ADAPTASI FISIOLOGIS DALAM KEHAMILAN Dosen Pengampu:Ns. Ani Retni M.Kep Disusun Oleh Kelompok 1:
Ariyanto Zakaria C01422025
Aulia Salsabila Maharani C01422052 Dewi Anggraini Abas C01422203 Fatma S. Lalebo C01422052 Meylan Kanjula C01422107 Meiske A. Abas C01422104 Mohammad Gias Anune C01422112 PERUBAHAN DAN ADAPTASI FISIOLOGIS DALAM KEHAMILAN Adaptasi fisiologi kehamilan atau yang disebut perubahan selama masa kehamilan, merupakan perubahan yang distimulasi oleh efek dari hormon kehamilan. Adaptasi ini terjadi secara normal dan melindungi fungsi fisiologi normal wanita, serta mencukupi kebutuhan setiap metabolisme serta perubahan yang disebabkan kehamilan. Selain itu juga berfungsi menyediakan lingkungan yang nyaman untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Walaupun kehamilan adalah perubahan yang normal, tetapi keluhan dan masalah tetap dapat terjadi. Sebelum mengetahui adaptasi yang terjadi maka perlu diketahui tanda awal kehamilan. Beberapa perubahan fisiologi dapat digambarkan sebagai tanda dangen gejala kehamilan.Dua kategori tanda dan gejala yang umum adalah: 1. tanda dan gejala presumtif yaitu perubahan spesifik yang dirasakan olehwanita, contoh tidak adanya haid, kelelahan, mual dan muntah, sertaperubahan atau pembesaran payudara. 2. tanda dan gejala kemungkinan yaitu tanda yang hanya ada bila ada janin seperti adanya gerakan janin,serta adanya denyut jantung janin (Lowdermilk et al., 2019). Perubahan Pada Sistem Reproduksi Perubahan sistem reproduksi selama kehamilan mencakup uterus atau rahim, serviks, ovarium, vagina, dan payudara. Perubahan uterus atau rahim dapat dilihat adanya perubahan dari ukuran, berat, dan volume yang semakin bertambah. Pembesaran ini terjadi karena pertumbuhan dan peregangan miometrium, serta kebutuhan sirkulasi uterus yang meningkat. Adanya pembesaran uterus dapat diidentifikasi dari luar melalui pengukuran tinggi fundus uteri. Selain itu secara intermiten sepanjang kehamilan ibu juga merasakan kontraksi- kontraksi yang tidak terasa nyeri, kontraksi ini disebut sebagai kontraksi Braxton Hicks. Kontraksi ini terjadi karena adanya stimulasi dari hormon estrogen, serviks vaskuler, edema, dan peningkatan sekresi lendir tebal yang berfungsi mencegah kontaminasi uterus oleh bakteri, akibat peningkatan vaskularisasi serviks maka muncul lah tanda hegar dan tanda goodel. Pada vagina terjadi peningkatan vaskularisasi, sehingga jaringannya menjadi tebal dan lunak, timbul warna kebiruan (tanda Chadwick), dan vagina cenderung menjadi asam (pH 4-5) disertai pengeluaran fluor albus. Payudara membesarkarena hiperplasia dan hipertrofi glanduler dibawah pengaruh hormonestrogen dan progesterone. Puting dan areola menjadi lebih gelap, danterjadi pengeluaran colostrums pada trimester ketiga (Lowdermilk et al,2019). Perubahan Sistem Kardiovaskuler Perubahan pada sistem kardiovaskuler yaitu jantung bergeser ke atas, ke kiri, dan ke depan. Oleh karena pembesaran uterus, tekanan pada pembuluh darah meningkat, dan perlambatan sirkulasi. Proses ini dapat mengakibatkan edema dan varices pada kaki, vulva, dan rektum. Pembesaran uterus menyebabkan penekanan pada vena kava, sehingga ibu mengalami sindroma hipotensi supine pada trimester ke dua (waktu wanita terbaring terlentang). Perubahan lain yang terjadi adalah volume darah meningkat sampai 50%, hematokrit sampai menurun 7%, dimana penurunan hematokrit ini menyebabkan anemia fisiologis. Sedangkan sel darah putih atau leukosit meningkat sampai 20.500 m. Pada saat awal kehamilan tekanan darah mula-mula turun kemudian menjadi normal pada trimester 3, curah jantung meningkat sampai 50%, serta detak jantung bertambah bertambah 15 kali per menit (Syeda et.al.,2020, pp. 1-7). Perubahan Pada Sistem Pernafasan Perubahan pada sistem pernapasan terjadi akibat adanya peningkatan kadar estrogen dan pembesaran uterus. Peningkatan estrogen menyebabkan edema dan kongesti vaskuler sehingga ibu mengalami hidung tersumbat dan epistaksis. Pembesaran uterus akan menggeser diagfragma ke atas dan sudut costae melebar sehingga terjadi keterbatasan ekspansi paru saat ibu inspirasi. Keadaan ini akan menyebabkan kompensasi berupa frekuensi pernapasan meningkat. Akibat perubahan ini mengakibatkan sulitnya ibu dalam bernafas di trimester III (Kolkova et.al.,2020, pp.1-5). Perubahan Fungsional Pada Ginjal Ginjal memiliki fungsi untuk menjaga keseimbangan elektrolit dan asam basa, mengatur volume cairan ekstrasel, eksresi produk sisa, dan menyimpan nutrisi penting. Perubahan struktur ginjal selama kehamilan disebabkan oleh aktivitas hormon yaitu hormon estrogen dan progesteron, tekanan dari uterus yang membesar dan peningkatan volume darah. Pada minggu ke 10 kehamilan, pelvis ginjal dan ureter berdilatasi (Cheng at.al., 2020, pp. 829- 838). Dilatasi ureter lebih jelas diatas pinggiran panggul, sebagian karena terkompresi di antara uterus dan pinggiran panggul. Pada kehamilan lanjut, pelvis ginjal dan ureter akan lebih berdilatasi disebelah kanan daripada kiri karena uterus yang berat akan digeser ke kanan oleh kolon sigmoid. Oleh karena perubahan ini, volume urine yang lebih besar dapat ditahan dipelvis dan ureter serta laju aliran urine menjadi lebih lambat. Iritabilitas kandung kemih pada ibu hamil, menyebabkan berkemih pada malam hari (Nokturia), peningkatan frekuensi dan urgensi (tidak dapat ditahan) berkemih tanpa rasa nyeri atau dysuria sering dilaporkan di awal kehamilan (Cheng at.al., 2020, pp. 829-838). Pada kehamilan normal fungsi ginjal mengalami perubahan yang besar. Laju filtrasi glomerulus (GFR) dan aliran plasma ginjal atau Renal Plasma Flow (RPF) meningkat di awal kehamilan (Mamaro et.al., 2009, pp. 1-5). Lanjutan Materi..... Perubahan ini disebabkan oleh hormon kehamilan, peningkatan volume darah, postur wanita, aktivitas fisik, asupan gizi. Ginjal mengatur peningkatan metabolik dan kebutuhan sirkulasi ibu dan ekskresi produk sisa janin. Fungsi ginjal paling efesien adalah seorang ibu hamil berbaring miring, dan posisi yang tidak efesien adalah posisi terlentang. Posisi berbaring miring meningkatkan perfusi ginjal, yang meningkatkan produksi urin dan mengurangi edema. Ketika ibu hamil berbaring terlentang, uterus akan menekan vena kava dan aorta dan curah jantung akan berkurang. Akibatnya aliran darah ke otak dan jantung akan tetap dengan mengorbankan organ lain, termasuk ginjal dan uterus (Peter et.al., 2020, pp. 427e1-4). Proteinuria biasanya tidak terjadi pada kehamilan normal kecuali saat persalinan atau setelah melahirkan (Mamaro et.al., 2009, pp. 1-5). Namun peningkatan jumlah asam amino yang harus difiltrasi mungkin melebihi kapasitas ginjal untuk mengabsorpsi, karena itu sejumlah protein kecil dapat hilang bersama urin. Jumlah protein dieksresikan bukan merupakan indikasi beratnya kerusakan ginjal. Peningkatan eksresi protein pada wanita hamil dengan penyakit ginjal juga bukan indikasi progresi penyakitnya. Perubahan Pada Sistem Integumen Perubahan keseimbangan hormon dan peregangan mekanisme bertanggung jawab pada beberapa perubahan di sistem integumen selama kehamilan. Hiperpigementasi distimulasi oleh hormon melanotrofin dari hipofisis anterior yang meningkat selama masa kehamilan. Puting susu, areola mamae, axila dan vulva akan menjadi gelap pada minggu ke 16 kehamilan. Melasma di wajah yang sering disebut cloasma atau topeng kehamilan. Hal ini merupakan bercak hiperpigmentasi kecoklatan di kulit pipi, hidung, dan dahi, terutama pada wanita hamil berkulit gelap. Cloasma terlihat pada 50% - 70% pada ibu hamil. Hal tersebut terjadi pada minggu ke 16 dan meningkat sampai aterm. Cloasma karena kehamilan akan memudar setelah persalinan, selain itu adanya linea nigra yang merupakan garis terpigmentasi dari simfisis pubis sampai ke atas fundus di garis tengah (Pereira et.al., 2020, pp. 839-847). Lanjutan materi.... Pada primigravida, pemanjangan linea nigra dimulai pada bulan ketiga, berjalan seiring dengan pertambahan tinggi fundus. Pada multigravida seluruh garis dapat muncul lebih awal dari bulan ketiga. Tidak semua ibu hamil memiliki tanda linea nigra ini, selain itu linea nigra juga didapati pertumbuhan rambut disepanjang garis dengan atau tanpa pigmentasi. Selain linea nigra, stretch mark juga mucul pada 50-90% ibu hamil, yaitu pada masa hamil pada trimester kedua kehamilan yang disebabkan oleh adanya hormon adrenokortikosteroid. Striae menunjukkan pemisahan jaringan ikat (kolagen) dibawah kulit. Garis yang sedikit cekung ke dalam kulit ini cenderung terjadi di daerah dengan peregangan maksimal (seperti paha, payudara dan abdomen). Peregangan ini terkadang memberikan sensasi rasa gatal. Warna striae bervariasi bergantung dari warna kulit masing-masing ibu hamil. Striae tampak merah muda pada ibu hamil berkulit terang dan lebih terang dari pada kulit disekitarnya pada wanita berkulit gelap. Pada multipara, selain striae dari kehamilan saat ini, akan ada garis keperakan mengkilap (pada wanita berrkulit terang) atau garis keunguan (wanita berkulit gelap). Garis- garis ini merupakan bekas striae dari kehamilan sebelumnya (Syeda et.al., 2020, pp. 1-7). Perubahan Pada Sistem Musculoskeletal Perubahan yang terjadi pada muskuluskeletal adalah tubuh ibu hamil yang berubah secara bertahap, dan adanya penambahan berat badan ibu hamil yang menyebabkan perubahan postur. Selain itu pembesaran uterus yang membuat pinggul condong ke depan, adanya penurunan tonus otot abdomen, dan bertambahnya beban membutuhkan penyusunan ulang kurvatura tulang belakang diakhir kehamilan. Pusat gravitasi ibu hamil bergesar kearah depan yang berfungsi untuk membantu keseimbangan. Sehingga hal ini dapat mengakibatkan rasa sakit dan baal, serta kelemahan di ekstremitas atas. Payudara yang membesar dan bahu yang membungkuk akan semakin menonjolkan kurva di daerah lumbar dan dorsal (Vintzileos, et.al, 2020, pp. 284-286). Perubahan Pada Sistem Pencernaan Pada masa kehamilan peningkatan estrogen dan progesteron, menyebabkan terjadi perubahan serta adaptasi pada sistem pencernaan. Ibu hamil biasanya akan mengalami mual muntah pada pagi hari atau yang sering di sebut morning sickness. Selain itu gusi mudah berdarah yang disebabkan karena jaringan menjadi lunak. Pada mulut biasa akan terjadi ptialisme yang sering di sebut kelebihan saliva, nyeri epigastrium dan kembung kemungkinan diakibatkan oleh penurunan keasaman lambung, pembesaran uterus tau otot rahim, dan relaksasi otot polos. Selain itu adanya kembung dan konstipasi atau sulit buang air besar yang diakibatka oleh terjadinya penurunan motilitas usus (Senthiles et.al, 2020, pp. 1-5). Edukasi Pada Kehamilan Muntah Hiperemesis gravidarum adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan mual dan muntah yang lebih parah pada kehamilan. Penderita hiperemesis sering muntah beberapa kali setiap hari, tidak dapat mengonsumsi makanan dan cairan, dan mungkin kehilangan lebih dari 5 persen berat badan sebelum hamil. Mereka mungkin mengalami dehidrasi dan mungkin mengalami kekurangan vitamin dan nutrisi lainnya seiring berjalannya waktu jika tidak diobati. Gejala yang parah biasanya memerlukan evaluasi atau masuk ke rumah sakit dan pengobatan dengan obat-obatan. Penyebab mual dan muntah terkait kehamilan masih belum jelas. Beberapa teori telah dikemukakan, namun belum ada yang terbukti secara pasti. Berbagai efek dari peningkatan kadar hormon kehamilan, kecenderungan genetik, dan faktor psikologis adalah beberapa teori yang lebih umum. Lanjutan Materi PENGOBATAN MUAL DAN MUNTAH PADA KEHAMILAN Perubahan pola makan Mual dan muntah dapat menjadi lebih buruk jika makan terlalu banyak, kurang makan, atau menghindari makanan sama sekali. Berikut beberapa cara untuk mengubah pola makan yang dapat membantu gejala: • Usahakan makan sebelum atau segera setelah Anda merasa lapar untuk menghindari perut kosong • Sering-seringlah makan makanan ringan dan makan dalam porsi kecil beberapa kali (misalnya, enam porsi kecil sehari) yang tinggi protein dengan karbohidrat dan rendah lemakPertahankan pola makan yang hambar • Tetap terhidrasi dengan baik • Minumlah cairan dingin, bening, dan berkarbonasi atau asam (misalnya, bir jahe, limun) dan minumlah dalam jumlah kecil di antara waktu makan • Cobalah mencium aroma lemon, mint, atau jeruk segar atau gunakan penyebar minyak dengan wewangian ini Lanjutan Materi Hindari pemicu Salah satu cara terpenting untuk mengatasi mual dan muntah terkait kehamilan adalah dengan menghindari bau, rasa, dan aktivitas lainnya yang memicu rasa mual. Menghilangkan makanan pemicu, seperti makanan pedas, manis, dan berlemak tinggi, membantu sebagian orang.Contoh pemicu lainnya meliputi: • Melewatkan makan • Kurang tidur • Kamar pengap • Bau (misalnya parfum, bahan kimia, kopi, makanan, asap) • Panas dan kelembapan • Kebisingan • Gerakan visual atau fisik (misalnya, lampu berkedip, mengemudi) • Olahraga berlebihan • Air liur berlebihan • Merasa lelah Lanjutan Materi Pengobatan yang mengurangi mual dan muntah efektif pada beberapa individu. Tak satu pun obat yang dibahas di bawah ini diketahui berbahaya. Pastikan Anda berbicara dengan penyedia layanan kebidanan Anda sebelum mengonsumsi obat baru yang dijual bebas atau diresepkan, termasuk suplemen nutrisi dan herbal. • Vitamin B6 dan doxylamine – Suplemen vitamin B6 yang dijual bebas dapat mengurangi gejala mual ringan hingga sedang tetapi biasanya tidak membantu mengatasi muntah. Doxylamine adalah obat yang dapat mengurangi muntah dan dapat dikombinasikan dengan vitamin B6. Kombinasi formulasi vitamin B6 dan doxylamine tersedia untuk pengobatan awal mual (misalnya, Diclectin di Kanada dan Diclegis atau Bonjesta di Amerika Serikat) dan tersedia dengan resep dokter. Doxylamine juga tersedia di Amerika Serikat dalam beberapa obat tidur tanpa resep yang dijual bebas (misalnya Unisom, GoodSense Sleep Aid) dan sebagai tablet kunyah antihistamin dengan resep (Aldex AN). • Antihistamin – Antihistamin, seperti diphenhydramine (Benadryl), terkadang dapat membantu meredakan mual dan muntah yang berhubungan dengan kehamilan. Mengantuk adalah efek samping yang umum. Lanjutan Materi Obat antimual yang tersedia dengan resep dokter antara lain: • Promethazine (Phenergan) – Promethazine tersedia dalam bentuk pil, larutan oral, suntikan, atau supositoria rektal. Biasanya diminum setiap empat sampai enam jam dan dapat menyebabkan kantuk dan mulut kering. Efek samping yang jarang terjadi termasuk kontraksi otot yang menyebabkan gerakan memutar atau menyentak. • Metoclopramide (Reglan) – Metoclopramide mempercepat pengosongan lambung dan dapat membantu mengurangi mual dan muntah. Ini tersedia dalam bentuk pil, larutan oral, dan bentuk suntikan dan biasanya diminum 30 menit sebelum makan dan sebelum tidur. Metoklopramid juga dapat dikaitkan dengan gerakan memutar atau menyentak. • Ondansetron (Zofran) – Ondansetron adalah obat antimual yang biasanya diminum atau disuntikkan setiap 8 hingga 12 jam. Ondansetron tidak boleh dikonsumsi oleh individu dengan kondisi yang disebut interval QT berkepanjangan atau dengan obat lain yang dapat memperpanjang interval QT, karena hal ini dapat menyebabkan irama jantung tidak normal dan berpotensi fatal. Sembelit adalah efek samping ondansetron yang mengganggu beberapa pasien dan dapat diobati dengan pelunak feses dan obat pencahar ringan. • Proklorperazin (Compazine) – Proklorperazin tersedia dalam bentuk pil, supositoria rektal, atau bentuk suntikan. Ini dapat menyebabkan kantuk dan mulut kering. Jarang, obat ini dapat menyebabkan gerakan menyentak (mirip dengan promethazine dan metoclopramide) dan harus dihindari pada pasien yang rentan terhadap pemanjangan QT (mirip dengan ondansetron). • Kortikosteroid (hidrokortison, metilprednison) – Pemberian steroid jangka pendek secara intravena diikuti dengan pengurangan pil dapat ditawarkan kepada individu yang tidak merespons kombinasi obat-obatan yang tercantum di atas. Daftar Pustaka Lowdermilk, D.L., Perry, S. E., Cashion, M. C., Alden, K. R. (2019) Study Guide for Maternity & Women's Health Care, 12th Edition, Mosby: USA Syeda, S., Baptiste, C., Breslin, N., Gyamfi-Bannerman, C., & Miller, R. (2020) The clinical course of COVID in pregnancy. Seminars in perinatology, 44(7), 1-7, 151284. DOI: https://doi.org/10.1016/j. semperi.2020.151284 Kolkova, Z., Bjurstorm, M., Lansberg, J., Svedas, E., Hamer, M.A., Hanson, S.R., Herbst, A., Zaigham, M. (2020) Obstetric and intensive-care strategies in a high-risk pregnancy with critical respiratory failure due to COVID-19: A case report. Case Reports in Women's Health.27, 1-5. E00240. DOI: https://doi.org/10.1016/j.crwh.2020.e00240 Cheng, Y., Luo, R., Wang, K., Zhang, M., Wang, Z., Dong, L., Li, J., Yao, Y., Ge, S., & Xu, G. (2020). Kidney disease is associated with in- hospital death of patients with COVID-19. Kidney international, 97(5), 829- 838. DOI: https://doi.org/10.1016/j.kint.2020.03.005 Pereira, A., Cruz-Melguzo, S., Adrien, M., Marin, E., Perez-Medina, T. (2020) Clinical Course of coronavirus disease-2019 in pregnancy. Acta Obstetricia et Gynecologica Scandinavica. 99(7), 839-847.DOI: https://doi.org/10.1111/aogs.13921 Vintzileos, W. S., Muscat, J., Hoffmann, E., John, N. S., Vertichio, R.. Vintzileos, A. M., & Vo, D. (2020) Screening all pregnant women admitted to labor and delivery for the virus responsible for coronavirus disease 2019. American journal of obstetrics and gynecology, 223(2), 284-286. DOI: https://doi.org/10.1016/j.ajog.2020.04.024 Sentilhes, L., De Marcillac, F., Jouffrieau, C., Kuhn, P., Thuet, V., Hansmann,Y., Ruch, Y., Fafi-Kremer, S., & Deruelle, P. (2020). Coronavirusdisease 2019 in pregnancy was associated with maternal morbidity and preterm birth. American journal of obstetrics and gynecology, 223(6), 914.e1-914.e15. DOI: https://doi.org/10.1016/j. ajog.2020.06.022 Komite Buletin Praktek-Kebidanan. Buletin Latihan ACOG No. 189: Mual Dan Muntah Saat Hamil. Obstet Ginekol 2018; 131:e15. Ditegaskan kembali tahun 2020. Hinkle SN, Mumford SL, Grantz KL, dkk. Hubungan Mual dan Muntah Selama Kehamilan dengan Keguguran Kehamilan: Analisis Sekunder dari Uji Klinis Acak. Kedokteran Magang JAMA 2016; 176:1621. Matthews A, Haas DM, O'Mathúna DP, Dowswell T. Intervensi mual dan muntah di awal kehamilan. Sistem Basis Data Cochrane Rev 2015; :CD007575. SEKIAN DAN TERIMA KASIH