Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN TUGAS AKHIR

PEMBUATAN BAKSO LELE DAN JAMUR DENGAN PENAMBAHAN


PEWARNA DARI rosella
BAKSO JAMUR DENGAN PENABAHAN IKAN LELE SEBAGAI
PENGGANTI DAGING SAPI

Diajukan
Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Guna
Mencapai Gelar Ahli Madya
Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret

Disusun Oleh :

KEVIN SURYA PRAYOGA


H3116050

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bakso merupakan makanan yang digemari oleh semua kalangan
masyarakat. Bakso bisa ditemui di berbagai tempat, salah satunya si
supermaerket. Bakso adalah jenis makanan olahan yang berbahan baku daging
atau ikan. Bahan tambahan yaang digunakan dalam pembuatan bakso adalah
bahan pengisi, garam, es, dan bumbu bumbu peyedap. Menurut jenis bahan
yang digunakan bakso dapat dibedekan menjadi beberapa jenis, jenis-jenis
bakso diantaranya adalah bakso sapi, bakso ayam, bakso ikan, dll.
Jamur tiram merupakan bahan makanan yang memiliki kandungan
protein dan serat yang tinggi dan mineral kalium, fosfor, natrium, kalsium, dan
magnesium yang berkhasiat untuk kesehatan. Disamping itu jamur tiram
mengandung cukup lengkap asam aminonya sehingga sangat berpotensi
sebagai lauk pauk bergizi. Namun jarangnya produk produk olahan berbahan
jamur membuat jamur jarang dilirik oleh masyrakat. Hal ini menyebabkan
jamur dipandang sebelah mata sebahagai bahan makanan yang sehat.
Lele merupakan jenis ikan konsumsi yang telah dikenal secara luas.
Dagingnya yang lezat dan gurih membuatnya sangat digemari masyarakat
sebagai lauk. Kandungan gizinya yang tinggi terutama protein, dagingnya yang
halus, durinya teratur, dapat disajikan dalam berbagai olahan, rendah kolesterol
dan harganya yang murah menjadikan lele favorit dikalanganmasyarakat dari
kelas bawah, menengah dan atas. Selama ini lele biasa dikonsumsi sebagai lauk
dengan diolah utuh sebagai lele misalnya digoreng, pecel lele, lele penyet,
mangut lele dan sebagainya. Belum banyak industri yang mengoptimalkan
diversifikasi olahan lele mengingat lele hanya mempunyai bagian daging yang
edible sebanyak 40% dari total beratnya. Jadi daging yang bisa diolah relative
sedikit misalnya apabila satu kilogram lele bagian dagingnya hanya 400g saja.
Pengolahan bakso jamur dengan penmabahan ikan lele dapat
meningkatkan ketertarikan masyarkat terhadap olahan jamur tiram sebagai
makanan sehat bergizi. Selain itu, penggunaan penggunaan lele dapat
dijadikan sebagai alternatif pemenuhan asupan protein untuk orang yang tidak
mengkonsumsi daging. Selain dari sisi manfaat pembuatan produk ini akan
menambah nilai jual dari jamur dan ikan lele. Dengan olahan ini, masyrakat
mampu mendapatkan manfaat dari jamur tiram dan ikan lele dalam satu
produk.
Faktor yang mempengaruhi mutu dari produk bakso jamur dengan
penambahan ikan lele adalah dari faktor bahan baku. Pemilihan bahahan baku
sangat penting karena akan mempengaruhi hasilkahir pada produk. Kualitas
jamur tiram dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah masa tanam
dan lingkungan budidaya jamur. Faktor ini akan berpengaruh pada pH produk
akhir. Penggunaan lele yang digunakan juga akan mempengaruhi kualitas dari
produk. Penggunaan ikan lele yang masih segar akan memberikan hasil
kandungan gizi yang baik pada produk.
Pembuatan bakso jamur dengan penambahan ikan lele akan
menghasilkan bakso yang memiliki nilai gizi yang lebih baik dibanding dengan
bakso yang dibuat dengan penggunaan bahan baku daging sapi. Penambahan
daging lele dalam pembuatan bakso jamur akan memberikan cita rasa pada
bakso. Selain itu penggunaan lele akan membuat bakso ynag dihasilkan aman
unutuk orang lanjut usia karena ikan lele yang rendah kolesterol.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana proses produksi “bakso jamur dengan penambahan ikan lele” ?


2. Bagaimana penerimaan konsumen terhadap kualitas sensori dari “bakso
jamur dengan penambahan ikan lele” yang meliputi warna, aroma, rasa, dan
overall ?
3. Bagaimana kandungan antoksidan pada “bakso jamur dengan penambahan
ikan lele” ?
4. Bagaimana analisis ekonomi pada usaha“bakso jamur dengan penambahan
ikan lele”?
C. Tujuan
Tujuan pembuatan proposal Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui proses pembuatan “bakso jamur dengan penambahan


ikan lele”.
2. Mengetahui penerimaan konsumen terhadap “bakso jamur dengan
penambahan ikan lele”.
3. Untuk mengetahui kandungan antioksidan pada “bakso jamur dengan
penambahan ikan lele”.
4. Untuk mengetahui analisis kriteria kelayakan usaha untuk “bakso jamur
dengan penambahan ikan lele”.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bakso
Bakso adalah makanan yang berbahan baku daging berbentuk bulat yang
digemari oleh masyarakat indonesia. Dalam pembuatan bakso, daging atau
ikan akan digiling dan dicampur oleh baha bahan tambahan. Bahan bahan
tambahan yang digunakan diantaranya adalah tepung, garam, es, Sodium
Tripolyposphat (STPP) dan bumbu penyedap (sari dkk, 2015). Menurut jenis
bahan yang digunakan bakso dapat dibedekan menjadi beberapa jenis, jenis-
jenis bakso diantaranya adalah bakso sapi, bakso ayam, bakso ikan, dll.
Tabel 3. SNI Bakso Ikan
No Kriteria Satu Persyarata
uji an n
1. Keadaan
1.1 Bau - Normal,
khas ikan
1.2 Rasa - Gurih
1.3 Warna - Normal
1.4 Tekstur - Kenyal
2. Air % Maks 80,0
b/b
3. Abu % Maks 3,0
b/b
4. Protein % Min 9,0
b/b
5. Lemak - Maks 1,0
6. Boraks - Tidak boleh
ada
7. Bahan
tambahan
makanan
8. Cemaran
logam
8.1 Timbal Mg/ Maks 2,0
(Pb) kg
8.2 Tembaga Mg/ Maks 20,0
(Cu) kg
8.3 Seng (Zn) Mg/ Maks 100,0
kg
8.4 Timah (Sn) Mg/ Maks 40,0
kg
8.5 Raksa (Hg) Mg/ Maks 0,5
kg
9. Cemaran Mg/ Maks 1,0
Arsen (As) kg
10. Cemaran
mikroba :
10.1 Angka Kolo 7
Maks
lempeng total ni/g 1x10
10.2 Bakteri AM 2
Maks
bentuk koli P/g 4x10
10.3 Salmonella - Negatif
10.4 Staphyloco Kolo 2
Maks
ccus aureus ni/g 5x10
10.5 Vibrio - Negatif
cholerae
Sumber : SNI Bakso Ikan 01-3818-1995

Manfaat dari produk bakso adalah memberikan pilihan kepada msyarakat


dalam pengkonsumsian ikan. Dari pembuatan bakso masyrakat akan
mendapatkan prduk yang memiliki gizi yang lebih dari pada mngkonsumsi
daging secara langsung. Bakso memberikan cita rasa, warna, tekstur dan
bentuk yang berbeda memiliki manfaat yang sama dengan mengkonsumsi ikan.
Bakso tidak hanya dalam sajian mie bakso atau mie ayam. Tetapi bakso juga
dapat disajikan sebagai bahan campuran dalam berbagai olahan makanan
misalnya seperti dalam cap-cay, nasi goreng, mie goreng, serta aneka sup
B. Bahan Pembuat Produk
1. Jamur Tiram
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan dari
kelompok Basidiomycota dan termasuk kelas Homobasidiomycetes.
Secara umum jamur tiram mempunyai tudung yang berdiameter 4-15 cm
atau lebih, bentuk seperti tiram, cembung kemudiaan menjadi rata atau
kadang membentuk corong; permukaan licin agak berminyak ketika
lembab tetapi tidak lengket; warna bervariasi dari putih sampai abu-abu,
coklat atau coklat tua (kadang-kadang kekuningan pada jamur dewasa),
daging tebal, bewarna putih, kokoh tidak lunak pada bagian yang
berdekatan dengan tangkai; bau dan rasa tidak merangsang. Tangkai tidak
ada atau jika ada biasanya pendek, kokoh dan tidak dipusat atau lateral,
panjang 0.5-4.0 cm, gemuk, padat, kuat, kering, umumnya berambut atau
berbulu kapas. Cadar tidak ada, jejak spora putih sampai ungu muda atau
abu-abu keunguan berukuran 7-9x3-4 mikron, bentuk lonjong sampai
jorong, licin, nanamiliod. Jamur memiliki protein yang tinggiantar 17,5%
hingga 27% dengan lemak yang rendah 1,6-8% dan kadar serat pangan
yang tinggi baik 8-11,5% yang dapat digunakan sebagai bahan makanan
sehat. Namun demikian karbohidrat merupakan sebagian besar senyawa
penyusun jamur tiram (Tjokrokusumo, 2015) Fungsi dari jamur adalah
dapat dijadikan sebagai bahan campuran dalam adonan bakso dengan tidak
mengurangi kriteria mutu bakso. Jamur adalah salah satu jenis jamur
pangan yang memiliki kandungan serat cukup tinggi dan memiliki rasa
yang khas dengan tekstur yang baik serta nilai gizi yang cukup lengkap
(Purwanto, 2015). Menurut SNI 6945:2013 tubuh buah jamur pada umur
panen yang cukup berciri berwarna putih cerah, berih. Jamr berstruktur
padat kenyal dan utuh
2. Ikan Lele
Lele merupakan jenis ikan konsumsi yang telah dikenal secara luas.
Dagingnya yang lezat dan gurih membuatnya sangat digemari masyarakat
sebagai lauk. Kandungan gizinya yang tinggi terutama protein, dagingnya
yang halus, durinya teratur, dapat disajikan dalam berbagai olahan
(Handayani dan Dyah, 2010). Ikan lele mengandung omega-3 dan protein
dengan kadar lisin dan leusin lebih tinggi. Kandungan protein pada ikan
lele umumnya diatas 20% dari kandungan protein daging ikan. Fungsi dari
ikan lelel ini adalah sebagai pengganti daging sapi dalam pembuatan
bakso. Ikan lele yang rendah kolesterol dan harganya yang murah
menjadikan lele favorit dikalangan masyarakat dari kelas bawah,
menengah dan atas (Salanggon, 2017).
Tabel 2 Persyaratan Mutu Ikan Segar
Sumber : SNI 01-4110.1-2006
3. Tepug Tapioka
Tepung tapioka adalah karbohidrat granuler yang berwarna putih, hasil
sintesa tanaman dari barbagai gugus glukosa yang berfungsi sebagai bahan
makanan cadangan. Tepung ini terdiri dari amilosa dan amilopektin, sifat
amilopektin dapat memperkuat permukaan terhadap bahan yang
ditambahkan tepung tersebut (Wargiono, 1979). Kandungan nutrisi tepung
tapioka selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 4. Kandungan Nutrisi Pada Tepung Tapioka
Komposisi Jumlah Jumlah
Kalori (per 100 gr) 63
Karbohidrat (%) 88.2
Kadar air (%) 9.0
Lemak (%) Protein
(%) 0.5
Ca (mg/100 gr) 1.1
P (mg/100 gr) Fe
84
(mg/100 gr)
Vitamin B1 (mg/100 gr) 125
Vitamin C (mg/100 gr) 1.0
0.4
0
Sumber : Direktorat Gizi,1979
Tapioka banyak digunakan sebagai bahan pengental dan bahan
pengikat dalam industri makanan. Sedangkan ampas tapioka banyak
dipakai sebagai campuran makanan ternak. Pada umumnya masyarakat
Indonesia mengenal dua jenis tapioka, yaitu tapioka kasar dan tapioka
halus. Tapioka kasar masih mengandung gumpalan dan butiran ubi kayu
yang masih kasar, sedangkan tapioka halus merupakan hasil pengolahan
lebih lanjut dan tidak mengandung gumpalan lagi. Nilai energi dan
karbohidrat tapioka tidak kalah dari nasi atau olahan tepung terigu.
Konsumsi 100 gram makanan olahan tapioka setara dengan 100 gram nasi
atau roti. Karena itu, kurang tepat mengonsumsi makanan olahan tapioka
sebagai cemilan. Minuman bubble drink yang seringkali dikonsumsi anak-
anak sebagai camilan, ternyata memiliki nilai energi yang cukup tinggi
karena terbuat dari tapioka. Hal tersebut boleh saja dilakukan, mengingat
anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan memerlukan energi yang
cukup tinggi.Namun, bila bubble drink dikonsumsi secara berlebihan, dapat
menyebabkan anak menjadi kehilangan selera terhadap makanan lain yang
lebih bergizi. Menurut Purnomo et al., (2000) bahwa anak-anak juga
membutuhkan zat gizi lain berupa protein, lemak, vitamin, dan mineral.
Makanan olahan tapioka sebaiknya dikonsumsi dengan makanan lain yang
kaya protein, vitamin, dan mineral.
4. Es batu
Bahan ini berfungsi untuk membantu membentuk adonan atau membantu
memperbaiki tekstur bakso. Penggunaan es juga berfungsi menambahkan
air ke adonan sehingga adonan tidak kering selama pembentukan adonan
maupun selama perebusan. Penggunaan es sebanyak 10 – 15% dari berat
daging atau bahkan 30% dari berat daging (Palupi, 1986).
5. Garam
Garam dapur (NaCl) yang biasanya dibutuhkan adalah 2,5% dari berat
daging. Garam dapur mempunyai peranan penting dalam pembuatan bakso
karena merupakan pelarut protein miofibril yang berperan dalam
mempengaruhi tekstur produk daging.
6. Bawang merah
Bawang merah (Allium cepa L. group Aggregatum) merupakan salah

satu sayuran yang digunakan sebagai bumbu dapur untuk melezatkan

masakan. Penggunaannya yang sedikit namun kontinyu, membuat

bawang merah sebagai kebutuhan yang tidak dapat dihindari oleh

konsumen rumah tangga sebagai pelengkap bumbu masak. Selain

manfaatnya dalam hal bumbu masak, bawang merah mempunyai


kegunaan lain, yaitu sebagai obat tradisional masyarakat (Sunaryono

et al., 1984).

Bawang merah banyak dimanfaatkan sebagai bumbu penyedap rasa

makanan. Adanya kandungan minyak atsiri dapat menimbulkan aroma

yang khas dan memberikan cita rasa yang gurih serta mengundang

selera. Sebenarnya disamping memberikan cita rasa, kandungan

minyak atsiri juga berfungsi sebagai pengawet karena bersifat

bakterisida dan fungisida untuk bakteri dan cendawan tertentu

(Rahayu dan Nur, 1994). Kandungan gizi bawang merah

selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5 sebagai berikut :

Tabel 5. Kandungan Gizi Bawang Merah per 100 gram


No Kandungan Gizi Bawang Merah
1 Kalori 39 Kal
2 Protein 1,5 g
3 Lemak 0,3 g
Kalsium
4 36 mg
Fosfor Besi
5 40 mg
Vitamin A
6 Vitamin B1 0,8 mg
7 Vitamin B2 -
Vitamin C
8 Air 0,03 mg
9 Serat -
10 2,0 mg
11 88 g
12 -
Sumber : Direktorat Gizi,1979
7. Bawang putih
Bawang putih termasuk tanaman rempah yang bernilai ekonomi tinggi

karena memiliki beragam kegunaan. Manfaat utama bawang putih

adalah sebagai bumbu penyedap masakan yang membuat masakan


menjadi beraroma dan mengundang selera. Bawang putih

mengandung senyawa diadil sulfida yang menimbulkan bau khas

bawang putih. Bawang putih disamping sebagai zat penambah aroma

dan bau juga merupakan antimikroba (Damanik, 2010). Kandungan

gizi bawang putih selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6 sebagai

berikut :

Tabel 6. Kandungan Gizi Bawang Putih per 100 gram


No Kandungan Gizi Bawang Putih
1 Kalori 122 Kal
2 Protein 7g
3 Lemak 0,3 g
Kalsium
4 12 mg
Fosfor Besi
5 109 mg
Vitamin A
6 Vitamin B1 1,2 mg
7 Vitamin B2 -
Vitamin C
8 Air 0,23 mg
9 Serat 0,08 mg
10 7 mg
11 66,2-71 g
12 1,10 g
Sumber : Direktorat Gizi, 1979
8. Lada
Lada tidak hanya berfungsi sebagai sumber rasa pedas, namun juga

sebagai penyedap rasa dan aroma. Lada mengandung beberapa zat

kimia seperti alkaloid (piperin), eteris, dan resin. Alkaloid tidak

berdampak negatif terhadap kesehatan bila dikonsumsi dalam jugah

yang tidak berlebihan. Eteris adalah sejenis minyak yang dapat

memberikan aroma sedap dan rasa enak pada masakan. Resin adalah

zat yang dapat memberikan aroma harum dan khas bila dipakai
sebagai bumbu ataupun parfum (Sarpian, 2003). Komposisi kimia

lada per 100 gram bahan, dapat dilihat pada Tabel 7 sebagai berikut :

Tabel 7. Komposisi Kimia Lada per 100 gram Bahan


No Komponen Komposisi
1 Air (g) 13
2 Energi (kal) 359
3 Protein (g) 11.5
Lemak (g)
4 6.8
Karbon (g)
5 64.4
Kalsium, Ca (mg)
6 Fosfor, P (mg) Besi, 460
7 Fe (mg) 200
Vitamin B (mg)
8 16.8
9 0.20
Sumber : Ahmad Djaeni Sediaoetama, 1987

C. Proses Pembuatan
Pembuatan bakso Jamur tiradimulai denagn dibersihkan jamur kemudian
dicuci bersih. Seteah itu dilakukan penyiapkan kukusan hingga mendidih.
Jamur kemudian di kukus selama 15 menit. Jamur kemudian dinginkan, lalu
digiling menggunakan penggilingan daging.
Ikan lele dibersihkan dari kepala, dan tulang. Selajutnya Ikan di blender
hingga halus. Ikan yang sudah halus dicampurkan dengan jamur tiram yang
telah dihaluskan kedalam satu wadah. Adonan ditambahkan bumbu- bumbu
yang telah dihaluskan sebelumnya. Kemudian dilkaukan pengadukan hingga
tercampur rata. Selanjutnya diakukan pemanasan air hingga mendidih. Adonan
kemudian dibuat menjadi bulat lalu masukkan kedalam panci berisi air
mendidih. Dibiarkan beberapa menit hingga matang ditandai dengan bakso
mengapung pada permukaan air, lalu ditiriskan

D. Analisis Ekonomi
BAB III
METODE PELAKSANAAN
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret 2019 di Laboratorium
Pengolahan Pangan, Program Studi Ilmu dan teknologi Pangan, Jurusan
Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret , Surakarta
B. Alat Bahan dan Carakerja
1. Alat
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya alat, baskom,
wajan, kompor, sudek, sendok, blender, garpu, tanur, oven, soxhlet, cawan
porselen, lumpang, desikator, timbangan analitik, wadah plastik, panci dan
pisau.
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah jamur tiram, ikan lele
tepung tapioka, minyak goreng, bawang merah, bawang putih, garam,
penyedap rasa, es batu, aluminium foil, dan kertas label
3. Cara kerja

Jamur tiram Ikan lele

Perlakuan :
A1 (80% jamur 20% ikan)
A2 (70% jamur 20% ikan)
A3 ( 60%jamur 40% ikan)

Gambar 1 Diagaram alir pembuatan bakso jamur dengan penambahan ikan


lele
C. Analisis Produk
1. Uji Sensori
Uji organoleptik merupakan salah satu metode untuk mengukur mutu dari
suatu produk. Pengukuran mutu ini didasarkan pada kepekaan indrawi
manusia yang secara langsung menilai satu atau beberapa atribut dari bahan
pangan sesuai dengan karakteristik yang diminta. Sedangkan uji hedonik
merupakan alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kesukaan
responden terhadap tiga bakso jamur yang diujikan berdasarkan parameter
yang diminta yaitu aroma, rasa, warna, dan tekstur. Uji organoleptik secara
hedonik dengan menggunakan panelis semi terlatih dengan Jumlah
responden yang diujikan sebanyak 13 orang. Format uji organoleptik
disajikan dalam bentuk angka. Angka 1 menunjukkan sangat tidak suka,
angka 2 merupakan tidak suka, angka 3 merupakan agak suka, angka 4
merupakan suka, dan angka 5 merupakan sangat suka. Parameter yang
dinilai pada uji rating hedonik adalah aroma, rasa, tekstur, dan warna.
Pemilihan atribut ini didasarkan pada atribut penting yang biasa dinilai
konsumen terhadap bakso
2. Uji Proksimat
a) Kadar Lemak
Pengujian kadar lemak bertujuan untuk mengetahui kandungan
lemak pada bakso jamur tiram. Lemak merupakan bahan-bahan
yang tidak larut dalam air yang umumnya berasal dari tumbuhan
atau pun hewan. Lemak merupakan zat makanan yang penting
untuk menjaga kesehatan. Selain itu, lemak juga merupakan
sumber energi yang efektif yang sangat penting bagi tubuh.

b) Kadar protein

Protein merupakan zat yang penting bagi tubuh, karena zat ini
disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga
berfungsi sebagai zat pembangun dan zat pengatur (Winarno,
2002). Merupakan senyawa organik yang besar yang mengandung
atom karbon, hydrogen, oksigen, dan nitrogen. Beberapa
diantaranya mengandung sulfur, posfor , besi atau mineral lain
(Harris dkk, 1989). Analisa protein bertujuan untuk mengetahui
jumlah protein dalam produk bakso jamur tiram karena selama
proses pengolahan, jamur tiram dan ikan tuna mengalami
denaturasi protein yang menyebabkan kehilangan sejumlah
protein

c) Kadar air
Kadar air sangat mempengaruhi daya tahan suatu produk. Kadar

air yang tinggi akan mengakibatkan mudahnya bakteri dan jamur

serta mikroba lainnya untuk berkembang biak sehingga akan

mempengaruhi mutu dari produk tersebut. Air merupakan

komponen penting dalam bahan pangan, dimana dapat

mempengaruhi penampakan, tekstur serta cita rasa makanan. Air

juga akan mempengaruhi daya tahan bahan pangan terhadap

serangan mikroba yang dinyatakan dengan Aw, yaitu jumlah air

bebas yangdapat digunakan oleh mikroorganisme untuk

pertumbuhannya (Fardiaz, 1989).

d) Kadar Abu

Kadar abu atau kandungan mineral merupakan sisa yang tertinggal

jika suatu sampel bahan makanan dibakar sempurna di dalam

suatu tungku pengabuan. Kadar abu ini menggambarkan

banyaknya mineral yang tidak terbakar menjadi zat yang dapat

menguap. Kadar abu juga menentukan ada tidaknya zat mineral


dalam suatu bahan panganPenentuan kadar abu total dapat

digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain untuk menentukan

baik atau tidaknya suatu pengolahan, mengetahui jenis bahan yang

digunakan, dan sebagai penentu parameter nilai gizi suatu bahan

makanan.

D. Analisis Ekonomi

http://www.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/sni/index/PRODUK%20PERIKANAN

Anda mungkin juga menyukai