Anda di halaman 1dari 2

1.

a) Bruising (memar) ditandai dengan warna merah kehitaman (gelap) pada daging
karena adanya pendarahan akibat pecahnya pembuluh darah perifer yang disebabkan
oleh benturan fisik pada bagian tersebut. Pada saat transportasi atau penanganan pasca
panen ikan ditangani secara kasar misalnya melempar ikan, menginjak, dan
membenturkan ke benda keras.
b) Gaping merupakan kondisi disaat jaringan ikat gagal mempertahankan keutuhannya
sehingga terjadi pemisahan lapisan otot pada ikan (menganga). Hal ini berhubungan
dengan rendahnya pH akhir otot saat fase rigor mortis berlangsung dan perubahan pada
jaringan ikat selama pembekuan. Gaping juga mungkin disebabkan karena mengangkat
ikan pada bagian ekor (handling) sehingga merobek jaringan otot. Suhu tinggi dapat
mempengaruhi kekakuan daging sehingga jaringan daging menjadi robek.
c) Mushy texture merupakan pembusukan lanjutan akibat terjadinya kerusakan fisik ikan
seperti memar (bruising), hancur (crushed), dan gaping. Kerusakan ini membuat tekstur
menjadi lembek, ketengikan berlangsung lebih cepat, dan mengurangi umur simpan.
d) Scale loss adalah lepasnya sisik dari kulit ikan. Hal ini tidak dapat dihindari, tapi bila
terlalu banyak sisik yang lepas maka menandakan kualitas ikan semakin buruk.
e) Pembusukan enzimatis sering pula disebut sebagai reaksi autolysis. Kerusakan ini
disebabkan oleh enzim yang awalnya berperan penting bagi metabolisme saat ikan
hidup, namun saat ikan mati justru mendengradasi protein dari dagingnya. Aktivitas
enzimatis meningkat bila otot daging hancur dan temperatur tinggi.
f) Saat ikan hidup, daging ikan tidak mengadung bakkteri dan hanya bagian luar tubuh
ikan saja (kulit dan lender). Tetapi saat ikan mati, bakteri yang berada di luar tubuh ikan
dapat mengkontaminasi bagian dalam daging ikan bila ada jaringan otot yang terbuka.
2. Pada lingkungan yang sesuai dilengkapi dengan nutrisi yang mendukung, maka
pertumbuhan bakteri akan berlangsung dengan sangat cepat. Semakin tinggi suhu
lingkungan (pada tingkat tertentu), maka waktu yang dibutuhkan oleh bakteri untuk
melakukan pembelahan sel semakin singkat sehingga semakin banyak bakteri yang
tumbuh. Bila nutrisi dalam lingkungan berkurang, maka pertumbuhan bakteri dapat
terhambat. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa lingkungan yang sesuai dan

nutrient yang mendukung adalah factor factor yang mempengaruhi pertumbuhan


bakteri.
3. a) Enzim yang memutuskan ikatan beta (symbol) 1,4 glikosida antara asam N-asetil
glukosamin dengan asam N-asetilmuramat pada peptidoglikan sehinga dapat merusak
(degradasi) dinding sel bakteri. Pada umumnya terjadi pada dinding sel bakteri gram
positif dengan penerapan suhu rendah, EDTA, tekanan osmotik, dan transferrin.
b) Enzim yang mengkatalis reaksi oksidasi dari beta (symbol) D-glukosa pada keadaan
adanya oksigen (O2) dan menghasilkan glukonolakton dan H2O2 . Enzim ini memerlukan
senyawa FAD sebagai kofaktornya. Glukonolakton akan dihidrolisis menjadi asam
glukonat. Aksi sinergisme ini terjadi pada hampir semua bakteri.
c) Enzim yang mengkatalis reaksi oksidasi thiosianat oleh H2O2 (hidrogen peroksida)
untuk membentuk hipothiosianat, dimana senyawa yang dihasilkan berperan sebagai
antibakteri. Oksidasi ini juga dapat menggunakan substrat nisin, tetapi penggunaanya
masih jarang digunakan. Aksi sinergisme ini terjadi pada hampir semua bakteri.

Anda mungkin juga menyukai