Disusun Oleh:
1. DEWI RATNA DWITA (B41210971_GOLONGAN B)
2. DWIYANTI BAIDILLAH MAJID (B41211476_GOLONGAN C)
3. NURRIZQIKA ARINA SALSABILA (B41210605_GOLONGAN A)
4. SYUKRA AISYAH (B41210430_GOLONGAN A)
5. YESI INDAH DWI KUSUMA HARIYANTI (B41210540_GOLONGAN A)
II. TUJUAN
B. PROSEDUR KERJA
Memasukan pelarut ke dalam tabung reaksi :
1. Masukan 2 mL pelarut n-Heksana kedalam tabung 1
2. Masukan 2 mL pelarut eter kedalam tabung 2
3. Masukan 2 mL pelarut aquades ke dalam tabung 3
4. Masukan 2 mL pelarut NaOH ke dalam tabung 4
5. Masukan 2 mL pelarut HCl kedalam tabung 5
6. Masukan 2 mL pelarut H2SO4 kedalam tabung 6
Prosedur selanjutnya :
1. Masukan 0,2 mL sampel n-Heksana ke dalam 5 tabung yang telah terisi
pelarut yang berbeda
2. Masukan 0,2 mL sampel heksena ke dalam 6 tabung yang telah terisis
pelarut yang berbeda
3. Masukan 0,2 mL sampel sikloheksana ke dalam 6 tabung yang telah
terisis pelarut yang berbeda
4. Masukan 0,2 mL sampel benzena ke dalam 6 tabung yang telah terisis
pelarut yang berbeda
5. Masukan 0,2 mL sampel minyak tanah ke dalam 6 tabung yang telah
terisis pelarut yang berbeda
6. Masukan 0,2 mL sampel methanol ke dalam 6 tabung yang telah terisis
pelarut yang berbeda
7. Masukan 0,2 mL sampel ethanol ke dalam 6 tabung yang telah terisis
pelarut yang berbeda
8. Masukan 0,2 mL sampel 1-butanol ke dalam 6 tabung yang telah
terisis pelarut yang berbeda
9. Masukan 0,2 mL sampel glukosa 10% ke dalam 6 tabung yang telah
terisis pelarut yang berbeda
10. Timbang dan masukan 0,1 gr selulosa ke dalam 6 tabung yang telah
terisi pelarut yang berbeda
11. Masukan 0,2 mL sampel amilum 1% ke dalam 6 tabung yang telah
terisi pelarut yang berbeda
12. Masukan 0,2 mL sampel parafin ke dalam 6 tabung yang telah terisi
pelarut yang berbeda
13. Masukan 0,2 mL sampel etil asetat ke dalam 6 tabung yang telah terisis
pelarut yang berbeda
14. Masukan 0,2 mL sampel kloroform ke dalam 6 tabung yang telah terisi
pelarut yang berbeda
15. Masukan 0,2 mL sampel eter ke dalam 5 tabung yang telah terisis
pelarut yang berbeda
16. Masukan 0,2 mL sampel asam asetat ke dalam 6 tabung yang telah
terisi pelarut yang berbeda
17. Masukan 0,2 mL sampel asetaldehida ke dalam 6 tabung yang telah
terisi pelarut yang berbeda
18. Masukan 0,2 mL sampel aquades ke dalam 6 tabung yang telah terisi
pelarut yang berbeda
19. Masukan 0,2 mL sampel asam nitrat ke dalam 6 tabung yang telah
terisi pelarut yang berbedaa
20. Masukan 0,2 mL sampel asam sulfat ke dalam 6 tabung yang telah
terisi pelarut yang berbeda
21. Masukan 0,2 mL sampel natrium hidroksida ke dalam 6 tabung yang
telah terisi pelarut yang berbeda
22. Masukan 0,2 mL sampel perak nitrat ke dalam 6 tabung yang telah terisi
pelarut yang berbeda
23. Masukan 0,2 mL sampel asam klorida ke dalam 6 tabung yang telah
terisi pelarut yang berbeda
B. PEMBAHASAN
V. KESIMPULAN
Disusun Oleh:
1. DEWI RATNA DWITA (B41210971_GOLONGAN B)
2. DWIYANTI BAIDILLAH MAJID (B41211476_GOLONGAN C)
3. NURRIZQIKA ARINA SALSABILA (B41210605_GOLONGAN A)
4. SYUKRA AISYAH (B41210430_GOLONGAN A)
5. YESI INDAH DWI KUSUMA HARIYANTI (B41210540_GOLONGAN A)
Alkohol adalah senyawa yang mempunyai gugus fungsi hidroksil (-OH) yang
terikat pada atom karbon jenuh Rumus umum alkhol adalah R-OH, dimana R
adalah alkil, alkil tersubstitusi atau hidrokarbon siklik. Sedangkan fenol
merupakan senyawa organik yang mengandung gugus hidroksil (-OH) yang
terikat langsung dengan atom karbon pada suatu cincin benzena. Fenol dibuat
dengan penggabungan garam asam sulfanoat dengan natrium hidroksida
membentuk garam natrium dan fenol, fenol juga termasuk golongan alkohol
Alkohol seringkali digunakan sebagai pelarut untuk melangsungkan sejumlah
reaksi organik, misalnya metanol digunakan sebagai bahan anti pembekuan,
etanol digunakan sebagai sumber panas karena mempunyai nyala yang jernih dan
panas, dan lauril alkohol digunakan dalam pembuatan deterjen. Alkohol juga
dapat disintesis dari bahan pangan yang memiliki kandungan karbohidrat yang
tinggi dengan proses hidrolisis dan fermentasi.
II. TUJUAN
BAHAN
1. Heksana
2. Aquades
3. Butanol
4. Amil Alcohol
5. Fenol
6. Methanol
7. Reagen Lukas
8. Propanol
9. Asam asetat
10. FeCL3
B. PROSEDUR KERJA
1. Ambil dan masukan 0,5 ml n-heksana ke dalam tabung 1,2,3,4
2. Ambil dan masukan 0,5 ml aquades ke dalam 5,6,7,8
3. Ambil dan teteskan butanol dalam tabung 1 dan 5
4. Ambil dan teteskan amil alkohol dalam tabung 2 dan 6
5. Ambil dan teteskan fenol dalam tabung 3 dan 7
6. Ambil dan teteskan methanol dalam tabung 4 dan 8
7. Kocok tabung hingga homogen
8. Alcohol dengan pelarut n-heksana
9. Alcohol dengan pelarut air
10. Ambil dan masukan 1 ml reagen Lukas dalam 3 tabung reaksi
11. Ambil dan masukan 3 tetes propanol dalam tabung 1
12. Ambil dan masukan 3 tetes 2-propanol dalam tabung 2
13. Ambil dan masukan 3 tetes fenol dalam tabung 3
14. Kocok tabung hingga homogen
15. Ambil dan masukan 1 ml fenol dalam tabung 1
16. Ambil dan masukan 1 ml ambil alcohol dalam tabung 2
17. Ambil dan masukan 1 ml asam asetat dalam tabung 3
18. Ambil dan masukan 1 ml methanol dalam tabung 4
19. Ambil dan masukan 1-2 tetes FeCL3 1M pada setiap tabung
20. Kocok hingga homogen
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
No. Perlakuan Hasil Pengamatan
1. Alkohol dengan pelarut
n-heksana
3. • Tabung Reaksi
1: reagen lucas
+ 2-propanol
• Tabung Reaksi
2: reagen lucas
+ fenol
• Tabung Reaksi
3: : reagen lucas
+ propanol
4. • Tabung Reaksi
1: FeCL3 1 M +
fenol
• Tabung Reaksi
2: FeCL3 1 M +
amil alkohol
• Tabung Reaksi
3: FeCL3 1 M +
asam asetat
• Tabung Reaksi
4: FeCL3 1 M +
metanol
B. PEMBAHASAN
Pada praktikum kimia organik alkohol dan fenol kali ini, yang dilakukan
empat percobaan yakni, kelarutan dalam air dan n-heksana; membedakan alkohol
primer, alkohol sekunder, dan alkohol tersier dengan pereaksi Lucas; reaksi dengan
Na2CO3 dan NaHCO3; dan reaksi dengan FeCl3.
Pada 1-propanol dan 2-propanol dapat larut dalam air maupun n-heksana,
dan membentuk 1 fasa. Hal ini berarti kedua senyawa tersebut merupaka senyawa
semi polar. Berdasarkan teori 1-propanol dan 2-propanol merupakan senyawa
polar dimana keduanya dapat larut dalam senyawa polar maupun nonpolar.
Reaksi 1-propanol dan 2-propanol dengan air :
Pada amil alkohol (n-pentanol) didapatkan tidak larut dalam air namun larut
dalam n-heksana. Secara teoritis amil alkohol sukar larut dalam air, dan dapat
bercampur dengan pelarut organik.
Gugus alkil yang dimiliki amil alkohol lebih mendominasi molekul yang
dapat mengganggu pembentukan ikatan hidrogen antara gugus hidroksil dengan
air, sehingga sukar larut dalam senyawa polar (air), dan dapat larut pada senyawa
nonpolar (n-Heksana). Kelarutan amil alkohol adalah 27 g/L (pada suhu 20C).
Seperti yang dijelaskan sebelumnya karena amil alkohol memiliki gugus alkil
berantai sedang, sehingga keelektronegatifannya sedikit berubaha akibat
pengaruh ketidakpolaran yang dimiliki gugus alkil, sehingga gugus hidroksil
(-OH) dan gugus alkil (-R) pada zat tersebut mengambil bagian yang hampir
sama besar dalam molekulnya yang menyebabakan bersifat semi polar, yang
seharusnya amil alkohol dapat sedikit larut dalam air. Maka berdasarkan teori
terdapat kesalahan dalam proses praktikum, sehingga tidak didapatkan hasil yang
sesuai. Reaksi amil alkohol dengan air :
Pada saat 1-butanol dan 2-butanol direaksikan dengan air memberikan hasil
sedikit larut, dan ketika direaksikan dengan n-heksana larut. Menurut teori
senyawa alkohol yang berantai pendek atau memiliki atom C 1 – 5 akan
mempunyai sifat menyerupai air yang berarti dapat larut dalam beberapa pelarut
polar seperti air.
Kelarutan yang didapat pada fenol adalah, sedikit larut dalam air dan larut
dalam n-heksana. Menurut teori fenol memilki kelarutan terbatas dalam air,
dengan kelarutan 8,3g/ 100ml. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, berarti
fenol merupakan senyawa polar. Hal ini pula yang membuat fenol dapat larut
dalam pelarut air. Karena hasil yang didapat fenol sedikit larut dalam air, maka
dapat dikatakan bahwa fenol larut dalam air namun dalam jumlah yang terbatas.
Faktor perbandingan pelarut dan zat terlarut harus diperhatikan untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan. Dari hasil yang didapatkan, kepolaran
alkohol berkurang secara bertahap, sesuai bertambahnya gugus karbonil dan
dapat bersifat semi polar bahkan bersifat nonpolar. Adanya gugul -OH dalam air,
membuat alkohol memiliki polaritas yang hampir sama dengan polaritas air,
sehingga alkohol dapat larut dalam air. Namun kepolaran yang dimiliki oeh
alkohol tidak akan sebanding dengan polaritas air. Hal ini dipengaruhi oleh
kehadiran gugus alkil -R pada molekulnya.
Sama halnya dengan fenol yang juga memberikn hasil negatif yakni tidak
bereaksi walaupun juga dilakukan pemanasan. Hal ini sesuaai dengan literatur,
yakni fenol merupakan golongan benzena sehingga tidak mungkin dapat bereaksi
dengan uji Lucas. Hal ini disebabkan karena gugus hidroksi pada fenol yang
sukar diputuskan akibat adanya delokalisasi elektron, atau bisa
disebut dengan pengaruh resonansi. Resonansi terjadi karena adanya
dehidrogenisasi, yang diakibatkan susunan ikatan rangkap fenol yang
terkonjugasi sempurna (ikatan selang-seling rangkap tunggal-rangkap dua).
Reaksi fenol dengan reagen Lucas :
Pada 2-butanol terjadi reaksi dengan reagen Lucas, reaksi harus dibantu
dengan pemanasan, walaupun demikian reaksi berjalan lambat. Diperlukan
pemanasan sekitar 15 menit dan baru terbentuk 2 lapisan yakni larutan yang
berwarna bening dan berwarna keruh. Hal ini sesuai dengan literatur yakni
alkohol sekunder akan bereaksi dengan reagen Lucas secara lambat dan harus
dibantu dengan pemanasan. Reaksi yang terjadi adalah :
1. Alkohol adalah senyawa yang mempunyai gugus fungsi hidroksil yang terikat pada
atom karbon jenuh. Sedangkan fenol merupakan senyawa yang memiliki gugus
hidroksil terikat langsung ke benzen atau cincin benzenoid. Fenol lebih asam dari
alkohol karena anion yang dihasilkan dandistabilkan oleh resonansi, dengan
muatan negatifnya disebar (delokalissai) oleh cincin aromatik.
2. Hasil percobaan kelarutan dalam air dan n-heksana didapatkan hasil metanol,
etanol dan 2-metil-2propanol larut dalam air dan tidak larut dalam n-heksana.
Ketiga larutan ini membentuk 1 fasa. Hal ini karena metanol dan etanol memiliki
gugus alkil berantai pendek, sehingga tidak merubah tingkat keelektronegatifan,
dan gugus hidroksil -OH pada metanol tersebut mengambil bagian yang lebih
besar dalam molekulnya.
3. Pada percobaan membedakan alkohol primer, alkohol sekunder, dan alkohol
tersier dengan pereaksi Lucas. Didapat hasil Alkohol primer tidak akan bereaksi,
alkohol sekunder bereaksi lambat dan harus dengan pemanasan, sedangkan
alkohol tersier dapat bereaksi dengan cepat tanpa pemanasan. Sedangkan untuk
fenol juga didapatkan hasil negatif yakni tidak bereaksi walaupun sudah dilakukan
pemanasan. Hal ini terjadi karena fenol merupakan golongan benzena sehingga
tidak mungkin dapat bereaksi dengan uji Lucas. Hal ini disebabkan karena gugus
hidroksi pada fenol yang sukar diputuskan akibat adanya delokalisasi elektron,
atau bisa disebut dengan pengaruh resonansi.
4. Pada percobaan pereaksian alkohol dan fenol dengan Na2CO3 dan NaHCO3
didapat hasil tingkat keasaman alkohol ditentukan oleh panjangnya rantai karbon
yang terikat pada gugus hidroksil. Semakin panjang rantai karbonnya maka tingkat
keasamannya akan semakin rendah. Sedangkan fenol dan asam asetat dapat
bereaksi dengan Na2CO3 dan NaHCO3 dikarenakan kedua zat ini merupakan
asam lemah, namun keasaman fenol lebih rendah jika dibandingkan dengan asam
asetat, dan fenol memiliki tingkat keasaan diatas alkohol.
5. Percobaan reaksi dengan FeCl3 didapat hasil bahwa alkohol tidak bereaksi dan
larut dengan FeCl3 dan menghasilkan warna kekuningan sedangkan setelah fenol
direaksikan dengan FeCl3 menghasilkan warna ungu kehitaman, yang berarti fenol
merupakan alkoksi kuat.
LAPORAN PRAKTIKUM BENZENA
“ALDEHID DAN KETON”
Disusun Oleh:
1. DEWI RATNA DWITA (B41210971_GOLONGAN B)
2. DWIYANTI BAIDILLAH MAJID (B41211476_GOLONGAN C)
3. NURRIZQIKA ARINA SALSABILA (B41210605_GOLONGAN A)
4. SYUKRA AISYAH (B41210430_GOLONGAN A)
5. YESI INDAH DWI KUSUMA HARIYANTI (B41210540_GOLONGAN A)
II. TUJUAN
B. PROSEDUR KERJA
1. Ambil dan masukkan 5 tetes Formalin dalam tabung 1
2. Ambil dan masukkan 5 tetes Glukosa 10% dalam tabung 2
3. Ambil dan masukkan 5 tetes aseton dalam tabung 3
4. Ambil dan masukkan 5 tetes kromat ke dalam setiap tabung
5. Kocok tabung hingga homogen
6. Ambil dan masukkan 1 ml 𝐴𝑔𝑁𝑂3 5% ke dalam tabung 1, 2, 3.
7. Ambil dan masukkan 1 tetes NaOH 10% ke dalam setiap tabung
8. Ambil dan masukkan NH4OH 0,1 N ke dalam setiap tabung hingga
endapan terlarut
9. Kocok tabung hingga homogen
10. Ambil dan masukkan 2 tetes formalin dalam tabung 1
11. Ambil dan masukan 2 tetes glukosa 10% dalam tabung 2
12. Ambil dan masukan 2 tetes aseton dalam tabung 3
13. Kocok tabung hingga homogen lalu inkubasi selama 10 menit
14. Setelah inkubasi selama 10 menit jika tidak ada perubahan lakukan
pemanasan selama 5 menit
15. Amati perubahan
16. Ambil dan masukan 3 tetes pereaksi fehling A dalam 3 tabung
17. Ambil dan masukan 3 tetes pereaksi fehling B dalam 3 tabung
18. Ambil dan masukan 5 tetes formalin ke dalam tabung 1
19. Ambil dan masukan 5 tetes glukosa 10% ke dalam tabung 2
20. Ambil dan masukan 5 tetes aseton ke dalam tabung 3
21. Panaskan ketiga tabung di atas hot plate hingga terjadi perubahan
22. Setelah terjadi perubahan hentikan pemanasan
23. Amati perubahan
2. • Tabung Reaksi
1: AgNO3 5%
+NaOH10%+N
H4OH 0,1 N
+Glukosa 10 %
• Tabung Reaksi
2: AgNO3 5%
+NaOH10%+N
H4OH 0,1 N
+Aseton
• Tabung Reaksi
3: AgNO3 5%
+NaOH10%+N
H4OH 0,1 N
+Formalin
3. • Tabung Reaksi
1: Fehling A +
Fehling B +
Glukosa 10 %
• Tabung Reaksi
2: Fehling A +
Fehling B +
Formalin
• Tabung Reaksi
3: Fehling A +
Fehling B +
Aseton
B. PEMBAHASAN
V. KESIMPULAN