Anda di halaman 1dari 8

tunting merupakan peristiwa terhambatnya pertumbuhan tubuh sebagai akibat kurangnya asupan

gizi lengkap baik secara kuantitas maupun kualitas yang terjadi pada anak dalam 1000 hari pertama
kehidupannya (1000 HPK). Kondisi tersebut mengakibatkan anak memiliki tinggi badan cenderung
pendek pada usianya, karena tinggi badan anak yang mengalami stunting berada di bawah standar
deviasi (<-2 SD) menurut referensi World Health Organization (WHO). Jika kekurangannya sangat
kronis akan mempengaruhi kemampuan kognitif pada anak yang dapat menurunkan tingkat
kecerdasaannya dan tentu saja akan berdampak pada rendahnya sumber daya manusia yang akan
dihasilkan. Jika kejadiannya terus berlangsung, resiko anak mengalami penyakit tidak menular pada
usia dewasanya akan semakin tinggi1,4.

Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk menurunkan angka kejadian stunting adalah
dengan pemanfaatan daun kelor (Moringa oleifera) yang selama ini belum banyak diketahui
manfaatnya oleh masyarakat secara luas. Daun kelor kaya akan karbohidrat, protein, vitamin A,
vitamin C, zat besi, kalsium dan kalium3. Menurut penelitian, bagian daun (2 tangkai di bawah pucuk
sampai tangkai ke-9 atau ke-10) merupakan bagian yang mengandung tinggi protein (28,25%), Beta
karoten (Pro vitamin A) 11,93 mg, Ca (2241,19) mg, Fe (36,91) mg dan Mg (28,03) mg7. Penelitian
lain menyebutkan jika daun yang digunakan adalah daun yang diblansir terlebih dahulu sebelum
dikeringkan, maka akan menghasilkan komponen mikro (mineral) dan makro (protein) yang lebih
tinggi, yaitu (Protein; 28,66 g, Ca; 929,29 mg, P; 715,32 mg, Fe; 99,9 mg dan Zn; 2,32 mg)8.

andungan nutrisi yang lengkap pada daun kelor tersebut dapat dijadikan sebagai alternatif
sumber nutrisi lengkap yang dapat ditambahkan dalam pengolahan makanan bagi anak dalam
masa pertumbuhan. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa penggunaan 2-3 g daun kelor
yang dicampurkan ke dalam makanan balita yang mengalami gizi kurang dapat menaikan
bobot badan yang lebih tinggi dibanding balita yang diberi 1 butir telur per harinya7.

Gizi kurang atau gizi buruk pada anak menjadi penyebab anak mudah sakit dan memiliki
postur tubuh tidak maksimal saat dewasa. Sementara itu juga kekurangan gizi pada usia dini
dapat meningkatkan angka kematian bayi dan anak. Data tahun 2018 menunjukkan bahwa
proporsi status sangat pendek di Indonesia menurun dari 18% pada tahun 2013 menjadi
11,5% pada tahun 2018, tetapi proporsi balita pendek meningkat yaitu dari 19,2% pada tahun
2013 menjadi 19,3% pada 20185. Kejadian stunting ini dapat berlanjut sampai anak menjadi
remaja. Kinerja sistem syaraf anak stunting kerap menurun yang berimplikasi pada rendahnya
kecerdasan anak.
Indonesia menduduki peringkat kelima dunia untuk jumlah anak dengan kondisi stunting.
Lebih dari sepertiga anak berusia di bawah lima tahun memiliki tinggi tubuh di bawah rata-
rata. Masalah stunting ini menjadi ancaman serius sehingga memerlukan penanganan yang
tepat dan cepat. Berdasarkan data survei status gizi balita Indonesia (SSGBI) pada tahun
2019, prevalensi stunting di Indonesia mencapai 27,7%, artinya sekitar satu dari empat anak
balita (lebih dari delapan juta anak) di Indonesia mengalami stunting. Angka tersebut masih
tinggi jika dibandingkan dengan ambang batas yang ditetapkan oleh WHO yaitu 20%.
Sedangkan data dari Dinas Kesehatan Sumatera Barat menunjukkan, prevalensi stunting di
Kota Padang tahun 2015 sebesar 15%. Prevalensi tertinggi berada di Kabupaten Solok dan
prevalensi terendah berada di Kota Solok sedangkan Kota Padang berada pada urutan ke-13
dari 19 Kabupaten/Kota di Sumatera Barat.

Untuk menekan tingginya angka kejadian stunting, perlu dilakukan penanggulangan bersama
dari berbagai pihak, termasuk pihak pendidikan. Pemilihan daun kelor sebagai objek
penelitian dan pengabdian bagi dosen dirasa tepat untuk mengurangi kejadian gizi buruk bagi
anak dan pemilihan tempat pendidikan anak pra sekolah (TK) sebagai mitra untuk sosialisasi
dan penyuluhan kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PkM) ini sesuai dengan target yang
ingin dicapai. Mitra yang dipilih adalah TK ‘Aisyiyah Padang yang berlokasi di jalan Medan
nomor 10 Ulak Karang Padang. TK tersebut merupakan salah satu amal usaha ‘Aisyiyah di
Kota Padang sehingga pembinaan dapat dilakukan secara berkesinambungan. Pengenalan
sumber-sumber makanan alternatif namun bergizi bagi guru TK memegang peranan penting
dalam rangka menciptakan generasi sehat baik fisik dan mental. Guru yang menjadi ujung
tombak harus dapat mengenali jenis makanan yang mengandung nutrisi lengkap namun
mudah didapatkan sehingga dapat menerapkan kepada anak untuk dijadikan pangan bergizi
yang dapat dikonsumsi sehari-hari.
Bentuk makanan ringan seperti pudding merupakan salah satu alternatif bentuk pangan yang
dapat diberikan bagi anak karena memiliki tekstur dan variasi rasa yang rata-rata disukai
anak-anak. Penambahan daun kelor dalam bentuk ekstrak pada pengolahan pudding
diharapkan dapat mencukupi kebutuhan nutrisi anak setiap hari sehingga gizi anak terpenuhi
dan dapat menghindari anak mengalami stunting. Karena itu perlu dilakukan pemberian
edukasi pada guru tentang pemanfaatan daun kelor sebagai upaya pencegahan kejadian
stunting pada anak usia pra sekolah di TK ‘Aisyiyah 6 Padang.

MASALAH DAN TARGET LUARAN


Tingginya angka kejadian stunting sebagai akibat kurangnya asupan gizi yang cukup, serta
keinginan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dengan tubuh yang kuat
dan kecerdasan yang mampu bersaing di zamannya, menjadikan pengabdi tertarik untuk
memberikan alternatif solusi yang kemudian dilakukan dalam bentuk pengabdian kepada
masyarakat. Pemanfaatan daun kelor yang banyak mengandung protein, mineral dan vitamin
menjadi alternatif yang sangat potensial untuk disosialisasikan bagi masyarakat terutama
yang berhubungan langsung dengan dunia anak. Daun kelor yang selama ini tidak banyak
terjamah namun mengandung zat gizi lengkap, dapat dijadikan bahan tambahan atau
campuran pada berbagai jenis pengolahan makanan yang kemudian diberikan kepada anak-
anak.

TK ‘Aisyiyah 6 menjadi salah satu alternatif tempat sosialisasi kebermanfaatan daun kelor
sekaligus responden aktif untuk diberikan produk yang dibuat dengan penambahan ekstrak
daun kelor. Selain itu sosialisasi yang bersifat edukatif diharapkan dapat bermanfaat bagi
guru-guru yang mengajar di TK ‘Aisyiyah sehingga dapat menambah pengetahuan guru
tentang kandungan dan kebermanfaatan daun kelor yang dapat diberikan bagi anak dalam
bentuk makanan tambahan.

Pentingnya pemahaman bagi guru-guru TK yang menjadi mitra tentang perlunya dilakukan
perbaikan terhadap gizi anak yang dapat dilakukan dengan pemberian makanan dengan
kandung gizi lengkap, menjadi alasan kuat bagi mitra untuk memilih daun kelor sebagai
alternatif campuran makanan kaya nutrisi bagi anak-anak, karena selain harga yang murah,
dalam pengaplikasiannya daun kelor juga mudah digunakan atau ditambahkan saat
melakukan pengolahan bahan pangan. Pemahaman tantang pemanfaatan daun kelor pada
guru diharapkan dapat membuka peluang pemanfaatan daun kelor yang lebih luas terutama
pada pengolahan makanan yang disukai oleh anak-anak sehingga kebutuhan anak akan gizi
lengkap dapat terpenuhi tanpa mengeluarkan biaya yang mahal. Selain itu, guru memegang
peranan yang sangat penting untuk bersosialisasi dengan orang tua murid agar masalah gizi
bagi anak dalam masa pertumbuhan dapat diatasi sejak dini.
METODE PELAKSANAAN
Secara terstruktur, kegiatan pengabdian yang dilakukan di TK ‘Aisyiyah 6 Padang pada
tanggal 18-19 November 2021 dikelompokkan menjadi beberapa tahap; 1) Presentasi singkat
dan pengenalan tentang kejadian stunting bagi guru-guru TK, termasuk cara mengidentifikasi
anak yang mengalami stunting secara langsung sekaligus menghitung persentase anak yang
mengalami stunting di tempat mitra, 2) pengenalan daun kelor, mulai dari morfologi,
kandungan dan manfaat serta cara pengaplikasian daun kelor dalam pengolahan makanan
untuk anak, 3) peragaan tentang pengolahan daun kelor menjadi pudding yang dibuat dengan
menambahkan daun dalam bentuk ekstrak dan 4) pembagian pudding pada guru dan anak
untuk dicobakan secara sensoris.

Masalah gizi terutama stunting mengalami peningkatan prevalensi lebih


tinggi hampir di semua daerah yang terkonfirmasi kasus Covid-19.
Penyebab yang mendasari terjadinya masalah gizi adalah penurunan
ketersediaan/akses pangan di tingkat masyarakat dan tingkat rumah
tangga serta faktor ekonomi. Situasi ini tentunya berdampak
terhadap kondisi kesehatan masyarakat, terutama pada kelompok rentan
seperti ibu dan anak. Pada masa pandemi Covid-19, pelayanan gizi lebih
diprioritaskan untuk kelompok rentan, terutama balita, ibu hamil serta ibu
menyusui (Firmansyah, 2020)

Jurnal Pengabdian Siliwangi P-ISSN 2477-6629


Volume 7, Nomor 2, Tahun 2021 E-ISSN 2615-4773
67
PENANGGULANGAN MASALAH STUNTING BALITA MELALUI
PEMBERIAN
MAKANAN TAMBAHAN (PMT) PUDING KELOR DI DESA
KUTOGIRANG
Diya Sri Widiyanti1, Rif’an Fauzi2), Aisyah Afarona3)
1,2 Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, STITNU Al-Hikmah, Mojokerto
e-mail : diyaSriwidiyanti@gmail.com
Abstrak
Sebagai salah satu jenis tanaman yang banyak dijumpai di wilayah Jawa,
kelor memiliki banyak manfaat
yang baik untuk kesehatan tubuh, salah satu contohnya yaitu dalam
pencegahan stunting pada balita. Tujuan
dari kegiatan ini adalah untuk mengurangi angka peningkatan masalah
stunting Balita pada masyarakat desa
Kutogirang dengan cara pemberian makanan tambahan puding kelor di
beberapa rumah warga. Selain itu
juga bisa digunakan untuk konsumsi makanan sehari-hari bagi warga Desa
Kutogirang. Metode
pelaksanaan kegiatan ini adalah dengan melakukan penyuluhan dan
pembagian makanan tambahan puding
kelor kepada warga Desa Kutogirang, serta sosialisasi cara dalam
pembuatan makanan tambahan berbahan
baku daun kelor kepada ibu-ibu Balita Desa Kutogirang. Pelaksanaan
progam pengabdian ini telah
mendapatkan hasil yaitu Penanggulangan masalah stunting melalui
pemberian makanan tambahan puding
kelor, selain itu juga terlaksananya sosialisasi cara membuat makanan
tambahan berupa pudding daun
kelor yang nantinya diharapkan dapat diberikan atau disajikan untuk bayi
dan balita. Setelah kegiatan ini
diharapkan warga Desa Kutogirang dapat memanfaatkan kelor tersebut
dalam kehidupan sehari-hari agar
mengurangi masalah stunting yang ada di Desa Kutogirang.
Kata kunci : Kelor, Stunting, PMT
I. PENDAHULUAN
Tanaman kelor (Moringa oleifera) merupakan
salah satu jenis tanaman tropis yang mudah
dikembangbiakkan pada semua jenis tanah karena
tidak memerlukan perawatan yang intensif dan
memiliki tingkat toleransi kekeringan yang sangat
berbeda dengan tanaman lain. Dengan karakteristik
yang dimilik oleh tumbuhan kelor ini dapat
menjadikannya mudah ditanam dimana saja
khususya di lahan-lahan marginal agar dapat
dimanfaatkan dengan baik.
Selain itu bagian-bagian tanaman kelor juga
mengandung banyak nutrisi yang baik dan yang
bisa dimanfaatkan secara luas pada berbagai macam
bidang seperti: pangan, kesehatan , kecantikan dan
lingkungan, sehingga sangat wajar jika mendapat
julukan Tree For Life (Sari et al., 2020).
Menurut (Soekanto, 2001:251) menyatakan
Perubahan dapat terjadi akibat masyakat tersebut
melakukan perubahaan sebagai contohnya
masyarakat pada saat ini menuju pola hidup yang
lebih ke arah modern. Modernitas merubah pola
hidup masyarakat bisa dilihat dari makanan yang
mereka konsumsi. Tumbuhan kelor yang banyak tumbuh disekitar rumah
mereka cenderung dibaikan
oleh sebagian masyarakat karena diangap makanan
jaman dulu dan kurang modern. Pandangan yang
seperti itulah yang menjadikan tanaman kelor mulai
ditinggalkan oleh masyarakat dan cenderung
dianggap sebagai tanaman zaman dulu yang kuno
dan tidak modern.
Rendahnya persepsi akan makanan tradisional
yang ketinggalan zaman menjadikan makanan instan
menjadi tren masyarakat sekarang (Dedy Wijayanto,
2016). Dengan waktu yang relatif singkat dan cara
penyajian yang cepat menjadi nilai lebih bagi
makanan instan. Akan tetapi ada banyak hal negatif
jangka panjang yang akan mereka dapatkan dari
makanan tersebut salah satunya ialah asupan gizi
yang tidak sehat dan berdampak pada pola
perkembangan anak sehingga menyebabkan
stunting.
Stunting

Firmansyah, F. (2020). Pengendalian Stunting di


Era Pandemi COVID-19. Kementrian
Kesehatan RI.
https://kesmas.kemkes.go.id/konten/133
/0/060912-pengendalian-stunting-di-
era-pandemi-covid-19

Sari, Y. D., Rachmawati, R., & Pusat. (2020).


ANALISIS KADAR PROTEIN,
KALSIUM DAN DAYA TERIMA ES
KRIM DENGAN PENAMBAHAN
TEPUNG DAUN KELOR (Moringa
oleifera). Nutrition and Food Research,
43(1), 29–40.
https://www.neliti.com/publications/22
3576/hubungan-asupan-energi-lemak-
dan-serat-dengan-rasio-kadar-
kolesterol-total-hdl

Melihat berbagai potensi tersebut, “Pemberdayaan Masyarakat Untuk Pencegahan


Stunting Melalui Stimulus Trampolin Dan Suplementasi Zinc Pada Balita di Desa
Tondomulyo, Kecamatan Jekanen, Kabupaten Pati” merupakan salah satu program yang
sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang dimiliki desa. Dengan adanya program
pemberdayaan masyarakat ini dirasa telah sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh
Desa Tondomulyo. Program ini dianggap penting karena menjadi salah satu sarana untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pencegahan stunting dan juga membantu
Pemerintahan Desa, Puskesmas, maupun Bidan Desa dalam mencegah dan menanggulangi
adanya kondisi Stunting.
Pemberdayaan masyarakat diperlukan sebagai salah satu upaya pencegahan stunting.
Pada tahun 2017 pemerintah telah meluncurkan program Rencana Aksi Nasional Penanganan
stunting pada tingkat nasional, daerah terutama desa. Program ini diprioritaskan pada
penanganan gizi spesifik dan sensitive pada 1000 hari pertama kehidupan sampai dengan
anak usia 6 tahun. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh
kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan
pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari
standar usianya7.
Pemberdayaan masyarakat dalam hal ini melibatkan ibu balita, petugas kesehatan dan
Kader Posyandu yang dapat digerakkan untuk secara aktif melakukan monitoring terhadap
status gizi masyarakat. Tujuan kegiatan program kemitraan kepada masyarakat ini untuk
meningkatkan pengetahuan maupun keterampilan ibu balita dan kader kesehatan tentang
stimulus trampolin dan suplementasi zinc untuk menambah tinggi badan sebagai upaya
pencegahan stunting pada balita.

1. Kemenkes RI, (2018). Situasi Balita Pendek di Inodonesia. Jakarta:


Kementrian_Kesehatan RI.
http://depkes.go.id/resources/download/pusdatin/buletin/Buletin-Stunting-2018.pdf
2. Budiastutik, I. and Rahfiludin, M. Z. (2019) ‘Faktor Risiko Stunting pada anak di Negara
Berkembang Risk Factors of Child Stunting in Developing Countries’, Amerta Nutrition,
pp. 122–126. doi:
10.2473/amnt.v3i3.2019.122-129.
https://e-journal.unair.ac.id/AMNT/article/download/14301/8243
3. Firmansyah, F. (2020). Pengendalian Stunting di
Era Pandemi COVID-19. Kementrian Kesehatan RI.
https://kesmas.kemkes.go.id/konten/133/0/060912-pengendalian-
stunting-di-era-pandemi-covid-19
4. Sari, Y. D., Rachmawati, R., & Pusat. (2020). ANALISIS KADAR
PROTEIN, KALSIUM DAN DAYA TERIMA ES KRIM DENGAN
PENAMBAHAN TEPUNG DAUN KELOR (Moringa oleifera). Nutrition
and Food Research, 43(1), 29–40.
https://www.neliti.com/publications/223576/hubungan-asupan-energi-
lemak-dan-serat-dengan-rasio-kadar-kolesterol-total-hdl
5. Endah, K. 2020.Menggali Potensi Desa.Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan.Vol.6, No 1.
Ciamis: Universitas Galuh.
https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat/article/view/3319
6.

Kemenkes RI, (2018). Situasi Balita Pendek di Inodonesia. Jakarta: Kementrian_Kesehatan RI.
http://depkes.go.id/resources/download/pusdatin/buletin/Buletin-Stunting-2018.pdf
Masrul. (2019). Studi Anak Stunting dan Normal Berdasarkan Pola Asuh Makan serta Asupan Zat Gizi
di Daerah Program Penanggulangan Stunting Kabupaten Pasaman Barat. Jurnal Kesehatan
Andalas. 2019;8 http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/991
Firmansyah, F. (2020). Pengendalian Stunting di
Era Pandemi COVID-19. Kementrian Kesehatan RI.
https://kesmas.kemkes.go.id/konten/133/0/060912-pengendalian-stunting-
di-era-pandemi-covid-19
Sari, Y. D., Rachmawati, R., & Pusat. (2020). ANALISIS KADAR
PROTEIN, KALSIUM DAN DAYA TERIMA ES KRIM DENGAN
PENAMBAHAN TEPUNG DAUN KELOR (Moringa oleifera). Nutrition and
Food Research, 43(1), 29–40.
https://www.neliti.com/publications/223576/hubungan-asupan-energi-
lemak-dan-serat-dengan-rasio-kadar-kolesterol-total-hdl

Candra, Aryu. (2017). Pengaruh Suplementasi Zinc dan Zat Besi Terhadap Berat Badan dan
Tinggi Badan Balita. JNH (Journal of Nutrition and Health). 5(1); 2017; 37-44.
Available from URL: file:///F:/STIKES%20BUP/Tugas/Smstr%203/E%20journal/E
%20Journal%20Zinc/PDF/Dalam%20negeri/13747-51491-2-PB.pdf
Budiastutik, I. and Rahfiludin, M. Z. (2019) ‘Faktor Risiko Stunting pada anak di Negara Berkembang
Risk Factors of Child Stunting in Developing Countries’, Amerta Nutrition, pp. 122–126. doi:
10.2473/amnt.v3i3.2019.122-129.
https://e-journal.unair.ac.id/AMNT/article/download/14301/8243

Masrul. (2019). Studi Anak Stunting dan Normal Berdasarkan Pola Asuh Makan serta Asupan Zat Gizi
di Daerah Program Penanggulangan Stunting Kabupaten Pasaman Barat. Jurnal Kesehatan
Andalas. 2019;8 http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/991
K Endah.2020.Menggali Potensi Desa.Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan.Vol.6, No 1.
Ciamis: Universitas Galuh. https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat/article/view/3319.
Laily, Andriyani, 2019. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pencegahan Stunting. Jurnal Pengabdian
masyarakat IPTEKS, Vol 5 No 1 Universitas Muhammadiyah Jember.
http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/PENGABDIAN_IPTEKS/article/view/2154

Anda mungkin juga menyukai