mengambil 50 mL larutan dari larutan gula 10%
2. Menuang pada labu kosong 100 mL
3. Menambahkan aquades sampai tanda batas pada labu ukur
C. Pembuatan Larutan NaOH 1M 250 mL
1. Menimbang 10 gr kristal NaOH
2. Memasukkan kristal dalam labu ukur dan menambahkan aquades
sampai tanda batas pada labu ukur
3. Jika telah mendekati garis batas, maka menggunakan pipet tetes agar
tidak terlampau batas
4. Mengocok/membolak-balikkan labu sampai tercampur sempurna
D. Pembuatan Larutan NaCl 0,5M 500 mL
1. Menimbang 14,625 gr serbuk NaCl
2. Memasukkan serbuk NaCI dalam labu ukur 500 mL
3. Menambahkan aquades sampai tanda batas pada labu ukur
E. Pengenceran Larutan NaCI dari 0,5M 500 mL menjadi 0,1M 100 mL
1. Mengambil 40 mL dari larutan NaCI 0,5M
2. Menuang pada labu kosong 100 mL

3. Menambahkan aquades sampai tanda batas pada labu ukur


F. Pembuatan Larutan Asam Asetat 5% 100 mL
1. Mengambil 5 mL asam asetat glasial
2. Memasukkan dalam labu ukur
3. Menambahkan aquades sampai tanda batas pada labu ukur
4. Pengenceran Larutan Asam Asetat dari 5% 100 mL menjadi 2% 100
mL
5. Mengambil 40 mL dari larutan asam asetat 5%
6. Menuang pada labu kosong 100 mL
7. Menambahkan aquades sampai tanda batas pada labu ukur
8. Jika telah mendekati garis batas, maka menggunakan pipet tetes agar
tidak terlampau batas

 PROSEDUR KERJA PEMBUATAN KIMIA KOLOID:

A. Pembuatan Campuran
1. Menimbang 0,5 gr serbuk agar-agar
2. Menimbang 0,5 gr tepung tapioka
3. Memasukkan agar atau tepung tapioka pada beaker glass yang
tidak dipanaskan
4. Mengaduk sampai terlarut sempurna
5. Menambahkan dengan 10 mL aquades pada masing2 beaker
glass
6. Memanaskan beaker yang berisi 10 mL aquades sampai
mendidih di atas hotplate
7. Memasukkan agar-agar atau tapioka pada masing2 beaker yang
telah mendidih
8. Mengaduk sampai homogen
B. Penentuan Koloid
1. Mengambil 1 mL sampel minyak kelapa
2. Memasukkan dalam 3 tabung berbeda sebanyak 1 mL
masing-masing
3. Mengambil 1 mL sampel minyak tanah
4. Memasukkan dalam tabung berbeda sebanyak 1 mL
5. Mengambil 2 mL air kapur
6. Memasukkan 2 mL air kapur pada tabung 1
7. Mengambil 2 mL aquades
8. Memasukkan 2 mL aquades pada tabung 2
9. Mengambil 2 mL minyak tanah dan dimasukkan dalam tabung 3
C. Pengaruh zat lain terhadap sistem koloid
1. Mengambil 2 mL sampel albumin
2. Memasukkan albumin pada 5 tabung berbeda
3. Mengambil 1 mL H2SO4 1M
4. Memasukkan dalam tabung 2
5. Mengambil 1 mL asam asetat 1M
6. Memasukkan dalam tabung 3
7. Mengambil 1 mL NaOH 1M
8. Memasukkan dalam tabung 4
9. Mengambil 1 mL NaHCO3 1M
10. Memasukkan dalam tabung 5
11. Mengamati perbedaan di setiap tabung reaksi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan

1. Larutan Pereaksi
Hasil :
1. Pengenceran larutan NaCl
Diket : M1 = 0,5M
M2 = 0,1M
V1 = 500mL
V2 = 100mL
Dit : faktor pengenceran NaCl?
500
Dijawab : �1 = =5
�2 100
Jadi faktor pengencerannya yaitu 5x pengenceran.
2. Pengenceran larutan gula
Diket : V1 = 250mL %1= 10%
V2 = 100mL %2= 5%
Dit : faktor pengenceran gula?
250
Dijawab : : �1 = = 2,5
�2 100
Jadi faktor pengencerannya yaitu 2,5x pengenceran.

2. Kimia Koloid

No Perlakuan Pengamatan
1. Pembuatan Campuran Agar : perbandingan yang diperoleh
ketika campuran agar+air dipanaskan dan
tidak dipanaskan :

Campuran yang dipanaskan akan


membentuk salah satu sistem koloid yaitu
gel( termasuk koloid jenis gel)
Tapioka : perbandingan yang diperoleh
ketika dipanaskan dan tidak dipanaskan :
Campuran yang dipanaskan akan
membentuk salah satu sistem koloid yaitu
gel( termasuk koloid jenis gel)
2. Penentuan koloid

Hasil yg diperoleh :
Minyak tanah + air = koloid
Minyak kelapa+minyak tanah = larutan
Minyak kelapa+air = koloid
Minyak kelapa+air kapur = suspensi
3. Pengaruh zat lain terhadap sistem
koloid

untuk reaksi antara asam asetat dengan


albumin sistem koloidnya akan
terganggu, untuk NaOH dengan
albumin terjadi koagulasi atau gumpalan.
B. Pembahasan

 Pembahasan Larutan Reaksi


Larutan adalah campuran antara dua zat atau lebih. Suatu campuran dapat
dikatakan sebagai larutan apabila telah homogen sehingga tidak dapat
dibedakan lagi antara pelarut dan zat pelarut. Pada praktikum kali ini ada dua
percobaan yang dilakukan. Percobaan pertama mengenai pembuatan larutan.
Percobaan kedua adalah mengenai pengenceran larutan. Untuk membuat suatu
larutan dengan konsentrasi yang diinginkan atau sudah ditetapkan, maka perlu
diketahui berapa massa krital yang di perlukan. Dalam pembuatan larutan
perlu menggunakan ketelitian yang tinggi karena jika terjadi kesalahan yang
kecil saja larutannya tidak akan menjadi larutan yang diinginkan. Maka dari
itu pada pembuatan larutan terdapat proses pencucian, karena dikhawatirkan
terdapat zat yang tertinggal
Percobaan kedua mengenai pengenceran. Proses pengenceran merupakan
proses pencampuran larutan pekat dengan cara menambahkan pelarut sehingga
didapatkan volume akhir yang lebih besar dengan konsentrasi yang lebih kecil
dari sebelumnya. Percobaan pengencenran ini menggunakan ketiga larutan
yang telah dibuat pada percobaan pertaman mengenai pembuatan larutan.
Konsentrasi yang didapat sesuai dengan teori pengenceran yakni konsentrasi
akhir larutan menjadi lebih kecil.

 Pembahasan Kimia Koloid


Pada praktikum ini, kita dapat mengetahui bahwa Koloid adalah suatu
campuran yang ukuranya sekitar 1-100 nm dimana dalam sifatnya koloid itu
bentunya 2 fase, bukan 1 fase (larutan). dan 2 fase yang terlihat sangat jelas
dinamakan suspensi.
Koloid biasanya memiliki 2 sifat yaitu : efek tydal dan gerak brown.
Untuk efek tydal kita dapat membuktikanya dengan menggunaka lampu sorot
atau senter, untuk gerak brown gerakanya acak, meyebar diman-mana
contohnya susu.
Percobaan pertama yang dilakukan adalah dengan menggunakan larutan
agar dan larutan Tepung Tapioka. Kemudian dilakukan empat perlakuan
terhadap campuran, Perlakuan yang pertama adalah dengan Menimbang 0,5 gr
serbuk agar-agar, Menimbang 0,5 gr tepung tapioka, Memasukkan agar atau
tepung tapioka pada beaker glass yang tidak dipanaskan, Mengaduk sampai
terlarut sempurna, Menambahkan dengan 10 mL aquades pada masing2 beaker
glass, Memanaskan beaker yang berisi 10 mL aquades sampai mendidih di atas
hotplate, Memasukkan agar-agar atau tapioka pada masing2 beaker yang telah
mendidih, Mengaduk sampai homogen, kemudia menghasilkan perbedaan
antara campuran agar dan tapioka yang dipanaskan dan tidak dipanaskan.
Untuk campuran yang dipanaskan akan membentuk salah satu sistem koloid
yaitu gel( termasuk koloid jenis gel).
Untuk percobaan kedua dilakukan dengan Mengambil 1 mL sampel
minyak kelapa, Memasukkan dalam 3 tabung berbeda sebanyak 1 mL masing-
masing, Mengambil 1 mL sampel minyak tanah, Memasukkan dalam tabung
berbeda sebanyak 1 mL, Mengambil 2 mL air kapur, Memasukkan 2 mL air
kapur pada tabung 1, Mengambil 2 mL aquades, Memasukkan 2 mL aquades
pada tabung 2, Mengambil 2 mL minyak tanah dan dimasukkan dalam tabung 3
dan didapatkan hasil 1 ml minyak kelapa dicampur dengan 2 ml air kapur
termasuk suspensi, untuk 1 ml minyak kelapa dengan 2 ml air termasuk koloid,
untuk 1 ml minyak kelapa dengan 2 ml minyak tanah termasuk larutan karena
minyak dalam minyak menyampur jadi 1 fase, dan untuk 1 ml minyak tanah
dengan 2 ml air termasuk koloid.

Dan percobaan terakhir melakukan pengaruh zat lain terhadap sistem


koloid pertama Mengambil 2 mL sampel albumin, Memasukkan albumin pada 5
tabung berbeda, Mengambil 1 mL H2SO4 1M, Memasukkan dalam tabung 2,
Mengambil 1 mL asam asetat 1M, Memasukkan dalam tabung 3, Mengambil 1
mL NaOH 1M, Memasukkan dalam tabung 4, Mengambil 1 mL NaHCO3 1M
dan didapatkan hasil untuk reaksi antara asam asetat dengan albumin sistem
koloidnya akan terganggu tetapi membutuhkan banyak konsentrasi, untuk NaOH
dengan albumin terjadi koagulasi atau gumpalan. Koloid mudah terganggu oleh
adanya asam/basa.
VI. KESIMPULAN

1. Terdapat perbandingan pada saat campuran dipanaskan dan tidak dipanaskan.Saat


campuran agar + air dipanaskan akan membentuk koloid jenis gel. Hal ini juga terjadi
saat campuran tepung tapioka dipanaskan sehingga membentuk koloid jenis gel.

2. Efek Tyndall merupakan salah satu sifat koloid dengan prinsip penghamburan
cahaya. Saat suatu koloid diuji dengan menggunakansenter maka koloid tersebut akan
menghamburkan cahaya dan seberkas cahaya dapat diamati tetapi partikel
terdispersinya tidak terlihat. Koloid – koloid tersebut menghamburkan cahayanya,
karena efek tyndall yang dihasilkan oleh partikel koloid tersebut.

3. Gerak brown terjadi sebagai akibat adanya tumbukan dari molekul-molekul


pendispersi terhadap partikel terdispersi, sehingga partikel terdispersi akan terlontar.
Gerak brown memiliki gerakan acak dan menyebar dimana-mana.
LAPORAN PRAKTIKUM
“KIMIA KARBON”

Disusun Oleh:
1. DEWI RATNA DWITA (B41210971_GOLONGAN B)
2. DWIYANTI BAIDILLAH MAJID (B41211476_GOLONGAN C)
3. NURRIZQIKA ARINA SALSABILA (B41210605_GOLONGAN A)
4. SYUKRA AISYAH (B41210430_GOLONGAN A)
5. YESI INDAH DWI KUSUMA HARIYANTI (B41210540_GOLONGAN A)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI REKAYASA PANGAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2021
I. LATAR BELAKANG

Karbon, atau zat arang merupakan unsur kimia yang mempunyai simbol C
dan nomor atom 6 pada tabel periodik. Sebagai unsur golongan 14 pada tabel
periodik, karbon merupakan unsur non-logam dan bervalensi 4, yang berarti
bahwa terdapat empat elektron yang dapat digunakan untuk membentuk ikatan
kovalen.

Keistimewaan karbon yang unik adalah kecenderungannya secara alamiah untuk


mengikat dirinya sendiri dalam rantai-rantai atau cincin-cincin,tidak hanya dengan ikatan
tunggal, C - C , tetapi juga mengandung ikatan ganda C = C, serta rangkap
tiga,C≡C.Akibatnya, jenis senyawa karbon luar biasa banyaknya. kini diperkirakan
terdapat sekitar dua juta jenis senyawa karbon,dan jumlah itu makin meningkat dengan
laju kira-kira lima persen per tahun.Alasan bagi kestabilan termal rantai-rantai karbon
adalah kekuatan hakiki yang tinggi dari ikatan tunggal C - C.

Konfigurasi elektron karbon dalam keadaan dasar adalah (1s2 2s2 2p2) mudah
terhibridasi menghasilkan perangkat orbital sp3, atau sp2+p, atau sp+p2. Lebih dari
sembilan puluh persen senyawa karbon merupakan senyawa sintetik, sedangkan sisanya
diperoleh dari mahluk hidup (tumbuh-tumbuhan,hewan,jamur,dan mikroorganisme) serta
fosil mereka (batubara dan minyak bumi).

II. TUJUAN
Tujuan diadakanya praktikum ini adalah :
1. Mengenal sifat-sifat gugus fungsional
2. Memahami sifat kimia karbohirat, protein dan lemak

III. ALAT DAN BAHAN


1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Beaker glass
4. Pipet tetes
5. Pipet volume
6. Penangas air
7. Bunsen
8. Bolpoin
9. Aseton
10. Formal dehide
11. Benzena
12. Larutan glukosa
13. Methanol
14. Etanol
15. Butanol
16. Propanol
17. Fruktosa
18. Maltose
19. Amylum
20. Alcohol 95%
21. HCL pekat
22. NaOH pekat
23. CuSO4
24. Minyak hewani
25. Minyak nabati
26. Air brom

IV. PROSEDUR KERJA


 Kepolaran Gugus Fugsional
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Menyiapkan 5 tabung reaksi masing-masing diisi dengan 2 ml aseton,
formal dehide, benzene, larutan glukosa, etanol
3. Masing-masing dilarutkan dalam 2 ml air dan minyak
4. Mengamati berbedaan larutan dengan air dan minyak kemudian
diranking.
5. Merapikan alat dan bahan
 Kepolaran Gugus Fugsional OH-
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Menyiapkan 5 tabung reaksi masing-masing diisi dengan 2 ml
methanol, etanol, butanol dan propanol
3. Masing-masing dilarutkan dalam 2 ml air dan minyak
4. Mengamati berbedaan larutan dengan air dan minyak kemudian
diranking.
5. Merapikan alat dan bahan
 Kemampuan Mereduksi Karbohidrat
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Menyiapkan 4 tabung reaksi dengan masing-masing diisi 2 ml glukosa,
fruktosa, maltose dan amylosa
3. Masing-masing ditambahkan larutan fehling 1 ml kemudian
dipanaskan dengan Bunsen
4. Mengamati perubahan warna yang terjadi
5. Merapikan alat dan bahan
 Koagulasi Protein
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Menyiapkan 5 tabung reaksi dengan masing-masing diisi dengan 2 ml
albumin
3. Pada tabung 1 sebagai perlakuan control atau pembanding kemudian
dipanaskan
4. Pada tabung 2 ditambahkan alcohol 95% 1ml
5. Pada tabung 3 ditambahkan HCl pekat sebanyak 5 tetes
6. Pada tabung 4 ditambahkan NaOH pekat sebanyak 5 tetes
7. Pada tabung 5 ditambahkan CuSO4 sebanyak 5 tetes
8. Mengamati perubahan yang terjadi pada larutan
9. Merapikan alat dan bahan
 Sifat Kejenuhan Lemak atau Minyak
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Menyiapkan 2 ml kedalam tabung reaksi minyak hewani dan minyak
nabati yang telah dipakai
3. Menambahkan 1 ml pelarut organik petroleum ater atau benzene
kedalam tabung reaksi yang telah diisi minyak
4. Menambahkan tetes demi setetes air brom menggunakan pipet tetes
5. Mencatat jumlah tetesan sampai larutan berubah warna
6. Merapikan alat dan bahan
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil

No.
Percobaan Hasil dan Gambar
Sebelum1 Sesudah 1 Sebelum, 2 Sesudah 2
1. Kepolaran
Gugus
Fungsional

Keterangan Keterangan Keterangan Keterangan


Keterangan 2 mL: Aseton, 2 mL: Larutan
Rangking 2 mL: Aseton, 2 mL: Aseton,
Formaldehyde, Formaldehyde, glukosa dan Etanol
kepolaran Formaldehyde,
Larutan glukosa, dan Larutan glukosa, dilarutkan dalam 2
gugus Larutan glukosa,
Etanol dilarutkan dan Etanol mL minyak
fungsional dan Etanol
dalam 2 mL air dilarutkan dalam (setelahdiaduk)
OH terhadap dilarutkan dalam 2
bahan yang (setelahdiaduk) 2 mL minyak
mL air (sebelum (setelahdiaduk)
diuji (Aseton, diaduk)
Formaldehyd
, Etanol, dan
Larutan
Glukosa)
dengan
pelarut air Keterangan
dan minyak: Aseton dan
1.Aseton Formaldehyde
2.Etanol 2 mL: dilarutkan
3.Formaldeh dalam 2 mL
yde minyak (setelah
4.Larutan diaduk)
Glukosa
2. Kepolaran
Gugus
Fungsional
OH

Keterangan Keterangan Keterangan


Keterangan: Keterangan
2 mL: Methanol, 2 mL: Methanol, 2 mL: Methanol
Rangking 2 mL: Methanol,
Etanol, Butanol, Etanol, Butanol, dan Etanol
kepolaran Etanol, Butanol,
Propanol, dan Propanol, dan dilarutkan dalam 2
gugus Propanol, dan Aseton
Aseton Aseton dilarutkan mL minyak
fungsional dilarutkan dalam 2
dilarutkandalam 2 dalam 2 mL (setelah diaduk)
OH terhadap mL air (sebelum
diaduk) mL air minyak (sebelum
bahan yang
(setelahdiaduk) diaduk)
diuji
(Methanol,
Etanol,
Butanol,
Propanol,
dan Aseton)
dilarutkan
dalam air
dan minyak: Keterangan
1. Methanol 2 mL: Butanol,
2. Etanol Propanol, dan
3. Aseton Aseton dilarutkan
4. Propanol dalam 2 mL
5. Butanol minyak (setelah
diaduk)
3. Kemampuan
mereduksi
karbohidrat

Keterangan Keteragan
2 mL: Glukosa, 2 mL: Glukosa,
Fruktosa, Maltose, Fruktosa, Maltose,
dan Amilum dan Amilum setelah
sebelum ditambahkan larutan
ditambahkan fehling dan
larutan fehling dipanaskan dengan
bunsen

Sebelum Setelah 1 Setelah 2 Setelah 3


4. Koagul
asi
Protein

Keterangan Keterangan Keterangan Keterangan


Albumin sebelum Albumin dipanaskan Albumin Albumin
direaksikan/dicampur ditambah alcohol ditambahkan HCl
kan 95% 1 ml pekat 15 tetes

Setelah 4 Setelah 5
Keterangan Keterangan
Albumin Albumin setelah
ditambahkan ditambahkan
NaOH pekat 5 CuSO4 5 tetes
tetes
Tetesi Air Bromida Juml
Jenis ah
5. Keterangan
Minyak/Lemak Warna Sebelum Warna Sesudah (Tete
s)
Air
Bro
mida
a. Minyak Warna tidak
Hewani 10 berubah
(margain)

b. Minyak kedelai Warna tidak


10 berubah

c. Minyak Jagung Warna tidak


6 berubah

d. Minyak Sawit Warna tidak


6 berubah

e. Minyak Zaitun Warna tidak


10 berubah
B. Pembahasan

Reaksi-reaksi kimia pada senyawa karbon, dapat dikelompokkan tipe,


diantaranya adisi, esterifikasi, polimerisasi, yodoform, reaksi, redoks,
reasisubtitusi, dan eliminasi (Sumo usman F,1992). Adapun reaksi Polimerisasi
adalah reaksi perpanjangan rantai dimana unit senyawa yang kan berpolimerisasi
disebut monomer dan hasilnya disebut polimer yang tersusun atas monomer-
monomer tersebut. Reaksi Esterifikasi adalah reaksi pembentukan ester dimana
pada percobaan ini ester dibuat dari alcohol dengan asam karboksilat
menggunakan katalis asam. Reakasi Redoks adalah reaksi antara dua dimana zat
yang satu tereduksi dan zat yang mengalami oksidasi,biasanya disertai perubahan
kondisi seperti seperti adanya endapan,perubahan warna,perubahan PH, viskositas
dan lain-lain. Reaksi Yodoform adalah reaksi haloform atau pembuatan senyawa
haloform. Untuk yodoform berarti akan dihasilkan senyawa CHI3 (Sumo usman
F,1992).

Suatu reaksi terjadi karena satu molekul atau lebih memiliki energy yang
cukup (energy aktivasi) untuk memutuskan ikatan. Suatu ikatan kovalen A-B
dapat dipututs dalam dua cara yaitu (Sumo usman F,1992) :

1) A:B ( A + + B- atau A- + B+)

2) Pemutusan homoiltik : suatu pemutusan yang menghasilakn radikal bebas,

A : B ( A. + .B)

Dalam suatu reaksi kimia ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu apa
yang terjadi pada gugus fungsi dan sifat pereaksi yang menyerang. Ada tiga jenis
pereaksi dalam reaksi organic yaitu :

1) Pereaksi elektrofil : Peraksi bermuatan positif ,asam lewis,karbokation (C+)


dan oksidator (menerima electron).

2) Pereaksi Nukleofil: Pereaksi yang bermuatan negativ,basa lewis dan reduktor


(member electron).

3) Pereaksi radikal bebas : Pereaksi yang mempunyai satu electron tak


berpasangan.

Dimana reaksi adisi adalah reaksi penambahan gugus ke suatu ikatan


rangkap dan menghasilkan ikatan tunggal.(Sumo usman F,1992 :29) :

a. Reaksi adisi nukleofil terjadi apabila gugus yang menyerang pertama kali ke
suatu ikatan rangkap merupakan pereaksi nukleofil.

b. Reaksi adisi elektrofil terjadi bila gugus menyerang pertama kali ke suatu
ikatan rangkap merupakan pereaksi elektrofil.

c. Reaksi adisi radikal bebas terjadi bila gugus yang menyerang merupakan
radikal bebas.

Reaksi Polimerisasi yaitu reaksi pengubahan dari monomer menjadi polimer oleh
karena cahaya,radikal bebas,kation atau anion.
Contoh : n CH2 = CH-Cl (-CH2-CH)-n (Sumo usman F,1992 :29)

1. Kepolaran Gugus Fungsional

a. Pelarut Air

Dalam percobaan Kepolaran Gugus Fungsional dengan bahan yang


diuji adalah aseton, formaldehyde, larutan glukosa, dan etanol masing-
masing 2 mL apabila dilarutkan dengan air mengalami pelarutan semua
(tidak ada perubahan warna satu dengan lainnya.

a. Pelarut Minyak

Pada percobaan Kepolaran Gugus Fungsional dengan bahan yang


diuji adalah aseton, formaldehyde, larutan glukosa, dan etanol masing-
masing 2 mL apabila dilarutkan dengan minyak mengalami perubahan
larutan yaitu:
1. Aseton pada minyak mengalami kelarutan.
2. Formaldehyde pada minyak sedikit mengalami kelarutan atau tidak
bisa tercampur. Dibuktikan dengan minyak yang terdapat di alas
larutan formaldehyde (terbentuk dua fase).
3. Pada larutan glukosa dengan dengan minyak tidak mengalami
kelarutan. Karena antara glukosa dengan minyak terdapat perbedaan
yaitu jika minyak dicampurkan dengan glukosa terjadi perubahan
warna pada minyak, yang mana mengakibatkan warna menjadi
kering. Sedangkan, glukosa dengan minyak tidak trjadi perubahan
warna.
4. Pada etanol dengan pelarut minyak dapatlarut.

2. Kepolaran gugus fungsional OH

a. Pelarut Air

Dalam percobaan Kepolaran Gugus Fungsional OH dengan bahan


yang diuji adalah methanol, etanol, butanol, propanal, dan aseton (masing-
masing 2 mL) yang dilarutkan dengan pelarut air didapatkan bahwa:
Methanol larut dalam air karena gugus hidroksil pada butanol
lebih kuat dibanding air. Hal ini karena ukuran gugus alkil pada butnol
lebih kecil daripada air

1. Etanol larut dalam air karena etanol merupakan larutan yang polar
juga terdapat persamaan sifat kepolaran antara air.

2. Butanol tidak dapat larut dalam air karena ukuran gugus alkil pada
butanol lebih besar daripada air. Sehingga, butanol tidak larut dalam
air (terdapat 2 fase).

3. Aseton larut dalam air hal ini karena aseton bersifat semi polar yang
dapat digunakan sebagai pelarut polar maupun non polar, sifat ini
dikarenakan pada aseton terdapatC=O.

4. Propanol dapat larut dalam air karena gugus alkilnya lebih kecil
daripada air. Sehingga, pada semua perbandingan propanol dapat
larut dalamair.
b. Pelarut minyak

Dalam percobaan Kepolaran Gugus Fungsional OH dengan bahan


yang diuji adalah methanol, etanol, butanol, propanal, dan aseton (masing-
masing 2 mL) yang dilarutkan dengan pelarut minyak didapatkan bahwa:
1. Methanol dapat larut dengan baik pada pelarut minyak.
2. Etanol pada pelarut minyak didapatkan minyak sedikit turun
kebawah.
3. Butanol dengan pelarut minyak menghasilkan endapan minyak ke
bawah (terpisah).
4. Propanol dalam pelarut minyak dihasilkan minyak terpisah dan
mengangkat ke atas.
5. Aseton pada pelarut minyak dihasilkan dihasilkan minyak sedikit
mengangkat ke atas.

3. Kemampuan Mereduksi Karbohidrat

1. Fruktosa yang awalnya berwarna putih bening, ditambahkan larutan


fehling sebanyak 1 mL dan warnanya berubah menjadi kuning
kecoklatan dan setelah dipanaskan berubah warna menjadi oren pekat
dengan endapan. Proses inin menandakan bahwa Fruktosa mempunyai
gugus aldehid. Seharusnya fruktosa merupakan senyawaketon.

2. Glukosa awalnya berwarna putih dan setelah ditambahkan ditambahkan


larutan fehling sebanyak 1 mL warnanya berubah menjadi biru tua
bening.Setelah dipanaskan dan warnannya berubah menjadi oren gelap pekat
dengan endapan. Hal ini menandakan bahwa gulukosa mengosidasi
larutanfehling.

3. Maltose awalnya berwarna putih cerah, ditambahkan fehling 1 mL dan


warnanya mejadi hijau gelap dasar sedikit biru dan setelah dipanaskan
berubah warna menjadi coklat bening dengan endapan. Hal ini
menandakan bahwa maltosa memiliki gugus senyawa keton.

4. Amilum awalnya berwarna putih, ditambahkan larutan fehling sebanyak


1 mL, warnanya berubah menjadi biru bening dan setelah dipanaskan
berubah menjadi hijau pekat tanpa endapan. Hal ini menandakan bahwa
amilum memiliki gugus senyawa aldehid.

4. Koagulasi Protein

1. Albumin yang bersifat cair dan berwarna putih bening dimasukkan


kedalam lima tabung reaksi. lalu tabung reaksi pertama yang sudah
dituangi albumin sebanyak 2ml dipanaskan, dan terjadi perubahan
terjadinya pelarutan, warna yang awalnya benin setelah dipanaskan
berubah menjadi keruh dan pekat, menggumpaltotal.

2. Tabung dua yang sudah dituangi albumin sebanyak 2ml, kemudian


ditambahkan larutan alcohol 95% sebanyak 1ml. warna awal albumin
dan alkohol yang sama"bening, pada saat dilocok dalam tabung reaksi
terjadi perubahan yaitu terjadinya pelarutan, adanya penggumpalan,
warnanya berubah menjadikeruh.

3. Tabung ketiga yang sudah diberi albumin kemudian ditambakan HCL


pekat sebanyak 5 tetes. warna HCL pekat adalah bening, namun pada
saat dikocok dengan albumin didalam tabung reaksi, akan terjadi
perubahan yaitu terjadinya pelarutan, terjadi penggumpalan, dan
warnanya juga berubah menjadipekat.

4. Tabung ke empat yang sudah diberi albumin 2ml kemudian ditambahkan


lagi dengan Naoh Pekat sebanyak 5 tetes. Warna Naoh pekat sebelumnya
adalah bening, setelah dikocok didalam tabung reaksi bersama albumi
warnanya tetap bening (tidak terjadi perubahan warna), terjadi pelarutan,
dan menggumpal sebagian.

5. Pada tabung kelima, albumin 2ml ditambahkan dengan Cuso4 sebanyak


5 tetes dan mengalami korbulasi atau penggumpalan. dan warnanya biru
(tidak mengalami perubahan warna), namun ada gumpalan-gumpalan
kecil berwarnaputih.

5. Sifat Kejenuhan lemak/minyak


1. 2 ml minyak hewani ditambahkan 1 ml pelarut organik petroleum eter ke
dalam tabung reaksi, lalu ditetesi air brom hingga 10 tetes. Warna
minyak hewani tidak berubah sama sekali. Sebelum dan sesudah di tetesi
air brom warna tetap kuning pekat tidak adaperubahan.

2. 2 ml minyak kedelai ditambahkan 1 ml pelarut organik petroleum eter ke


dalam tabung reaksi, lalu di tetesi air brom hingga 10 tetes. Warna
minyak kedelai tidak berubah. Sebelum dan sesudah di tetesi air brom
warna tetap bening tidak ada perubahan.

3. 2 ml minyak jagung ditambahkan 1 ml pelarut organik petroleum eter ke


dalam tabung reaksi, lalu di tetesi air brom hingga 6 tetes. Warna minyak
jagung tidak berubah. Sebelum dan sesudah di tetesi air brom warna
tetap putih bening tidak ada perubahan.

4. 2 ml minyak sawit ditambahkan 1 ml pelarut organik petroleum eter ke


dalam tabung reaksi, lalu di tetesi air brom hingga 6 tetes. Warna minyak
sawit tidak berubah. Sebelum dan sesudah di tetesi air brom warna tetap
bening sedikit kuning tidak ada perubahan.

5. 2 ml minyak zaitun ditambahkan 1 ml pelarut organik petroleum eter ke


dalam tabung reaksi, lalu di tetesi air brom hingga 10 tetes. Warna
minyak sawit tidak berubah. Sebelum dan sesudah di tetesi air brom
warna tetap bening sedikit kuning tidak ada perubahan.

Berdasarkan hasil percobaan dengan menggunakan uji ketidakjenuhan


lemak dengan sampel margarin, minyak kedelai, minyak jagung, minyak sawit,
minyak zaitun, dapat diketahui bahwa sampel mengandung lemak jenuh,
dibuktikan dengan warna tidak berubah. Uji ketidakjenuhan lemak ini
menggunakan air brom, karena air brom yang berwarna merah dapat dijadikan
indikator terhadap senyawa lemak jenuh atau tidak karena brom mampu bereaksi
dengan ikatan rangkap yang terdapat pada lemak, yakni dengan cara memutus
ikatan rangkap tersebut.
Pada prinsipnya, asam lemak yang ada dalam lemak hewan selalu jenuh,
sedangkan asam lemak yang di dalam minyak tumbuhan mengandung satu atau
beberapa ikatan rangkap atau tidak jenuh. Namun, pada hasil percobaan diatas, tidak
ada perubahan warna pada minyak tumbuhan yang berarti minyak tersebut lemak
jenuh. Menurut saya, mungkin ada kesalahan dengan air brom-nya. Karena pada
literatur yang saya baca, air brom berwarna merah, tetapi ketika melakukan
praktikum air brom tidak berwarna atau bening.

VI. KESIMPULAN
1. Reaksi-reaksi kimia pada senyawa karbon dapat dikelompokkan dalam beberapa tipe,
diantaranya reaksi adisi, esterifikasi, polimerisasi, yodoform, reaksi redoks, reaksi
subtitusi, dan eliminasi. Dimana subtitusi merupakan reaksi penggantian. Eliminasi
reaksi pengubahan ikatan tunggal menjadi ikatan rangkap. Adisi merupakan reaksi
pengubahan ikatan rangkap menjadi ikatan tunggal. Polimerisasi merupakan
penggabungan banyak molekul yang sangat besar, ada dua jenis reaksi pelimerisasi
yaitu polimerisasi adisi dan polimerisasi kondensasi. Esterifikasi adalah reaksi
pembentukan ester dimana pada percobaan ini ester dibuat. Redoks (reduksi-oksidasi)
merupakan dimana dua zat yang satu tereduksi dan yang satu mengalami oksidasi.
Yodoform adalah reaksi pembentukan senyawa holoform.
2. Pada percobaan kepolaran gugus fungsional dengan bahan yang diuji adalah aseton,
formaldehyde, larutan glukosa, dan etanol didapat kesimpulan pada pelarut air
mengalami pelarutan semua dan warnanya tidak berubah.Sedangkan pada pelarut
minyak pada aseton mengalami kelarutan, pada formaldehyde minyak sedikit
mengalami kelarutan atau tidak bisa tercampur,pada larutan glukosa minyak tidak
mengalami kelarutan, pada etanol pelarut minyak dapat larut.
3. Kelarutan hidroksil atau gugus fungsional OH dalam air semakin panjang rantai karbon
semakin rendah kelarutannya. Contohnya, Metanol, etanol, dan propanol mudah larut,
alkohol lainnya hanya sedikit larut.Lemak merupakan asam lemah dan dalam air
terdisosiasi sebagian. Umumnya lemak berfase cair atau padat pada suhu ruang (27°
Celsius). Semakin panjang rantai C penyusunnya, semakin mudah membeku dan juga
semakin sukar larut.
4. Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa aldehid dan keton
merupakan senyawa yang pada umumnya mepunyai gugus karbonil yang terikat pada
gugus alkil. Didapat bahwa senyawa yang mengandung gugus aldehid lebih mudah
untuk teroksidasi dengan oksidator yang lemah sedang senyawa yang mengandung
gugus keton dan asam karboksilat tidak mudah untuk teroksidasi.
5. Pada percobaan ini diperoleh kesimpulan bahwa penentuan kadar protein bisa
berdasarkan melalui warna kepekatannya. Larutan albumin yang dipanaskan juga
mengandung unsur protein dan nitrogen. Nitrogen ditunjukkan dengan adanya bau
seperti rambut terbakar (++). Sedangkan oksigen dapat dilihat dari munculnya
gelembung (++++). Lalu Larutan albumin yang ditambahkan HCL menghasilkan warna
putih keruh (+++). Karena HCL konsentrasi ion H+ yang tinggi mampu berkaitan
dengan ion –COO- sehingga terbentuk gugus –COOH-. Larutan albumin
yang ditambahkan asam NAOH pekat menghasilkan warna bening. Albumin berubah
pada bentuk H2N-CN-COO-R karena ion OH- mengikat ion-ion H+ yang terdapat pada
gugus NH3. Pemanasan albumin pada titik iso elektrik akan terjadi denaturasi yang
diikuti dengan koagulasi.
Koagulasi ini tidak larut kembali dengan pemambahan asam atau basa.Pemanasan
albumin diluar titik isoelektrik akan terjadi denaturasi tanpa koagulasi.

VII. DAFTAR PUSTAKA


H. Farisman.2012.Laporan Praktikum Kimia Percobaan 9.Jember.(8 Desember 2021).
https://www.scribd.com/doc/119459784/9-Kimia-Karbon
S. Rudi.2014.LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK.Bengkulu.(8 Desember 2021)
https://www.scribd.com/document/333639746/Laporan-Praktikum-Kimia-Organik
https://www.researchgate.net/publication/348757289_ALDEHID_DAN_KETON (diakses pada
tanggal 9 Desember 2021)
LAPORAN PRAKTIKUM
“SIFAT-SIFAT KIMIA HIDROKARBON”

Disusun Oleh:
1. DEWI RATNA DWITA (B41210971_GOLONGAN B)
2. DWIYANTI BAIDILLAH MAJID (B41211476_GOLONGAN C)
3. NURRIZQIKA ARINA SALSABILA (B41210605_GOLONGAN A)
4. SYUKRA AISYAH (B41210430_GOLONGAN A)
5. YESI INDAH DWI KUSUMA HARIYANTI (B41210540_GOLONGAN A)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI REKAYASA PANGAN JURUSAN


TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2021
I. LATAR BELAKANG
Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa yang terdapat banyak dalam kehidupan sehari-
hari. Senyawa organik yang hanya mengandung atom hidrogen dan karbon disebut
hidrokarbon. Senyawa hidrokarbon sering disebut sebagai senyawa organik karena senyawa
tersebut dapat disintesiskan di dalam tubuh organisme hidup.
Hidrokarbon terbagi menjadi dua yaitu hidrokrbon alifatik dan hidrokarbon siklik.
Hidrokarbon alifatik dan siklik juga dibagi lagi dalam beberapa bagian. Hidrokarbon alifatik
terbagi menjadi dua yaitu alifatik jenuh dan alifatik tak jenuh. Sedangkan hidrokarbon siklik
terbagi menjadi tiga yaitu siklik jenuh, siklik tak jenuh dan siklik aromatic.
Sifat fisik yang dimiliki oleh hidrokarbon disebabkan oleh sifat non polar dari senyawa
tersebut. Umunya hidrokarbon tidak dapat bercampur dengan pelarut polar seperti air atau
etanol. Sebaliknya hidrokarbon dapat bercampur dengan pelarut yang realve non-polar seperti
karbon tetra klorida ( atau diklometana ( ).
Dari penjelasan di atas telah dilakukan beberapa percobaan untuk mengidentifikasi
senyawa hidrokarbon. Prosedur, alat-alat dan bahan yang digunakan.

II. TUJUAN
Tujuan diadakanya praktikum ini adalah :
1. Memperlihatkan sifat-sifat khas dari senyawa hidrokarbon jenuh, tak jenuh dan
aromatik
2. Membedakan senyawa-senyawa erdasarkan sifat reaksi kimianya

III. ALAT DAN BAHAN


1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Pipet tetes
4. Petroleum Benzena
5. Toluena
6. Asam Sulfat
7. Klorobenzena
8. Bensin
9. Asam Nitrat
10. Es batu

IV. PROSEDUR KERJA

1. 3 tabung reaksi dimana ketiganya dimasukkan 3 mL air brom 3% dan untuk 2 tabung
reaksi diisi petroleum benzena dan 1 tabung reaksi bersi air brom ditambahkan
sikloheksan. Dimana ketiga tabung tersebut belum menunjukkan perubahan pada
larutan. Dan untuk petroleum benzena terang nantinya tidak akan dibiarkan selam 5
menit diruang tertutup.
2. 3 tabung reaksi dimana ketiganya dimasukkan 3 mL air brom 3% dan untuk 2 tabung
reaksi diisi petroleum benzene dan 1 tabung reaksi berisi air brom ditambahkan
sikloheksan. Dimana ketiga tabung tersebut belum menunjukkan perubahan pada
larutan.
3. 3 tabung reaksi dimana ketiganya dimasukkan 3 mL air brom 3% dan untuk 2 tabung
reaksi diisi petroleum benzene dan 1 tabung reaksi bersi air brom ditambahkan
sikloheksan. Dimana ketiga tabung tersebut belum menunjukkan perubahan pada
larutan. Dan untuk petroleum benzene gelap nantinya tidak akan dibiarkan selam 5
menit diruang terbuka.Tetapi akan dimasukkan kedalam ruang tertutup.
4. 1 mL petroleum benzene ditambahkan masing-masing 1 tetes KMnO4 1 %.
5. 1mL sikloheksena ditambahkan masing-masing 1 tetes KMnO4 1 % dalam asam sulfat
10 %.
6. Petroleum Eter 1 ml+ didinginkan di batu es dan ditambah 3ml asam sulfat pekat
melalui dinding tabung.
7. Sikloheksana 1 ml+ didinginkan di batu es dan ditambah 3ml asam sulfat pekat melalui
dinding tabung.
8. Petroleum eter dan sikloheksana didinginkan kedalam es batu.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
a. Alkana dan Alkena

Senyawa Pengamatan
Perubahan
Petroleum Benzena Terang

3 tabung reaksi dimana Dalam pengamatan


ketiganyadimasukkan 3 mL air Petroleum Benzena terang
brom 3% dan untuk 2 tabung yang dimasukkan air brom
reaksi diisi petroleum benzena dapat dilihat bahwa tidak ada
dan 1 tabung reaksi bersi air perubahan yang terjadi
brom ditambahkan sikloheksan. didalampetroleum benzene
Dimana ketiga tabung tersebut terang.
belum menunjukkan perubahan Dimana terlarut dengan
pada larutan. Dan untuk larutanPetroleum Benzena
petroleum benzena terang terang.
nantinya tidak akan dibiarkan Tetapi jika dibandingkan
selam 5 menit diruang tertutup. Petroleum Benzena Gelap,
Petroleum benzene terang
lebihberwarna keruh
Siklobenzana

3 tabung reaksi dimana


ketiganyadimasukkan 3 mL Di dalam pengamatan atau
air brom 3% dan untuk 2 percobaan yang telah
tabung reaksi diisi petroleum dilakukan air brom dengan
benzene dan 1 tabung reaksi sikloheksana terlihat bahwa
berisi air brom ditambahkan tidak ada perubahan yang
sikloheksan. terjadi. Dimana larutannya
Dimana ketiga tabung yang dihasilkan samaseperti
tersebut belum menunjukkan petroleum benzena terang.
perubahanpada larutan. Berwarna keruh dan
terlarut.

Petroleum Benzena Gelap

3 tabung reaksi dimana Dalam pengamatan Petroleum


ketiganyadimasukkan 3 mL air Benzena Gelap yang
brom 3% dan untuk 2 tabung dimasukkan air brom dan
reaksi diisi petroleum benzene diletakkan pada ruang tertutup
dan 1 tabung reaksi bersi air selama 5 menit menunjukkan
brom ditambahkan sikloheksan. perubahan larutan yang ada
Dimana ketiga tabung tersebut padapetroleum benzena gelap.
Pada
belum menunjukkan perubahan
larutan petroleum benzena
gelap
pada larutan. Dan untuk yang sudah dimasukkan
petroleum benzene gelap kedalamruang tertutup
nantinya tidak akan dibiarkan menunjukkan hasil pada
selam 5 menit diruang larutan yang ada.
terbuka. Dimana pada petroleum
Tetapi akan dimasukkan ke benzenagelap ini
dalamruang tertutup. menunjukkan larutannya
berwarna jernih dan tidak
keruh seperti petroleum
benzena terang dan
sikloheksana.

b. Reaksi Hidrokarbon dengan Larutan Bromida dalam

Senyawa Perubahan warna Perubahan bau


Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

Petroleum Eter Seperti bensin Seperti


bensin

Tidak Tidak berwarna


berwarna
/bening /bening ( Jernih )
artinya petroleum
eter
saat dilarutkan
kedalam CCl4
larutannya
mengalami kelarutan
atau tidak ada
perubahan
Sikloheksana Seperti Seperti detergen
detergen

Tidak Tidak berwarna


berwarna
/bening ( Jernih )
/bening
artinya
sikloheksanasaat
dilarutkan kedalam
CCl4 larutannya
mengalami
kelarutanatau tidak
ada
perubahan.
c. Reaksi Dengan Asam Permanganat

Senyawa Perubahan Warna Perubahan warna

Sebelum Sesudah

Petroleum benzene

1 mL petroleum benzene 1 ml petroleum benzene setelah


ditambahkanmasing-masing 1 tetes ditambahkan 3 tetes KMnO4 dalam
KMnO4 1 % H2SO4 menghasilkan sebuah
larutan
yang terlarut dalam petroleum
benzene.
Sikloheksana

1mL sikloheksena ditambahkan 1 ML sikloheksana ditambahkan 9


masing-masing 1 tetes KMnO4 1 tetesKMnO4 dalan H2SO4
%dalam asam sulfat 10 %. mengasilkan sebuah keadaan tidak
terlarut, terdapat butiran - butiran
halus seperti pasir
berwarna coklat
d. Reaksi Dengan Asam Sulfat

No. Senyaw Perubah


a an

Sebelu Sesuda
m h
Petroleum Eter 1 ml+
didinginkan di
1.
batu es dan ditambah 3ml
asam
sulfat pekat melalui
dindingtabung

Sikloheksana 1 ml+
didinginkan di batu es dan
2.
ditambah 3ml asam sulfat
pekat melalui dinding
tabung.

Petroleum eter dan


3.
sikloheksana
didinginkankedalam es
-
batu.
 Senyawa Aromatik
No. Pereaksi Senyawa Gamb Perubahan
Hidrokarbon ar Warna

1. Petroleum Warna berubah


Benzena menjadi pudar
namun sedikit
keruh.
2. Toluena Warna menjadi
lebih
pekat, dan
membentuk 2
fase, pada
Asam Sulfat bagian atas
(H2SO4) lebih keruh

3. Klorobenzena Warna menjadi


sangat
pudar dan lebih
kental.
4. Bensin Warna berubah
menjadi
kuning
kehijau-hijauan
dan
sedikit keruh.
5. Petroleum Berwarna
Benzena bening
6. Toluena Warna berubah
Asam Nitrat menjadi
(HNO3) kuning
7. Klorobenzena Berwarna
bening dan
membentuk 2
fase, pada
bagian atas
sedikit
keruh.
8. Bensin Semakin lama,
warna berubah
menjadi
kuning
kecoklatan
pekat.
B. Pembahasan
Hidrokarbon adalah senyawa organik yang molekulnya tersusun dari atom-atom
karbon dan hidrogen. Ada tiga golongan senyawa yang termasuk hidrokarbon, yaitu
hidrokarbon alifatik (alkana, alkena, dan alkuna), hidrokarbon alisiklik (silkloalkana dan
sikloalkena) dan hidrokarbon aromatik (benzena dan turunannya). Hidrokarbon alifatik
masih dapat dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan kelipatan ikaan karbon-karbon, yaitu
hidrokarbon jenuh yang mengandung ikatan tunggal karbon (alkana) dan hidrokarbon tak
jenuh yang mengandung paling sedikit satu ikatan rangkap dua (alkena) atau lebih dari satu
ikatan rangkap dua (alkadiena), atau ikatan rangkap tiga (alkuna)

 Alkena dan Alkena

1. Petroleum Benzena Gelap


Sebelum dimasukkan ke dalam ruangan yang gelap, larutan yang
ada pada Petroleum Benzana bewarna keruh atau memudar. Setelah
dimasukkan ke dalam ruangan yang gelap dalam waktu 5 menit
mengalami perubahan yang ada pada larutan. Larutan yang ada pada
petroleum benzene gelap menjadi bening (jernih).
2. Petroleum Benzena Terang
Hampir sama dengan percobaan Sikloheksana dengan air brom
yang mana pada sebelumnya larutan Petrium Benzena bewarna jernih
dan setelah diaduk warnanya berubah menjadi keruh.
3. Sikloheksana
Sebelum pengamatan larutan Sikloheksana bewarna jernih tetapi
sesudah penambahan air brom larutan yang ada di pada Sikloheksana
mengalami perubahan warna yang sebelumnya berwarna bening menjadi
keruh dan memudar. Hal ini sesuai dengan teori yang bahwa sampel
yang ada tidak ada ikatan rangkapnya.
 Reaksi dengan larutan brom dalam CCl4

a. Warna dan bau pada larutan petroleum benzene


 Warna pada larutan petroleum benzene ketika direaksikan dengan
larutan brom 3% dalam CCl4 tidak mengalami perubahan

 Bau petroleum benzene tidak mengalami perubahan hanya saja


baunya sedikit tidak menyengat seperti sebelumnya

b. Warna dan bau pada larutan sikloheksana

 Warna pada larutan sikloheksana ketika direaksikan dengan


larutan borm 3% dalam CCl4 tidak mengalami perubahan ini
dikarenakan konsentrasi brom dalam CCl4 sangat kecil.
Seharusnya warna brom dalam CCl4 sebelum ditambahkan
sikloheksana berwarna merah coklat.
 Bau sikloheksana tidak mengalami perubahan yaitu tetap seperti
detergen karena ini pengaruh dari konsentrasi brom CCl4 yang
digunakan sangat kecil.

 Reaksi dengan Asam Permanganat


Siklohesana (C6H12) 1mL yang awalnya berwarna bening ditetesi 1 kali
dengan larutan KMnO4 dalam H2SO4 ,setelah dikocok berubah warna
terjadi endapan berwarna ungu. Siklohesana bereaksi dengan KMnO4
dalam H2SO4 dengan cepat dimana hasil pengamatan terbentuk 2 lapisan
(atas: warna bening, bawah: endapan ungu). Petroleum benzene 1mL
yang awalnya berwarna bening ditetesi 9 kali dengan larutan KMnO4
dalam H2SO4, setelah dikocok berubah menjadi 2 lapisan lapisan bawah
berwarna keruh dan terdapat bintik-bintik ungu kehitaman, bagian
bawah berwarna bening.
 Reaksi dengan Asam Sulfat
Pada percobaan ini, mengetahui tentang reaksi dengan asam sulfat. Asam
sulfat pekat adalah asam anorganik yang kuat dan larut dalam semua zat
perbandingan. Warna asam sulfat pekat adalah coklat keruh. Sedangkan,
Petroleum eter adalah pelarut nonpolar yang merupakan campuran
hidokarbon cair yang bersifat mudah menguap dan memiliki warna putih
bening.

Hasil dari pelarutan petroleum eter dengan asam sulfat pekat adalah sebagai berikut:

 Kuning bersih pada bagian bawah, dikarenakan warna petroleum


eter bening dan warna dari asam sulfat pekat coklat pekat, maka
saat direaksikan akan berubah menjadi kekuning-kuningan.

 Bening pada bagian atas (menunjukkan terjadinya 2 lapisan)


 Bagian bawah berbentuk gumpalan sedangkan yang atas berbentuk cairan.

Hasil untuk larutan sikloheksana dicampur dengan asam sulfat adalah sebagai berikut:
 Coklat bening pada bagian bawah

 Bening pada bagian atas. Masih berbentuk cairan. Hal ini menunjukkan berarti
tidak adanya penggumpalan atau tetap menjadi cair.

VI. KESIMPULAN
1. Petroleum benzena merupakan senyawa aromatik memiliki struktur ikatan yang
sangat stabil sehingga ketika direaksikan dengan KMnO4 larutan campuran berubah
warna dan terdapat cincin ungu berarti tidak terjadi reaksi, hal ini karena petroleum
benzene sifatnya jenuh sehingga tidak dapat bereaksi dikarenakan tidak memiliki
ikatan rangkap. Sedangkan ketika sikloheksena direaksikan denganlarutan
KMnO4 dalam suasana asam terjadi rekasi oksidasi dan terjadi pemutusan ikatan
rangkap, hal ini dapat diketahui dengan adanya warna yang ditimbulkan setelah
sikloheksena direaksikan dengan KMnO4 yaitu berubahnya warna larutan menjadi
bening.Sampel yang mengandung ikatan rangkap (tak jenuh) akan teroksidasi.
2. Warna pada larutan petroleum benzene ketika direaksikan dengan larutan brom 3%
dalam CCl4 tidak mengalami perubahan karena konsentrasi larutan brom dalam CCl4
sangat kecil.Bau petroleum benzene juga tidak mengalami perubahan hanya saja
baunya sedikit tidak menyengat seperti sebelumnya ini dikarenakan pengaruh larutan
CCl4 meskipun konsetrasinya rendah tapi mempengaruhi bau meskipun sedikit.
3. Percobaan selanjutnya adalah reaksi dengan asam sulfat terhadap senyawa
sikloheksana dan petroleum benzena.senyawa aromatik dapat bereaksi dengan asam
sulfat, mengalami reaksi adisi yang menghasilkan senyawa polar yang larut. Pada
perlakuan ini terjadi reaksi eksotermik. Senyawaa romatik memiliki ikatan rangkap
yang merupakan gugus fungsional sehingga peka terhadap beberapa reaksi tertentu.

VII. DAFTAR PUSTAKA


http://eprints.ums.ac.id/54810/3/Bab%201.pdf (diakses pada tanggal 8 Desember 2021)
Ismayani.2011.LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I.Kendari.(8 Desember 2021).
https://id.scribd.com/doc/115900946/Sifat-Kimia-Hidrokarbon-Ismayanii

Anda mungkin juga menyukai