Disusun Oleh:
1. DEWI RATNA DWITA (B41210971_GOLONGAN B)
2. DWIYANTI BAIDILLAH MAJID (B41211476_GOLONGAN C)
3. NURRIZQIKA ARINA SALSABILA (B41210605_GOLONGAN A)
4. SYUKRA AISYAH (B41210430_GOLONGAN A)
5. YESI INDAH DWI KUSUMA HARIYANTI (B41210540_GOLONGAN A)
Larutan adalah suatu campuran yang bersifat homogen, ukurannya sangat kecil
dibandingkan dengan koloid atau suspensi. Dalam pembuatan larutan, maka harus
mengenal yang namanya standar primer dan standar sekunder. Standar primer
didasarkan pada suatu larutan baku yang sudah diketahui konsentrasinya.
Kebalikannya, standar sekunder didasarkan pada suatu larutan baku yang tidak
diketahui konsentrasinya. Dalam pembuatan larutan harus diketahui konsentrasinya,
diukur dari nilai molaritas (M), normalitas (N), dan prosentase. Molaritas adalah
jumlah mol zat terlarut dalam satu liter larutan. Normalitas adalah jumlah mol ekivalen
zat terlarut dalam tiap satuan volume larutan. Dalam metode pembuatan larutan
diperlukan proses pengenceran dan pencampuran adalah proses penurunan konsentrasi
zat terlarut dalam suatu larutan, biasanya hanya dengan mencampurkan lebih banyak
pelarut seperti menambahkan lebih banyak air ke dalam larutan. Pencampuran biasanya
dilakukan untuk mencampur 2 larutan yang berbeda konsentrasinya.
Koloid adalah campuran yang bersiat heterogen, tersebar merata dan partikelnya
bisa dilihat dengan kasat mata. Suspensi adalah suatu campuran fluida yang
mengandung partikel padat. Biasanya koloid memiliki 2 sifat yaitu Efek Tyndal dan
Gerak Brown. Gerak Brown pada koloid di dalamnya akan terjadi dispersi (penyebaran
merata). Efek Tyndal. Kemudian, untuk medium pendispersi adalah zat pendispersi
misalnya air maka pelarut yang dibutuhkan banyak.
II. TUJUAN
9. Gelas Ukur
A. Pembuatan Campuran
1. Menimbang 0,5 gr serbuk agar-agar
2. Menimbang 0,5 gr tepung tapioka
3. Memasukkan agar atau tepung tapioka pada beaker glass yang
tidak dipanaskan
4. Mengaduk sampai terlarut sempurna
5. Menambahkan dengan 10 mL aquades pada masing2 beaker
glass
6. Memanaskan beaker yang berisi 10 mL aquades sampai
mendidih di atas hotplate
7. Memasukkan agar-agar atau tapioka pada masing2 beaker yang
telah mendidih
8. Mengaduk sampai homogen
B. Penentuan Koloid
1. Mengambil 1 mL sampel minyak kelapa
2. Memasukkan dalam 3 tabung berbeda sebanyak 1 mL
masing-masing
3. Mengambil 1 mL sampel minyak tanah
4. Memasukkan dalam tabung berbeda sebanyak 1 mL
5. Mengambil 2 mL air kapur
6. Memasukkan 2 mL air kapur pada tabung 1
7. Mengambil 2 mL aquades
8. Memasukkan 2 mL aquades pada tabung 2
9. Mengambil 2 mL minyak tanah dan dimasukkan dalam tabung 3
C. Pengaruh zat lain terhadap sistem koloid
1. Mengambil 2 mL sampel albumin
2. Memasukkan albumin pada 5 tabung berbeda
3. Mengambil 1 mL H2SO4 1M
4. Memasukkan dalam tabung 2
5. Mengambil 1 mL asam asetat 1M
6. Memasukkan dalam tabung 3
7. Mengambil 1 mL NaOH 1M
8. Memasukkan dalam tabung 4
9. Mengambil 1 mL NaHCO3 1M
10. Memasukkan dalam tabung 5
11. Mengamati perbedaan di setiap tabung reaksi
1. Larutan Pereaksi
Hasil :
1. Pengenceran larutan NaCl
Diket : M1 = 0,5M
M2 = 0,1M
V1 = 500mL
V2 = 100mL
Dit : faktor pengenceran NaCl?
500
Dijawab : �1 = =5
�2 100
Jadi faktor pengencerannya yaitu 5x pengenceran.
2. Pengenceran larutan gula
Diket : V1 = 250mL %1= 10%
V2 = 100mL %2= 5%
Dit : faktor pengenceran gula?
250
Dijawab : : �1 = = 2,5
�2 100
Jadi faktor pengencerannya yaitu 2,5x pengenceran.
2. Kimia Koloid
No Perlakuan Pengamatan
1. Pembuatan Campuran Agar : perbandingan yang diperoleh
ketika campuran agar+air dipanaskan dan
tidak dipanaskan :
Hasil yg diperoleh :
Minyak tanah + air = koloid
Minyak kelapa+minyak tanah = larutan
Minyak kelapa+air = koloid
Minyak kelapa+air kapur = suspensi
3. Pengaruh zat lain terhadap sistem
koloid
2. Efek Tyndall merupakan salah satu sifat koloid dengan prinsip penghamburan
cahaya. Saat suatu koloid diuji dengan menggunakansenter maka koloid tersebut akan
menghamburkan cahaya dan seberkas cahaya dapat diamati tetapi partikel
terdispersinya tidak terlihat. Koloid – koloid tersebut menghamburkan cahayanya,
karena efek tyndall yang dihasilkan oleh partikel koloid tersebut.
Disusun Oleh:
1. DEWI RATNA DWITA (B41210971_GOLONGAN B)
2. DWIYANTI BAIDILLAH MAJID (B41211476_GOLONGAN C)
3. NURRIZQIKA ARINA SALSABILA (B41210605_GOLONGAN A)
4. SYUKRA AISYAH (B41210430_GOLONGAN A)
5. YESI INDAH DWI KUSUMA HARIYANTI (B41210540_GOLONGAN A)
Karbon, atau zat arang merupakan unsur kimia yang mempunyai simbol C
dan nomor atom 6 pada tabel periodik. Sebagai unsur golongan 14 pada tabel
periodik, karbon merupakan unsur non-logam dan bervalensi 4, yang berarti
bahwa terdapat empat elektron yang dapat digunakan untuk membentuk ikatan
kovalen.
Konfigurasi elektron karbon dalam keadaan dasar adalah (1s2 2s2 2p2) mudah
terhibridasi menghasilkan perangkat orbital sp3, atau sp2+p, atau sp+p2. Lebih dari
sembilan puluh persen senyawa karbon merupakan senyawa sintetik, sedangkan sisanya
diperoleh dari mahluk hidup (tumbuh-tumbuhan,hewan,jamur,dan mikroorganisme) serta
fosil mereka (batubara dan minyak bumi).
II. TUJUAN
Tujuan diadakanya praktikum ini adalah :
1. Mengenal sifat-sifat gugus fungsional
2. Memahami sifat kimia karbohirat, protein dan lemak
No.
Percobaan Hasil dan Gambar
Sebelum1 Sesudah 1 Sebelum, 2 Sesudah 2
1. Kepolaran
Gugus
Fungsional
Keterangan Keteragan
2 mL: Glukosa, 2 mL: Glukosa,
Fruktosa, Maltose, Fruktosa, Maltose,
dan Amilum dan Amilum setelah
sebelum ditambahkan larutan
ditambahkan fehling dan
larutan fehling dipanaskan dengan
bunsen
Setelah 4 Setelah 5
Keterangan Keterangan
Albumin Albumin setelah
ditambahkan ditambahkan
NaOH pekat 5 CuSO4 5 tetes
tetes
Tetesi Air Bromida Juml
Jenis ah
5. Keterangan
Minyak/Lemak Warna Sebelum Warna Sesudah (Tete
s)
Air
Bro
mida
a. Minyak Warna tidak
Hewani 10 berubah
(margain)
Suatu reaksi terjadi karena satu molekul atau lebih memiliki energy yang
cukup (energy aktivasi) untuk memutuskan ikatan. Suatu ikatan kovalen A-B
dapat dipututs dalam dua cara yaitu (Sumo usman F,1992) :
A : B ( A. + .B)
Dalam suatu reaksi kimia ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu apa
yang terjadi pada gugus fungsi dan sifat pereaksi yang menyerang. Ada tiga jenis
pereaksi dalam reaksi organic yaitu :
a. Reaksi adisi nukleofil terjadi apabila gugus yang menyerang pertama kali ke
suatu ikatan rangkap merupakan pereaksi nukleofil.
b. Reaksi adisi elektrofil terjadi bila gugus menyerang pertama kali ke suatu
ikatan rangkap merupakan pereaksi elektrofil.
c. Reaksi adisi radikal bebas terjadi bila gugus yang menyerang merupakan
radikal bebas.
Reaksi Polimerisasi yaitu reaksi pengubahan dari monomer menjadi polimer oleh
karena cahaya,radikal bebas,kation atau anion.
Contoh : n CH2 = CH-Cl (-CH2-CH)-n (Sumo usman F,1992 :29)
a. Pelarut Air
a. Pelarut Minyak
a. Pelarut Air
1. Etanol larut dalam air karena etanol merupakan larutan yang polar
juga terdapat persamaan sifat kepolaran antara air.
2. Butanol tidak dapat larut dalam air karena ukuran gugus alkil pada
butanol lebih besar daripada air. Sehingga, butanol tidak larut dalam
air (terdapat 2 fase).
3. Aseton larut dalam air hal ini karena aseton bersifat semi polar yang
dapat digunakan sebagai pelarut polar maupun non polar, sifat ini
dikarenakan pada aseton terdapatC=O.
4. Propanol dapat larut dalam air karena gugus alkilnya lebih kecil
daripada air. Sehingga, pada semua perbandingan propanol dapat
larut dalamair.
b. Pelarut minyak
4. Koagulasi Protein
VI. KESIMPULAN
1. Reaksi-reaksi kimia pada senyawa karbon dapat dikelompokkan dalam beberapa tipe,
diantaranya reaksi adisi, esterifikasi, polimerisasi, yodoform, reaksi redoks, reaksi
subtitusi, dan eliminasi. Dimana subtitusi merupakan reaksi penggantian. Eliminasi
reaksi pengubahan ikatan tunggal menjadi ikatan rangkap. Adisi merupakan reaksi
pengubahan ikatan rangkap menjadi ikatan tunggal. Polimerisasi merupakan
penggabungan banyak molekul yang sangat besar, ada dua jenis reaksi pelimerisasi
yaitu polimerisasi adisi dan polimerisasi kondensasi. Esterifikasi adalah reaksi
pembentukan ester dimana pada percobaan ini ester dibuat. Redoks (reduksi-oksidasi)
merupakan dimana dua zat yang satu tereduksi dan yang satu mengalami oksidasi.
Yodoform adalah reaksi pembentukan senyawa holoform.
2. Pada percobaan kepolaran gugus fungsional dengan bahan yang diuji adalah aseton,
formaldehyde, larutan glukosa, dan etanol didapat kesimpulan pada pelarut air
mengalami pelarutan semua dan warnanya tidak berubah.Sedangkan pada pelarut
minyak pada aseton mengalami kelarutan, pada formaldehyde minyak sedikit
mengalami kelarutan atau tidak bisa tercampur,pada larutan glukosa minyak tidak
mengalami kelarutan, pada etanol pelarut minyak dapat larut.
3. Kelarutan hidroksil atau gugus fungsional OH dalam air semakin panjang rantai karbon
semakin rendah kelarutannya. Contohnya, Metanol, etanol, dan propanol mudah larut,
alkohol lainnya hanya sedikit larut.Lemak merupakan asam lemah dan dalam air
terdisosiasi sebagian. Umumnya lemak berfase cair atau padat pada suhu ruang (27°
Celsius). Semakin panjang rantai C penyusunnya, semakin mudah membeku dan juga
semakin sukar larut.
4. Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa aldehid dan keton
merupakan senyawa yang pada umumnya mepunyai gugus karbonil yang terikat pada
gugus alkil. Didapat bahwa senyawa yang mengandung gugus aldehid lebih mudah
untuk teroksidasi dengan oksidator yang lemah sedang senyawa yang mengandung
gugus keton dan asam karboksilat tidak mudah untuk teroksidasi.
5. Pada percobaan ini diperoleh kesimpulan bahwa penentuan kadar protein bisa
berdasarkan melalui warna kepekatannya. Larutan albumin yang dipanaskan juga
mengandung unsur protein dan nitrogen. Nitrogen ditunjukkan dengan adanya bau
seperti rambut terbakar (++). Sedangkan oksigen dapat dilihat dari munculnya
gelembung (++++). Lalu Larutan albumin yang ditambahkan HCL menghasilkan warna
putih keruh (+++). Karena HCL konsentrasi ion H+ yang tinggi mampu berkaitan
dengan ion –COO- sehingga terbentuk gugus –COOH-. Larutan albumin
yang ditambahkan asam NAOH pekat menghasilkan warna bening. Albumin berubah
pada bentuk H2N-CN-COO-R karena ion OH- mengikat ion-ion H+ yang terdapat pada
gugus NH3. Pemanasan albumin pada titik iso elektrik akan terjadi denaturasi yang
diikuti dengan koagulasi.
Koagulasi ini tidak larut kembali dengan pemambahan asam atau basa.Pemanasan
albumin diluar titik isoelektrik akan terjadi denaturasi tanpa koagulasi.
Disusun Oleh:
1. DEWI RATNA DWITA (B41210971_GOLONGAN B)
2. DWIYANTI BAIDILLAH MAJID (B41211476_GOLONGAN C)
3. NURRIZQIKA ARINA SALSABILA (B41210605_GOLONGAN A)
4. SYUKRA AISYAH (B41210430_GOLONGAN A)
5. YESI INDAH DWI KUSUMA HARIYANTI (B41210540_GOLONGAN A)
II. TUJUAN
Tujuan diadakanya praktikum ini adalah :
1. Memperlihatkan sifat-sifat khas dari senyawa hidrokarbon jenuh, tak jenuh dan
aromatik
2. Membedakan senyawa-senyawa erdasarkan sifat reaksi kimianya
1. 3 tabung reaksi dimana ketiganya dimasukkan 3 mL air brom 3% dan untuk 2 tabung
reaksi diisi petroleum benzena dan 1 tabung reaksi bersi air brom ditambahkan
sikloheksan. Dimana ketiga tabung tersebut belum menunjukkan perubahan pada
larutan. Dan untuk petroleum benzena terang nantinya tidak akan dibiarkan selam 5
menit diruang tertutup.
2. 3 tabung reaksi dimana ketiganya dimasukkan 3 mL air brom 3% dan untuk 2 tabung
reaksi diisi petroleum benzene dan 1 tabung reaksi berisi air brom ditambahkan
sikloheksan. Dimana ketiga tabung tersebut belum menunjukkan perubahan pada
larutan.
3. 3 tabung reaksi dimana ketiganya dimasukkan 3 mL air brom 3% dan untuk 2 tabung
reaksi diisi petroleum benzene dan 1 tabung reaksi bersi air brom ditambahkan
sikloheksan. Dimana ketiga tabung tersebut belum menunjukkan perubahan pada
larutan. Dan untuk petroleum benzene gelap nantinya tidak akan dibiarkan selam 5
menit diruang terbuka.Tetapi akan dimasukkan kedalam ruang tertutup.
4. 1 mL petroleum benzene ditambahkan masing-masing 1 tetes KMnO4 1 %.
5. 1mL sikloheksena ditambahkan masing-masing 1 tetes KMnO4 1 % dalam asam sulfat
10 %.
6. Petroleum Eter 1 ml+ didinginkan di batu es dan ditambah 3ml asam sulfat pekat
melalui dinding tabung.
7. Sikloheksana 1 ml+ didinginkan di batu es dan ditambah 3ml asam sulfat pekat melalui
dinding tabung.
8. Petroleum eter dan sikloheksana didinginkan kedalam es batu.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
a. Alkana dan Alkena
Senyawa Pengamatan
Perubahan
Petroleum Benzena Terang
Sebelum Sesudah
Petroleum benzene
Sebelu Sesuda
m h
Petroleum Eter 1 ml+
didinginkan di
1.
batu es dan ditambah 3ml
asam
sulfat pekat melalui
dindingtabung
Sikloheksana 1 ml+
didinginkan di batu es dan
2.
ditambah 3ml asam sulfat
pekat melalui dinding
tabung.
Hasil dari pelarutan petroleum eter dengan asam sulfat pekat adalah sebagai berikut:
Hasil untuk larutan sikloheksana dicampur dengan asam sulfat adalah sebagai berikut:
Coklat bening pada bagian bawah
Bening pada bagian atas. Masih berbentuk cairan. Hal ini menunjukkan berarti
tidak adanya penggumpalan atau tetap menjadi cair.
VI. KESIMPULAN
1. Petroleum benzena merupakan senyawa aromatik memiliki struktur ikatan yang
sangat stabil sehingga ketika direaksikan dengan KMnO4 larutan campuran berubah
warna dan terdapat cincin ungu berarti tidak terjadi reaksi, hal ini karena petroleum
benzene sifatnya jenuh sehingga tidak dapat bereaksi dikarenakan tidak memiliki
ikatan rangkap. Sedangkan ketika sikloheksena direaksikan denganlarutan
KMnO4 dalam suasana asam terjadi rekasi oksidasi dan terjadi pemutusan ikatan
rangkap, hal ini dapat diketahui dengan adanya warna yang ditimbulkan setelah
sikloheksena direaksikan dengan KMnO4 yaitu berubahnya warna larutan menjadi
bening.Sampel yang mengandung ikatan rangkap (tak jenuh) akan teroksidasi.
2. Warna pada larutan petroleum benzene ketika direaksikan dengan larutan brom 3%
dalam CCl4 tidak mengalami perubahan karena konsentrasi larutan brom dalam CCl4
sangat kecil.Bau petroleum benzene juga tidak mengalami perubahan hanya saja
baunya sedikit tidak menyengat seperti sebelumnya ini dikarenakan pengaruh larutan
CCl4 meskipun konsetrasinya rendah tapi mempengaruhi bau meskipun sedikit.
3. Percobaan selanjutnya adalah reaksi dengan asam sulfat terhadap senyawa
sikloheksana dan petroleum benzena.senyawa aromatik dapat bereaksi dengan asam
sulfat, mengalami reaksi adisi yang menghasilkan senyawa polar yang larut. Pada
perlakuan ini terjadi reaksi eksotermik. Senyawaa romatik memiliki ikatan rangkap
yang merupakan gugus fungsional sehingga peka terhadap beberapa reaksi tertentu.