Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan anatomi dan fisiologi pada perempuan hamil sebagian

besar sudah terjadi segera setelah fertilisasi dan terus berlanjut selama

kehamilan. Kebanyakan perubahan ini merupakan respon terhadap janin.

Satu hal yang menakjubkan adalah bahwa hampir semua perubahan ini

akan kembali seperti keadaan sebelum hamil setelah proses persalinan dan

menyusui selesai. (Prawirohardjo, 2011).

Pada umumnya kehamilan akan mempengaruhi kondisi fisikdan

mental. Masa kehamilan yang berlangsung selama kurang lebih 40 minggu

atau 9 bulan, akan disertai berbagai perubahan pada tubuh wanita hamil

baik secara fisik maupun mental. Perubahan-perubahan anatomi dan

fisiologi tersebut akan menyebabkan gangguan atau keluhan. Umumnya

gangguan selama kehamilan terjadi karena peningkatan berat badan, rahim

yang membesar kira-kira sampai seribu kali lebih besar dari ukuran

normal. Rahim ini akan mendorong diafragma sehingga akan mengganggu

sistem respirasi. Jantung membesar, pembuluh darah melemah karena

alirandarah meningkat, pemekaran pembuluh darah (varices), kelemahan

otot-otot perut dan dasar panggul serta pembesaran payudara. Selain itu

juga perubahan hormon diantaranya meningkatnya hormon estrogen,

progesteron, relaxin,insulin yang menyebabkan gangguan fisik dan

psikologis. Banyak masalah yang akan timbul pada masa kehamilan

1
khususnya pada sistem pernafasan. Pada masa kehamilan ibu hamil

bernafas lebih dalam tetapi peningkatan frekuensi pernafasannya hanya

sedikit saja yang menyebabkan ketidaknyamanan pada masa kehamilan

(Ferdiana, 2008)

Selama kehamilan ada banyak perubahan pada tubuh ibu mulai dari

perubahan anatomis pada rongga dada yang disebabkan oleh pembesaran

uterus yang menggeser diafragma ke atas hingga sejauh 4 cm, perubahan

fisiologis pada paru yang mengalami penurunan secara progresif kapasitas

residu fungsional sekitar 10-12% yang diakibatkan oleh perubahan

anatomi rongga dada dan perubahan pada hormonal yaitu peningkatan

kadar estrogen dan progesteron yang dapat mengakibatkan saluran napas

atas dan mukosa jalan napas menjadi hiperemis, edema, dan hipersekesi,

hormon juga akan berkompetisi dan mencegah translokasi nuklear

glukokortikoid, menyebabkan perlawanan efek fisiologis steroid endogen

dan eksogen (Nelson, 2001).

Perubahan tersebut dapat menyebabkan penurunan oksigenasi

maternal, sementara kehamilan itu sendiri akan meningkatkan 20%

konsumsi oksigen serta 15% laju metabolik, hal ini menyebabkan

terjadinya ketidakseimbangan ventilasi-perfusi. Kebutuhan ekstra ini dapat

diperoleh melalui peningkatan 40-50% resting minute ventilation, yang

berasal terutama dari peningkatan volume tidal, dan hiperventilasi

menyebabkan peningkatan tekanan oksigen arteri (PaO2) serta penurunan

tekanan karbondioksida arteri (PaCO2), dengan kompensasi penurunan

konsentrasi bikarbonat serum sampai 18-22 mmol/l. Alkalosis respiratorik

2
ringan (pH 7,44) seringkali ditemukan dalam kehamilan. Oleh karenanya

sesak napas sering dijumpai selama kehamilan (Nelson, 2001).

Hasil penelitian Resmaniasih (2014) tentang analisis kombinasi

teknik pernafasan diafragma dan bergantian lubang hidung terhadap

keluhan sesak nafas ibu hamil dengan menggunakan uji wilcoxon

diperoleh nilai p=0,003 sehingga didapatkan hasil bahwa Ha diterima dan

Ho ditolak. Hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh

kombinasi teknik pernafasan diafragma dan bergantian lubang hidung

terhadap keluhan sesak nafas ibu hamil.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widayanti (2017),

yang berjudul “Penerapan Terapi Pernafasan Diafragma dan hidung untuk

Mengurangi keluhan sesak nafas pada Ibu Hamil Trimester III di BPM

Ajijah Kebumen”, dengan hasil analisis Terapi pernafasan diafragma dan

hidung telah diterapkan pada 3 partisipan, terjadi penurunan keluhan sesak

nafas pada semua partisipan.

Teknik pernafasan diafragma ini merupakan teknik pernafasan

dasar dari semua teknik pernafasan yoga (Pranayama).Teknik ini bertujuan

untuk meningkatkan ketenangan.Pada teknik bergantian lubang hidung

juga merupakan salah satu teknik pernafasan yang menyeimbangkan

aktivitas pikiran, menghilangkan kecemasan dan menenangkan pikiran

(Sindhu, 2009).Latihan pernafasan diafragma dapat mengakibatkan CO2

keluar dari paru-paru, kerja napas menjadi berkurang dan ventilasi

meningkat.(Kartikasari, Jenie, & Primanda, 2019).

3
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis akan membahas

tentang Analisis Teknik Pernapasan Hidung dan Diafragma untuk

Menurunkan Keluhan Sesak Nafas pada Ibu Hamil.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan

Kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin dikandung di dalam

tubuh wanita, yang sebelumnya diawali dengan proses pembuahan dan

kemudian akan diakhiri dengan proses persalinan.  Setiap wanita yang

hamil akan diikuti dengan perubahan fisik dan emosional yang kompleks,

sehingga memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan

proses kehamilan yang terjadi.

Selama mengalami kehamilan, ibu hamil akan mengalami

perubahan anatomi dan adaptasi fisiologis, baik pada sistem reproduksi,

payudara, sistem endokrin, sistem kekebalan, sistem pencernaan,  sistem

perkemihan, sistem muskulokeletal,  sistem respirasi, sistem persyarafan,

dan lain-lain

B. Perubahan Antomi dan Fisiologi

1. Perubahan pada sistem reproduksi

a. Vagina dan Vulva Hormon estrogen mempengaruhi sistem reproduksi

sehingga terjadi peningkatan vaskularisasi dan hyperemia pada vagina

dan vagina. Peningkatan vaskularisasi menyebabkan warna kebiruan

4
pada vagina yang disebut dengan tanda Chadwick (Kumalasari,

2015:3)

b. Serviks Uteri

Serviks bertambah vaskularisasinya dan menjadi lunak (Soft) yang

disebut dengan tanda Goodell. Kelenjar endoservikal membesar dan

mengeluarkan banyak cairan mucus. Oleh karena pertambahan dan

pelebaran pembuluh darah,warna menjadi livid yang disebut dengan

tanda Chadwick (Mochtar, 1998:35 dalam Dewi dkk, 2011:91)

c. Perubahan Kardiovaskuler atau Hemodinamik

Karakteristik yang khas adalah denyut nadi istirahat meningkat sekitar

10 sampai 15 denyut per menit pada kehamilan. Oleh karena

diagfragma makin naik selama kehamilan jantung digeser ke kiri dan

ke atas. Sementara itu, pada waktu yang sama organ ini agak berputar

pada sumbu panjangnya. Keadaan ini mengakibatkan apeks jantung

digerakkan agak lateral dari posisinya pada keadaan tidak hamil

normal dan membesarnya ukuran bayangan jantung yang ditemukan

pada radiograf (Dewi dkk, 2011:93)

d. Perubahan pada sistem Pernafasan

Timbulnya keluhan sesak dan pendek nafas.Hal ini disebabkan karena

uterus yang tertekan kea rah diagfragma akibat pembesaran

rahim.Volume tidal (volume udara yang diinspirasi / diekspirasi setiap

kali bernafas normal) meningkat. Hal ini dikarenakan pernafasan

cepat dan perubahan bentuk rongga toraks sehingga O2 dalam darah

meningkat (Kumalasari, 2015:5)

5
e. Perubahan Pada Ginjal

Selama Kehamilan ginjal bekerja lebih berat. Ginjal menyaring darah

yang volumenya meningkat sampai 30-50% atau lebih, yang

puncaknya terjadi pada kehamilan 16-24 minggu sampai sesaat

sebelum persalinan. (Pada saat ini aliran darah ke ginjal berkurang

akibat penekanan rahim yang membesar.) Terjadi miksi (berkemih)

sering pada awal kehamilan karena kandung kemih tertekan oleh

rahim yang membesar. Gejala ini akan menghilang pada Trimester III

kehamilan dan di akhir kehamilan gangguan ini muncul kembali

karena turunnya kepala janin ke rongga panggul yang menekan

kandung kemih (Kumalasari, 2015:5)

f. Perubahan Sistem Endokrin

Pada ovarium dan plasenta, korpus luteum mulai enghasilkan estrogen

dan progesterone dan setelah plasenta terbentuk menjadi sumber

utama kedua hormone tersebut.Kelenjar tiroid menjadi lebih aktif.

Kelenjar tiroid yang lebih aktif menyebabkan denyut jantung yang

cepat, jantung berdebar-debar (palpitasi), keringat berlebihan dan

perubahan suasana hati. Kelenjar paratiroid ukurannya meningkat

karena kebutuhan kalsium janin meningkat sekitar minggu ke 15-35.

Pada pancreas sel-selnya tumbuh dan menghasilkan lebih banyak

insulin untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat (Kumalasari,

2015:5-6)

g. Perubahan Sistem Muskuloskeletal

6
Pengaruh dari peningkatan estrogen, progesterone, dan elastin dalam

kehamilan menyebabkan kelemahan jaringan ikat serta

ketidakseimbangan persendian. Pada kehamilan trimester II dan III

Hormon progesterone dan hormon relaksasi jaringan ikat dan otot-

otot. Hal ini terjadi maskimal pada satu minggu terakhir kehamilan.

Postur tubuh wanita secara bertahap mengalami perubahan karena

janin membesar dalam abdomen sehingga untuk mengompensasi

penambahan berat ini, bahu lebih tertarik ke belakang dan tulang lebih

melengkung, sendi tulang belakang lebih lentur dan dapat

menyebabkan nyeri punggungpada beberapa wanita (Dewi dkk,

2011:103). 7) Perubahan Sistem Gastrointestinal Rahim yang semakin

membesar akan menekan rektum dan usus bagian bawah sehingga

terjadi sembelit (Konstipasi). Wanita hamil sering mengalami

Hearthburn (rasa panas di dada) dan sendawa, yang kemungkinan

terjadi karena makanan lebih lama berada di dalam lambung dan arena

relaksasi sfingter di kerongkongan bagian bawah yang memungkinkan

isi lambung mengalir kembali ke kerongkongan (Kumalasari,

2015:7)

h. Perubahan Sistem Integumen

Pada kulit terjadi hiperpigmentasi yang dipengaruhi hormone

Melanophore Stimulating Hormone di Lobus Hipofisis anterior dan

pengaruh kelenjar suprarenalis. (Kamariyah dkk, 2014:34).

Sehubungan dengan tingginya kadar hormonal, maka terjadi

peningkatan pigmentasi selama kehamilan. Ketika terjadi

7
pada kulit muka dikenal sebagai cloasma. Linea Alba adalah garis

putih tipis yang membentang dari simfisis pubis sampai

umbilikus, dapat menjadi gelap yang biasa disebut Line Nigra (Dewi

dkk, 2011:99). Pada primigravida panjang linea nigra mulai terlihat

pada bulan ketiga dan terus memanjang seiring

dengan meningginya fundus. Pada Muligravida keseluruhan garis

munculnya sebelum bulan ketiga (Kamariyah dkk, 2014:34).

C. Fisiologi Pernafasan pada kehamilan

Selama proses kehamilan sehat kondisi fungsi paru, pola ventilasi

dan pertukaran gas dipengaruhisecara biokimia (hormonal) dan mekanik.

Perubahan ventilasi paruyang paling berperan selama kehamilan adalah

perubahan fisiologis hormonal. Hormon yang berperan yaitu progesteron,

estrogen dan prostaglandin. Progesteron meningkat bertahap selama

kehamilan dari 25 ng/ml pada usia kehamilan enam minggu sampai 150

ng/ml pada usia kehamilan 37 minggu. Progesteron menginduksi pusat

napas primer dengan meningkatkan sensitivitas pusat napas terhadap

karbondioksida. Progesteron mengubah tonus otot polos jalan napas

sehingga terjadi bronkodilatasi dan mediasi hiperemi dan edem mukosa

sehingga menyebabkan kongestinasal. Ventilasi semenit (minute

ventilation) meningkat akibat efek kadar progesteron meningkat.

Peningkatan ventilasi semenit terutama disebabkan peningkatan volume

tidal dan frekuensi pernapasan. Kapasitas residu fungsional dapat menurun

sampai 10-25% akibat penurunan volume cadangan ekspirasi dan volume

8
residual akibat pembesaran uterus dan posisi diafragma bergeser ke atas

(Maselli, 2013)

Estrogen juga meningkat selama kehamilan sehingga jumlah dan

sensitivitas reseptor progesteron dalam hipotalamus dan medula

meningkat. Peningkatan estrogen selama trimester ketiga dapat

meningkatkan produksi mukus, hiperemi dan edem mukosa jalan napas.

Prostaglandin juga akan menstimulus otot polosuterus selama persalinan.

Prostaglandin F2α dapat meningkatkan tahanan jalan napas dengan

menyebabkan bronkokonstriksi sedangkan Prostaglandin E1 da E2

bronkodilatasi (Shedd GC, 2016)

Uterus yang makin membesar menyebabkan perubahan volume

paru dan dinding dada selama kehamilan. Pembesaran uterus

menimbulkan tekanan abdominal akhir ekspirasi meningkat sehingga

diafragma bergerak ke atas. Perubahan ini menimbulkan tekanan negatif

pleura (tekanan esofagus) meningkat sehingga saluran napas kecil

menutup lebih awal yang mengakibatkan penurunan kapasitas residu

fungsional dan volume cadangan ekspirasi serta perubahan konfigurasi

dinding dada. Tinggi rongga toraks menjadi lebih pendek tetapi dimensi

dinding toraks sisi lainnya meningkat supaya kapasitas paru total tetap

konstan (LoMauro, 2015)

Perubahan fisiologis, hormonal serta anatomiselama kehamilan

dapat meningkatkan kerja napas dan menjadikan proses bernapas untuk

dua orang (ibu dan janin, bahkan lebih bila kembar) merupakansuatu hal

yang perlu diperhatikan. Pada saat iniasma seharusnya bukan menjadi

9
masalah bagipasien hamil karena telah tersedia obat-obat asmarelatif

aman. Derajat terkontrolnya asma melalui obatpengontrol dapat

meminimalkan risiko ibu dan janin (Gaga M, 2014)

D. Perubahan faal paru selama kehamilan

Menurut Damayanti dalam Murvy FE (2020), parameter fungsi

paru pada uji spirometriselama kehamilan dalam batas normal yaitu

Kapasitas Vital Paksa (KVP), Volume Ekspirasi Paksa detik pertama

(VEP1) dan Arus Puncak Ekspirasi (APE). Volume Cadangan Ekspirasi

(VCE) menurun secara perlahan dan terdapat penurunan 8-40% pada

kondisi aterm. Kapasitas Residu Fungsional (KRF) juga menurun 9,5-

25% sementara Kapasitas Inspirasi (KI) meningkat saat yang sama agar

Kapasitas Paru Total (KPT) dapat tetap dipertahankan. Tahanan jalan

napas cenderung menurun selama kehamilan terutama akhir kehamilan

sebagai akibat pengaruh hormonal merelaksasi otot polos trakeobronkus.

Komplain paru, kapasitas difusi dan tekanan rekoil statis paru tidak

berubah selama kehamilan. Fungsi pernapasan tidak berbeda pada

kehamilan tunggal atau kembar.5,11 Sims dkk mendapatkan bahwa tidak

ditemukan perubahan rasio VEP1/KV pada 12 ibu hamil bukan asma dan

27 ibu hamil dengan asma saat istirahat dan latihan. Beckmann juga

melaporkan tidak didapatkan perubahan nilai APE yang dibuat tiap

trimester pada 22 ibu hamil dengan asma.

10
E. Teknik pernafasan diafragma dan hidung untuk menurunkan keluhan

sesak nafas pada ibu hamil

Teknik pernafasan diafragma ini merupakan teknik pernafasan

dasar dari semua teknik pernafasan yoga (Pranayama). Teknik ini

bertujuan untuk meningkatkan ketenangan. Pada teknik bergantian lubang

hidung juga merupakan salah satu teknik pernafasan yang

menyeimbangkan aktivitas pikiran, menghilangkan kecemasan dan

menenangkan pikiran (Sindhu, 2009).

Studi Penelitian yang dilakukan oleh Resmaniasih (2014), pada

kelompok intervensi dan kelompok kontrol didapatkan bahwa teknik

pernafasan hidung dan diafragma berpengaruh terhadap penurunan

keluhan sesak nafas pada ibu hamil. Berdasarkan hasil data awal melalui

wawancara bersama 6 orang ibu hamil terdapat 4 orang ibu hamil

mengeluh sesak nafas saat masa kehamilan.

Sesuai dengan penelitian Resmaniasih (2014) bahwa teknik

pernapasan diafragma akan menenangkan gelombang otak serta

merelaksasikan seluruh otot dan jaringan tubuh. Gelombang otak pada saat

terjadi relaksasi akan mengalami penurunan dan bertahan dari beta ke

alpha. Teknik pernapasan diafragma mampu membuat tubuh masuk ke

dalam kondisi relaks yang akan berpengaruh pada keluhan sesak nafas ibu

hamil.

Didukung teori yang dikemukakan oleh Pratingyo (2014), bahwa

manfaat dari teknik pernafasan diafragma yaitu untuk meningkatkan suplai

oksigen yang masuk ke dalam paru-paru, untuk menguatkan otot jantung

11
dan paru-paru, menguatkan fungsi hati dan usus, untuk melancarkan energi

dan sirkulasi darah, untuk membuat tubuh dan pikiran lebih tenang, untuk

membentuk ikatan batin antara ibu dan bayi, untuk meningkatkan energi

saat jeda kontraksi.

Sedangkan menurut Pujiastuti (2009) bahwa manfaat dari

pernafasan bergantian lubang hidung yaitu untuk menyeimbangkan

aktivitas pikiran, untuk menghilangkan kecemasan dan menenangkan

pikiran, untuk meningkatkan konsentrasi dan keseimbangan tubuh dan

pikiran.

Sistem pernapasan pada manusia terbagi menjadi dua, yaitu sistem

pernapasan bagian atas dan bagian bawah. Sistem pernapasan bagian atas

meliputi beberapa organ antara lain rongga hidung, sinus, dan laring.

Rongga hidung memiliki selaput lendir dan rambut-rambut halus yang

berfungsi untuk menjebak partikel debu atau kotoran pada udara yang

masuk ke hidung, Sistem pernafasan bawah antara lain bronkus, paru-paru,

dan diafragma. Diafragma adalah otot pernafasan utama. Organ ini dapat

berkontraksi dan rileks secara bergantian, sehingga membuat udara dapat

masuk dan keluar dari paru-paru. (Cleveland Clinic : 2021)

Cara kerja sistem pernafasan pada manusia melibatkan semua

organ pernafasan. Organ ini bekerja sama untuk membantu tubuh dalam

pertukaran gas antara paru-paru dan pembuluh darah, yang kemudian akan

disalurkan ke seluruh bagian tubuh atau diembuskan ke udara.

Cara kerja sistem pernafasan pada manusia:

- Ketika kita menarik nafas (inhalasi/inspirasi), diafragma dan otot-otot

12
di antara tulang rusuk kita akan berkontraksi dan meluaskan rongga

dada, sehingga paru-paru bisa mengembang dan terisi udara.

- Udara masuk lewat hidung dan mulut melewati proses penyaringan

partikel-partikel kecil oleh rambut-rambut hidung., lalu menuju ke

trakea atau batang tenggorokan.

- Udara dari trakea masuk ke paru-paru melewati bronkus dan

bronkiolus, kemudian berujung di alveolus.

- Ketika udara mencapai alveolus, terjadi proses pertukaran antara

oksigen dan karbon dioksida pada pembuluh darah kecil bernama

kapiler.

- Oksigen masuk ke dalam kapiler, kemudian menumpang sel darah

merah menuju jantung untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Di saat yang

bersamaan, karbon dioksida masuk dari kapiler ke rongga paru.

- Setelah pertukaran oksigen dan karbon dioksida selesai, otot diafragma

dan tulang rusuk kembali rileks dan rongga dada kembali seperti

semula. Udara yang mengandung karbon dioksida pun terdorong dari

alveolus nmenuju bronkiolus, bronkus, trakea, hingga ke luar melalui

hidung.

Cara kerja otot difragma terhadap pernafasan :

Pernafasan diafragma adalah jenis latihan pernafasan yang

membantu memperkuat diafragma, otot penting yang membantu tubuh

bernafas.Latihan pernafasan ini juga disebut pernafasan perut.Pernafasan

diafragma memiliki manfaat yang memengaruhi seluruh tubuh. Hal ini

merupakan teknik dasar meditasi atau relaksasi, yang bias menurunkan

13
tingkat stress, menurunkan tekanan darah, dan mengatur proses tubuh

penting lainnya.

Diafragma adalah otot pernafasan berbentuk kubah yang terletak di

dekat bagian bawah tulang rusuk, tepat di bawah dada.Saat kita menghirup

dan menghembuskan udara, diafragma dan otot pernafasan lainnya di

sekitar paru-paru berkontraksi.Diafragma melakukan sebagian besar tugas

selama peristiwa pernafasan manusia.Selama menghirup nafas, diafragma

berkontraksi sehingga paru-paru bisa mengembang ke ruang ekstra dan

membiarkan udara masuk sebanyak yang diperlukan. Otot diantara tulang

rusuk (otot interkostal), mengangkat tulang rusuk untuk membantu

diafragma mngalirkan udara yang cukup ke paru-paru. Otot di dekat tulang

selangka dan leher juga membantu otot-otot ini saat ada sesuatu yang

membuat kita sulit bernafas dengan benar.(Cleveland Clinic : 2021)

14
BAB III

KAJIAN/ANALISIS JURNAL

Metode Hasil Penelitian


No Judul Sampel Variabel
Penelitian Pembahasan

1. Pengaruh Penelitian Pra- 30 orang X = Teknik Hasil analisis


Kombinasi Teknik Eksprerimental pernafasan sesudah
Pernafasan design Diafragma pemberian
Diafragma dan bergantian kombinasi teknik
Bergantian Lubang Lubang pernafasan
Hidung Terhadap Hidung diafragma dan
keluhan sesak nafas bergantian lubang
Y= hidung dari
Kecemasan jumlah sampel 30
Ibu Hamil responden
didapatkan
seluruh sampel
berada pada
keluhan sesak
nafas rendah.

2. Latihan pernapasan Penelitian 28 orang X= pernapasan Hasil penelitian


diafragma kuantitatif diafragma menunjukkan
meningkatkan arus dengan metode kelompok
puncak ekspresi true Y1=arus intervensi
(APE) dan eksperimen puncak terdapat 100%
menurunkan ekspresi peningkatan
frekuensi APEsetelah
kekambuhan pasien Y2 = frekuensi diberikan
asma kekambuhan intervensi
pasien asma sedangkan
kelompok control
terdpat 50 %
mengalami nilai
konstan APE
setelah diberikan
intervensi

(jurnal
kepearawatan
Indonesia, 2019)

3. Pengaruh Teknik Quasi 36 orang X= Teknik Hasil analisis


Pernapasan Experimental Pernapasan data pada
Diafragma terhadap kelompok

15
Tingkat Kecemasan Studies Diafragma intervensi
pada Ibu Hamil didapatkan nilai
Trimester III Y= Kecemasan p=0,005,
Ibu Hamil kelompok control
didapatkan nilai
p=0,168, analisi
dua kelompok
didapatkan nilai
p=0,002 sehingga
didapatkan
bahwa ada
pengaruh teknik
pernafasan
diafragma
terhadap
kecemasan ibun
hamil trimester
III.

(Jurnal Ilmiah
Kesehatan)

4. Asuhan Kebidanan metode 3 orang X= Asuhan Hasil analisis


Terintegrasi Pada deskriptif Kebidanan Terapi pernafasan
Ibu Hamil Yang dengan Terintegrasi diafragma dan
Mengalami Sesak pendekatan Pada Ibuterapi hidung
Napas Dengan case study HamilYang telah diterapkan
Menganjurkan Mengalami pada 3 partisipan,
Posisi Tidur Miring Sesak Napas terjadi penurunan
Kiri, Bersalin, keluhan sesak
Nifas, Dan Bayi Y= Posisi nafas pada semua
Baru Lahir Di Tidur Miring partisipan.
Puskesmas Nagreg Kiri, Bersalin,
Nifas, Dan
Bayi Baru
Lahir

Pembahasan

Teknik pernafasan diafragma ini merupakan teknik pernafasan

dasar dari semua teknik pernafasan yoga (Pranayama). Teknik ini

bertujuan untuk meningkatkan ketenangan. Pada teknik bergantian lubang

hidung juga merupakan salah satu teknik pernafasan yang

16
menyeimbangkan aktivitas pikiran, menghilangkan kecemasan dan

menenangkan pikiran (Sindhu, 2009).

Didukung teori yang dikemukakan oleh Pratingyo (2014), bahwa

manfaat dari teknik pernafasan diafragma yaitu untuk meningkatkan suplai

oksigen yang masuk ke dalam paru-paru, untuk menguatkan otot jantung

dan paru-paru, menguatkan fungsi hati dan usus, untuk melancarkan energi

dan sirkulasi darah, untuk membuat tubuh dan pikiran lebih tenang, untuk

membentuk ikatan batin antara ibu dan bayi, untuk meningkatkan energi

saat jeda kontraksi.

Sedangkan menurut Pujiastuti (2009) bahwa manfaat dari

pernafasan bergantian lubang hidung yaitu untuk menyeimbangkan

aktivitas pikiran, untuk menghilangkan kecemasan dan menenangkan

pikiran, untuk meningkatkan konsentrasi dan keseimbangan tubuh dan

pikiran.

Menurut peneliti, penurunan keluhan sesak nafas pada ibu hamil

disebabkan karena dengan diberikannya kombinasi teknik pernafasan

diafragma dan bergantian lubang hidung, keluhan sesak nafas ibu dapat

teralihkan yang membuat perasaan ibu hamil menjadi tenang, merelakskan

fikiran, dan menimbulkan rasa nyaman. Hasil penelitian Resmaniasih

(2014) tentang analisis kombinasi teknik pernafasan diafragma dan

bergantian lubang hidung terhadap kecemasan ibu hamil trimester III

dengan uji wilcoxon diperoleh nilai p=0,003 sehingga didapatkan hasil

bahwa Ha diterima dan H0 ditolak. Hasil analisis tersebut dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh kombinasi teknik pernafasan diafragma

17
dan bergantian lubang hidung terhadap kecemasan ibu hamil trimester III

di Wilayah Puskesmas Kamonji. Hal ini menerangkan bahwa teknik

pernapasan diafragma akan menenangkan gelombang otak serta

merelaksasikan seluruh otot dan jaringan tubuh. Gelombang otak pada saat

terjadi relaksasi akan mengalami penurunan dan bertahan dari beta ke

alpha. Teknik pernapasan diafragma mampu membuat tubuh masuk ke

dalam kondisi relaks.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widayanti (2017),

yang berjudul “Penerapan Terapi Pernafasan Diafragma dan hidung untuk

Mengurangi keluhan sesak nafas pada Ibu Hamil Trimester III di BPM

Ajijah Kebumen”, dengan hasil analisis Terapi pernafasan diafragma dan

hidung telah diterapkan pada 3 partisipan, terjadi penurunan keluhan sesak

nafas pada semua partisipan.

Berdasarkan hasil analisis diatas bahwa teknik pernafasan hidung

dan diafragma dapat menurunkan keluhan sesak nafas pada ibu hamil.

18
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Teknik pernafasan diafragma ini bertujuan untuk meningkatkan

ketenangan.Pada teknik bergantian lubang hidung juga merupakan salah

satu teknik pernafasan yang menyeimbangkan aktivitas pikiran,

menghilangkan kecemasan dan menenangkan pikiran (Sindhu, 2009).

Latihan pernafasan diafragma merupakan terapi latihan pernafasan utama

untuk pasien Asma Bronkial. Latihan pernafasan diafragma dapat

mengakibatkan CO2 keluar dari paru-paru, kerja napas menjadi berkurang

dan ventilasi meningkat.Peningkatan ventilasi menyebabkan peningkatan

perfusi sehingga tekanan intra alveoli meningkat dan pertukaran gas

efektif.Hal ini mengakibatkan derajat keasaman (pH) menurun sehingga

CO2 dalam arteri menurun dan APE meningkat (Kartikasari, Jenie, &

Primanda, 2019).

Pernafasan diafragma bertujuan membantu menggunakan

diafragma dengan benar selama pernafasan.dan bermanfaat untuk

menguatkan diafragma dan menurunkan kerja pernafasan. kemampuan

ventilasi juga meningkat setelah melakukan latihan pernafasan diafragma

hal tersebut dapat menyebabkan peningkatan nilai APE (Arus Puncak

Ekspirasi) kanan terdorong ke atas.

B. Saran

19
1. Bidan mampu menguasai teknik pernafasan diafragma dan hidung dengan

baik dan benar

2. Bidan mampu mengimplementasikan teknik pernafasan diafragma dan

hidung dengan baik dan benar

3. Bidan mampu mengenali keluhan sesak nafas pada ibu hamil dan

bekerjasamadengan baik sehingga bisa terwujud manfaat dari teknik

pernafasan diafragma dan hidung

20
REFERENSI

Prawirohardjo, Sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan . Edisi Keempat.


Jakarta :Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 41, No. 3 September 2020, Hal.
570-578 https://doi.org/10.31849/dinamisia.v4i3.3790

Coad & Dunstal 2006.Anatomi dan Fisiologi untuk Bidan.Jakarta : EGC

Cunningham, F. gary, 1995. Obstetri Williams. Jakarta : EGC

Weylie,Linda. 2010. Essensial Anatomi & Fisiologi dalam Asuhan Matenitas.


Jakarta: EGC

Walsh, Linda V. 2007. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC

Medforth, Janet, dkk. 2006. Kebidanan Oxford. Jakarta: EGC

Siti Tyastuti, S.Kep.Ns, S.St, M.Kes .dan Heni Puji Wahyuningsih, S.SiT,
M.Keb. 2016. Asuhan kebidanan kehamilan. Jakarta : Pusdik SDM
Kesehatan

Cleveland Clinic. 2021. Diakses pada 2021. Diaphragmatic Breathing

Cleveland Clinic. 2021. Diakses pada 2021. Respiratory system : functions,


facts, organs, & anatomy.

Gaga M, Zervas E. Breathing for two:pregnancy, asthma and respiratory failure.


EurRespir Rev. 2014;23:5-7.

Maselli DJ, Adams SG, Peters JI, Levine SM.Management of asthma during
pregnancy. TherAdv Respir Dis. 2013;7:87-100

LoMauro A, Aliverti A. Respiratory physiology ofpregnancy. Breathe.


2015;11:297-301.10.

21
Shedd GC, Hays CN. The pregnant patient withasthma: Assessment and
management. TheJournal for Nurse Practitioners. 2016;12:1-6.

Handayani, S. 2011. Keperawatan Maternitas.Goysen Publishing: Yogyakarta

Indrayani. 2011. Buku Ajar Asuhan Kehamilan.CV. Trans Info Media: Jakarta

Irianti, B. Halida, E. M. Duhita, F. Prabanari, F. 2014. Asuhan Kehamilan


Berbasis Bukti. CV. Sagung Seto: Jakarta

Kemenkes RI, 2017. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016.In: Kesehatan


Keluarga, editor. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta

Nelson-Piercy C. Asthma in pregnancy. dalam: Knox AJ, editor. Respiratory


diseases in pregnancy-1. Thorax. 2001;56:325-28.

Resmaniasih, K. 2014. Pengaruh Teknik Pernafasan Diafragma terhadap


Kecemasan Ibu Hamil Trimester III.TESIS (tidak diterbitkan) Universitas
Diponegoro Program Studi Magister Epidemiologi Program Pascasarjana
Semarang

Rukiyah, A. Y. Dan Yulianti, L. 2014. Asuhan Kebidanan Kehamilan. CV.


Trans Info Media: Jakarta

Widayanti, S. 2017. Penerapan Teknik Pernafasan Diafragma dan hidung


untuk mengurangi Keluhan Sesak Nafas pada Ibu hamil.KTISekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong Program Studi DIII
Kebidanan Kebumen

Walyani, E. S. 2015. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan.Pustaka Baru Press:


Yogyakarta

22

Anda mungkin juga menyukai