Anda di halaman 1dari 17

PRAKTIKUM

Hari / Tanggal : Selasa /24 Feb 2015

TEKNOLOGI PENYIMPANAN

Golongan

: P4

DAN PENGGUDANGAN

Dosen

: Dr. Ir. Sugiarto, M.Si.

Asisten

Hanum Rachmawati F34100088


Indah Hardiyanti

F34100094

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP MUTU KOMODITAS


DAN PRODUK PERTANIAN

Ajeng Nur Aulia

F34130123

Rahmatunnisa

F34130126

Dwitiyo Derajat

F34130128

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pertanian telah menjadi tiang kehidupan manusia dari dahulu sampai
sekarang. Bahan bahan hasil panennya berupa komoditas yang dipakai semua elemen
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan raganya. Seiring bertambah ilmu
pengetahuan, maka pertanian bukan lagi kegiatan di lapangan, namun sudah
mencakup ilmu rekayasa dan keteknikan. Di Indonesia sendiri pertanian sudah
mencakup agroindustri, dimana kegiatan penambahan nilai komoditas menjadi
bernilai dan berharga tinggi. Suatu komoditas memiliki harga jual yang tinggi, disaat
komoditas tersebut di olah menjadi sebuah produk. Maka dari itu pertanian dimulai
dari penanaman benih sampai penciptaan produk.
Untuk mempertahankan mutu produk dan komoditas diperlukan teknik
penyimpanan yang benar. Jika tidak, maka komoditi akan rusak dan mutu produk

akan turun sehingga menurunkan harga jual. Maka dari itu penyimpanan perlu
dipelajari oleh mahasiswa teknologi pertanian agar tahu cara cara untuk menjaga
mutu komoditas dan produk sehingga dapat bernilai jual tinggi. Menurut Setyawan
(2009), penyimpanan adalah salah satu bentuk tindakan penanganan pascapanen
yang selalu terkait dengan faktor waktu, tujuan menjaga dan mempertahankan nilai
komoditas yang disimpan. Peranan penyimpanan antara lain dalam hal penyelamatan
dan pengamanan hasil panen, juga memperpanjang waktu simpan, terutama untuk
komoditas hortikultura. Umur pemasaran buah-buahan dapat diperpanjang dengan
metode penyimpanan yang tepat.
Mejio (2008) menjelaskan, pascapanen adalah serangkaian kegiatan yang
meliputi pemanenan, pengolahan, sampai dengan hasil siap dikonsumsi. Penanganan
pascapanen bertujuan untuk menekan kehilangan hasil, meningkatkan kualitas, daya
simpan, daya guna komoditas pertanian, memperluaskesempatan kerja, dan
meningkatkan nilai tambah. Penanganan pascapanen yang baik akan berdampak
positif terhadap kualitas komoditas hasil pertanian. Oleh karena itu, penanganan
pascapanen perlu mengikuti persyaratan Good Agricultural Practices (GAP) dan
Standard Operational Procedure (SOP)
Menurut Setyono et al. (2008a), pada prinsipnya suhu tinggi bersifat merusak
mutu simpan Buah-buahan dan komoditas pertanian, akan tetapi kenaikan suhu ini
tidak dapat dihindarkan terutama apabila panen dilakukan pada hari yang panas. Laju
respirasi dan kegiatan lainnya akan meningkat dengan semakin tinggi suhu sehingga
akan mempercepat turunnya mutu produk pasca panen. Pada suhu diantara 0 - 35 o C
kecepatan respirasi buah-buahan akan meningkat dua sampai tiga kali lebih besar
untuk kenaikan suhu 10o C

1.2 TUJUAN

Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu :

1. Mengidentifikasi perubahan mutu komoditas dan produk pertanian akibat


pengaruh sinar matahari
2.

Mengidentifikasi perubahan mutu komoditas dan produk pertanian akibat


pengaruh sinar kelembaban dan suhu rendah

3. Mengidentifikasi perubahan mutu komoditas dan produk pertanian akibat


pengaruh kelembaban dan suhu tinggi
4. Memilih /menentukan kondisi penyimpanan yang sesuai untuk komoditas dan
produk pertanian tertentu.

BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


Alat yang diperlukan untuk melakukan praktikum ini adalah alat tulis,
kamera, neraca, kulkas, plastik dan gelas plastik. Bahan-bahan yang di pakai pada
praktikum kali ini adalah susu ,segar sari, bawah putih, margarin ,buah kelengkeng,
dan bedak tabur.
2.2 METODE

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 HASIL
(Terlampir )
3.2 PEMBAHASAN
Menurut Santoso (2011), Suhu dalam penyimpanan seharusnya dipertahankan
agar tidak terjadi kenaikan dan penurunan. Biasanya dalam penyimpanan dingin,
suhu dipertahankan berkisar antara 1C sampai dengan 2C. Penyimpanan yang
mendekati titik beku mungkin saja diperlukan interval suhu yang lebih sempit. Suhu
di bawah optimum akan menyebabkan pembekuan atau terjadinya chilling injury,
sedangkan suhu di atas optimum akan menyebabkan umur simpan menjadi lebih
singkat. Fluktuasi suhu yang luas dapat terjadi bilamana dalam penyimpanan terjadi
kondensasi yang ditandai adanya air pada permukaan komoditas simpanan. Kondisi
ini juga menandakan bahwa telah terjadi kehilangan air yang cepat pada komoditas
bersangkutan. Persyaratan suhu penyimpanan untuk berbagai jenis komoditas sangat
berlainan satu dengan lainnya. Suhu yang lebih rendah dari suhu optimum biasanya
akan dapat mengakibatkan terjadinya pengembunan pada permukaan komoditas.
Bilamana hal ini terjadi, maka dapat menyebabkan pengkeriputan dan berkurangnya
kualitas akibat cepatnya proses penuaan.
Untuk kebanyakan komoditas yang mudah rusak, kelembaban relatif dalam
penyimpanan sebaiknya dipertahankan pada kisaran 90 sampai 95%. Kelembaban di
bawah kisaran tersebut akan menyebabkan kehilangan kelembaban komoditas.
Kondisi ini tidak diinginkan karena merugikan. Kelembaban yang mendekati 100%
kemungkinan akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme lebih cepat dan juga
menyebabkan permukaan komoditas pecah-pecah. Komoditas yang setelah panen
yang diletakkan dalam udara terbuka akan mengalami keseimbangan kadar air bahan
dengan kelembaban udara di sekitarnya. Kadar air dalam keadaan seimbang ini
disebut kadar air keseimbangan atau Equilibrium Moisture Content.
Setiap kelembaban relatif atau kelembaban nisbi atau sering disingkat sebagai
RH, dalam suatu ruangan penyimpanan menghasilkan kadar air seimbang tertentu
untuk suatu komoditas simpanan. Untuk tiap jenis komoditas memiliki kepekaan atau
tanggapan yang berbeda-beda terhadap kelembaban relatif. Bagi komoditas
hortikultura yang mudah rusak, maka penyimpanan sebaiknya memeiliki kelembaban
relatif berkisar antara 80 sampai dengan 90 persen. Seperti diketahui bahwa
kebanyakan buah-buahan dan sayuran maupun bunga potong mengandung air
berkisar antara 85 sampai dengan 90 persen berat keseluruhan bahan. Komoditas
tersebut akan mengalami kehilangan air secara terus menerus seiring dengan
berjalannya waktu setelah panen (Santoso 2011).

Beberapa produk dan komoditas pertanian tidak tahan lama jika di simpan di
bawah sinar matahari langsung. Karena produk dan komoditas tersebut dapat
mengalami penguapan dan terbawa zat yang tidak tahan panas dari kemasan produk
tersebut ke dalam produk. Tetapi tidak untuk kentang ,bawang merah, dan bawang
putih. Ketiga komoditas di atas harus dipanen saat udara cerah dan ada sinar
matahari, karena kentang dan bawang setelah dikeluarkan dari dalam tanah perlu
pengeringan / perawatan kulit (curing), dengan dijemur sebentar, agar terbentuk
penebalan kulit dan penyembuhan luka . Selain itu juga agar tanah yang menempel
dikulit dapat segera kering, mudah terlepas dan umbi menjadi bersih. Pembersihan
tanah dari umbi ini tidak boleh dilakukan dengan cara dicuci.
Praktikum ini menggunakan empat tempat pengamatan yang berbeda untuk
mengetahui bagaimana lingkungan dapat mempengaruhi mutu komoditi dan produk
pertanian, diantaranya adalah tempat yang terpapar sinar matahari langsung, kamar
mandi, tempat bagian belakang kulkas, dan di dalam kulkas. Tempat-tempat ini
dipilih berdasarkan pertimbangan akan tinggi-rendahnya kelembaban, tinggirendahnya suhu, dan pengaruh dari sinar matahari. Pengamatan terhadap pengaruh
lingkungan yang di bawah sinar matahari pada kelengkeng, susu kemasan, segar sari,
mentega, bedak, dan bawang putih menunjukkan hasil atau tampilan yang berbeda
tidak seperti awal (blangko), pada umumnya hasil pengamatan menunjukkan
penurunan kualitas dan mutu yang telah berubah antara satu dengan yang lainnya
karena masa waktu penyimpanan antara pengamatan yang satu dengan yang lainnya
berbeda, apalagi kadar air menunjukkan hasil yang signifikan perubahannya dari
blangko yang sebagai titik acuan pembuktian hasil. Untuk bau ada yang semakin
kuat aromanya, ada yang semakin tidak berbau. Untuk warna ada yang perubahannya
signifikan dari yang awal, yaitu terjadinya kenaikan dan penurunan persen kadar air,
ada pula yang masih terlihat sama secara kasat mata. Untuk penampakan tampilan
ada yang rusak, kental, mengencer, jernih cair, mengeras, makin lembut, dan ada pula
yang telah terkontaminasi mikroorganisme. Untuk kekeruhan sendiri ada yang makin
keruh dan adapula yang makin jernih dari keadaan awal. Untuk hasil pengamatan
berupa bobot masing-masing pengamatan, bau, penampakan dan kekeruhan dapat
dilihat pada lampiran sebagai acuan hasil pengamatan.
Pada pengamatan di dalam kamar mandi menunjukkan bahwa kelengkeng,
susu kemasan, segar sari, mentega, bedak, dan bawang putih menunjukkan hasil atau
tampilan yang berbeda tidak seperti awal (blangko), seperti pada umumnya hasil
pengamatan menunjukkan penurunan kualitas dan mutu yang telah berubah dan
berbeda karena antara pengamatan yang satu dengan yang lainnya tidak sama,
apalagi kadar air menunjukkan hasil yang signifikan perubahannya dari blangko
yang sebagai titik acuan pembuktian hasil, yaitu terjadinya penurunan persen kadar
air dari yang semula tinggi menjadi rendah dan begitu pula sebaliknya. Untuk bau
ada yang semakin kuat aromanya, ada yang semakin tidak berbau. Untuk warna ada
yang perubahannya signifikan dari yang awal, ada pula yang masih terlihat sama
secara kasat mata. Untuk penampakan tampilan ada yang rusak, kental, mengencer,

jernih cair, mengeras, makin lembut,dan ada pula yang telah terkontaminasi
mikroorganisme. Untuk kekeruhan sendiri ada yang makin keruh dan adapula yang
makin jernih dari keadaan awal. Untuk hasil pengamatan berupa bobot masingmasing pengamatan, bau, penampakan dan kekeruhan dapat dilihat pada lampiran
sebagai acuan hasil pengamatan.
Pada pengamatan di dalam kulkas menunjukkan bahwa kelengkeng, susu
kemasan, segar sari, mentega, bedak, dan bawang putih menunjukkan hasil atau
tampilan yang tidak berbeda jauh atau perubahannya hanya sedikit seperti pada yang
awal (blangko), adanya penurunan kualitas dan mutu yang telah berubah karena
perbedaan waktu simpan, apalagi kadar air menunjukkan hasil yang signifikan
perubahannya dari blangko yang sebagai titik acuan pembuktian hasil, yaitu
terjadinya penurunan persen kadar air dari yang semula tinggi menjadi rendah dan
sebaliknya pun terjadi. Untuk bau ada yang semakin kuat aromanya, ada yang
semakin tidak berbau. Untuk warna ada yang perubahannya signifikan dari yang
awal, ada pula yang masih terlihat sama secara kasat mata. Untuk penampakan
tampilan ada yang rusak, kental, mengencer, jernih cair, mengeras, makin lembut,
dan ada pula yang telah terkontaminasi mikroorganisme. Untuk kekeruhan sendiri
ada yang makin keruh dan ada pula yang makin jernih dari keadaan awal.. secara
umum penyimpanan yang berbeda waktunya di dalam kulkas kualitas dan mutu
produk tidak bebeda dari keadaan awal karena bisa dilihat dari kenaikan dan
penurunan persen kadar air yang tidak terlampau signifikan. Untuk hasil pengamatan
berupa bobot masing-masing pengamatan, bau, penampakan dan kekeruhan dapat
dilihat pada lampiran sebagai acuan hasil pengamatan.
Pada pengamatan di belakang kulkas menunjukkan bahwa kelengkeng, susu
kemasan, segar sari, mentega, bedak, dan bawang putih menunjukkan hasil atau
tampilan yang tidak berbeda jauh atau perubahannya hanya sedikit seperti hasil
pengamatan di dalam kulkas dan pada yang awal (blangko), adanya penurunan
kualitas dan mutu yang telah berubah karena perbedaan waktu simpan semata,
apalagi kadar air menunjukkan hasil yang signifikan perubahannya dari blangko
yang sebagai titik acuan pembuktian hasil, yaitu terjadinya penurunan persen kadar
air dari yang semula tinggi menjadi rendah dan sebaliknya pun terjadi. Untuk bau
ada yang semakin kuat aromanya, ada yang semakin tidak berbau bahkan ada yang
sampai berbau tidak sedap. Untuk warna ada yang perubahannya signifikan dari yang
awal, ada pula yang masih terlihat sama secara kasat mata. Untuk penampakan
tampilan ada yang rusak, kental, mengkerut, mengencer, jernih cair, mengeras, makin
lembut, dan ada pula yang telah terkontaminasi mikroorganisme. Untuk kekeruhan
sendiri ada yang makin keruh dan ada pula yang makin jernih dari keadaan awal..
secara umum penyimpanan yang berbeda waktunya di dalam kulkas kualitas dan
mutu produk terlihat dari adanya yang terjadi penurunan persen kadar air dan ada
pula yang mengalami kenaikan. Untuk hasil pengamatan berupa bobot masing-

masing pengamatan, bau, penampakan dan kekeruhan dapat dilihat pada lampiran
sebagai acuan hasil pengamatan.

Margarin tidak selamanya harus disimpan dalam kulkas. Untuk penggunaan


dalam jangka singkat, bisa disimpan di ruangan terbuka. Margarin dapat disimpan di
piring dan daya tahannya akan baik-baik saja selama sepekan. Hal terpenting untuk
mentega yang hanya diletakkan di piring yaitu dengan menutupnya. Udara akan
membuat kualitas mentega menjadi buruk. Jika tidak ditutup. Jika akan disimpan
dalam waktu lama, margarin dapat di simpan ke dalam kantong ziploc (plastik
dengan penutup zipper). Kemudian letakkan di kompartemen khusus margarin dalam
lemari es (Yanti 2013).
Soedomo (2006) melaporkan bahwa suhu penyimpanan 5o dan 30o C dapat
menghambat pertumbuhan umbi bawang. Hasil penelitian Sinaga dan Darkam (1994)
mengungkapkan bahwa penyimpanan bawang putih pada suhu 30C dengan
kelembaban 70% dapat memberikan ketahanan simpan yang tinggi, namun penyimpanan pada suhu 0C, umbi bawang mengalami kerusakan.Pengemasan umbi bibit
bawang putih yang menghasilkan tanaman dengan pertumbuhan dan hasil terbaik
adalah penggunaan jaring plastik dengan daya simpan 57 hari dan kerusakan 9,6%.
Bobot hasil per lubang tanaman 80,80 g dan jumlah siung per umbi 10,80 buah, dan
diameter umbi lapis mencapai 32,10 cm. Pengemas dalam kondisi tertutup yang
dapat dipergunakan adalah kertas semen, baik menggunakan bahan penyerap batu
kapur maupun Aquastore dengan daya simpan masing- masing 62,0 hari, dan nilai
kerusakan pada penyimpanan masing-masing adalah 12,5 dan 11,00%. Bentuk susu
bubuk tidak memerlukan cara penyimpanan yang khusus, setelah kemasan dibuka,
susu formula cukup disimpan pada tempat yang kering dan tertutup rapat (purwanti
et al. 2009).
Lingkungan yang cocok untuk penyimpanan harus disesuaikan dengan
produk atau komoditi apa yang akan disimpan pada tempat itu, seperti halnya tempat
penyimpanan ada yang kering, sejuk, dingin, basah, panas, gelap, dan sebagainya.
Mutu produk akan terjaga apabila lingkungan penyimpanannya pun sesuai. Seperti
halnya bebuahan itu dapat disimpan di tempat yang kering, namun harus sejuk dan
tidak pada tempat yang panas. Untuk minuman sendiri telah diketahui bahwa sering
dijumpai himbauan dari tempat atau pabrik pembuatan minuman tersebut jika
penyimpanan dilakukan pada tempat yang dingin, kering, dan tidak terpapar sinar
matahari secara langsung. Sesayuran pada umumnya sama seperti bebuahan dalam
hal penyimpanannya. Kosmetika lingkungan penyimpanan hanya pada lingkungan
yang kering dan dalam kondisi suhu ruangan terjaga. Saran penyimpanan untuk
komoditi kelengkeng dan bawang putih yaitu disimpan pada kulkas, karena tingkat
kesejukan di dalam kulkas terjaga, sebenarnya kelengkeng dan bawang putih dapat
juga di simpan di tempat seperti dapur, namun hindari adanya panas dan titik dengan
kelembaban air yang tinggi karena dapat membuatnya busuk dan keriput. Untuk
produk mentega dan bedak cukup disimpan di tempat yang kering dan pada kondisi
suhu ruangan, serta tidak lembab seperti dapur dan kamar, karena apabila tidak
disimpan di tempat yang seperti itu akan terjadi pengerasan, penggumpalan dan

pengenceran. Untuk produk minuman seperti susu kemasan dan segar sari jelas
diketahui dalam kardus pengepakan dari pabrik apabila harus ditempatkan atau
disimpan pada ruangan yang sejuk, dingin, dan kering, jadi kulkas merupakan tempat
yang cocok untuk penyimpanannya agar rasa dan komposisi terjaga.

BAB IV
PENUTUP

1.1.

SIMPULAN

Penyimpanan
komoditas dan produk pertanian dibawah sinar
matahari memiliki beberapa efek. Untuk sebagian produk ada yang hars
disimpan dibawah sinar matahari. Tetapi ada juga yang tidak boleh, karena
dengan berada dibawah disinar matahari akan membuat terjadinya kekeringan
pada produk atau komoditas pertanian. Sedang untuk suhu sebaiknya
disimpan pada suhu dingn tetapi tidak terlalu dingin agar menghindari
chilling injury. Suhu tinggi pada produk atau komoditas dapat merusak
mutunya. Sedang kelembapan sebaiknya pada semua produk dipertahankan
90-95 persennya. Jika terlalu lembab, maka akan memicu terjadinya
pertumbuhan mikroorganisme yang tidak diingingkan yang dapat merusak
mutu buah. Sedang jika dibawah 90 persen, maka dikhawatirkan produk atau
komoditas pertanian akan mengalami kekurangan air dan kekeringan. Untuk
setiap produk jika ingin menjaga mutu komoditas dan produknya, sebaiknya
disimpan di tempat yang kering, suhu kamar, tidak terlalu lembab, dan jauh
dari sinar matahari. Tetapi ada bebebrapa produk yang harus disimpan di
bawah suhu kamar agar dapat mempertahankan mutunya.
1.2.

SARAN

Praktikan mengalami kesulitan dalam mengawasi komoditas dan


produk karena tempat dari oven yang jauh dari neraca dan desikator untuk
melakukan praktikum. Disarankan agar penempatan oven dejat dengan neraca
dan desikator sehingga memudahkan praktikan dalam berpraktikum.

DAFTAR PUSTAKA
Mejio D.J. 2008. An overview of rice postharvest technology: Use of small metallic
for minimizing losses. Agricultural Industries Officer, Agricultural and Food
Engineering Technologies Service, FAO, Rome. FAO Corporate. Document
Repository. page 1-16.
Purwanti M, Sudarwanto M, Rahayu WP, Sanjaya AW.2009.Pengaruh berbagai
kondisi preparasi dan penyimpanan susu formula pada pertumbuhann spora
Bacillus cereus dan Clostridium perfringens. Jurnal Teknologi dan Industri
Pangan 20(1): 1-8.
Santoso. 2011. Penyimpanan Komoditas Hortikultura. Mataram (ID): Universitas
Mataram.
Setyawan BH, Doddy F.2009. Pengaruh penyimpanan terhadap kualitas beras :
perubahan sifat fisik selama penyimpanan.Makalah. Fakultas Teknik,
Universitas Diponegoro.
Setyono A, S. Nugraha, Sutrisno.2008a. Prinsip penanganan pascapanen padi.Buku I.
Dalam : Inovasi Teknologi dan Ketahanan Pangan. Balai Besar Penelitian
Tanaman Padi, Sukamandi. hlm. 439-46.
Sinaga RM , Darkam M. 1994. Pengaruh suhu dan kelembaban terhadap mutu
bawang putih (Allium sativum. L) kultivar lumbu hijau di penyimpanan.
Buletin Penel Hortikultura. 26(3):153-163.
Soedomo RP.2006. Pengaruh kemasan terhadap daya simpan umbi bibit,
pertumbuhan, dan hasil bawang putih. Jurnal Hortikultura 16(4):283-289.
Yanti D.2013.Cara Benar Menyimpan Mentega [internet].[Diunduh pada 14 Maret
2015]. Tersedia pada : http://okezone.com

LAMPIRAN
Tabel 1 Hasil Pengamatan
JENIS BAHAN :
K.1

Lengkeng

K.3

Segar Sari

K.5

Bedak

K.2

SusuKemasan

K.4

Mentega

K.6

BawangPutih

1.
Keadaan

DI BAWAH SINAR MATAHARI


BLANKO

Pengamatan 1

Pengamatan 2

Pengamatan 3

Pengamatan 4

KELOMPOK 1
Bobot

5.9

5.72

5.64

4.9

Warna

kuning

++

++

Bau

++

++

Penampakan

bagus

bagus

Bagus

Kering

Kering

Kekeruhan

++

++

KELOMPOK 2
Bobot

82

82.3

82.2

82.2

81.8

Warna

PutihPucat

++

Bau

+++

++

Penampakan

Kental

Kental

kental

mengencer

Mengencer

Kekeruhan

+++

++

++

KELOMPOK 3
Bobot

127.27

128.93

128.94

124.41

124.39

Warna

Jingga

Jingga

Jingga

Jinggamuda

Jinggamuda

Bau

+++

Berkurang

Berkurang

Menghilang

Menghilang

Penampakan

Endapan

Endapan

Endapan

Mikroorganisme

Mikroorganisme
Endapan

Kekeruhan

Keruh

Jernih

Jernih

Sedikitkeruh

Keruh

KELOMPOK 4
Bobot

46.6

46.6

46.6

46.8

46.6

Warna

Kurangcerah

Kuning

Kuningmuda

Kuningpudar

Putihkekuningan

Bau

++

++

+++

+++

Penampakan

Lembut

Padat

Agaklembek

lembek

Cair

Kekeruhan

Normal

++

KELOMPOK 5
Bobot

3.6

1.8

1.76

1.64

Warna

+++

+++

++

++

Bau

++

++

++

++

++

Penampakan

Lembut

Keras

Agakkeras

halus

Halus

Kekeruhan
KELOMPOK 6
Bobot

6.2

10.25

10.12

9.9

Warna

Coklat

++

++

Bau

++

+++

++

Penampakan

Mengkerut

Bagus

Bagus

Kering

Kering

Kekeruhan

++

Pengamatan 2

Pengamatan 3

Pengamatan 4

2.
Keadaan

DI DALAM KAMAR MANDI


BLANKO

Pengamatan 1

KELOMPOK 1
Bobot

6.5

6.8

7.4

7.6

Warna

kuning

++

+++

++++

Bau

++

+++

+++

++++

Penampakan

Bagus

Bagus

Busuk

Busuk

Berlendir

Kekeruhan

++

++

+++

+++

KELOMPOK 2
Bobot

82

82

81.8

82.2

82

Warna

PutihPucat

+++

++

++

++

Bau

+++

+++

+++

+++

+++

Penampakan

Kental

Kental

Kurangkental

Kurangkental

Kurangkental

Kekeruhan

+++

+++

++

++

KELOMPOK 3
Bobot

127.27

126.67

129.73

129.23

130.83

Warna

Jingga

Jingga

Jingga

Jingga

Jingga

Bau

+++

Berkurang

Berkurang

Berkurang

Berkurang

Penampakan

Endapan

Endapan

Endapan

Mikroorganisme

Mikroorganisme

Endapan

Endapan

Keruh + +

Keruh + + +

Kekeruhan

Keruh

Keruh

Keruh +

KELOMPOK 4
Bobot

46.6

46.2

46.4

46.2

47

Warna

Kurangcerah

Kuning

Kuningpudar

Kuningpucat

Kuningpadat

Bau

++

++

Penampakan

Lembut

Padat

padat

padat

Agaklembek

Kekeruhan

normal

++

++

KELOMPOK 5
Bobot

3.6

2.1

2.03

2.12

Warna

+++

+++

++

++

Bau

++

++

++

++

++

Penampakan

Lembut

Halus

halus

Mulaikeras

Keras

Kekeruhan
KELOMPOK 6
Bobot

6.2

11.2

10.52

9.86

9.5

Warna

Coklat

+++

+++

+++

+++

Bau

++

Penampakan

Mengkerut

Tetap

Tetap

Tetap

Tetap

Kekeruhan

++

Pengamatan 3

Pengamatan 4

DI DALAM KULKAS
Keadaan

BLANKO

Pengamatan 1

Pengamatan 2
KELOMPOK 1

Bobot

6.6

6.7

6.4

6.2

6.2

Warna

Kuning

Bau

++

Penampakan

Bagus

Bagus

Bagus

Bagus

Kehitaman

Kekeruhan

KELOMPOK 2
Bobot

82

81.8

82.6

82.2

81.8

Warna

PutihPucat

+++

+++

+++

+++

Bau

+++

++

++

++

++

Penampakan

Kental

Kental

Kental

Kental

Kental

Kekeruhan

+++

+++

+++

+++

+++

KELOMPOK 3
Bobot

127.27

129.4

129.53

128.09

127.63

Warna

Jingga

Jingga

Jinggamuda

Jinggamuda

Jinggamuda

Bau

+++

Tetap

Berkurang

Berkurang

Berkurang

Penampakan

Endapan

Tetap

Endapan

Mikroorganisme

Mikroorganisme

Endapan

Endapan

Keruh

Keruh +

Kekeruhan

Keruh

Jernih

Agakkeruh
KELOMPOK 4

Bobot

46.6

47

46.8

46.8

47.2

Warna

Kurangcerah

Kuning

Kuningagakpucat

Kuningagakpucat

Kuningpucat

Bau

++

Penampakan

Lembut

Lunak

mengeras

mengeras

Mengeras

Kekeruhan

normal

KELOMPOK 5
Bobot

3.6

1.97

1.8

1.75

Warna

+++

+++

++

++

Bau

++

++

++

++

++

Penampakan

Lembut

Keras

Agakkeras

Halus

Halus

Kekeruhan
KELOMPOK 6
Bobot

6.2

10.51

10.45

10.23

9.95

Warna

Coklat

+++

++

Bau

++

+++

++

Penampakan

Mengkerut

Bagus

Agak kering

Kering

Keriput

Kekeruhan

++

++

Pengamatan 3

Pengamatan 4

3.
Keadaan

DI BELAKANG KULKAS
BLANKO

Pengamatan 1

Pengamatan 2
KELOMPOK 1

Bobot

6.7

6.6

6.5

6.5

6.4

Warna

kuning

++

++

Bau

++

++

Penampakan

Bagus

Bagus

Kehitaman

Kehitaman

Kehitaman

Kekeruhan

++

++

++

KELOMPOK 2
Bobot

82

82

82

82.1

82

Warna

PutihPucat

PutihPucat

PutihPucat

PutihPucat

PutihPucat

Bau

+++

+++

+++

+++

+++

Penampakan

Kental

Kental

Kental

Kental

Kental

Kekeruhan

+++

+++

+++

+++

+++

KELOMPOK 3
Bobot

127.27

129.6

127.48

Warna

Jingga

Jingga

Jinggagelap

Jinggagelap +

Jinggagelap +

Bau

+++

Bertambah

Bertambah +

Bertambah +

Tidaksedap

Penampakan

Endapan

Endapan

Endapan +

Mikroorganisme

Mikroorganisme

Endapan

Endapan +

Keruh +

Keruh + +

Kekeruhan

Keruh

Jernih

Jernih
KELOMPOK 4

Bobot

46.6

46.8

47.3

46.8

46.6

Warna

Kurangcerah

Kuning

Kuningpucat

Kuningpucat

Kuningpucat

Bau

+++

+++

+++

+++

Penampakan

Lembut

Lembut

Sedikitlembut

lunak

Sangatlunak

Kekeruhan

normal

++

+++

+++

KELOMPOK 5
Bobot

3.6

1.61

1.07

1.47

Warna

+++

++

++

++

Bau

++

++

++

++

++

Penampakan

Lembut

Keras

Agakkeras

halus

Halus

Kekeruhan
KELOMPOK 6
Bobot

6.2

10.01

10.09

10.21

10.45

Warna

Coklat

+++

++

Bau

++

Penampakan

Mengkerut

+++

++

Kekeruhan

++

++

+++

KADAR AIR
Blanko
BobotBahanAwal

BobtBahanAkhir

Kadar air

KELOMPOK 1

4.7

6%

KELOMPOK 2

5.2

1.4

73.07

KELOMPOK 3

5.29

0.27

94.84 %

KELOMPOK 4

5.03

4.3

14.5 %

KELOMPOK 5

1.79

1.68

KELOMPOK 6

6.41

6.2

2.96

KeadaanSaatPerlakuan
BobotBahanTanpaCawan(1)

BobotBahanTanpaCawan(2)
Kadar Air

BobotAwal

BobotAkhir

Kadar Air
BobotAwal

BobotAkhir

KELOMPOK 1
DIBAWAH SINAR
MATAHARI

2.3

54%

2.8

44%

DI DALAM KEMAR
MANDI

3.5

30%

2.9

42%

DI DALAM KULKAS

4.5

10%

4.4

12%

DI BELAKANG
KULKAS

2.7

46%

2.9

42%

KELOMPOK 2
DIBAWAH SINAR
MATAHARI

0.8

84%%

5.1

1.1

78%

DI DALAM KEMAR
MANDI

0.9

82%

80%

DI DALAM KULKAS

5.6

80.36%

5.2

1.2

76.92%

DI BELAKANG
KULKAS

5.2

76.92%

5.3

1.2

77.35%

1.1
1.2

KELOMPOK 3
DIBAWAH SINAR
MATAHARI

4.95

0.39

92.12%

5.26

0.64

88.02%

DI DALAM KEMAR
MANDI

5.15

0.08

98.45%

4.98

0.14

97.18%

DI DALAM KULKAS

4.90

0.12

97.50%

5.30

0.20

96.23%

DI BELAKANG
KULKAS

5.01

0.26

94.80%

5.55

0.48

92.07%

KELOMPOK 4
DIBAWAH
SINAR MATAHARI

4.26

14.7%

4.17

16.6%

DI DALAM KEMAR
MANDI

5.2

4.36

16.1%

5.3

4.05

23.6%

DI DALAM KULKAS

4.25

15%

4.01

19.8%

DI BELAKANG
KULKAS

5.2

4.4

15.4%

5.2

4.5

15.1%

KELOMPOK 5
DIBAWAH SINAR
MATAHARI

1.8

1.6

11.1%

1.6

1.4

12.5%

DI DALAM KEMAR
MANDI

1.6

1.53

4.375%

1.53

1.45

5.23%

DI DALAM KULKAS

1.8

1.536

14.47%

1.536

1.5

2.34%

DI BELAKANG
KULKAS

1.6

1.4

12.5%

1.4

1.37

2.14%

KELOMPOK 6
DIBAWAH SINAR
MATAHARI

10.25

9.51

7.21%

10.33

10.06

2.61%

DI DALAM KEMAR
MANDI

11.2

9.5

19.78%

10.9

10.72

3.33%

DI DALAM KULKAS

10.51

9.95

5.33%

10.54

10.37

8%

DI BELAKANG
KULKAS

10.01

10.45

4.4%

9.8

9.62

6.7%

Anda mungkin juga menyukai