Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM BENZENA

“SIFAT KELARUTAN SENYAWA ORGANIK”

Disusun Oleh:
1. DEWI RATNA DWITA (B41210971_GOLONGAN B)
2. DWIYANTI BAIDILLAH MAJID (B41211476_GOLONGAN C)
3. NURRIZQIKA ARINA SALSABILA (B41210605_GOLONGAN A)
4. SYUKRA AISYAH (B41210430_GOLONGAN A)
5. YESI INDAH DWI KUSUMA HARIYANTI (B41210540_GOLONGAN A)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI REKAYASA PANGAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2021
I. LATAR BELAKANG

Kelarutan merupakan kemampuan suatu zat untuk dapat bercampur secara


sempurna dengan suatu pelarut tertentu. Secara umum, dikatakan larutan apabila
zat terlarut dan perlarutnya berada dalam fase yang sama, sehingga sifat-sifatnya
sama diseluruh cairan. Campuran ini disebut juga campuran homogen. Tetapi
suatu pelarut tertentu dicampur kemudian membentuk 2 lapisan, maka campuran
merupakan campuran dua fase atau biasa disebut dengan campuran heterogen.
Contoh kelarutan dalam kehidupan sehari-hari yaitu saat gula dapat
larutdalam air. Air berperan sebagai pelarut yang dapat melarutkan
sejumlah zatpelarut seperti gula. Faktor-fakior yang dapat mempengaruhi
kelarutan suatu zatacalah suhu, pH. jenis pelarut, bentuk dan ukuran partikel,
konstanta dielektrikbahan pelarut.

II. TUJUAN

1. Mengetahui sifat-sifat kelarutan senyawa organik


2. Menguji tingkat kelarutan suatu senyawa terhadap beberapa pelarut

III. METODEOLOGI PENELITIAN


A. ALAT DAN BAHAN
ALAT
1. Tabung Reaksi
2. Pipet volume
3. Rak tabung reaksi
4. Neraca
BAHAN
1. Heksana
2. Eter
3. NaOH
4. HCl
5. H2SO4
6. Aquades
7. Heksena
8. Siklo heksana
9. Benzena
10. Minyak tanah
11. Butanol
12. Glukosa
13. Selulosa
14. Amilum
15. Parafin
16. Etil asetat
17. Kloroform
18. Asam asetat
19. Asetaldehida
20. Natrium hidroksida
21. Perak nitrit

B. PROSEDUR KERJA
Memasukan pelarut ke dalam tabung reaksi :
1. Masukan 2 mL pelarut n-Heksana kedalam tabung 1
2. Masukan 2 mL pelarut eter kedalam tabung 2
3. Masukan 2 mL pelarut aquades ke dalam tabung 3
4. Masukan 2 mL pelarut NaOH ke dalam tabung 4
5. Masukan 2 mL pelarut HCl kedalam tabung 5
6. Masukan 2 mL pelarut H2SO4 kedalam tabung 6

Prosedur selanjutnya :
1. Masukan 0,2 mL sampel n-Heksana ke dalam 5 tabung yang telah terisi
pelarut yang berbeda
2. Masukan 0,2 mL sampel heksena ke dalam 6 tabung yang telah terisis
pelarut yang berbeda
3. Masukan 0,2 mL sampel sikloheksana ke dalam 6 tabung yang telah
terisis pelarut yang berbeda
4. Masukan 0,2 mL sampel benzena ke dalam 6 tabung yang telah terisis
pelarut yang berbeda
5. Masukan 0,2 mL sampel minyak tanah ke dalam 6 tabung yang telah
terisis pelarut yang berbeda
6. Masukan 0,2 mL sampel methanol ke dalam 6 tabung yang telah terisis
pelarut yang berbeda
7. Masukan 0,2 mL sampel ethanol ke dalam 6 tabung yang telah terisis
pelarut yang berbeda
8. Masukan 0,2 mL sampel 1-butanol ke dalam 6 tabung yang telah
terisis pelarut yang berbeda
9. Masukan 0,2 mL sampel glukosa 10% ke dalam 6 tabung yang telah
terisis pelarut yang berbeda
10. Timbang dan masukan 0,1 gr selulosa ke dalam 6 tabung yang telah
terisi pelarut yang berbeda
11. Masukan 0,2 mL sampel amilum 1% ke dalam 6 tabung yang telah
terisi pelarut yang berbeda
12. Masukan 0,2 mL sampel parafin ke dalam 6 tabung yang telah terisi
pelarut yang berbeda
13. Masukan 0,2 mL sampel etil asetat ke dalam 6 tabung yang telah terisis
pelarut yang berbeda
14. Masukan 0,2 mL sampel kloroform ke dalam 6 tabung yang telah terisi
pelarut yang berbeda
15. Masukan 0,2 mL sampel eter ke dalam 5 tabung yang telah terisis
pelarut yang berbeda
16. Masukan 0,2 mL sampel asam asetat ke dalam 6 tabung yang telah
terisi pelarut yang berbeda
17. Masukan 0,2 mL sampel asetaldehida ke dalam 6 tabung yang telah
terisi pelarut yang berbeda
18. Masukan 0,2 mL sampel aquades ke dalam 6 tabung yang telah terisi
pelarut yang berbeda
19. Masukan 0,2 mL sampel asam nitrat ke dalam 6 tabung yang telah
terisi pelarut yang berbedaa
20. Masukan 0,2 mL sampel asam sulfat ke dalam 6 tabung yang telah
terisi pelarut yang berbeda
21. Masukan 0,2 mL sampel natrium hidroksida ke dalam 6 tabung yang
telah terisi pelarut yang berbeda
22. Masukan 0,2 mL sampel perak nitrat ke dalam 6 tabung yang telah terisi
pelarut yang berbeda
23. Masukan 0,2 mL sampel asam klorida ke dalam 6 tabung yang telah
terisi pelarut yang berbeda

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. HASIL
No Perlakuan Hasil Pengamatan
.
1. Tabung Reaksi 1: eter + n-heksana
Tabung Reaksi 2: H2O + n-heksana
Tabung Reaksi 3: NaOH + n-heksana
Tabung Reaksi 4: HCI + n-heksana
Tabung Reaksi 5: H2SO4 + n-heksana

2. Tabung Reaksi 1: n-heksana + heksena


Tabung Reaksi 2: eter + heksena
Tabung Reaksi 3: H2O + heksena
Tabung Reaksi 4: NaOH + heksena
Tabung Reaksi 5: HCI + heksena
Tabung Reaksi 6: H2SO4 + heksena

3. Tabung Reaksi 1: n-heksana +


sikloheksana
Tabung Reaksi 2: eter + sikloheksana
Tabung Reaksi 3: H2O + sikloheksana
Tabung Reaksi 4: NaOH +
sikloheksana
Tabung Reaksi 5: HCI + sikloheksana
Tabung Reaksi 6: H2SO4 +
sikloheksana
4. Tabung Reaksi 1: n-heksana + benzena
Tabung Reaksi 2: eter + benzena
Tabung Reaksi 3: H2O + benzena
Tabung Reaksi 4: NaOH + benzena
Tabung Reaksi 5: HCI + benzena
Tabung Reaksi 6: H2SO4 + benzena

5. Tabung Reaksi 1: n-heksana + minyak


tanah
Tabung Reaksi 2: eter + minyak tanah
Tabung Reaksi 3: NaOH + minyak
tanah
Tabung Reaksi 4: H2O + minyak tanah
Tabung Reaksi 5: HCI + minyak tanah
Tabung Reaksi 6: H2SO4 + minyak
tanah

6. Tabung Reaksi 1: n-heksana + metanol


Tabung Reaksi 2: eter + metanol
Tabung Reaksi 3: H2O + metanol
Tabung Reaksi 4: NaOH + metanol
Tabung Reaksi 5: HCI + metanol
Tabung Reaksi 6: H2SO4 + metanol

7. Tabung Reaksi 1: n-heksana + etanol


Tabung Reaksi 2: eter + etanol
Tabung Reaksi 3: H2O + etanol
Tabung Reaksi 4: NaOH + etanol
Tabung Reaksi 5: HCI + etanol
Tabung Reaksi 6: H2SO4 + etanol
8. Tabung Reaksi 1: n-heksana +
butanol
Tabung Reaksi 2: eter + butanol
Tabung Reaksi 3: H2O + butanol
Tabung Reaksi 4: NaOH +
butanol
Tabung Reaksi 5: HCI + butanol
Tabung Reaksi 6: H2SO4 +
butanol

9. Tabung Reaksi 1: n-heksana +


amilum
Tabung Reaksi 2: eter + amilum
Tabung Reaksi 3: H2O + amilum
Tabung Reaksi 4: NaOH +
amilum
Tabung Reaksi 5: HCI + amilum
Tabung Reaksi 6: H2SO4 +
amilum

10. Tabung Reaksi 1: n-heksana +


parafin
Tabung Reaksi 2: eter + parafin
Tabung Reaksi 3: H2O + parafin
Tabung Reaksi 4: NaOH + parafin
Tabung Reaksi 5: HCI + parafin
Tabung Reaksi 6: H2SO4 +
parafin
11. Tabung Reaksi 1: n-heksan +etil
asetat
Tabung Reaksi 2: eter + etil asetat
Tabung Reaksi 3: H2O + etil
asetat
Tabung Reaksi 4: NaOH + etil
asetat
Tabung Reaksi 5: HCI + etil asetat
Tabung Reaksi 6: H2SO4 + etil
asetat
12. Tabung Reaksi 1: n-heksana +
kloroform
Tabung Reaksi 2: eter +
kloroform
Tabung Reaksi 3: H2O +
kloroform
Tabung Reaksi 4: NaOH+
kloroform
Tabung Reaksi 5: HCI +
kloroform
Tabung Reaksi 6: H2SO4 +
kloroform

13. Tabung Reaksi 1: n-heksana +


eter
Tabung Reaksi 2: H2O + eter
Tabung Reaksi 3: NaOH + eter
Tabung Reaksi 4: HCI + eter
Tabung Reaksi 5: H2SO4 + eter
14. Tabung Reaksi 1: n-heksana +
asam asetat
Tabung Reaksi 2: eter + asam
asetat
Tabung Reaksi 3: H2O + asam
asetat
Tabung Reaksi 4: NaOH + asam
asetat
Tabung Reaksi 5: HCI + asam
asetat
Tabung Reaksi 6: H2SO4 + asam
asetat

15. Tabung Reaksi 1: H2SO4 +


asetaldehida
Tabung Reaksi 2: HCI +
asetaldehida
Tabung Reaksi 3: NaOH +
asetaldehida
Tabung Reaksi 4: H2O +
asetaldehida
Tabung Reaksi 5: eter+
asetaldehida
Tabung Reaksi 6: n-heksana +
asetaldehida

16. Tabung Reaksi 1: n-heksana +


H2O
Tabung Reaksi 2: eter + H2O
Tabung Reaksi 3: NaOH + H2O
Tabung Reaksi 4: HCI + H2O
Tabung Reaksi 5: H2SO4 + H2O
17. Tabung Reaksi 1: H2SO4+ HNO3
Tabung Reaksi 2: n-heksana +
HNO3
Tabung Reaksi 3: eter + HNO3
Tabung Reaksi 4: H2O + HNO3
Tabung Reaksi 5: NaOH + HNO3
Tabung Reaksi 6: HCI + HNO3

18. Tabung Reaksi 1: H2SO4


Tabung Reaksi 2: HCI + H2SO4
Tabung Reaksi 3: H2O + H2SO4
Tabung Reaksi 4: NaOH + H2SO4
Tabung Reaksi 5: eter + H2SO4

19. Tabung Reaksi 1: H2SO4 + NaOH


Tabung Reaksi 2: n-heksana +
NaOH
Tabung Reaksi 3: H2O + NaOH
Tabung Reaksi 4: eter + NaOH
Tabung Reaksi 5: HCI + NaOH
Tabung Reaksi 6: NaOH + NaOH

20. Tabung Reaksi 1: n-heksana +


perak nitrat
Tabung Reaksi 2: eter + perak
nitrat
Tabung Reaksi 3: H2O + perak
nitrat
Tabung Reaksi 4: NaOH + perak
nitrat
Tabung Reaksi 5: HCI + perak
nitrat
Tabung Reaksi 6: H2SO4 + perak
nitrat
21. Tabung Reaksi 1: n-heksana +
HCI
Tabung Reaksi 2: eter + HCI
Tabung Reaksi 3: H2O + HCI
Tabung Reaksi 4: NaOH + HCI
Tabung Reaksi 5: H2SO4 + HCI

B. PEMBAHASAN

Kelarutan merupakan kemampuan suatu zat untuk dapat bercampur


secara sempurna dengan suatu pelarut tertentu. Secara umum, dikatakan larutan
apabila zat terlarut dan perlarutnya berada dalam fase yang sama, sehingga
sifat-sifatnya sama diseluruh cairan. Campuran ini disebut juga campuran
homogen. Tetapi suatu pelarut tertentu dicampur kemudian membentuk 2 lapisan,
maka campuran merupakan campuran dua fase atau biasa disebut dengan
campuran heterogen.
Pada percobaan yang dilakukan tentang tingkat kelarutan suatu senyawa
organik yang mana pelarutnya adalah pelarut polar yaitu H2O, NaOH, HCl, dan
H2SO4 dan pelarut semi polar yaitu Etil asetat. Secara umum pada pelarut polar
terjadi perbedaan keelektronegatifan atom-atom yang menyusun molekul pelarut
tersebut, sehingga berdasarkan hal tersebut maka atom-atom penyusun senyawa
tersebut akan memiliki tingkat energi yang berbeda dalam menarik pasangan
elektron yang digunakan secara bersama menuju arahnya masing-masing.
Etilasetat merupakan pelarut semi polar yang bersifat volatil (mudah
menguap). Etil asetat merupakan bukan suatu donor ikatan hidrogen karena tidak
adanya proton yang bersifat asam (yaitu hidrogen yang terikat pada atom
elektronegatif seperti flor, oksigen, dan nitrogen serta etil asetat juga merupakan
suatu penerima ikatan hidrogen yang lemah, dan. Kelarutan etil asetat dapat
meningkat pada suhu yang lebih tinggi. Etil asetat akan melarutkan air hingga 3%,
dan larut dalam air hingga kelarutan 8% pada suhu kamar. Dalam air yang
mengandung basa atau asam senyawa ini tidak stabil.
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
pelarut etil asetat yang merupakan pelarut semi polar sehingga senyawa ini dapat
melarutkan senyawa yang bersifat polar sepeti methanol, etanol, dan asam asetat.
Etil asetat juga dapat melarutkan senyawa yang sifatnya sama dengannya semi
polar yaitu kloroform. Sementara senyawa yang tidak larut dalam etil asetat yaitu
minyak tanah, glukosa dan kanji yang bersifat nonpolar tidak melarut sempurna
karena suhu pada saat pencampuran terlalu rendah, akan tetapi pada saat suhu
ditingkatkan maka senyawa-senyawa tersebut akan dapat melarut.
Selanjutnya percobaan kelarutan dalam H2O yang besifat polar.
Senyawa-senyawa hidrokarbon rantai rendah secara umum juga mempunyai sifat
polar, sehingga dapat larut dalam air. Dalam percobaan ini menunjukkan bahwa
senyawa-senyawa polar akan melarut di dalamnya seperti metanol, etanol dan
asam asetat. Sebaliknya minyak tanah yang bersifat nonpolar tidak dapat larut
dalam air. Sementara etil asetat yang bersifat semi polar tidak dapat terlarut
dengan sempurna dibandingkan dengan kloroform yang juga bersifat semi polar
dapat melarut dalam air.
Pada uji kelarutan dalam NaOH yang kita ketahui sebagai basa kuat dan
merupakan pelarut polar diperoleh bahwa metanol, etanol, glukosa, kanji, asam
asetat juga larut didalamnya. Hal ini disebabkan karena senyawa tersebut
bersifat polar, sementara etil asetat tidak dapat larut karena etil asetat tidak dapat
stabil dalam kondisi kelebihan asam maupun basa. Minyak tanah yang bersifar
nonpolar juga tidak dapat larut dalam NaOH yang bersifat polar.
HCl mupakan senyawa polar yang bersifat asam, semua senyawa yang
di uji dapat larut di dalam HCl kecuali etil asetat dan minyak tanah. Etil asetat
tidak dapat larut dalam HCl sebab senyawa tersebut tidak stabil dalam keadaan
asam. Sedangkan minyak tanah disebabkan karena sifatnya yang nonpolar. Dalam
pelarut HCl memiliki ion yang lebih elegtromagetif yaitu Cl- sehingga elektron
dari ion H+ lebih tertarik keion tersebut dan ini menyebabkan momen dipolnya
yaitu dipol positif dan dipol negatif sehingga membentuk kutub. Inilah yang
menyebabkan kepolaran sehingga senyawa polar dapat larut didalamnya.
Terakhir yaitu uji kelarutan dalam H2SO4 yang merupakan senyawa
polar. Dari hasil percobaan didapatkan bahwa senyawa yang tidak dapat larut
dalam H2SO4 yaitu minyak tanah yang merupakan senyawa non polar. Senyawa
H2SO4 yang bersifat polar larut pada etil asetat, metanol, etanol, glukosa, dan
asam asetat. Pada uji kelarutan etil asetat, metanol, etanol, glukosa, dan asam
asetat dalam H2SO4 disertai dengan panas. Hal ini terjadi karena adanya reaksi
eksoterm antata pelarut dan zat terlarut. Reasksi eksoterm ini menunjukan bahwa
sampel bereaksi dengan pelarut.
Secara umum pada pelarut polar terjadi perbedaan keelektronegatifan
atom-atom yang menyusun molekul pelarut tersebut, sehingga berdasarkan hal
tersebut maka atom-atom penyusun senyawa tersebut akan memiliki tingkat
energi yang berbeda dalam menarik pasangan elektron yang digunakan secara
bersama menuju arahnya masing-masing. Berdasarkan hukum kelarutan like
disolved like, kita dapat mengetahui bahwa senyawa polar larut dalam pelarut
polar dan senyawa non polar larut dalam pelarut non polar.

V. KESIMPULAN

1. Kelarutan merupakan kemampuan suatu zat untuk dapat bercampur secara


sempurna dengan suatu pelarut tertentu. Secara umum,dikatakan larutan
apabila zat terlarut dan perlarutnya berada dalam fase yang sama, sehingga
sifat-sifatnya sama diseluruh cairan. Campuran ini disebut jugacampuran
homogen.Tetapi suatu pelarut tertentu dicampur kemudian membentuk 2
lapisan, maka campuran merupakan campuran dua fase atau biasa
disebutdengan campuran heterogen.
2. Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
pelarut etil asetat yang merupakan pelarut semi polar sehingga senyawa ini
dapat melarutkan senyawa yang bersifat polar sepeti methanol, etanol, dan
asam asetat.
3. Prinsip kelarutan senyawa organik berdasarkan prinsip like disolve like yaitu
senyawa polar hanya dapat larut dalam senyawa polar dan senyawa
nonpolarhanya dapat larut dalam senyawa nonpolar juga.
4. Senyawa metanol adalah senyawa polar yang merupakan senyawa
hidrokarbon berantai rendah dan memiliki keasaman yang tinggi sehingga
dapat larut dalam air, HCl, etil asetat, H2SO4,dan NaOH. Sedangkan minyak
tanah merupakan senyawa nonpolar sehingga tidak dapat larut dalam pelarut
yang bersifat polar.
LAPORAN PRAKTIKUM BENZENA
“ALKOHOL DAN FENOL”

Disusun Oleh:
1. DEWI RATNA DWITA (B41210971_GOLONGAN B)
2. DWIYANTI BAIDILLAH MAJID (B41211476_GOLONGAN C)
3. NURRIZQIKA ARINA SALSABILA (B41210605_GOLONGAN A)
4. SYUKRA AISYAH (B41210430_GOLONGAN A)
5. YESI INDAH DWI KUSUMA HARIYANTI (B41210540_GOLONGAN A)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI REKAYASA PANGAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2021
I. LATAR BELAKANG

Alkohol adalah senyawa yang mempunyai gugus fungsi hidroksil (-OH) yang
terikat pada atom karbon jenuh Rumus umum alkhol adalah R-OH, dimana R
adalah alkil, alkil tersubstitusi atau hidrokarbon siklik. Sedangkan fenol
merupakan senyawa organik yang mengandung gugus hidroksil (-OH) yang
terikat langsung dengan atom karbon pada suatu cincin benzena. Fenol dibuat
dengan penggabungan garam asam sulfanoat dengan natrium hidroksida
membentuk garam natrium dan fenol, fenol juga termasuk golongan alkohol
Alkohol seringkali digunakan sebagai pelarut untuk melangsungkan sejumlah
reaksi organik, misalnya metanol digunakan sebagai bahan anti pembekuan,
etanol digunakan sebagai sumber panas karena mempunyai nyala yang jernih dan
panas, dan lauril alkohol digunakan dalam pembuatan deterjen. Alkohol juga
dapat disintesis dari bahan pangan yang memiliki kandungan karbohidrat yang
tinggi dengan proses hidrolisis dan fermentasi.

II. TUJUAN

Tujuan dari praktikum ini adalah :


1. Mengetahui kelarutan dalam air dan n-heksana
2. Dapat membedakan alkohol primer, alkohol sekunder, dan alkohol tersier
dengan pereaksi Lucas
3. Mengetahui reaksi dengan Na2CO3 dan NaHCO3
4. Mengetahui reaksi dengan FeCl3.

III. METODEOLOGI PENELITIAN


A. ALAT DAN BAHAN
ALAT
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Pipet ukur

BAHAN
1. Heksana
2. Aquades
3. Butanol
4. Amil Alcohol
5. Fenol
6. Methanol
7. Reagen Lukas
8. Propanol
9. Asam asetat
10. FeCL3

B. PROSEDUR KERJA
1. Ambil dan masukan 0,5 ml n-heksana ke dalam tabung 1,2,3,4
2. Ambil dan masukan 0,5 ml aquades ke dalam 5,6,7,8
3. Ambil dan teteskan butanol dalam tabung 1 dan 5
4. Ambil dan teteskan amil alkohol dalam tabung 2 dan 6
5. Ambil dan teteskan fenol dalam tabung 3 dan 7
6. Ambil dan teteskan methanol dalam tabung 4 dan 8
7. Kocok tabung hingga homogen
8. Alcohol dengan pelarut n-heksana
9. Alcohol dengan pelarut air
10. Ambil dan masukan 1 ml reagen Lukas dalam 3 tabung reaksi
11. Ambil dan masukan 3 tetes propanol dalam tabung 1
12. Ambil dan masukan 3 tetes 2-propanol dalam tabung 2
13. Ambil dan masukan 3 tetes fenol dalam tabung 3
14. Kocok tabung hingga homogen
15. Ambil dan masukan 1 ml fenol dalam tabung 1
16. Ambil dan masukan 1 ml ambil alcohol dalam tabung 2
17. Ambil dan masukan 1 ml asam asetat dalam tabung 3
18. Ambil dan masukan 1 ml methanol dalam tabung 4
19. Ambil dan masukan 1-2 tetes FeCL3 1M pada setiap tabung
20. Kocok hingga homogen
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
No. Perlakuan Hasil Pengamatan
1. Alkohol dengan pelarut
n-heksana

2. Alkohol dengan pelarut


air

3. • Tabung Reaksi
1: reagen lucas
+ 2-propanol
• Tabung Reaksi
2: reagen lucas
+ fenol
• Tabung Reaksi
3: : reagen lucas
+ propanol
4. • Tabung Reaksi
1: FeCL3 1 M +
fenol
• Tabung Reaksi
2: FeCL3 1 M +
amil alkohol
• Tabung Reaksi
3: FeCL3 1 M +
asam asetat
• Tabung Reaksi
4: FeCL3 1 M +
metanol

B. PEMBAHASAN

Pada praktikum kimia organik alkohol dan fenol kali ini, yang dilakukan
empat percobaan yakni, kelarutan dalam air dan n-heksana; membedakan alkohol
primer, alkohol sekunder, dan alkohol tersier dengan pereaksi Lucas; reaksi dengan
Na2CO3 dan NaHCO3; dan reaksi dengan FeCl3.

a. Kelarutan dalam air dan n-heksana


Alkohol dan fenol mempunyai rumus struktur R-OH. Alkohol merupakan
senyawa organik hidroksilat dimana gugus -OH terikat pada atom karbon alifatik.
Sedangkan fenol merupakan suatu senyawa organik karboksilat dimana gugus
-OH terikat pada cincin aromatis.
Pada percobaan ini, bertujuan untuk menganalisis kelarutan alkohol dan fenol
dalam pelarut air yang bersifat polar dan n-heksana yang bersifat nonpolar.
percobaan ini akan merujuk kepada prinsip like dissolve like yang bermakna
suatu zat hanya akan larut pada pelarut yang sesuai. Dengan kata lain, senyawa
polar hanya akan larut dalam senyawa polar dan senyawa nonpolar hanya akan
larut dalam senyawa nonpolar.Selain itu kelarutan dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain tetapan dielektrik, dapat tidaknya membentuk ikatan hidrogen,
panjang rantai atom karbon, kemiripan struktur dan lainya.
Dari hasil pengamatan, metanol, etanol dan 2-metil-2propanol larut dalam air
dan tidak larut dalam n-heksana. Ketiga larutan ini membentuk 1 fasa. Hal ini
karena metanol dan etanol memiliki gugus alkil berantai pendek, sehingga tidak
merubah tingkat keelektronegatifan, dan gugus hidroksil -OH pada metanol
tersebut mengambil bagian yang lebih besar dalam molekulnya. Metanol, etanol,
dan 2-metil-2-propanol bersifat polar. Reaksi metanol dan etanol dengan air :

Reaksi 2-metil-2propanol dengan air :

Pada 1-propanol dan 2-propanol dapat larut dalam air maupun n-heksana,
dan membentuk 1 fasa. Hal ini berarti kedua senyawa tersebut merupaka senyawa
semi polar. Berdasarkan teori 1-propanol dan 2-propanol merupakan senyawa
polar dimana keduanya dapat larut dalam senyawa polar maupun nonpolar.
Reaksi 1-propanol dan 2-propanol dengan air :

Pada amil alkohol (n-pentanol) didapatkan tidak larut dalam air namun larut
dalam n-heksana. Secara teoritis amil alkohol sukar larut dalam air, dan dapat
bercampur dengan pelarut organik.
Gugus alkil yang dimiliki amil alkohol lebih mendominasi molekul yang
dapat mengganggu pembentukan ikatan hidrogen antara gugus hidroksil dengan
air, sehingga sukar larut dalam senyawa polar (air), dan dapat larut pada senyawa
nonpolar (n-Heksana). Kelarutan amil alkohol adalah 27 g/L (pada suhu 20C).
Seperti yang dijelaskan sebelumnya karena amil alkohol memiliki gugus alkil
berantai sedang, sehingga keelektronegatifannya sedikit berubaha akibat
pengaruh ketidakpolaran yang dimiliki gugus alkil, sehingga gugus hidroksil
(-OH) dan gugus alkil (-R) pada zat tersebut mengambil bagian yang hampir
sama besar dalam molekulnya yang menyebabakan bersifat semi polar, yang
seharusnya amil alkohol dapat sedikit larut dalam air. Maka berdasarkan teori
terdapat kesalahan dalam proses praktikum, sehingga tidak didapatkan hasil yang
sesuai. Reaksi amil alkohol dengan air :

Pada saat 1-butanol dan 2-butanol direaksikan dengan air memberikan hasil
sedikit larut, dan ketika direaksikan dengan n-heksana larut. Menurut teori
senyawa alkohol yang berantai pendek atau memiliki atom C 1 – 5 akan
mempunyai sifat menyerupai air yang berarti dapat larut dalam beberapa pelarut
polar seperti air.
Kelarutan yang didapat pada fenol adalah, sedikit larut dalam air dan larut
dalam n-heksana. Menurut teori fenol memilki kelarutan terbatas dalam air,
dengan kelarutan 8,3g/ 100ml. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, berarti
fenol merupakan senyawa polar. Hal ini pula yang membuat fenol dapat larut
dalam pelarut air. Karena hasil yang didapat fenol sedikit larut dalam air, maka
dapat dikatakan bahwa fenol larut dalam air namun dalam jumlah yang terbatas.
Faktor perbandingan pelarut dan zat terlarut harus diperhatikan untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan. Dari hasil yang didapatkan, kepolaran
alkohol berkurang secara bertahap, sesuai bertambahnya gugus karbonil dan
dapat bersifat semi polar bahkan bersifat nonpolar. Adanya gugul -OH dalam air,
membuat alkohol memiliki polaritas yang hampir sama dengan polaritas air,
sehingga alkohol dapat larut dalam air. Namun kepolaran yang dimiliki oeh
alkohol tidak akan sebanding dengan polaritas air. Hal ini dipengaruhi oleh
kehadiran gugus alkil -R pada molekulnya.

b. Membedakan alkohol primer, alkohol sekunder, dan alkohol tersier dengan


pereaksi Lucas
Pada percobaan kedua, bertujuan untuk membedakan alkohol primer, alkohol
sekunder, dan alkohol tersier dengan menggunakan pereaksi Lucas. Reagen
Lucas merupakan campuran HCl dan ZnCl2. ZnCl2 berfungsi sebagai katalis
asam Lewis. HCl berfungsi melarutkan alkohol dan juga menyumbangkan Cl-
pada pembuatan alkil klorida, serta Cl2 berfungsi sebaga katalisator dalam reaksi
Lucas yang membantu pemekatan warna pada reaksi. Prinsip dari pereaksi Lucas
adalah mengidentfikasi jenis alkohol dengan menambahkan reagen Lucas yang
akan terjadi reaksi subtitusi gugu OH dengan Cl yang ada pada reagen sehingga
terbentuk alkil klorida yang tidak larut dan mengendap. Gugus OH yang lepas
akan bereaksi dengan H+ yang berasal dari reagen mementuk H2O. Sedangkan
gugus Cl- mengganti tempat OH membentuk alkil klorida yang tidak larut.
Alkohol primer tidak akan bereaksi, alkohol sekunder bereaksi lambat dan harus
dengan pemanasan, sedangkan alkohol tersier dapat bereaksi dengan cepat tanpa
pemanasan.
Sampel yang akan di uji pada pereaksi Lucas adalah 1-butanol sebagai
alkohol primer, 2-butanol sebagai alkohol sekunder, 2-metil-2-propanol sebagai
alkohol tersier dan fenol sebagai pembanding. Setelah dilakukan uji didapatkan
bahwa 1-butanol tidak bereaksi, kemudian dicoba perlakuan dengan pemanasan
namun 1-butanol tetap tidak bereaksi, karena 1-butanol merupakan alkohol
primer. Mekanisme reaksi yang terjadi pada uji Lucas adalah reaksi antara sampel
dengan HCl dan katalis ZnCl2. Namun, pada alkohol primer, energi yang dimiliki
atom C primer untuk mengikat gugus OH karena atom C hanya mengikat satu
atom C lain, sehingga sulit untuk disubtitusi. Hal ini yang menyebabkan alkohol
primer tidak akan bereaksi dengan reagen Lucas.
Reaksi yang terjadi adalah :

Sama halnya dengan fenol yang juga memberikn hasil negatif yakni tidak
bereaksi walaupun juga dilakukan pemanasan. Hal ini sesuaai dengan literatur,
yakni fenol merupakan golongan benzena sehingga tidak mungkin dapat bereaksi
dengan uji Lucas. Hal ini disebabkan karena gugus hidroksi pada fenol yang
sukar diputuskan akibat adanya delokalisasi elektron, atau bisa
disebut dengan pengaruh resonansi. Resonansi terjadi karena adanya
dehidrogenisasi, yang diakibatkan susunan ikatan rangkap fenol yang
terkonjugasi sempurna (ikatan selang-seling rangkap tunggal-rangkap dua).
Reaksi fenol dengan reagen Lucas :

Pada 2-butanol terjadi reaksi dengan reagen Lucas, reaksi harus dibantu
dengan pemanasan, walaupun demikian reaksi berjalan lambat. Diperlukan
pemanasan sekitar 15 menit dan baru terbentuk 2 lapisan yakni larutan yang
berwarna bening dan berwarna keruh. Hal ini sesuai dengan literatur yakni
alkohol sekunder akan bereaksi dengan reagen Lucas secara lambat dan harus
dibantu dengan pemanasan. Reaksi yang terjadi adalah :

2-metil-2-propanol bereaksi cepat dengan reagen Lucas. Tanpa


pemanasanpun 2-metil-2-propanol langsung bereaksi dengan reagen Lucas. Hal
ini disebabkan karena pada alkohol tersier sangat memungkinkan untuk
terjadinya pemutusan dan pelepasan gugus hidroksil untuk berlangsungnya reaksi
substusi karena kestabilan atom karbon yang berikatan langsung dengan gugus
hidroksil dapat diminimalisir oleh atom karbon lain yang berada disekelilingnya.
Maksudnya, alkohol tersier lebih banyak memiliki atom karbon yang
menyebabkan kurangnya kestabilkan atom karbon yang berikatan langsung
dengan gugus hidroksil. Reaksi yang terjadi adalah :
c. Reaksi dengan Na2CO3 dan NaHCO3
Praktikum yang ketiga mengenai pereaksian alkohol dan fenol dengan
Na2CO3 dan NaHCO3. Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui keasaman
dari alkohol dan fenol dengan cara mereaksikannya menggunakan basa kuat
Na2CO3 dan NaHCO3. Prinsip dari percobaan ini adalah jika zat yang
direaksikan tersebut bersifat asam, maka zat tersebut dapat bereaksi dengan kedua
basa tersebut.
Zat yang digunakan dalam percobaan ini adalah butil alkohol, isopropil
alkohol, fenol, dan asam asetat. Masing-masing zat sebanyak 1 ml direaksikan
dengan 0,5ml Na2CO3 kemudian, dikocok. Hal yang sama dilakukan juga
dengan mengganti pereaksi Na2CO3 dengan NaHCO3. Hasil yang didapatkan
pada butil alkohol, isopropl alkohol, fenol, dan asam asetat adalah menghasilkan
gelembung CO2. Semua zat bereaksi yang membedakan adalah banyak
sedikitnya gelembung yang tercipta.
Ketika butil alkohol dan isopropil alkohol direaksikan dengan Na2CO3 dan
NaHCO3 menghasilkan natrium alkoksida, air, dan gelembung gas CO2, hal ini
membuktikan bahwa butil alkohol bersifat asam. Hal ini dikarenakan saat alkohol
bereaksi dengan Na2CO3 dan NaHCO3, alkohol melepaskan proton (H+) atau
bertindak sebagai asam, sesuai dengan teori asam-basa Bronsted-Lowry, bahwa
asam adalah suatu spesies kimia yang melepaskan suatu proton kepada spesies
kimia lain. Kemudian Na+ berikatan dengan O- membentuk natrium alkoksida.
Reaksi terjadi, ditandai dengan adanya pelepasan gas CO2 yang membuktikan
penguraian Na2CO3dan NaHCO3. Yang membedakan reaksi antara butil alkohol
dengan isopropil alkohol adalah banyaknya gelembung. Butil alkohol
menghasilkan lebih sedikit gelembung jika dibandingkan dengan isopropil
alkohol. Tingkat keasaman alkohol ditentukan oleh panjangnya rantai karbon
yang terikat pada gugus hidroksil. Semakin panjang rantai karbonnya maka
tingkat keasamannya akan semakin rendah, begitupun sebaliknya semakin pendek
rantai karbon makan semakin rendah tingkat keasaman alkohol tersebut. Hal ini
karena semakin panjang rantai karbon pada alkil maka sifat gaya dorong
elektronnya semakin besar sehingga ion H+ pada gugus hidroksil akan sulit
terlepas. Reaksi yang terjadi adalah :
Fenol dan asam asetat dapat bereaksi dengan Na2CO3 dan NaHCO3
dikarenakan kedua zat ini merupakan asam lemah, namun keasaman fenol lebih
rendah jika dibandingkan dengan asam asetat, dan fenol memiliki tingkat keasaan
diatas alkohol. Terbentuknya ion fenoksida menyebabkan fenol lebih bersifat
asam dibandingkan dengan alkohol, karena ionfenoksida dimantapkan dengan
resonansi. Sehingga tingkat keasaman dapat ditulis : Asam asetat > fenol >
alkohol.

d. Reaksi dengan FeCl3


Pada percobaan terakhir, dilakukan pereaksian alkohol dan fenol dengan
FeCl3. Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui senyawa yang merupakan
alkoksik kuat atau lemah, dengan melihat perubahan warna saat reaksi terjadi,
jika bereaksi larutan akan berubah menjadi ungu kehitaman. Selain percobaan ini
juga dapat digunakan untuk membedakan alkohol alfatik dengan alkohol
aromatik.
Setelah dilakukan percobaan didapatkan pada metanol, etanol, dan 2-butanol
yang dicampurkan dengan FeCl3, larutan berwarna kuning, dan 2-butanol
menghasilkan kuning keruh. Hal ini menunjukkan bahwa alkohol tidak bereaksi
dan larut dengan FeCl3. Warna kekuning-kuningan adalah warna dari larutan
FeCl3, selain itu hal ini menunjukkan bahwa alkohol merupakan alkoksi lemah,
karena tidak membentuk senyawa kompleks. Sedangkan setelah fenol direaksikan
dengan FeCl3 menghasilkan warna ungu kehitaman, yang berarti fenol
merupakan alkoksi kuat. Hal ini karena telah terbentuk dari Fe3+ dengan fenol.
Fenol merupakan senyawa yang mengandung gugus hidroksil yang terikat pada
karbon tak jenuh, sehingga dapat bereaksi dengan FeCl3, dan membentuk
senyawa kompleks berwarna ungu kehitaman.Reaksi yang terjadi adalah:
V. KESIMPULAN

1. Alkohol adalah senyawa yang mempunyai gugus fungsi hidroksil yang terikat pada
atom karbon jenuh. Sedangkan fenol merupakan senyawa yang memiliki gugus
hidroksil terikat langsung ke benzen atau cincin benzenoid. Fenol lebih asam dari
alkohol karena anion yang dihasilkan dandistabilkan oleh resonansi, dengan
muatan negatifnya disebar (delokalissai) oleh cincin aromatik.
2. Hasil percobaan kelarutan dalam air dan n-heksana didapatkan hasil metanol,
etanol dan 2-metil-2propanol larut dalam air dan tidak larut dalam n-heksana.
Ketiga larutan ini membentuk 1 fasa. Hal ini karena metanol dan etanol memiliki
gugus alkil berantai pendek, sehingga tidak merubah tingkat keelektronegatifan,
dan gugus hidroksil -OH pada metanol tersebut mengambil bagian yang lebih
besar dalam molekulnya.
3. Pada percobaan membedakan alkohol primer, alkohol sekunder, dan alkohol
tersier dengan pereaksi Lucas. Didapat hasil Alkohol primer tidak akan bereaksi,
alkohol sekunder bereaksi lambat dan harus dengan pemanasan, sedangkan
alkohol tersier dapat bereaksi dengan cepat tanpa pemanasan. Sedangkan untuk
fenol juga didapatkan hasil negatif yakni tidak bereaksi walaupun sudah dilakukan
pemanasan. Hal ini terjadi karena fenol merupakan golongan benzena sehingga
tidak mungkin dapat bereaksi dengan uji Lucas. Hal ini disebabkan karena gugus
hidroksi pada fenol yang sukar diputuskan akibat adanya delokalisasi elektron,
atau bisa disebut dengan pengaruh resonansi.
4. Pada percobaan pereaksian alkohol dan fenol dengan Na2CO3 dan NaHCO3
didapat hasil tingkat keasaman alkohol ditentukan oleh panjangnya rantai karbon
yang terikat pada gugus hidroksil. Semakin panjang rantai karbonnya maka tingkat
keasamannya akan semakin rendah. Sedangkan fenol dan asam asetat dapat
bereaksi dengan Na2CO3 dan NaHCO3 dikarenakan kedua zat ini merupakan
asam lemah, namun keasaman fenol lebih rendah jika dibandingkan dengan asam
asetat, dan fenol memiliki tingkat keasaan diatas alkohol.
5. Percobaan reaksi dengan FeCl3 didapat hasil bahwa alkohol tidak bereaksi dan
larut dengan FeCl3 dan menghasilkan warna kekuningan sedangkan setelah fenol
direaksikan dengan FeCl3 menghasilkan warna ungu kehitaman, yang berarti fenol
merupakan alkoksi kuat.
LAPORAN PRAKTIKUM BENZENA
“ALDEHID DAN KETON”

Disusun Oleh:
1. DEWI RATNA DWITA (B41210971_GOLONGAN B)
2. DWIYANTI BAIDILLAH MAJID (B41211476_GOLONGAN C)
3. NURRIZQIKA ARINA SALSABILA (B41210605_GOLONGAN A)
4. SYUKRA AISYAH (B41210430_GOLONGAN A)
5. YESI INDAH DWI KUSUMA HARIYANTI (B41210540_GOLONGAN A)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI REKAYASA PANGAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2021
I. LATAR BELAKANG

Aldehid tergolong sebagai senyawa karbon dengan gugus karbonil. Senyawa


ini sifatnya lebih reaktif dibanding alkohol. Aldehid dapat melakukan reaksi adisi
dan oksidasi. Pada reaksi oksidasi, aldehid dalam menjadi asam dan polimerisasi.
Sedangkan keton tergolong menjadi senyawa organic. Senyawa ini juga
memiliki gugusan karbonil terikat dengan dua gugus alkil. Senyawa keton
memiliki senyawa yang identik yaitu polar.
Aldehid cenderung lebih reaktif daripada alkohol. Pada senyawa aldehid, ada
reaksi polimerisasi yang dapat terjadi. Dan juga mampu dioksidasi menjadi
senyawa asam. Senyawa aldehid memiliki wujud gas dan beraroma tidak sedap.
Aldehid juga dapat berwujud cair, jika berwujud cair maka cenderung lebih enak.
Aldehid tidak berwarna dan titik didihnya tinggi.
Keton secara umum memiliki karakteristik cair dan berwarna. Saat dicampur
dengan air senyawa ini dapat terlarut dengan baik. Titik didih keton ini terbilang
tinggi. Saat direduksi dengan gas 𝐻2 , senyawa ini dapat menghasilkan alkohol
sekunder

II. TUJUAN

1. Mengetahui sifat aldehid dan keton


2. Mengetahui reaksi yang terjadi ketika senyawa aldehid dan keton jika
ditambahkan pereaksi

III. METODEOLOGI PENELITIAN


A. ALAT DAN BAHAN
ALAT
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Gelas ukur
4. Pipet tetes
5. Incubator
6. Hot plate
BAHAN
1. Formalin
2. Glukosa 10%
3. Aseton
4. Kromat
5. AgNo3 5%
6. Naoh 10%
7. NH4OH 0,1 N
8. Fehling A
9. Fehling B

B. PROSEDUR KERJA
1. Ambil dan masukkan 5 tetes Formalin dalam tabung 1
2. Ambil dan masukkan 5 tetes Glukosa 10% dalam tabung 2
3. Ambil dan masukkan 5 tetes aseton dalam tabung 3
4. Ambil dan masukkan 5 tetes kromat ke dalam setiap tabung
5. Kocok tabung hingga homogen
6. Ambil dan masukkan 1 ml 𝐴𝑔𝑁𝑂3 5% ke dalam tabung 1, 2, 3.
7. Ambil dan masukkan 1 tetes NaOH 10% ke dalam setiap tabung
8. Ambil dan masukkan NH4OH 0,1 N ke dalam setiap tabung hingga
endapan terlarut
9. Kocok tabung hingga homogen
10. Ambil dan masukkan 2 tetes formalin dalam tabung 1
11. Ambil dan masukan 2 tetes glukosa 10% dalam tabung 2
12. Ambil dan masukan 2 tetes aseton dalam tabung 3
13. Kocok tabung hingga homogen lalu inkubasi selama 10 menit
14. Setelah inkubasi selama 10 menit jika tidak ada perubahan lakukan
pemanasan selama 5 menit
15. Amati perubahan
16. Ambil dan masukan 3 tetes pereaksi fehling A dalam 3 tabung
17. Ambil dan masukan 3 tetes pereaksi fehling B dalam 3 tabung
18. Ambil dan masukan 5 tetes formalin ke dalam tabung 1
19. Ambil dan masukan 5 tetes glukosa 10% ke dalam tabung 2
20. Ambil dan masukan 5 tetes aseton ke dalam tabung 3
21. Panaskan ketiga tabung di atas hot plate hingga terjadi perubahan
22. Setelah terjadi perubahan hentikan pemanasan
23. Amati perubahan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. HASIL
No Perlakuan Hasil Pengamatan
.
1. • Tabung Reaksi
1: glukosa 10%
+ kromat
• Tabung Reaksi
2: aseton +
kromat
• Tabung Reaksi
3: formalin +
kromat

2. • Tabung Reaksi
1: AgNO3 5%
+NaOH10%+N
H4OH 0,1 N
+Glukosa 10 %
• Tabung Reaksi
2: AgNO3 5%
+NaOH10%+N
H4OH 0,1 N
+Aseton
• Tabung Reaksi
3: AgNO3 5%
+NaOH10%+N
H4OH 0,1 N
+Formalin
3. • Tabung Reaksi
1: Fehling A +
Fehling B +
Glukosa 10 %
• Tabung Reaksi
2: Fehling A +
Fehling B +
Formalin
• Tabung Reaksi
3: Fehling A +
Fehling B +
Aseton

B. PEMBAHASAN

Aldehid tergolong sebagai senyawa karbon dengan gugus karbonil. Senyawa


ini sifatnya lebih reaktif dibanding alkohol. Aldehid dapat melakukan reaksi adisi
dan oksidasi. Pada reaksi oksidasi, aldehid dalam menjadi asam dan polimerisasi.
Sedangkan keton tergolong menjadi senyawa organic. Senyawa ini juga memiliki
gugusan karbonil terikat dengan dua gugus alkil.
Pada percobaan yang telah dilakukan, senyawa formaldehid dan aseton bisa
larut ke dalam air dengan warna yang sama-sama bening. Namun keduanya tetap
memiliki perbedaan. Perbedaan pertama ada pada baunya. Bau aseton cenderung
lebih tajam dibanding formaldehid.Selanjutnya, terjadi perubahan warna juga
pada percobaan oksidasi menggunakan pereaksi KMnO4. Warna perubahan
formaldehid yang tadinya bening, menjadi coklat. Sedangkan warna aseton yang
tadinya bening, menjadi ungu.
Proses percobaan oksidasi menggunakan pereaksi tollens, kedua senyawa ini
warnanya bening saat ditambah bahan AgNO3. Saat ditambah NH4OH, keduanya
menjadi endapan larut. Kedua senyawa ini lantas dipanaskan dan terjadilah
perubahan lagi. Formaldehid yang dipanaskanpun menjadi endapan cermin perak.
Sedangkan asetonnya tidak mengalami perubahan, alias tetap berwarna bening.
Saat menggunakan percobaan oksidasi fehling, kedua senyawa tersebut berubah
warna.
Ketika kedua senyawa ditambah fehling A, perubahan warna yang terjadi
adalah dari bening menjadi biru muda. Sedangkan saat ditambah fehling B,
perubahan warnanya menjadi biru terang. Kemudian kedua senyawa tersebut
dipanaskan dan mengalami perubahan lagi. Saat dipanaskan, perubahan yang
terjadi pada formaldehid adalah endapan berwarna merah bata. Sedangkan pada
aseton, perubahannya menjadi endapan coklat tua. Penambahan KMnO4 ini
dilakukan karena aldehid yang berpotensi oksidasi menjadi asam karboksilat
dengan oksidator kuat. Sedangkan penambahan AgNO3 sebagai reagen pada uji
tollens adalah untuk oksidasi sampel. Perubahan bentuk menjadi cermin perak,
disebabkan oleh ion Ag+ yang tereduksi menjadi perak. Sedangkan penambahan
NH4OH, memiliki tujuan agar endapan awal tidak terbentuk dan Ag dapat
terlepas. Selain itu, basa juga jadi tidak mudah teroksidasi. Pereaksi fehling
digunakan pada percobaan akhir karena merupakan oksidator lemah yang dapat
mengenali aldehid.

V. KESIMPULAN

1. Aldehid tergolong sebagai senyawa karbon dengan gugus karbonil sedangkan


keton tergolong menjadi senyawa organik.
2. Pada uji kelarutan dalam air,aldehid dan keton mudah larut dalam air dan
memiliki bau yang khas.
3. Pada saat percobaan oksidasi menggunakan pereaksi KMnO4. Warna
perubahan formaldehid yang tadinya bening, menjadi coklat. Sedangkan
warna aseton yang tadinya bening, menjadi ungu.Hal ini menunjukkan bahwa
aldehid lebih reaktif daripada keton.
4. Proses percobaan oksidasi menggunakan pereaksi tollens,setelah dipanaskan
terbentuk endapan cermin perak karena aldehid dapat mereduksi pereaksi
tollens sehingga membebaskan unsur perak (Ag) sedangkan pada keton tidak
terjadi perubahan karena sulit teroksidasi dengan ion ion perak.
5. Pada pengujian pereaksi fehling ini digunakan fehling A dan fehling B
formaldehid yang ditetesi dengan fehling A warna biru muda ditambah fehling
B warnanya menjadi biru tua dan setelah dipanaskan terbentuk endapan
berwarna merah bata. Sedangkan pada keton yang ditambahkan pereaksi
fehling setelah dipanaskan tidak terjadi perubahan warna karena keton tidak
bereaksi dengan pereaksi fehling karena gugus karbonil di stabilkan oleh alkil
yang sifatnya menolak elektron

Anda mungkin juga menyukai