ABSTRAK
Indonesia termasuk salah satu negara yang memiliki populasi itik terbesar di dunia dan bisnis itik
pedaging dewasa ini mulai beranjak naik. Selama periode 2005-2009, produksi daging itik meningkat
hingga 50% dengan laju pertumbuhan 12,5%/tahun. Tujuan tulisan ini adalah untuk memaparkan
beberapa temuan dan pemikiran tentang pengembangan inseminasi buatan (IB) dalam upaya
meningkatkan produktivitas itik hibrida serati untuk mendukung program penyediaan daging
nasional. Daging itik yang beredar di pasaran umumnya bersumber dari itik betina yang tidak produktif
atau afkir, itik jantan muda, dan itik serati. Itik serati yang merupakan persilangan antara entok jantan
(Cairina moschata) dan itik betina (Anas platyrhynchos) merupakan sumber daging yang potensial.
Pembentukan itik hibrida serati merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan produksi dan
kualitas daging itik di Indonesia. Itik serati memiliki pertumbuhan cepat, bobot akhir yang seragam
antara jantan dan betina dengan daging dada yang lembut, besar, dan kandungan lemak rendah. Namun,
pengembangan itik serati oleh petani mengalami kesulitan karena rendahnya fertilitas hasil perkawinan
alami antara entok jantan dan itik betina, akibat perbedaan karakter fisik antara kedua jenis itik
tersebut. Perkawinan alami antara entok jantan dan itik betina hanya menghasilkan fertilitas 20-
30%, sedangkan penerapan teknologi IB menghasilkan fertilitas 76-85%. Hal ini menunjukkan
bahwa teknologi IB mampu meningkatkan fertilitas dalam pembentukan itik hibrida serati dibanding-
kan dengan kawin alami. Arah pengembangan itik hibrida serati dengan teknologi IB ke depan
difokuskan kepada dua sasaran yang saling terkait, yaitu pengembangan iptek dan komersialisasi.
Untuk itu perlu strategi antara lain perbaikan mutu genetik bibit induk itik serati, sosialisasi teknologi
IB kepada petani dan pembentukan penangkar bibit yang profesional di sentra produksi itik potong.
Untuk mengembangkan itik serati melalui IB pemerintah perlu menyediakan modal, invensi, dan
inovasi teknologi agar pengembangan itik hibrida serati ini dapat berjalan lancar dan lebih cepat.
1)
Naskah disarikan dari bahan Orasi Profesor Riset yang disampaikan pada tanggal 11 Oktober 2011 di
Bogor.
Teknologi inseminasi buatan untuk meningkatkan ... 109
ABSTRACT
Technology of Artificial Insemination to Increase Productivity of Hybrid Mule Duck
for Meat Production
Indonesia is one of the largest duck population in the world and recently, duck meat busines has been
increasing. During the period of 2005-2009 duck meat production increased up to 50% with the
average of 12.5% per year. The objective of this paper is to describe some research findings on the
development of artificial insemination (AI) to increase the productivity of mule duck in supporting
national meat supply program. Currently, duck meat available in the market generally come from the
spent layer ducks, young male ducks, and mule ducks. Mule duck is a crossing between muscovy
(Cairina moschata) and common duck (Anas platyrhynchos). This is considered to be potential meat
producer. Production of hybrid mule duck is one of the alternative ways to increase duck meat
production and quality in Indonesia. Mule duck has faster growth, uniform weight between male and
female, and the brest muscle are soft, big, and low fat content. However, farmers have difficulties to
develope this duck due to low fertility obtained from natural mating. This because of the physical
characteristic differences between the two breeds. Fertility rate obtained from natural mating was only
20-30%, while application of AI technology could increase fertility up to 76-85%. This indicates that
AI technology has capability to improve fertility rate in the production of mule duck campared to
natural mating. The development of mule duck using AI technology will be focused on two major
targets, for science and technology and for commercials. The strategic for mule duck development
consists of genetic improvement of parent stock, socialization of AI technology to the farmers, and
improve profesional breeder at the central areas of duck meat production. To develop mule duck
using AI technique, the government should be responsible to provide capital, invention and innovation
technologies so that the development of hybrid mule duck can be faster.
favorit berdampak terhadap peningkatan Crainini dan famili Anatidae. Entok berasal
permintaan daging itik sehingga pengem- dari Amerika Tengah dan Selatan, namun
bangan komoditas ini ke depan dinilai sekarang sudah menyebar ke seluruh
prospektif (Suparyanto et al. 2003). benua (Delacour 1964). Pertumbuhan
Kebutuhan konsumsi itik pedaging di karunkel di kepala merupakan ciri entok,
Indonesia dipenuhi dari impor yang khususnya pada jantan.
sebagian besar berupa itik pekin dan dari Indonesia memiliki beberapa jenis itik,
itik lokal, berupa itik petelur afkir atau itik seperti alabio, mojosari, bali, magelang, dan
jantan muda. Mutu itik lokal jauh lebih tegal yang memiliki warna bulu spesifik.
rendah dan harganya lebih murah di- Beberapa peternak di Jawa dan Kalimantan
bandingkan dengan itik impor. menggunakan entok untuk menetaskan
Mutu itik lokal dapat ditingkatkan mela- telur itik, mengingat sifat mengeram dari
lui persilangan antara entok jantan dengan itik sudah hilang dalam proses domestikasi.
induk itik lokal untuk menghasilkan itik
pedaging unggul serati yang memiliki
warna bulu yang lebih menarik dan mulus. Dinamika Budi Daya Itik
Namun, perbedaan perilaku dan karakter
fisik kedua jenis unggas tersebut menye- Itik sudah dipelihara di Indonesia sejak
babkan perkawinan alami sulit dilakukan berabad-abad yang lalu. Hal ini diindi-
sehingga teknologi inseminasi buatan (IB) kasikan oleh patung ukiran itik pada candi
menjadi alternatif yang paling tepat. Hindu di Jawa yang dibangun sekitar 2.000
Makalah ini memaparkan beberapa temuan tahun silam (Green 1931). Pada Prasasti
dan pemikiran tentang pengembangan Pucangan di masa pemerintahan Raja
teknologi IB dalam upaya meningkatkan Anak Wungsu (1049-1077) di Kabupaten
produktivitas itik hibrida serati untuk Bangli, Bali, juga tertulis bahwa raja
mendukung program penyediaan daging mengabulkan permohonan penduduk
nasional. untuk memelihara anjing dan itik serta
berniaga (Syarieva et al. 2010).
Usaha pemeliharaan itik terus ber-
DINAMIKA BUDI DAYA DAN kembang hingga zaman Hindia Belanda.
SUMBER DAGING ITIK DI Pada masa itu, itik khaki campbell dan pekin
INDONESIA masuk ke Indonesia. Meski itik impor mulai
berkembang, itik lokal berkembang pula
Status Keanekaragaman Itik dan tetap dipelihara oleh peternak.
Itik biasanya digembala secara ber-
Itik domestik yang ada sekarang berasal pindah-pindah di kawasan persawahan
dari itik liar, yaitu itik mallard berkepala setelah panen dengan memanfaatkan padi
hijau (green-headed mallard), Anas yang rontok dan biota sawah sebagai
platyrhynchos platyrhynchos (Hetzel sumber pakan (Setioko 1984; Setioko et al.
1985). Ada sekitar 40 spesies dari genus 1985a) sehingga biaya pakan rendah
Anas yang ada di dunia dan beberapa (Setioko 1997d). Sistem gembala ini mem-
spesies berhasil didomestikasi (Delacour punyai beberapa ciri, antara lain berskala
1964). Entok termasuk genus Cairina, suku kecil (50-200 ekor), merupakan usaha
Teknologi inseminasi buatan untuk meningkatkan ... 111
turun-temurun, dan menyebar di areal tidak produktif atau afkir, itik jantan muda
persawahan yang luas (Setioko et al. sebagai itik pedaging, dan itik serati.
1985b; Setioko 1997c). Produksi telur itik Daging itik betina afkir dan jantan muda
berfluktuasi, bergantung pada keterse- kurang disukai masyarakat karena alot
diaan pakan dan kemampuan penggembala dan penampilannya kurang menarik
mencari tempat yang tersedia pakan (Harjosworo et al. 2001). Hal ini karena itik
(Setioko 1990, 1991b). petelur mempunyai badan yang langsing
Pada tahun 1960-an, saat sawah hanya dan bobot dagingnya rendah. Selain rasa
ditanami padi satu kali dalam satu tahun dan baunya anyir atau menyimpang dari
dan penggunaan pupuk kimia dan normal, daging itik betina afkir umum-
pestisida belum berkembang, ketersediaan nya keras, warnanya coklat kemerahan
pakan itik di sawah berlimpah. Namun, sejak (Lukman 1995; Hustiany et al. 2001), dan
padi unggul dikembangkan yang diba- memiliki serabut otot yang besar (Sudja-
rengi dengan penggunaan pupuk kimia, tinah 1998). Cara pemrosesan karkas yang
pestisida, dan pengolahan tanah secara kurang baik juga menyebabkan bau apek
intensif, ketersediaan pakan di areal dan penampilan yang kurang menarik
persawahan berkurang. Akibatnya, sistem sehingga harga daging itik relatif rendah.
pemeliharaan itik bergeser dari penggem- Bobot hidup itik betina afkir berkisar
balaan menjadi semiintensif atau intensif antara 1,3-1,4 kg dan setelah dipotong
(Evans dan Setioko 1983; Prasetyo dan hanya menghasilkan karkas 0,9 kg.
Setioko 2008). Itik jantan muda kurang diminati oleh
Bahan pakan yang dikonsumsi itik usaha pembesaran itik pedaging karena
gembala sebagian besar adalah padi dan tidak efisien dalam penggunaan pakan.
keong. Hasil pemeriksaan isi tembolok itik Untuk mencapai bobot hidup 1,1 kg
menunjukkan, komposisi bahan pakan diperlukan waktu sekitar 10 minggu dengan
terdiri atas padi 77,2%, keong 17,4%, konversi pakan bervariasi antara 4,19-6,02
serangga 1,0%, rumput 0,5%, katak kecil (Sinurat et al. 1993; Iskandar et al. 1995).
0,2%, dan bahan yang tidak teridentifi- Namun, itik jantan muda memiliki ke-
kasi 3,6% (Evans dan Setioko 1985; Setioko unggulan, mampu mengonsumsi ransum
1997d). Dengan komposisi pakan seperti 7,5 kg/ekor/8 minggu dengan kandungan
tersebut, produksi telur dalam setahun serat kasar tinggi. Ransum berserat rendah
rata-rata kurang dari 30% (Evans dan hanya dikonsumsi 4,4-5,5 kg/ekor/8
Setioko 1982; Setioko 1991a), padahal minggu.
dengan pemberian pakan tambahan, Usaha penggemukan itik jantan muda
produksi telur itik gembala mampu dengan memanfaatkan dedak hingga 80%
meningkat menjadi 47% (Setioko et al. dan ikan runcah 20% mampu memberikan
1992). keuntungan yang lebih baik dibandingkan
dengan ransum komersial (Iskandar et al.
2001). Baik itik jantan maupun itik betina
Sumber Daging Itik afkir umumnya dijual berdasarkan jumlah
dan ukuran, bukan kualitas dagingnya.
Daging itik yang beredar di pasaran Unggas air lainnya seperti entok,
umumnya bersumber dari itik betina yang angsa, dan soang juga merupakan sumber
112 Argono Rio Setioko
daging. Namun, populasinya rendah dan 2005). Itik ini juga memiliki rasio kelamin
produksi telurnya sedikit sehingga peng- jantan dan betina 6 : 4 (Dharma et al.
adaannya dalam jumlah banyak mengalami 2001), dibandingkan dengan unggas lain
kendala. yang umumnya 5 : 5.
Itik serati (mule duck) yang merupakan Itik serati memiliki daging dada yang
persilangan antara entok jantan (Cairina besar dan kandungan lemak yang rendah
moschata) dan itik betina (Anas platyrhyn- (Retailleau 1999) sehingga disenangi oleh
chos) merupakan sumber daging yang konsumen. Itik serati dan itik lokal memi-
potensial. Perkawinan kedua spesies liki sifat dewasa kelamin lebih awal
tersebut masih dimungkinkan, namun dibandingkan dengan entok. Itik hibrida
terbatas sampai hibrida saja dan tidak serati mampu menimbun sifat-sifat bagian
dapat dibentuk sebagai rumpun baru. karkas yang bernilai, sifat pertumbuhan
Pembentukan itik hibrida serati meru- dan dewasa kelamin dari tetua betina, dan
pakan salah satu alternatif untuk mening- sifat perdagingan dari tetua jantan.
katkan produksi dan kualitas daging itik di Keunggulan lain dari itik serati adalah
Indonesia (Setioko 2003b; Prasetyo et al. produksi telur induk tinggi sehingga ber-
2005). Itik serati merupakan sumber daging potensi menghasilkan itik dalam jumlah
yang diminati oleh konsumen sehingga besar (Setioko 2005).
perlu dikembangkan dalam skala usaha Penelitian di Kalimantan Selatan dan
besar. Pengembangan itik hibrida diharap- Jawa Barat menunjukkan, itik serati hasil
kan dapat mengurangi ketergantungan persilangan antara entok dan itik lokal
pada daging unggas impor sehingga setempat mampu beradaptasi pada ling-
mendukung upaya kemandirian pangan. kungan perdesaan dengan memiliki per-
tumbuhan yang bervariasi, bergantung
pada cara pemeliharaan (Setioko et al.
PROSPEK PENGEMBANGAN 2002a). Di Kalimantan Selatan, umur po-
ITIK HIBRIDA SERATI tong itik bervariasi antara 8-10 minggu,
dengan bobot potong rata-rata 1,6 kg. Di
Prospek pengembangan itik hibrida serati Jawa Barat, dengan pakan dan manajemen
di Indonesia dapat ditinjau dari perspektif yang lebih baik, bobot potong hidup itik
keunggulan, peluang, dan efektivitas IB. serati pada umur 8 minggu mampu
mencapai 2,2 kg, bergantung pula pada
kualitas bibit tetua dan kandungan gizi
Keunggulan dalam ransum.
Penelitian terhadap hasil perkawinan
Itik serati memiliki keunggulan, antara itik pekin sebagai itik pedaging dengan itik
lain pertumbuhan cepat, tahan terhadap alabio (PA) maupun mojosari (PM) sebagai
penyakit, dan mampu mengubah pakan induk itik serati menunjukkan produksi
berkualitas rendah menjadi daging (Dwi- telur selama delapan bulan berturut-turut
Putro 2003; Bakrie et al. 2005). Itik serati 204 + 38 butir atau 81,6% dan 185 + 37 butir
juga memiliki bobot akhir yang seragam atau 74,0%, dengan daya tetas cukup
antara jantan dan betina, tingkat kemati- tinggi (Setioko et al. 2004). Ini berarti itik
an rendah, daging lembut, tebal, dan PA maupun PM potensial digunakan
berwarna coklat muda (Sumiati et al. sebagai induk itik serati. Itik serati hasil
Teknologi inseminasi buatan untuk meningkatkan ... 113
perkawinan entok jantan dengan itik PA selama 8-10 minggu (Setioko et al. 2002a)
atau PM, yang disebut EPA dan EPM, sehingga berpeluang besar untuk dikem-
memiliki bobot hidup masing-masing 2,83 bangkan dan diusahakan sebagai sumber
kg dan 2,88 kg pada umur 10 minggu penghasilan. Hotel dan restoran kelas
(Suparyanto 2005). Data ini menunjukkan, menengah ke atas, terutama di kota-kota
pemeliharaan itik serati hingga 10 minggu besar, menghendaki daging itik yang
mampu menghasilkan bobot hidup yang berkualitas. Hal ini merupakan peluang
relatif tinggi. pasar yang prospektif bagi pengembangan
itik serati.
Peluang
Perkembangan IB pada Itik
Itik pedaging serati di Taiwan berasal dari
hasil persilangan antara itik pekin jantan Teknologi IB pada itik dikembangkan
dan itik petelur tsaiya putih, yang pertama kali di Jepang dan China (Wata-
menghasilkan itik kaiya, kemudian di- nabe 1961; Huang dan Chow 1974),
kawinkan dengan entok jantan untuk sementara untuk menghasilkan itik serati
menghasilkan itik serati (Tai dan Tai secara intensif baru dikembangkan di
1991). Mengacu pada keberhasilan pe- Taiwan pada tahun 1970 dan Perancis pada
ngembangan itik serati di Taiwan, telah tahun 1986. Pada awalnya, IB dilakukan
dilakukan persilangan antara itik pekin untuk mengatasi rendahnya fertilitas
dengan itik lokal mojosari putih untuk kawin alami yang hanya mampu mening-
membentuk satu galur induk yang berbulu katkan kesuburan 10-15% untuk meng-
putih (Suparyanto 2005). Persilangan hasilkan itik serati. Dengan berkem-
antara itik pekin (P) dengan mojosari putih bangnya IB di Taiwan, sejumlah besar telur
(Mp) atau PMp memunculkan warna bulu hasil perkawinan entok dan itik kaiya telah
putih polos 100%. Hal ini menunjukkan ditetaskan dengan fertilitas rata-rata 86%
bahwa warna putih bulu Mp diatur oleh (Tai dan Tai 1991).
gen resesif dalam keadaan homozigot Di Indonesia, IB untuk menghasilkan
(Setioko et al. 2005). Itik PMp yang ter- itik serati belum berkembang, namun
bentuk melalui proses seleksi pemantapan beberapa peternak di Depok, Jawa Barat,
ini berpeluang untuk dikembangkan telah bekerja sama dengan Balai Penelitian
menjadi female line yang disilangkan Ternak (Balitnak) untuk merintis penerap-
dengan entok putih untuk mendapatkan an IB pada itik lokal dengan sperma entok.
itik serati yang berbulu putih. Itik serati Hal ini diharapkan dapat memicu pengem-
putih memiliki peluang pasar yang tinggi bangan IB secara luas.
karena kualitas karkasnya lebih baik,
bahkan harga itik putih di Bali jauh lebih
mahal dibanding itik lainnya. Kelemahan Itik Serati
Analisis ekonomi menunjukkan, ke-
untungan pemeliharaan itik serati hasil Kelemahan itik serati antara lain adalah
persilangan entok dan itik alabio di Jawa warna kulit karkas yang kusam karena
Barat dan Kalimantan Selatan masing- pangkal bulu berwarna hitam yang masih
masing Rp10.700 dan Rp11.500/ekor tersisa di bawah kulit. Hal ini berpengaruh
114 Argono Rio Setioko
hingga 80% (Metzer Farms 2005). Itik alabio semen ditampung pada tabung gelas
dan itik tegal yang diinseminasi dengan (Watanabe dan Sugomiri 1957). Penam-
semen entok menghasilkan fertilitas pungan semen entok dengan teknik VB
berturut-turut 85% dan 76% pada empat menghasilkan volume, konsentrasi, dan
hari setelah IB (Setioko 1992). Hal ini me- jumlah spermatozoa tiap ejakulasi rata-rata
nunjukkan bahwa teknologi IB mampu 1,01 ml, 0,94 x 109 spermatozoa/ml atau 0,95
meningkatkan fertilitas dalam pemben- x 109 spermatozoa (Tan 1980a).
tukan itik hibrida serati dibandingkan Pengumpulan semen entok dengan
dengan kawin alami. metode VB telah banyak dilakukan oleh
Beberapa faktor yang memengaruhi peternak di dalam maupun luar negeri.
upaya peningkatan fertilitas telur telah Tingkat keberhasilan pengumpulan semen
diteliti dari berbagai aspek, sebagaimana pada itik pekin dengan metode VB rata-
dipaparkan berikut ini. rata 74% (Setioko 2003a), sedangkan pada
entok 70% (Setioko dan Lindsay 1983).
Semakin tinggi tingkat keberhasilan
Penampungan Semen penampungan, semakin efisien peng-
gunaan pejantan dan semakin tinggi
Volume semen, konsentrasi sperma, dan fertilitas telur yang dihasilkan.
jumlah spermatozoa setiap ejakulasi sangat
menentukan keberhasilan IB. Oleh karena
itu, penampungan semen entok memer- Frekuensi Penampungan Semen
lukan manajemen dan teknik yang tepat
untuk memperoleh hasil yang memuas- Unggas jantan dapat kawin hingga 41
kan. Tidak semua entok jantan langsung kali dalam sehari dan sifat ini umumnya
dapat ditampung semennya, tetapi perlu diturunkan (Guhl 1951). Unggas jantan
dilatih dan dapat dikawinkan di kandang yang sering melakukan perkawinan
baterai. menghasilkan sebagian besar ejakulasi
bukan sperma (aspermic ejaculate) (Lake
1967) sehingga fertilitas telur yang
Teknik Penampungan Semen dihasilkan rendah. Begitu juga penam-
pungan semen untuk IB, semakin sering
Metode penampungan semen dengan entok jantan diambil semennya, semakin
vagina buatan (VB) pada itik alabio meng- menurun kualitas dan kuantitas semen
hasilkan volume, konsentrasi, dan jumlah yang dihasilkan. Hal ini akan berdampak
spermatozoa hampir dua kali lipat untuk terhadap rendahnya fertilitas.
setiap ejakulasi dengan fertilitas yang Dengan teknologi VB, volume dan
lebih tinggi dibandingkan dengan pe- konsentrasi spermatozoa tiap ejakulasi
ngumpulan semen secara inkonvensional pada entok tidak menurun secara nyata
berupa rangsangan urut dan rangsangan dengan meningkatnya frekuensi penam-
listrik (Setioko dan Hetzel 1984). Pengum- pungan semen dari satu kali menjadi tiga
pulan semen dilakukan dengan metode VB, kali per minggu (Setioko dan Kusuma-
membiarkan itik kawin secara alami di ningrum 2002; Setioko et al. 2002b). Hal
kandang baterai, dan pada saat ejakulasi ini menunjukkan bahwa peningkatan fre-
116 Argono Rio Setioko
drastis pada hari kelima setelah inseminasi pada upaya peningkatan fertilitas dan
(Setioko et al. 2000a). daya tetas itik. Seleksi terhadap itik lokal
Keberhasilan IB yang ditandai oleh sebagai induk serati dengan fertilitas tinggi
tingginya tingkat fertilitas ditentukan oleh diperlukan untuk meningkatkan fertilitas
jumlah spermatozoa yang diinseminasikan. dan penggunaan teknologi IB yang sesuai
Umumnya IB pada unggas menggunakan dengan kaidah dan proses inseminasi
standar volume untuk inseminasi. Meng- pada itik. Seleksi juga dilakukan untuk
ingat konsentrasi spermatozoa bervariasi mendapatkan entok jantan yang memiliki
antarindividu itik maka penggunaan pertambahan bobot hidup yang tinggi dan
volume sebagai standar inseminasi berwarna putih sebagai pejantan itik
menyebabkan jumlah spermatozoa yang serati.
diinseminasikan juga bervariasi. Untuk Pengembangan secara komersial di-
efektivitas, efisiensi, dan penentuan fokuskan pada itik serati yang memiliki
standar jumlah spermatozoa yang perlu bobot hidup 3 kg/ekor pada umur 10
diinseminasikan, telah dilakukan inse- minggu dan warna kulit karkas putih. Itik
minasi pada itik alabio menggunakan serati diharapkan dapat mengganti itik
semen entok dengan dosis 50, 100, 150, pedaging impor untuk pasar hotel dan
dan 200 juta spermatozoa/inseminasi. restoran di kota-kota besar di Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan, penggu- Pengembangannya diarahkan ke pinggir-
naan dosis 150 juta spermatozoa meng- an kota atau daerah yang dekat dengan
hasilkan fertilitas yang paling lama, konsumen.
mencapai empat hari (Setioko et al. 2000a).
Oleh karena itu, disarankan untuk meng-
gunakan dosis 150 juta spermatozoa/ Strategi Pengembangan
inseminasi dengan frekuensi inseminasi
dua kali per minggu. Mencermati permintaan terhadap daging
Teknologi IB sudah terbukti dapat itik yang terus meningkat, diperlukan
meningkatkan fertilitas dalam pemben- strategi pengembangan itik hibrida serati
tukan itik hibrida serati dibandingkan yang berkualitas, aman bagi kesehatan,
dengan kawin alami. Oleh karena itu, tek- dan dapat diproduksi dalam jumlah besar,
nologi ini perlu didiseminasikan agar dapat baik melalui pengembangan iptek mau-
dimanfaatkan oleh masyarakat luas. pun secara komersial sebagai berikut:
1. Melakukan seleksi terhadap entok
sebagai pejantan yang unggul dan
ARAH DAN STRATEGI induk itik yang memiliki telur banyak
PENGEMBANGAN dan berbulu putih.
2. Memperbaiki mutu genetik bibit induk
Arah Pengembangan itik serati, antara lain dengan meman-
faatkan itik lokal melalui seleksi sampai
Arah pengembangan itik hibrida serati gen-gen yang diinginkan dapat ter-
dengan teknologi IB ke depan difokuskan fiksasi.
kepada dua sasaran yang saling terkait, 3. Mensosialisasikan teknologi IB kepada
yaitu pengembangan iptek dan komer- petani/peternak untuk mendapatkan
sialisasi. Pengembangan iptek dipusatkan itik serati.
118 Argono Rio Setioko