Anda di halaman 1dari 51

a) Perubahan Fisiologi Kehamilan

1) Perubahan pada sistem reproduksi


(a) Vagina dan Vulva
Hormon estrogen mempengaruhi sistem reproduksi sehingga
terjadi peningkatan vaskularisasi dan hyperemia pada vagina
dan vulva. Peningkatan vaskularisasi menyebabkan
warnakebiruanpada vagina yang disebut dengan tanda
Chadwick. (Kumalasari, 2015)
(b) Serviks
bertambah vaskularisasinya dan menjadi lunak (Soft) yang
disebut dengan tanda Goodell. Kelenjar endoservikal
membesar dan mengeluarkan banyak cairan mucus. Oleh
karena pertambahan dan pelebaran pembuluh darah, warna
menjadi livid yang disebut dengan tanda Chadwick ( Dewi
dkk, 2011)
(c) Uterus
Pada kehamilan cukup bulan, ukuran uterus adalah 30 x 25 x
20 cm dengan kapasitas lebih dari 4000 cc. hal ini
memungkinkan bagi adekuatnya akomodasi pertumbuhan janin.
Pada saat ini rahim membesar akibat hipertropi dan hiperplasi
otot rahim, serabut-serabut kolagennya menjadi higroskopik,
dan endometrium menjadi desidua.(Sulistyawati, 2010).
Penyebab pembesaran uterus adalah peningkatan vaskularisasi
dan dilatasi pembuluh darah, hiperplasia dan
hipertrofi,perkembangan desidua (Kumalasari, 2015). Berat
uterus naik secara luar biasa, dari 30 gram menjadi 1000
gram pada akhir bulan. (Kumalasari,2015)).Posisi rahim
dalam kehamilan padapermulaan kehamilan, dalam posisi
antefleksi atau retrofleksi ,pada 4 bulan kehamilan, Rahim tetap
berada dalam rongga pelvis. Setelah itu, mulai memasuki
rongga perut yangdalam pembesarannya dapat mencapai batas
hati , Pada ibu hamil,Rahim biasanya mobile, lebih mengisi
rongga abdomen kanan atau kiri (Kumalasari, 2015).
(d) Ovarium
Selama kehamilan ovulasi berhenti. Pada awal kehamilanmasih
terdapat korpus luteum graviditatum dengan diametersebesar 3
cm. Setelah plasenta terbentuk korpus luteum graviditatum
mengecil dan korpus luteum mengeluarkan hormone estrogen
dan progesteron (Kumalasari, 2015)
2) Perubahan Kardiovaskuler atau Hemodinamik
Karakteristik yang khas adalah denyut nadi istirahatmeningkat sekitar
10 sampai 15 denyut per menit pada kehamilan.Oleh karena
diagfragma makin naik selama kehamilan jantungdigeser ke kiri dan
ke atas. Sementara itu, pada waktu yang sama organ ini agak berputar
pada sumbu panjangnya. Keadaan inimengakibatkan apeks jantung
digerakkan agak lateral dari posisinya pada keadaan tidak hamil
normal dan membesarnya ukuran bayangan jantung yang ditemukan
pada radiograf (Dewi dkk, 2011).
3) Perubahan pada sistem Pernafasan
Timbulnya keluhan sesak dan pendek nafas. Hal ini disebabkan
karena uterus yang tertekan kea rah diagfragmaakibat pembesaran
rahim.Volume tidal (volume udara yangdiinspirasi/diekspirasi setiap
kali bernafas normal) meningkat.Hal ini dikarenakan pernafasan cepat
dan perubahan bentuk rongga toraks sehingga O2 dalam darah
meningkat (Kumalasari, 2015)
4) Perubahan Pada Ginjal
Selama Kehamilan ginjal bekerja lebih berat. Ginjalmenyaring darah
yang volumenya meningkat sampai 30-50% atau lebih, yang
puncaknya terjadi pada kehamilan 16-24 minggu sampai sesaat
sebelum persalinan. (Pada saat ini aliran darah ke ginjal berkurang
akibat penekanan rahim yang membesar.) Terjadi miksi (berkemih)
sering pada awal kehamilan karena kandung kemih tertekan oleh
rahim yang membesar. Gejala ini akan menghilang pada Trimester III
kehamilan dan di akhir kehamilan gangguan ini muncul kembali
karena turunnya kepala janin ke rongga panggul yang menekan
kandung kemih(Kumalasari, 2015)
5) Perubahan Sistem Endokrin
Pada ovarium dan plasenta, korpus luteum mulaimenghasilkan
estrogen dan progesterone dan setelah plasenta terbentuk menjadi
sumber utama kedua hormone tersebut. Kelenjar tiroid menjadi lebih
aktif. Kelenjar tiroid yang lebih aktif menyebabkan denyut jantung
yang cepat, jantung berdebar-debar (palpitasi), keringat berlebihan
dan perubahan suasana hati. Kelenjar paratiroid ukurannya meningkat
karena kebutuhankalsium janin meningkat sekitar minggu ke 15-35.
Pada pankreas sel-selnya tumbuh dan menghasilkan lebih banyak
insulin untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat (Kumalasari,
2015)
6) Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Pengaruh dari peningkatan estrogen, progesterone, dan elastin dalam
kehamilan menyebabkan kelemahan jaringan ikat serta
ketidakseimbangan persendian. Pada kehamilan trimester II dan III
Hormon progesterone dan hormon relaksasijaringan ikat dan otot-
otot. Hal ini terjadi maskimal pada satu minggu terakhir kehamilan.
Postur tubuh wanita secara bertahap mengalami perubahan karena
janin membesar dalam abdomen sehingga untuk mengompensasi
penambahan berat ini, bahu lebih tertarik ke belakang dan tulang
lebih melengkung, sendi tulang belakang lebih lentur dan dapat
menyebabkan nyeri punggung pada beberapa wanita (Dewi dkk,
2011).
7) Perubahan Sistem Gastrointestinal
Rahim yang semakin membesar akan menekanrektum dan usus
bagian bawah sehingga terjadi sembelit (Konstipasi). Wanita hamil
sering mengalami Hearthburn (rasa panas di dada) dan sendawa, yang
kemungkinan terjadi karena makanan lebih lama berada di dalam
lambung dan arena relaksasi sfingter di kerongkongan bagian bawah
yang memungkinkan isi lambung mengalir kembali ke kerongkongan
(Kumalasari, 2015)
8) Perubahan Sistem Integumen
Pada kulit terjadi hiperpigmentasi yang dipengaruhihormone
Melanophore Stimulating Hormone di Lobus Hipofisis anterior dan
pengaruh kelenjar suprarenalis. (Kamariyah dkk, 2014). Sehubungan
dengan tingginya kadar hormonal, maka terjadi peningkatan
pigmentasi selama kehamilan. Ketika terjadi pada kulit muka dikenal
sebagai cloasma. Linea Alba adalah garis putih tipis yang
membentang dari simfisis pubis sampai umbilikus, dapat menjadi
gelap yang biasa disebut Line Nigra (Dewi dkk, 2011).
Pada primigravida panjang linea nigra mulai terlihat pada bulan
ketiga dan terus memanjang seiring dengan meningginya fundus.
Pada Muligravida keseluruhan garismunculnya sebelum bulan ketiga
(Kamariyah dkk, 2014). Striae Gravidarum yaitu renggangan yang
dibentuk akibat serabut-serabut elastic dari lapisan kulit terdalam
terpisah dan putus. Hal ini mengakibatkan pruritus atau rasa gatal
(Kumalasari, 2015).
Kulit perut mengalami perenggangan sehingga tampak retak-
retak, warna agak hyperemia dan kebiruan disebut striae lividae
(timbul karena hormone yang berlebihan dan ada
pembesaran/perenggangan pada jaringan menimbulkan perdarahan
pada kapiler halus di bawah kulit menjadi biru). Tanda regangan
timbul pada 50% sampai 90% wanita selama pertengahan kedua
kehamilan setelah partus berubah menjadi putih disebut striae
albikans (biasanya terdapat pada payudara, perut, dan paha)
(Kamariyah dkk, 2014)
b) Tanda Bahaya pada Kehamilan Lanjut

Ketika bidan mengikuti langkah-langkah proses manajemen


kebidanan, bidan harus waspada terhadap tanda-tanda bahaya dalam
kehamilan. Tanda-tanda bahaya ini, jika tidak dilaporkan atau
terdeteksi, dapat mengakibatkan kematian ibu.Menurut Romauli
(2014). Pada setiap kunjungan antenatal bidan harus memberikan
konseling yaitu mengajarkan kepada ibu bagaimana mengenali tanda-
tanda bahaya ini, dan menganjurkan untuk datang ke klinik dengan
segera jika ia mengalami tanda-tanda bahaya tersebut (Romauli, 2014)
tanda-tanda bahayayang perlu diperhatikan dan diantisipasi dalam
kehamilan lanjut, adalah:
1) Perdarahan pervaginam
(a) Plasenta Previa
Gejala yang terpenting adalah perdarahan tanpa nyeri, biasa
terjadi secara tiba-tiba dan kapan saja. Bagian terendah anak
sangat tinggi karena plasenta terletak pada bagian bawah
rahim sehingga bagian terendah tidak dapat mendekati pintu
atas panggul. Pada plasenta previa, ukuran panjang rahim
berukuran lebih besar maka pada plasenta previa lebih sering
disertai kelainan letak.
(b) Solusio Plasenta
Darah dari tempat pelepasan keluar dari serviks dan terjadilah
perdarahan tampak. Kadang-kadang darah tidak keluar,
terkumpul dibelakang plasenta. Solusio plasenta dengan
perdarahan tersembunyi menimbulkan tanda yang lebih khas
(rahim keras seperti papan) karena seluruh perdarahan tertahan
didalam. Umumnya berbahaya karena jumlah perdarahan yang
keluar tidak sesuaai dengan beratnya syok. Nyeri abdomen
pada saat dipegang, palpasi sulit dilakukan, fundus uteri makin
lama makin naik dan bunyi jantung biasanya tidak ada.
2) Sakit kepala yang hebat
Wanita hamil mengeluh nyeri kepala yang hebat. Sakit kepala
seringkali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam
kehamilan. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah serius
adalah sakit kepala yang menetap dan tidak hilang dengan
beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat ibu
mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau
berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala
dari preeklampsia.
3) Penglihatan Kabur
Wanita hamil mengeluh penglihatan yang kabur. Karena pengaruh
hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat berubah dalam
kehamilan. Perubahan ringan (minor) adalah normal. Masalah
visual yang mengindikasikan keadaan yang mengancam adalah
perubahan visual yang mendadak, misalnya pendangan kabur dan
berbayang. Perubahan penglihatan ini mungkin disertai sakit
kepala yang hebat dan mungkin menandakan preeklampsia.
4) Bengkak di wajah dan jari-jari tangan
Hampir dari separuh ibu hamil akan mengalami bengkak yang
normal pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari akan
biasanya hilang setelah beristirahat dengan meninggikan kaki.
Bengkak biasanya menunjukkan adanya masalah serius jika
muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah istirahat dan
disertai dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini dapat merupakan
pertanda anemia, gagal jantung atau pre-eklampsia.
5) Keluar cairan pervaginam
Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina pada trimester III.
Ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses
persalinan berlangsung. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi
pada kehamilan preterm (sebelum kehamilan 37 minggu) maupun
pada kehamilan aterm. Normalnya selaput ketuban pecah pada
akhir kala I atau awal kala.
6) Gerakan janin tidak terasa
Ibu tidak merasakan gerakan janin sesudah kehamilan trimester III.
Normalnya ibu mulai merasakan janinnya bayinya lebih awal. Jika
bayi tidur, gerakannya akan melemah. Gerakan janin akan lebih
mudah terasa jika ibu berbarig atau beristirahat dan jika ibu makan
dan minum dengan baik. Gejala yang akan terjadi gerakan bayi
kurang dari 3 kali dalam periode 3jam.
7) Nyeri perut yang hebat
Ibu mengeluh nyeri perut pada kehamilan trimester III. Nyeri
abdomen yang berhubungan dengan persalinan normal adalah
normal. Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang
mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap dan
tidak hilang setelah beristirahat. Hai ini bisa berarti apendisitis,
aborsi, penyakit radang panggul, persalinan preterm, grastitis,
penyakit atau infeksi lain.
a) Standar pelayanan minimal ANC 10T
Berdasarkan buku Pedoman Pelayanan Antenatal Care
Terpadu Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2020,
pelayanan yang berkualitas terdiri dari:
(1) (Pengukuran Tinggi Badan dan penimbangan Berat Badan
Pengukuran tinggi badan cukup sekali dilakukan pada saat
ANC ini dilakukan untuk mengetahui ukuran panggul ibu
hamil. Hal ini sangatpenting dilakukan untuk mendeteksi
faktor resiko terhadap kehamilan yang sering berhubungan
dengan keadaan rongga panggul.Penimbangan berat badan
dilakukan setiap kali pada saat melakukan kunjungan ANC.
Ini dilakukan untuk mengetahui faktor resiko dari kelebihan
berat badan pada saat kehamilan dapat meningkatkan resiko
komplikasi selama hamil dan saat persalinan seperti
tekanan darah tinggi saat hamil (hipertensi gestasional),
(diabetes gestasional) bayi besar, dan kelahiran cesar
adapun ibu hamil dengan berat badan kurang selama
kehamilan dapat meningkatkan resiko bayi lahir prematur
(kelahiran kurang dari 37 minggu) dan Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR), oleh karena itu usahakan berat badan
berada pada kisaran normal selama kehamilan (Mandriwati,
2011).
(2) Pengukuran Tekanan Darah
Pengukuran tekanan darah dilakukan setiap kali
melakukankunjungan dengan normal 120/80 mmHg. Hal
ini dilakukan untuk mendeteksi apakah tekanan darah
normal atau tidak, tekanan darah yang tinggi yang
mencapai 180/100 mmHg dapat membuat ibu mengalami
keracunan kehamilan, baik ringan maupun berat bahkan
sampai kejangkejang. Sementara tekanan darah yang
rendah juga menyebabkan pusing dan lemah (Mandriwati,
2011).
(3) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILa)
Pengukuran lingkar lengan atas dilakukan cukup sekali
diawal kunjungan ANC ini dilakukan untuk mengetahui
status gizi ibu hamil (skrining KEK) engan normal 23 cm,
jika didapati kurang dari 23,5 cm cm maka perlu perhatian
khusus tentang asupan gizi selama kehamilan. Bila ibu hamil
kurang gizi maka daya tahan tubuh untuk melawan kuman
akan melemah dan mudah sakit maupun infeksi, keadaan ini
tidak baik bagi pertumbuhan janin yang dikandungnya dan
juga dapat menyebabkan anemia yang berakibat buruk pada
proses persalinan yang akan memicu terjadinya perdarahan
(Mandriwati, 2011).
(4) Pengukuran Tinggi Fundus Uteri (TFU)
Pengukuran Tinggi Fundus Uteri (TFU) dilakukan pada
saat usia kehamilan masuk 22-24 minggu dengan
menggunakan alat ukur capiler, dan bisa juga menggunakan
pita ukur, ini dilakukan bertujuan mengetahui usia
kehamilan dan tafsiran berat badan janin dan agar terhindar
dari resiko persalinan lewat waktu yang berakibat pada
gawat janin (Mandriwati, 2011).
(5) Pengukuran Persentasi Janin dan Detak Jantung Janin
Menentukan persentasi janin dilakukan pada akhir trimester
III untuk menentukan pada bagian terbawah janin kepala ,
atau kepala janin belum masuk panggul berarti ada kelainan
letak panggul sempit atau ada masalah lain. Pengukuran
detak jantung janin dilakukan menggunakan stetoskop
monoaural atau doppler sebagai acuan untuk mengetahui
kesehatan ibu dan janin khususnya denyut jantung janin
dalam rahim dengan detak jantung janin yang normal nya
120x / menit dilakukan pada ibu hamil pada akhir minggu ke
20 (Mandriwati, 2011).
(6) Melakukan Skrining TT (Tetanus Toksoid)
Skrining TT (Tetanus Toksoid) menanyakan kepada ibu
hamil jumlah vaksin yang telah diperoleh dan sejauh mana
ibu sudah mendapatkan imunisasi TT, secara idealnya WUS
(Wanita Usia Subur) mendapatkan imunisasi TT sebanyak 5
kali (long life) mulai dari TT1 sampai TT5. Dengan selang
waktu meliputi :
Antigen Interval Lama perlindungan %
perlindungan

TT 1 Padakunjunganantenat - -
al
pertama

TT 2 4 minggu setelah 3 tahun 80%


TT 1

TT 3 6 bulan serelah
TT 2

TT 4 1 tahun setelah 10 tahun 99%


TT 3

TT 5 1 tahun setelah 25 tahun / seumur 99%


TT 4 hidup

Dengan mengetahui status imunisasi TT bagi wanita usia subur diharapkan


dapat membantu program imunisasi dalam penurunan kasus penyakit
Tetanus khususnya bagi bayi yang baru lahir.
Cara pemberian :
Imunisasi TT disuntikan secara intramuscular atau sub kutan dalam dengan
dosis pemberian 0,5 ml. Pemberian imunisasi 5 dosis melalui program
munisasi dasar dan bulan imunisasi anak sekolah (BIAS)

Program Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Status TT


imuniasi

Bayi DPT 1 Umur 2 bulan TT 0

DPT 2 Umur 3 bulan TT 1

DPT 3 Umur 4 bulan TT 2

Bias DT Kelas 1 SD TT 3

TT Kelas 2 SD TT 4

TT Kelas 3 SD TT 5
Untuk imunisasi TT WUS :
1. Jika memiliki kartu TT berikan dosis sesuai dengan jadwal
pemberian TT nasional.
2. Jika tidak memiliki kartu TT tanyakan apakah ia pernah
mendapatkan dosis TT di masa lalu
3. Jika tidak berikan dosis pertama TT dan anjurkan kembali sesuai
jadwal pemberian TT nasional
4. Jika ya berapa banyak dosis yang telah diterima sebelumnya dan
berikan dosis brikutnya secara berurutan
5. Jika ia tidak bidsa mengingat atau tidak tahu sebaiknya berikan
dosiskedua kepadanya dan anjurkan untuk datang lagi untuk
menerima dosisberikutnya.
Pertanyaan skrining :
1. Tanyakan umur WUS / kelahiran jika kelahiran 1997 loncat
kepertanyaan ke 4.
2. Pendidikan SD,lulus sampai kelas 6
3. Apakah mendapat imunisasi atau suntikan di waktu SD ? waktu
kelas berapa dan berapa kali
4. Pernah mendapatkan imunisasi waktu caten? Berapa kali ? dan
berapa jarak pemberiannya?
5. Sudah hamil berapa kali?
6. Apakah saa hamil mendapatkan imunisasi ? berapa kali ? dan
berapajarak pemberian dengan imunisasi sebelumnya?
Sensitivitas vaksin :
Vaksin TT merupakan vaksin yang sensitive terhadap pembekuan
sebaiknya disimpan dalam suhu 2-8 derajat celcius. Imunisasi Tetanus
toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya
pencegahan infeksi dengan vaksin yang telah dilemahkan dan kemudian
dimurnikan. Melindungi bayi baru lahir dari tetanus neonaturum yang
disebabkan oleh clostridium tetani yaitu kuman yang menyerang sistem
saraf pusat dan melidungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila
terluka (Depkes RI, 2013).
(7) . Pemberian Tablet Fe
Tablet tambah darah dapat mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil
harus medapat tablet tambah darah dan asam folat minimal 90 tablet
selama kehamilan yang diberikan sejak kontak pertama. Tiap tablet
mengandung 60 mg zat besi dan 0,25 mg asam folat (Kemenkes
RI,2015).
(8) . Pemeriksaan Laboratorium (rutin dan khusus)
Pemeriksaan laboratorium dilakukan intuk mencegah hal-hal buruk
yangbisa mengancam janin. Hal ini bertujuan untuk
skrining/mendeteksi jika erdapat kelainan yang perlu dilakukan lebih
lanjut berikut bentuk pemeriksaannya :
a. Pemeriksaan golongan darah
Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya
untukmengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga
untukmempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu
diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.
b. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan
minimal sekali pada trimester pertama dan sekali pada trimester
ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ibu hamil
tersebutmenderita anemia atau tidak selama kehamilannya
karena kondisianemia dapat mempengaruhi proses tumbuh
kembang janin dalam kandungan.
c. Pemeriksaan protein dalam urin
Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada
trimester kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini
ditujukan untuk mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil.
Proteinuriamerupakan salah satu indikator terjadinya pre-
eklampsia pada ibu hamil.
d. Pemeriksaan kadar gula darah.
Ibu hamil yang dicurigai menderita Diabetes Melitus harus
dilakukan pemeriksaan gula darah selama kehamilannya
minimal sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester
kedua, dan sekali pada trimester ketiga terutama ada akhir
trimester ketiga.
e. Pemeriksaan darah malaria
Semua ibu hamil di daerah endemis malaria dilakukan
pemeriksaan darah malaria dalam rangka skrining pada kontak
pertama. Ibu hamil di daerah non endemis malaria dilakukan
pemeriksaan darah malaria apabila ada indikasi.
f. Pemeriksaan tes Sifilis
Pemeriksaan tes Sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinggi
dan ibu hamil yang diduga Sifilis. Pemeriksaaan Sifilis
sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada kehamilan.
g. Pemeriksaan HIV
Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan risiko tinggi
kasus HIV dan ibu hamil yang dicurigai menderita HIV. Tes
HIV pada Ibu hamil disertai dengan konseling sebelum dan
sesudah tes serta menanda tangani informed consent
h. PemeriksaanBTA
Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang menderita
batuk berdahaklebih dari 2 minggu (dicurigai menderita
Tuberkulosis) sebagai upayapenapisan infeksi TB
(9) Tatalaksana atau penanaganan khusus
Berdasarkan hasil pemeriksaan di atas dan hasil pemeriksaan
laboratorium, atau setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil
harus ditangani sesuai dengan standar kewenangan tenaga
kesehatan.Kasuskasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai
dengan sistem rujukan.
(10) Temu wicara (Konseling)
Menurut Depkes (2013) Temu wicara atau konseling dilakukan
padasetiap kunjungan antenatal meliputi :
a. Kesehatan ibu hamil, dengan beristirahat yang cukup selama
kehamilanya (sekitar 9-10 jam per har) dan tidak bekerja
berat.
b. Prilaku hidup bersih dan sehat, dengan menjaga kebersihan
badan selama kehamilanya misalnya mencucu tangan
sebelum makan, mandi dua kali sehari menggukakan sabun
dan menjaga personal hygiene agar tetap bersih dan
terhindar dari suasana lembab serta melakukan olah raga
ringan.
c. Peran suami / keluarga dalam kehamilan dan
perencanaanpersalinan dengan memberi dukungan mental
serta menyiapkan biaya persalinan dan kebutuhan bayi
lainya serta transportasi rujukan dan donor darah.
(1) Tanda-tanda vita
a. Suhu tubuh normal 36.50 C - 37.50 C
b. Denyut nadi ibu dalam keadaan normal 60-100 kali per menit.
c. Pernapasan normal ibu hamil adalah 16-20 kali permenit.
d. Tekanan darah normal 120/80 mmHg sampai 140/90 mmHg
(Depkes RI, 2015).
(2) Lingkar lengan atas (LILA)
Angka normal lingkar lengan atas ibu yang sehat yaitu 23,5-36 cm
(Kusmiyati,2015). Pengukuran Lila untuk:
(1) Mengetahui adanya resiko Kekurangan Energi Kronis
(KEK) pada wanita usia subur.
(2) Menepis wanita yang mempunyai risiko melahirkan berat
bayi lahir rendah.
(3) Berat badan
Berat badan ibu hamil akan bertambah antara 6,5 kg-16,5 kg.
Berdasarkan Indeks MassaTubuh (IMT) berat badan ibu masih
dalam batas normal dengan kalkulasi sebagai berikut:
Tabel 2.3
Peningkatan berat badan selama kehamilan
IMT (kg/m2) Total Kenaikan Berat Selama Trimester
Badan Yang 2 dan 3
Disarankan
Kurus 12,7–18,1 kg 0,5 kg/minggu
(IMT<18,5)
Normal 11,3-15,9 kg 0,4 kg/minggu
(IMT 18,5-22,9)
Overweight 6,8-11,3 kg 0,3 kg/minggu
(IMT 23-29,9)
Obesitas 4,3-6 kg 0,2 kg/minggu
(IMT>30)
Bayi kembar 15,9-20,4 kg 0,7 kg/minggu
Sumber : (Sukarni, 2016)
(4) Tinggi badan
Diukur pada saat pertama kali datang. Ibu hamil yang tinggi
badannya kurang dari 145 cm terutama pada kehamilan pertama,
tergolong risiko tinggi yaitu dikhawatirkan panggul ibu sempit
(Pantikawati, 2015).
1) Deteksi Dini Kehamilan Resiko Tinggi
a) Pengertian
Deteksi dini kehamilan adalah kegiatan yang dilakukan unt
uk menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor resiko dan komp
likasi kebidanan. Deteksi dini kehamilan adalah upaya dini yang di
lakukan untuk mengatasi kejadian resiko tinggi pada ibu hamil. Us
ia untuk hamil dan melahirkan adalah 20 sampai 35 tahun, lebih ata
u kurang dari usia tersebut adalah berisiko (Depkes RI, 2014).
b) Kehamilan resiko tinggi
Kehamilan resiko tinggi adalah suatu keadaan dimana kehamila
n itu dapat berpengaruh buruk terhadap keadaan ibu atau sebalikny
a, penyakit ibu dapat berpengaruh buruk pada janinnya atau keduan
ya saling berpengaruh. Kehamilan resiko tinggi merupakan ancam
an (Rochjati, 2015).
c) Faktor resiko pada ibu hamil
Ibu hamil yang mempunyai resiko perlu mendapat pengawa
san yang lebih intensif dan perlu dibawa ketempat pelayanan keseh
atan sehingga resikonya dapat dikendalikan (Manuaba, 2015).
Faktor resiko pada ibu hamil adalah sebagai berikut
(Depkes RI, 2015):
(1)Primigravida < 20 tahun atau > 35 tahun.
(2)Jumlah anak sebelumnya > 4.
(3)Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang < 2 tahun.
(4) KEK dengan lingkar lengan atas < 23,5 cm atau penambaha
n berat badan < 9 kg selama masa kehamilan.
(5)Anemia dengan hemoglobin < 11 g/dl.
(6) Tinggi badan < 145 cm atau dengan kelainan bentuk pangg
ul dan tulang belakang
(7) Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelu
m kehamilan ini.
(8) Sedang atau pernah menderita penyakit kronis antara lain: t
uberkulosis, kelainan jantung, ginjal, hati, psikosis, kelainan
endokrin (diabetes melitus, sistemik lupus, eritematosus, dl
l), tumor dan keganansan.
(9) Riwayat kehamilan buruk seperti keguguran berulang, keha
milan ektopik terganggu, mola hidatidosa, ketuban pecah di
ni, bayi dengan cacat kongenital.
(10) Kelainan jumlah janin seperti kehamilan ganda, janin demp
et, monster.
(11) Kelainan besar janin seperti pertumbuhan janin terhambat,
janin besar.
d) Pencegahan Kehamilan RisikoTinggi
Skrining yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yaitu skrinin
g faktor resiko dengan skor poji rochyati:
1) Cara Pemberian SKOR:
(a) Skor 2: Kehamilan Risiko Rendah (KRR) Untuk umur dan
paritas pada semua ibu hamil sebagai skor awal
(b) Skor 4: Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) Untuk tiap fakt
or risiko
(c) Skor 8: Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) Untuk be
kas operasi sesar, letak sungsang, letak lintang, perdarahan
antepartum dan pre-eklamsia berat/eklamsia (Rochjati, 201
5).
2) Jumlah skor:
(a) Jumlahskor2 : KRR
(b) Jumlahskor6-10 :KRT
(c) Jumlahskor>12 : KRST
3) Tabel skor PoedjiRochjati

Tabel 2.4

Kartu Skor Poedji Rochjati

I II III 1V
K SKOR Triwulan
EL Masalah/Faktor Resiko
F. NO I II III.1 III.2
R
Skor Awal Ibu Hamil 2 2

I 1 Terlalu muda hamil I ≤16 Tahun 4


2 Terlalu tua hamil I ≥35 Tahun 4
Terlalu lambat hamil I kawin ≥4 Tahun 4
3 Terlalu lama hamil lagi ≥10 Tahun 4
4 Terlalu cepat hamil lagi ≤ 2 Tahun 4
5 Terlalu banyak anak, 4 atau lebih 4
6 Terlalu tua umur ≥ 35 Tahun 4
7 Terlalu pendek ≥145 cm 4
8 Pernah gagal kehamilan 4
9 Pernah melahirkan dengan 4
a. terikantang/vakum
b. uri dirogoh 4
c. diberiinfus/transfuse 4
10 Pernah operasi sesar 8
II 11 Penyakit pada ibu hamil 4
a. Kurang Darah b.Malaria,
c. TBCParu d. PayahJantung 4
Kencing Manis (Diabetes) 4
Penyakit Menular Seksual 4
12 Bengkak pada muka / tungkai 4
dan tekanan darah tinggi
13 Hamil kembar 4
14 Hydramnion 4
15 Bayi mati dalam kandungan 4
16 Kehamilan lebih bulan 4
17 Letak sungsang 8
18 Letak Lintang 8
III 19 Perdarahan dalam kehamilan ini 8
20 Preeklampsia/kejang-kejang 8
JUMLAH SKOR
Sumber : Buku KIA
e) Konsep Dasar Abortus

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan ( oleh akibat-


akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22
minggu atau buah kehamilan belum sampai mampu untuk hidup
di luar kandungan dengan berat janin kurang dari 1000 gram
(Saifuddin, 2009 ). Abortus dibedakan menjadi 2 yaitu abortus
spontan dan abortus buatan. Abortus spontan adalah abortus
yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi luar (buatan ) untuk
mengakhiri kehamilan. Abortus buatan adalah abortus yang
terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan untuk
mengakhiri proses kehamilan (Kusmiyati, 2009). Penyebab
terjadinya abortus, menurut Rukiyah (2010) yaitu:
Macam-macam abortus
a) . Abortus imminens (kehamilan dapat berlanjut).
Abortus imminens adalah keguguran yang
mengancam, keguguran belum terjadi sehingga dapat
dipertahankan dan tanpa adanya dilatasi sderviks
(Rustam Muchtar,2012)
Tanda-tanda abortus imminens :
(1) Perdarahan flek-flek (bisa sampai beberapa hari)

(2) Rasa sakit seperti saat menstruasi bisa ada atau tidak

(3) Serviks dan OUE masih tertutup

(4) PP test (+)

Penatalaksanaanya:
(1) Tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring
total
(2) Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau
hubungan seksual.
(3) Perdarahan berhenti, lakukan asuhan antenatal
seperti biasa. Lakukan penilaian jika perdarahan terjadi
lagi.
(4) Perdarahan terus berlangsung
nilai kondisi janin (uji kehamilan/USG).Lakukan
konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain.
Perdarahan berlanjut, khususnya jika ditemui uterus
yang lebih besar dari yang diharapkan, mungkin
menunjukkan kehamilan ganda atau mola
(5) Tidak perlu terapi hormonal (estrogen atau
progestin) atau tokolitik (seperti salbutamol atau
indometasis ) karena obat-obat ini tidak dapat mencegah
abortus

b) Abortus insipiens
Abortus insipiens adalah abortus yang sedang
berlangsung, dengan ostium yang sedang terbuka dan
ketuban yang teraba. Kehamilan tidak dapat
dipertahankan lagi. ( Joseph HK, 2012) )

Tanda-tanda abortus imminens :

(1) Perdarahan banyak kadang-kadang keluar gumpalan


darah
(2) Nyeri hebat disertai kontraksi rahim
(3) Serviks atau OUE terbuka dan atau ketuban telah
pecah
(4) PP test dapat positif atau negatif

penatalaksanaan :

(1) Lakukan konseling terhadap kehamilan yang tidak


dapat dipertahankan
(2) Lakukan rujukan ibu ketempat layanan sekunder
(3) Informasi mengenai kontrasepsi pasca keguguran
(4) Jelaskan kemungkinan risiko dan rasa tidak nyaman
selama tindakan evakuasi.
(5) Lakukan pemantauan pascatindakan setiap 30 menit
selama 2 jam. Bila kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke
ruang rawat.
(6) Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik
dan kirimkan untuk pemeriksaan patologi ke
laboratorium.
(7) Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam,
tanda akut abdomen, dan produksi urin setiap 6 jam
selama 24 jam. Periksa kadar hemoglobin setelah 24
jam. Bila hasil pemantauan baik dan kadar Hb >8 g/dl,
ibu dapat diperbolehkan pulang.
c) Abortus inkomplit
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil
konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan
masih ada sisa tertinggal dalam uterus. ( Khumaira, 2012)
Tanda-tanda abortus Inkomplit :
(1) Umur kehamilan biasanya diatas 12 minngu atau
bisa kurang
(2) Perdarahan sedikit kemudian banyak disertai
keluarnya hasil konsepsi,tidak jarang pasien datang
dalam keadaan syock
(3) Serviks terbuka 1-2 jari sering teraba sisa jaringan
(4) PP tes positif atau negatif
(5) Anemia
penatalaksanaan :

(1) Lakukan konseling kemungkinan adanya sisa


kehamilan
(2) Jika perdarahan ringan atau sedang dan usia
kehamilan < 16 mg, gunakan jari atau forsep cincin
untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang mencuat
dari serviks.
(3) Jika perdarahan berat dan usia kehamilan < 16 mg,
dilakukan evakuasi isi uterus. Jika evakuasi tidak
dapat segera dilakukan, berikan ergometrin 0,2 mg
IM (dapat diulang 15 menit kemudian bila perlu).
(4) Jika usia kehamilan > 16 mg, berikan infus 20 IU
oksitosin dalam 500 ml NaCl 0,9% atau Ringer
Laktat dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk
membantu pengeluaran hasil konsepsi.
(5) Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg
pervaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi
hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)
(6) Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan
pervaginam, tanda akut abdomen, dan produksi
urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar
hemoglobin setelah 24 jam. Bila hasil pemantauan
baik dan kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan
pulang serta pastikan untuk tetap memantau kondisi
ibu setelah penanganan
d) Abortus komplit (seluruh hasil konsepsi telah
dikeluarkan)
Pada abortus jenis ini hasil konsepsi telah keluar semua
dari cavum uteri. Perdarahan segera berkurang setelah isi
rahim dikeluarkan dan selambat-lambatnya dalam 10
hari perdarahan berhenti sama sekali karena dalam masa
ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi telah selesai.
Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan semua.
Tanda-tanda abortus komplit:
(1) Perdarahan yang sedikit
(2) Ostium uteri telah menutup
(3) Uterus telah mengecil
penatalaksanaan :

(1) Tidak diperlukan evakuasi lagi


(2) Lakukan konseling untuk memberikan dukungan
emosional dan menawarkan kontrasepsi pasca
keguguran
(3) Observasi keadaan ibu
(4) Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet
sulfas ferosus 600 mg/hari selama 2 minggu, jika
anemia berat berikan transfusi darah
(5) Evaluasi keadaan ibu setelah 2 minggu
Resiko riwayat abortus terhadap persalinan
Kejadian BBLR pada ibu yang mempunyai riwayat abortus
mempunyai peluang risiko melahirkan BBLR 1,79 kali lebih besar
dibandingkan pada ibu yang tidak mempunyai riwayat abortus.
(Lestariningsih dan Duarsa , 2014).Abortus pada wanita hamil bisa
terjadi karena beberapa hal yaitu kelainan pertumbuhan hasil
konsepsi karena kelainan genetik, lingkungan menempelnya hasil
pembuahan tidak bagus dikarenakan radiasi/obat, penyakit kronis
ibu dan kelainan organ reproduksi. Hal tersebut dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin pada
kehamilan berikutnya sehingga ibu melahirkan BBLR. (Linda dan
Surtiningsih, 2016).
Terdapat hubungan yang signifikan antara ibu perlekatan ringan
sampai dengan ablasi seluruh kavum uteri. Perlekatan ini akan
menyebabkan penurunan volume kavum uteri dan dapat
berpengaruh pada pertumbuhan plasenta yang abnormal.
Plasenta merupakan organ yang berfungsi untuk menyalurkan
nutrisi dan oksigen pada janin. Apabila plasenta mengalami
pertumbuhan yang abnormal dapat menyebabkan janin tidak
mendapatkan nutrisi dan oksigen yang cukup untuk proses
pertumbuhan janin sehingga dapat terjadi bayi berat lahir rendah.
Diduga wanita yang pernah mengalami kuretase mengalami luka
endometrium yang merupakan predisposisi terjadinya kelainan
implantasi plasenta, sehingga memicu terjadinya BBLR. Trauma
bedah pada serviks pada saat konisasi, prosedur eksisi loop
electrosurgical, dan dilatasi berlebihan serviks pada saat terminasi
kehamilan dapat menyebabkan kerusakan leher rahim atau rahim
sobek. Diagnosis tersebut merupakan sebagian besar terjadinya
inkompeten serviks. Hal tersebut menyebabkan inkompeten
serviks yang kemudian mempersulit mempertahankan berat bayi
pada kehamilan selanjutnya sehingga dapat menyebabkan BBLR.
(Momeni,2017)
Asuhan Bidan Pada Neonatus
Direktorat Bina Kesehatan Ibu (2012), menjelaskan bahwa

pelayanan kesehatan bayi baru lahir atau neonates adalah pelayanan

kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang

kompeten kepada neonatus minimal tiga kali, yaitu :

a) Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1)

Kunjungan dilakukan pada kurun waktu 6-48 Jam setelah lahir, asuhan
yang diberikan adalah menjaga kehangatan bayi, memberikan ASI
eksklusif, pencegahan infeksi, perawatan tali pusat, memantau tanda
bahaya pada neonatus. Memberikan konseling ibu tentang memberikan
ASI eksklusif selama 6 bulan atau jangan berikan makanan maupun
susu formula selama 6 bulan, Memberitahukan ibu tentang cara
pencegahan infeksi dengan cara memncuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan atau ketika akan menyentuh bayi serta memakai
masker apabila sedang flu dan batuk, Memberitahu ibu bagaimana cara
merawat tali pusat bayi yaitu : mengeringkan tali pusat bayi setelah
mandi atau apabila basah ganti dengan kasa baru yang lebih bersih dan
kering, jangan memberikan atau membubuhkan sesuatu apapun baik itu
obat maupun ramuan tradisional pada tali pusat yang masih basah, jaga
tali pusat agar tali pusat tetap dalam keadaan bersih dan kering.

b) Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2)

Kunjungan dilakukan pada kurunwaktu hari ke 3 sampai dengan hari ke


7 setelah lahir. Asuhan yang diberikan yaitu menjaga kehangatan tubuh
bayi, berikan ASI eksklusif, memandikan bayi, perawatan tali pusat
dan imunisasi. Pada saat kunjungan KN 2, bidan menganjurkan ibu
untuk memberikan ASI kapan saja dan bayi tidur harus tetap
dibangunkan, menganjurkan ibu untuk tidak memberikan makanan
tambahan sampai usia 6 bulan, Memberitahu ibu bagaimana cara
merawat tali pusat bayi yaitu : mengeringkan tali pusat bayi setelah
mandi atau apabila basah ganti dengan kasa baru yang lebih bersih dan
kering, jangan memberikan atau membubuhkan sesuatu apapun baik itu
obat maupun ramuan tradisional pada tali pusat yang masih basah, jaga
tali pusat agar tali pusat tetap dalam keadaan bersih dan kering.
Memberitahu ibu untuk menimbang bayi setiap bulan ke posyandu
untuk mendapatkan imunisas.

c) Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3)

Kunjungan dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 sampai dengan hari


ke 28 setelah lahir. Asuhan yang diberikan kepada bayi adalah
memeriksa tanda bahaya dan gejala sakit, menjaga kehangatan tubuh
bayi, memberikan ASI eksklusif, dan imunisasi. Pada saat kunjungan
KN 3, bidan menganjurkan ibu untuk memberikan ASI kapan saja dan
bayi tidur harus tetap dibangunkan, menganjurkan ibu untuk tidak
memberikan makanan tambahan sampai usia 6 bulan, memberitahu ibu
tanda bahaya neonates yaitu bayi tidak mau menyusui, kejang, lemah,
sesak napas, merintih, tali pusat kemerahan, demam, kulit terlihat
kuning, Memberitahu ibu untuk menimbang bayi setiap bulan ke
posyandu untuk mendapatkan imunisas.
A. Instrumen
Secara umum alat dan bahan yang digunakan dalam study kasus ini adalah:
1. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan observasi dan
pemeriksaan fisik:
a. Kehamilan :
Alat : Tensimeter, stetoskop, thermometer, jam tangan, , funduscop/Doppler,
reflex hamer, timbangan dewasa, pengukur tinggi badan.
bahan : handscoen, pita lila, pita centimeter
b. Persalinan :
Alat : Tensimeter, stetoskop, jam tangan, partus set, heating set
Bahan : , pita centimeter, kasa steril, handscoen.
c. Nifas :
Alat :Tensimeter, stetoskop, thermometer, jam tangan
Bahan : handscoen, kasa steril.
d. BBL :
Alat : Timbangan bayi, lampu sorot, dan jam tangan
Bahan: pita centimeter, kapas alkohol, kasa steril
e. KB : Leaflet
2. Bahan: yang di gunakan untuk melakukan wawancara: Format asuhan
kebidanan pada ibu hamil, bersalin, bbl, nifas dan kb.
3. Bahan yang digunakan untuk melakukan study dokumentasi : catatan
medik atau status pasien, buku KIA, partograph.
BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
1. Tinjauan kasus
1. Asuhan MasaKehamilan
a) Pengkajian I
Hari /Tanggal : Senin, Maret 2021
Jam : 09.00 Wita
Tempat : Pustu Pau
2. Data subjektif
a. Identitas/Biodata
Nama Ibu : Ny. M.T.M Nama Suam : Tn. M.A
Umur : 34 tahun : 35 tahun
Pendidikan :SD : SD
Pekerjaan : IRT : Wiraswasta
Suku/Bangsa : Flores/Indonesia : Flores/Indonesia
Agama : Katolik : Katolik
Alamat : Lempe : Lempe
a. Alasan datang:
Ibu mengatakan ingin memeriksa kehamilannya
b. Keluhan utama:
Ibu mengatakan tidak ada keluhan apapun yang
menggangu kehamilannya.
c. Riwayat KehamilanSekarang
1) Kehamilanke : 1V ( ke empat )
2) HPHT : 28 Juni2020
3) HPL : 4 April 2021
4) ) BB sebelum hamil : 50 kg
1) Gerakan janin (24 jam terakhir) : ibu mengatakan
merasa gerakan janinnya lebih dari 10 kali dalam 24
jamterakhir
2) Riwayat penyakit kehamilan/ tanda bahaya
79

Ibu mengatakan selama kehamilannya pernah


mengalami tanda bahaya pada kehamilannya yang
pertama, pada saat usia kandungan 10 minggu ibu
mengalami keguguran.
3) Keluhan
TMI : ibu mengatakan merasakan gatal-gatal pada
bagian paha pada usia kehamilan 10 minggu
TM II: ibu mengatakan tidak ada keluhan apa pun
yang mengganggu kehamilannya
TM III : ibu mengatakan tidak ada keluhan apa pun
yang mengganggu kehamilannya.
4) Obat yang dikonsumsi (termasuk jamu):
Ibu mengatakan selama kehamilan ini tidak
mengkonsumsi obat-obatan yang dijual bebas
termasuk jamu, kecuali obat yang diberikan bidan dan
dokter SpOG.
5) ANC
Ibu mengatakan sudah diperiksa ke bidan pada :

Trimester I : Satu kali dan mendapat obat SF (90 tablet),

Vitamin C 90 tablet. Dengan keluhan merasakan gatal-

gatal pada bagian paha pada usia kehamilan 10 minggu

Trimester II : satu kali di Pustu Pau, ibu mendapat terapi

kalk (15), ibu mengatakan tidak ada keluhan apa pun

yang mengganggu kehamilannya

Trimester III: lima kali di Pustu Pau Ibu tidak mendapat

obat Satu kali di dokter SPOG Ibu disarankan untuk

mengkonsumsi obat dari dokter SPOG sesuai dosis


yang dianjurkan, ibu mengatakan tidak ada keluhan apa

pun yang mengganggu kehamilannya.

6) Imunisasi TT
Ibu mengatakan selama kehamilan ini sudah 1 kali
mendapat imunisasi TT di suntik di pustu Pau pada
tanggal 05Oktober 2020.
7) Kekhawatiran khusus
Ibu mengatakan tidak ada kekhawatiran khusus. Ibu
sudah siap menghadapi persalinan.
Data Psiko Sosial dan Ekonomi

1. RiwayatPerkawinan
a) Umur waktu nikah : 25tahun
b) Lama :9
c) Perkawinan ke :1
d) Jumlah anak :2
(2) Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan ibu
Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan yang
direncaanakan oleh ibu dan suami. Semua anggota
keluarga memberi respon yang baik, dan mendukung atas
kehamilan ibu seperti seperti tidak mengucilkan atas
kehamilan ibu. Pengambil keputusan adalah ibu sendiri
dan disepakati bersama suami. Ibu dan suami sudah
mempersiapan segala kebutuhan untuk persalinan nannti.
Ibu mengatakan ingin bersalin di Pustu Pau.
B.Lingkungan
(1)Lingkungan sosial:
Hubungan ibu dan tetangga terjalin baik sehingga
tetangga memberi respon yang baik dan mendukung,
tidak ada yang mengucilkan atas kehamilan ibu.
Tidak ada adat istiadat yang mengganggu atau
membahayakan kehamilan ibu.
(2)Lingkungan Fisik:
ibu mengatakan tinggal berdua dengan suami,Rumah
ibu dindingnya setengah tembok, lantainya semen dan
tidak lembab. Sirkulasi udara baik dan ada ventilasi
udara jendela dan pintu. Ibu mengatakan ada
memelihara hewan piaraan yaitu babi dan di
kandangkan. Jarak kandang dari rumah lebih dari 10
cm.
A. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
(1) Nutrisi
a) Ibu mengatakan selama kehamilannya nafsu makan ibu
baik sama seperti sebelum hamil, tidak ada pantangan
makanan. Ibu makan nasi 1 piring penuh , sayur, lauk
dan buah. Malahan semuanya dengan porsi lebih
banyak dari sebelum hamil.
b) Kebutuhan cairan ibu terpenuhi (air putih kurang lebih
10 gelas/hari dan kadang-kadang susu). sebelum hamil,
ibu minum air putih kurang lebih 6 gelas per hari dan
ibu sering mengonsumsi kopi.
(2) Eliminasi (BAK/BAB)
Ibu mengatakan buang air besar sebelum dan setelah hamil
tidak memiliki masalah, 1-2 kali sehari. Buang air kecil
sebelum hamilnya 3-4 kali sehari, setelah hamil buang air
kecilnya lancar( kurang lebih 5-6 kali sehari) dan di malam
hari sering pipis.

(3) Pola Aktifitas dan Istirahat


a) Pola Aktifitas
Ibu mengatakan kegiatannya sehari-hari sebagai ibu
rumah tangga seperti menyapu, mencuci dan memasak.
b) Pola istirahat
Ibu mengatakan tidak sering istirahat siang tetapi Pada
malam hari ibu tidak ada keluhan ibu bisa tidur dengan
nyenyak (kurang lebih 6-8 jam). Akhir-akhir ini sering
buang air kecil pada malam hari.
(4) Personal Hygiene
Ibu mengatakan selama kehamilannya kebersihan ibu
terjaga, mandi 2 kali sehari, keramas 2-3 kali seminggu,
gosok gigi 1-2 kali sehari, kebersihan organ kewanitaanya
terjaga, setiap selesai BAB/BAK
83

selalu dibersihkan. pakaian dalam selalu diganti jika terasa


basah atau lembab.

(5) Pola seksual


Tidak di kaji,
Alasan ibu
tidak
tersedia.
A. Pemeriksaan Obstetri

a) Rambut : bersih, warna hitam lebat, tidakrontok, tidak ada


ketombe, penyebaran rambut merata
b) Muka : bersih, tidak pucat, tidak oedema terdapat closma
gravidarum.
c) Mata: Simetris kiri dan kanan, kongjungtiva tidak anemis, sklera
putih, tidak ada secret, penglihatan baik.
d) Telinga: Simetris kiri dan kanan,bersih, pendengaran baik, tidak
ada serumen.
e) Hidung :
bersih, tidak adasecret, tidak ada kelainan.
f) Mulut dan gigi :
bersih, tidak ada stomatitis, mukosa bibir lembab, gusi tidak
berdarah, tidak ada kelainan, gigi lengkap, tidak ada caries.
g) Leher: tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan pembendungan
vena jugularis.
h) Dada: tidak ada retraksi dindingdada.
i) Mammae :
simetris kiri dan kanan, tidak ada benjolan abnormal, puting

susu menonjol, areola menghitam, payudara bersih, kolustrum


sudah ada.
j) Abdomen :
tidak ada luka bekas operasi, terdapat linea nigra, tidak ada
strie gravidarum, pembesaran sesuai usiakehamilan.
k) Genetalia :
tidak dilakukan pemeriksaan karena ibu tidak bersedia
l) Ekstremitas (atas dan bawah) :
Simetris kiri dan kanan, tidak ada oedema, gerak aktif,
jari-jari tangan dan kaki lengkap tidak ada kelainan.
a) Leopold I :
Pada fundus teraba bagian
bulat, lunak, tidak melenting (bokong).
b) Leopold II :
pada bagian kanan teraba keras ,rata memanjang seperti papan
berarti punggung, bagian kiri teraba bagian-bagian kecil janin
(ekstermitas)
c) Leopold III:
pada bagian sympisis teraba bulat, keras, dan melenting
(kepala)
d) Leopold IV:
kedua tangan pemeriksa masih saling bertemu (belum masuk
PAP)
(1) DiagnosaKebidanan
+2
Ny. M.T.M umur 34 tahun G4P3A1 umur kehamilan 39 minggu,
janin prsentasi kepala, tunggal hidup intra uteri, punggung kiri,
kepala sudah masuk PAP, inpartu kala II fase aktif.
Data dasar :
a) Data Subyektif
a) Ibu mengatakan ingin BAB
b) Ibu mengatakan ada dorongan untuk meneran
b) Data Obyektif
(2) Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas normal
TD : 120/70 mmHg, S : 36,6’c, N: 81x/menit, RR: 21x/menit
b) Inspeksi :
Vulva dan anus membuka, perineum menonjol, ada pengeluaran
lendir darah semakin banyak.
c) Palpasi: kontraksi uterus kuat 4x10 menit lamanya 45 detik
d) Auskultasi: DJJ 138x/menit, kuat, teratur.
(1) Identifikasi Masalah/Diagnosa Potensial
Tidak ada
(2) Identifikasi kebutuhan Tindakan Segera
Tidak ada
A. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Normal Asuhan Masa
Bayi Baru Lahir normal
Hari/ Tanggal: Selasa, 30 Maret 2021
Tempat :Pustu Pau
Jam : 11.25 Wita
Kunjungan 1
B. Data Subyektif
(1) Identitas/ biodata
(a) Nama bayi :By.Ny M.T,M
(b) Jenis kelamin : perempuan
(c) Lahir jam : 11.25 WITA
(1) Riwayat persalinan
Bayi lahir pada hari selasa, tanggal 30 Maret 2021 jam 11.25 WITA di
pustu Pau, bayi lahir normal spontan, lama persalinan kalaI 30 menit,
kala II 5 menit. Persalinan ditolong oleh bidan dan tidak ada penyulit
persalinan.
C. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
1) Penilaian awal :
bayi menangis kuat, warna kulit kemerahan, gerakan aktif, denyut
jantung teratur
2) Keadaan umum :
Baik, tidak tampak kelainan/ cacat bawaan
3) Jenis kelamin : perempuan
A. Data Obyektif
(1) Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum : baik
2) Kesadaran : composmentis
3) Status emosional : stabil
4) Tanda- tanda vital
a) Tekanan darah : 120/80 mmHg
b) Nadi : 82x/menit
c) Suhu : 37°C
d) Pernapasan : 21x/menit
5) Status present
Ibu tampak sehat, mukanya tidak pucat dan tidak bengkak, sedang
tidur miring kiri menyusui bayinya.
B. Pemeriksaan Obstetric
(1) Muka : tidak pucat, tidak ada oedema, kedua mata tidak merah,
ada cloasma
(2) Leher : tidak ada kelainan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
tidak ada pembendungan vena jugularis, tidak ada pembesaran
kelenjar limfe
(3) Dada : tidak ada retraksi dinding dada.

(4) Mammae: simetris kiri dan kanan, tidak bengkak, tidak ada
benjolan abnormal, puting menonjol, aerola menghitam, tidak
ada tanda-tanda infeksi, pengeluaran ASI kolostrum

(5) Perut : kontraksi uterus baik, TFU 2 jari bawah pusat, tidakada luka
bekas operasi, adastriae.

(6) Genetalia : perdarahan normal, warna merah, bau khas darah, tidak
ada jahitan di perineum. Lochea rubra

a) Ekstremitas:
simetris kiri dan kanan, tidak ada bengkak, gerak aktif, tidak
ada kelainan,reflek patella kiri dan kanan positif (+).
A. Pembahasan
1. Asuhan Kehamilan Normal
Berdasarkan hasil pengkajiàn pada Ny. M.T.M selama pemeriksaan
kehamilan sebanyak 8 kali, Trimester I : Satu kali, Trimester II : satu
kali,Trimester III: lima kali di Pustu Pau, Satu kali di dokter SPOG,
Kunjungan ANC Ny M.T.M sudah sesuai dengan teori menurut Kemenkes
(2015) yang mengatakan bahwa selama kehamilan dilakukan paling sedikit 4
kali kunjungan yaitu 1 kali TM pertama, 1 kali TM kedua dan 2 kali pada TM
ketiga. semua hasil pemeriksaan ibu dan janin dalam keadaan baik dan tidak
ditemukan tanda bahaya atau komplikasi selama kehamilan. Berdasarkan skor
poedji Rochjati kehamilan Ny. M.T.M termasuk kehamilan resiko tinggi
( riwayat abortus).(Rochjati, 2015).
Menurut penelitian Yeni ( 2017) bahwa ibu yang memiliki riawayat
abortus beresiko terjadi abortus pada kehamilan berikutnya. Asuhan
kebidanan yang diberikan selama pemeriksaan kehamilan sesuai standar (10
T) yaitu timbang berat badan dan ukur tinggi badan, ukuran tekanan darah,
ukur LILA, ukur tinggi fundus uteri, tentukan presentasi janin dan DJJ,
imunisasi TT, tablet FE, periksa laboratorium, tata laksana kasus, temu
wicara. Pelayanan 10 T yang di peroleh Ny. M.T.M sudah sesuai dengan teori
tentang standar asuhan kebidanan pada masa kehamilan ( Kepmenkes RI,
2010). Akan tetapi pada kehamilan trimester III peneliti tidak melakukan
pemeriksaan laboratoriumn yaitu kadar hemoglobin karena masalah wabah
covid 19. Berdasarkan data diatas berarti ada kesenjangan antara teori dan
praktik di lapangan.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan, persalinan, nifas, merupakan proses yang alami dan


fisiologis bagi setiap wanita, namun jika tidak dipantau mulai dari masa
kehamilan dalam perjalanannya 20% dapat menjadi patologis yang
mengancam ibu dan janin yang dikandungnya, sehingga diperlukan asuhan
kebidanan sesuai dengan standar. Keberhasilan upaya kesehatan ibu dan anak
indikatornya adalah Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB). Indikator ini tidak hanya melihat program Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA), tetapi juga mampu menilai derajat kesehatan masyarakat pada suatu
Negara (Kemenkes RI, 2016).
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah salah satu indikator yang dapat
menggambarkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara. Menurut data
World Health Organization (WHO), AKI di dunia pada tahun 2017 setiap
harinya diperkirakan 810 wanita meninggal dalam masa kehamilan dan
persalinan. 94% dari semua kematian ibu terjadi di negara berpenghasilan
rendah dan menengah kebawah. Remaja muda (usia 10-14) lebih rentan
mengalami resiko komplikasi dan kematian yang lebih tinggi di bandingkan
dengan wanita yang lebih tua. Sedangkan angka kematian bayi (AKB) di
dunia menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2015
diperkirakan 41 per 1000 KH (WHO, 2019 ).
Angka Kematian Ibu di Indonesia tahun 2007 sebanyak 228 kasus, tahun
2012 meningkat menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup dan pada tahun
2015 sebanyak 305 kasus (Kemenkes RI 2017). Penyebab kematian ibu antara
lain karena gangguan hipertensi sebanyak 33,07%, perdarahan obstetrik
27.03%, komplikasi non obstetric 15.7%, komplikasi obstetric lainnya 12.04%
infeksi pada kehamilan 6.06% dan penyebab lainnya 4.81%. Sementara
kematian neonatal tertinggi disebabkan oleh komplikasi kejadian intrapartum
tercatat 28,3%, akibat gangguan respiratori dan kardiovaskular 21.3%, BBLR
dan premature (Pritasari;2019).
Berdasarkan profil Kesehatan Nusa Tenggara Timur (NTT) Tahun 2016,
Angka kematian ibu (AKI) yaitu 133/100.000KH atau 178 kasus kematian
pada tahun 2015.Sedangkan tahun 2016 meningkat menjadi 893 kasus atau
sebesar 131 per 100.000 KH.Target dalam Renstra Dinas Kesehatan Propinsi
NTT pada tahun 2016, kasus kematian ibu ditargetkan turun menjadi 128
kasus, berarti target tidak tercapai. Angka Kematian Bayi (AKB) Tahun 2015
-2016 tetap 11 per 1000 KH. Target dalam Renstra Dinas Kesehatan Propinsi
NTT belum juga tercapai (Profil Kesehatan Propinsi NTT, 2016).
Angka kematian ibu (AKI) di Kabupaten Manggarai pada tahun 2016
sebanyak 7 kasus atau sebesar (113,23/100.000KH) mengalami penurunan
sebanyak 5 kasus pada tahun 2017 (81,93/100.000KH)dan kembali
mengalami peningkatan pada tahun 2018 sebanyak 6 kasus atau
(98,36/100.000kh). Penyebab kematian ibu adalah Perdarahan 4
kasus,Eklamsia 1 kasus,AFLD (Acute Fatly Liver of Pregnancy) atau kelainan
genetik 1 kasus.Angka kematian bayi (AKB) pada tahun 2017 sebanyak 70
kasus (11,47/1000kh) dan tahun 2018 mengalami peningkatan menjadi 83
kasus (13,60/1000kh). Penyebabnya adalah IUFD (29,5%),BBLR (11,2%)dan
premature. ini menunjukan bahwa faktor kondisi ibu sebelum dan selama
kehamilan amat menentukan kondisi bayinya. Penyebab lain kematian bayi
yaitu,infeksi pada ibu hamil,status gizi ibu hamil,sosial ekonomi, faktor
lingkungan,kurangnya pengetahuan ibu dalam hidup sehat,akses pelayanan
yang masih sangat terbatas (LKJT,Dinkes.2018).
Di wilayah kerja Puskesmas Lao Angka Kematian Ibu (AKI) tahun 2018
dan tahun 2019 tidak ada. Sedangkan untuk Angka Kematian Bayi (AKB)
tahun 2019 sebanyak 9 orang.Penyebabnya BBLR 5 orang, Asfiksia
Neonatorum 3 orang dan cacat bawaan 1 orang. Sejak tahun 2017 hingga
tahun 2020 tidak terdapat kematian di Pustu Pau. Sedangkan kematian bayi
pada tahun 2018 sebanyak 3 kasus, 5 kasus pada tahun 2019, dan 4 kasus pada
tahun 2020. penyebab kematian bayi dikarenakan BBLR, IUFD, asfiksia, dan
kelainan bawaan (Pustu Pau, 2020).
Kehamilan merupakan suatu proses dari kehidupan seseorang
wanita,dimana dengan adanya proses ini akan menyebabkan perubahan pada
wanita tersebut, yang meliputi perubahan fisik, mental, dan sosialnya
(sunarsih dkk, 2011). Pada tahun 2018, upaya kesehatan masyarakat di
Indonesia khusunya kesehatan ibu dan anak dapat dilihat dari data nasional
bahwa cakupan K4 pada ibu hamil mencapai 88,03% dari target 78%.. Pada
tahun 2017 Propinsi NTT Cakupan K1 78,2 % dari target pencapaian 100%.
Cakupan K4 56,6 % dari target pencapaian 95%. Di Puskesma La’o K1 100
%, K4 70,9 %. Berdasarkan data dari puskesmas La’o tahun 2019 jumlah ibu
hamil selama 1 tahun total 773 orang, Berdasarkan data dari Puskesmas
Pembantu Pau jumlah ibu hamil selama tahun 2019 sebanyak 96 0rang, K1
96,40 %, K4 95,23 %.
Persalinan merupakan rangkaian pristiwa mulai dari kenceng kencang
teratur sampai dikeluarkan konsepsi (janin,plsenta,ketuban,dan cairan
ketuban) dari jalan lahir dengan bantuan atau kekuatan sendiri Proses ini
dimulai dengan adanya kontraksi persalinan sejati, ditandai dengan perubahan
serviks secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta (Sulistyawati
dan Nugraheny, 2013).
Berdasarkan profil kesehatan indonesia tahun 2015 penyebab kematian
ibu secara langsung pada persalinan adalah perdarahan (28%) ,eklamsi (24%),
inveksi jalan lahir (11%). Menurut profil kesehatan indonesia tahun 2018
Cakupan pertolongan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (TK)
mencapai 90,32% dari target 82%. Di Puskesmas La’o persalinan nakes 99,6
%,
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula
(sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu
(Sulistyawati, 20012). Menurut profil kesehatan Indonesia 2018 KF 1 94,15 %
dan KF Lengkap 96,25 %, Di Puskesmas La’o KF 1 96,3 %, KF Lengkap
95,3 %.
Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru mengalami proses
kelahiran, berusia 0-28 hari. Masa Neonatal adalah masa sejak lahir sampai
dengan 4 minggu (28 hari) sesudah kelahiran dimana ada tiga masa yaitu
Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 1 bulan
sesudah lahir, Neonatus dini adalah usia 0-7 hari dan Neonatus lanjut adalah
usia 7-28 hari (Marmi dan Rahardjo, 2012). cakupan kunjungan neonatal
(KN) mencapai 97,36% dari target 85% (Kemenkes,2018). Menurut profil
Kesehatan NTT Kunjungan KN 68,8%. Di Puskesmas La’o KN 1 98,6 %.
Keluarga berencana (family planning, planned parenthood) : suatu usaha
untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan
memakai kontrasepsi (Anggraini dan Martini; 2011). Kegagalan dari program
keluarga berencana (KB) yang kurang efektif disebabkan karena kurangnya
pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya KB, sehingga
terjadi kondisi 4T pada ibu yakni : terlalu muda melahirkan (di bawah usia 20
tahun), terlalu sering melahirkan, terlalu dekat jarak melahirkan, dan terlalu
tua melahirkan (di atas usia 35 tahun) (Kemenkes RI, 2016).
Cakupan akseptor keluarga berencana (KB) aktif mencapai 63,27%.
Cakupan KB Aktif 69.0% dari target 70% (profil NTT 2017). Untuk
pelayanan KB jumlah PUS 5.720 dengan rincian kondom 35 ( 1,0 % ), IUD
1.031 ( 20,3 % ), suntik 1.279 ( 35,1 % ), Pil 616 ( 17,2 % ) ( Profil Kesehatan
Puskesmas La’o, 2019)
Di wilayah kerja puskesmas Lao sendiri jumlah ibu hamil seluruhnya
tahun 2018 sebanyak 773 orang. Jumlah kelahiran 2019 :531 orang kelahiran
dan semua persalinanyan ditolong oleh tenaga kesehatan, dengan BBLR tahun
2019 sebanyak 31 orang (5,8%). Untuk pelayanan KB,jumlah Pus : 5.720.
Kondom: 35 (1,0%),IUD : 1.031 (20,3%),suntik : 1.279(35,1%), pil : 616
(17,2%). Tercapainya kualitas hidup yang baik bagi keluarga dan masyarakat,
sangat ditentukan oleh kesehatan ibu dan anak. Ibu hamil adalah salah satu
kelompok yang rawan akan abortus.
abortus menurut buku karangan (Prawirohardjo, 2016), dengan judul
“Ilmu Kebidanan dan Kandungan” yaitu pengeluaran hasil konsepsi dengan
berat badan kurang dari 500 gram dan atau panjang badan kurang dari 25 cm
dan atau usia gestasi kurang dari 20 minggu.
Menurut (WHO, 2019), Abortus atau aborsi dibedakan menjadi abortus
aman dan tidak aman, Abortus aman yaitu abortus yang dilakukan dengan
metode yang direkomendasikan oleh WHO dan dilakukan oleh tenaga medis
terlatih. Sedangkan abortus yang tidak aman yaitu abortus yang terjadi jika
kehamilan dihentikan oleh orang yang tidak memiliki keterampilan atau
keadaan yang tidak sesuai dengan standar medis minimal dan dilakukan
dengan metode yang sudah ketinggalan zaman seperti kuretase tajam,
memasukkan benda asing atau menggunakan ramuan tradisional.
Di dunia, terjadi 208 juta kehamilan dengan 41 juta mengarah ke aborsi
dan 11 juta mengarah ke abortus spontan. Di negara berkembang, 90%
abortus terjadi secara tidak aman, sehingga berkontribusi 11%-13% terhadap
kematian maternal (Kemenkes RI, 2015).
WHO memperkirakan terdapat sekitar 4,2 juta kejadian abortus setiap
tahun di Asia Tenggara yaitu 1,3 juta di Vietnam dan Singapura, antara
750.000 sampai, 155.000 di Filipina dan 300.000 sampai 900.000 di Thailand
dan di perkirakan kasus abortus di Indonesia mencapai 2,3 juta kejadian setiap
tahunnya(WHO, 2016). Menurut World Health Organization (WHO)
persentase kemungkinan terjadinya abortus cukup tinggi. Sekitar 15 - 40%
angka kejadian diketahui pada ibu yang sudah dinyatakan positif hamil dan 60
- 75% angka abortus terjadi sebelum usia kehamilan 12 minggu ( Kemenkes
RI, 2014). Kejadian abortus disebabkan oleh faktor janin karena cacat genetik,
faktor Ayah seperti kelainan kromosom pada sperma dan Faktor ibu seperti
usia, paritas, mempunyai riwayat keguguran sebelumnya, infeksi pada daerah
genital, penyakit kronis yang diderita ibu (hipotiroidisme, anemia, diabetes
yang tidak terkontrol), Pemakaian obat dan faktor lingkungan (Tembakau,
alkohol, kafein, radiasi, kontrasepsi, toksin lingkungan), Trauma abdomen,
defek uterus (Cunningham, Leveno, Hauth, Rouse, & Spong, 2013).
Dalam jurnal Elisa Diyah, tahun 2017, Di Indonesia diperkirakan bahwa
sekitar 2-2,5% mengalami keguguran setiap tahun, sehingga secara nyata
kejadian tersebut dapat menurunkan angka kelahiran menjadi 1,7 pertahunnya
(Manuaba, 2009, dalam jurnal Wardiyah aryanti, 2016). Kejadian abortus
diduga mempunyai efek terhadap kehamilan berikutnya, baik pada timbulnya
penyulit kehamilan maupun pada hasil kehamilan itu sendiri. (Cuningham,
2005, dalam jurnal Wardiyah aryanti, 2016).
Menurut Husin Abortus pada kehamilan akan mengakibatkan pengaruh
yang buruk pada ibu diantaranya adalah perdarahan, perforasi uterus terutama
pada uterus dalam posisi hiper retrofleksi, syok hemoragik, infeksi dan juga
kematian pada ibu yang terjadi sekitar 15%. Data tersebut sering kali
tersembunyi dibalik data kematian ibu akibat perdarahan atau sepsis. Data
lapangan menunjukkan bahwa sekitar 70% kematian ibu disebabkan oleh
perdarahan dan sekitar 60% kematian akibat perdarahan tersebut disebabkan
oleh perdarahan post partum. Sekitar 15-20% kematian ibu disebabkan oleh
sepsis (Yanti, 2018).
Berbagai upaya dalam menurunkan AKI dan AKB telah dilakukan di
Indonesia yaitu dengan menjamin agar setiap ibu mampu mengakses
pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas seperti pelayanan kesehatan ibu
hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas
kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus
dan rujukan jika terjadi komplikasi dan pelayanan KB pasca salin (Kemenkes
RI, 2018). Pemerintah juga melakukan berbagai upaya dengan konsep
pelayanan yang komprehensif (continuity of care) yang dapat memberiikan
dampak yang besar bagi kesehatan Ibu dan Anak.
Asuhan Kebidanan Komprehensif adalah pelayanan yang diberikan mulai
dari kehamilan sampai kepada pelayanan keluarga berencana sehingga dapat
mencegah komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu sedini mungkin serta
diharapkan dapat menurunkan AKI dan AKB. Asuhan kebidanan yang
diberikan yaitu secara efektif, aman dan holistik tehadap ibu hamil, bersalin,
nifas dan menyusui, bayi baru lahir dan kesehatan reproduksi pada kondisi
normal. Pelayanan ini tentunya dilaksanakan berdasarkan standar praktik
kebidanan dan kode etik profesi (PUSDIKNAKES, 2014).
Asuhan kebidanan komprehensif ini bertujuan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan yang membutuhkan hubungan yang terus menerus antara
pasien dengan tenaga kesehatan pada masa hamil, proses persalinan, bayi baru
lahir, masa nifas, neonatus dan KB, ibu dapat terpantau dengan baik oleh
tenaga kesehatan. Hal ini di dukung oleh Siti (2018) bahwa asuhan kebidanan
komprehensif yang diberikan kepada pasien mulai dari kehamilan, persalinan,
bayi baru lahir, nifas, neonatus sampai dengan pelayanan KB mendapatkan
hasil fisiologis dan dapat mencegah kegawatdaruratan maternal dan neonatal.
Berdasarkan hasil penapisan pada ibu hamil di pustu Pau yang dilakukan
pada tangal 15 Maret 2021 pada Ny. M.T.M usia kehamilan 37 minggu 1 hari
di dapatkan masalah yaitu ibu pernah mengalami keguguran. Dilakuan
perhitungan skor Poedji Rochjati dengan total skor awal ibu hamil nilainya 2
dan riwayat keguguran nilainya 4, sehingga ibu mendapat nilai 6 sehingga
termasuk pada kategori kehamilan dengan resiko tinggi.
Beberapa hasil penelitian yang menunjukan faktor–faktor yang
berhubungan dengan abortus yaitu usia. Usia mempengaruhi angka kejadian
abortus sesuai dengan penelitian (Prasetiya, Andayayani, & Kurdi, 2018)
Abortus lebih banyak terjadi pada ibu yang memiliki usia beresiko 55,6% (35
tahun) dibandingkan pada ibu yang memiliki usia tidak beresiko 10,8% karena
pada usia muda/remaja keguguran dapat terjadi disebabkan alat reproduksi
belum matang dan belum siap untuk hamil (Rochmawati, 2013).
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk
melakukan asuhan kebidanan pada Ny. M.T.M umur 34 tahun G4P2A1 usia
kehamilan 37 minggu 1 hari dengan riwayat keguguran sehingga termasuk
kehamilan resiko tinggi, maka perlu melakukan asuhan kebidanan
komprehensif mulai dari masa kehamilan trimester III, persalinan, bayi baru
lahir, masa nifas sampai keluarga berencana.
0. Identifikasi Masalah
Kehamilan, persalinan, BBL, neonatus, nifas dan KB adalah suatu kondisi
yang normal namun memerlukan pengawasan supaya tidak berubah menjadi
yang abnormal atau kematian. Kematian ibu bisa terjadi akibat keterlambatan
dan di perlukan asuhan kebidanan secara komperhensif sebagai salah satu cara
untuk menurunkan AKI dan AKB. Dengan demikian Berdasarkan uraian pada
latar belakang masalah di atas, maka dapat dibuat suatu identifikasi masalah
yaitu “Bagaimana Asuhan Kebidanan berkelanjutan pada Ny”M.T.M” dengan
resiko riwayat abortus di pustu Pau kecamatan Langke Rembong”. dengan
hasil perhitungan skor Poedji Rochjati dengan total skor awal ibu hamil nilainya
2 dan riwayat keguguran nilainya 4.
C
A. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melakukan asuhaan kebidanan yang komprehensif pada Ny.“M.T.M”
dengan resiko tinggi dalam kehamilan, persalinan, nifas, neonatus dan KB.
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif selama
kehamilan pada Ny. “M. T.M ” dengan resiko tinggi di PustuPau
b. Melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif selama
persalinan pada Ny. “M.T.M” dengan pendekatan manajemen
kebidanan di Pustu Pau
c. Melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif selama nifas
pada Ny. “M.T.M” dengan pendekatan manajemen kebidanan di
Pustu Pau
d. Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir Ny.“M.T.M”
dengan pendekatan manajemen kebidanan di Pustu Pau
e. Melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif pada neonates
Ny.“M.T.M”dengan pendekatan manajemen kebidanan di Pustu Pau.
f. Melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif keluarga
berencana pada Ny.“M.T.M” dengan pendekatan manajemen
kebidanan di Pustu Pau.
B. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penelitian pada kasus tersebut adalah :

1. Manfaat Teoritis

Hasil studi kasus ini sebagai masukan untuk perkembangan ilmu dan
penerapan pelayanan kebidanan secara komprehensif pada ibu hamil,
bersalin, nifas, neonatus dan KB.

2. Manfaat praktis
a. Bagi Penulis
Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan
Diploma III Kebidanan Unika St. Paulus Ruteng, mampu memahami
tentang pengertian,penyebab,dan permasalahan yang muncul dengan
menerapkan asuhan kebidanan pada ibu selama kehamilan, persalinan,
bayi baru lahir, nifas, dan KB serta sebagai tambahan pengalaman
berharga bagi penulis untuk memperluas dan menambah wawasan
dalam asuhan kebidanan.
b. Bagi DIII Kebidanan
Dapat digunakan sebagai sebagai bahan kajian terhadap teori Asuhan
Pelayanan Kebidanan dalam memahami pelaksanaan Asuhan
Kebidanan secara komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi
baru lahir, dan KB.
c. Bagi puskesmas pembantu Pau
Dapat dijadikan acuan untuk memberikan pelayanan kebidanan secara
komprehensif sesuai dengan SOP serta untuk peningkatan mutu
pelayanan kebidanan
d. Bagi Ny. M.T.M
Penulisan Asuhan Kebidanan ini dapat meningkatkan kepercayaan
pasien terhadap kompetensi bidan, sehingga dapat menjadikan semua
ibu hamil dengan resiko tinggi maupun tidak dapat melahirkan dengan
aman dan nyaman, bayi sehat, nifas sehat dan keluarga kecil bahagia
sejahtera dan Klien mendapatkan pengetahuan yang baik dan benar
tentang pemeriksaan dan pemantauan kesehatan secara dini sehingga
dapat mendorong minat klien untuk ikut serta melakukan pemeriksaan
secara dini dan teratur.
Kerangka Teori

Asuhan Kebidanan Komprehensif

Kehamilan persalinan Nifas

beresiko e. Tidak d. beresiko c. Tidak b. beresiko a. beresiko


beresikko beresikko

a. Memberikan pendidikan tanda-


tanda bahaya kehamilan yang Pemantauan persalinan normal Asuhan kebidanan bayi baru lahir normal
sering terjadi yaitu perdarahan a. Kala I : berlangsung
pada kehamilan tua, bengkak, selama 30 menit KF 1: Memberi ibu pendidikan
dikaki,tangan, atau wajah b. Kala II : berlangsung 5 kesehatan tentang ASI Eksklusif,
disertai sakit kepala atau manit Memberi ibu pendidikan kesehatan
kejang,demam,gerakan bayi c. KaIa III : berlangsung 5 tentang tanda bahaya masa nifas, yaitu :
berkurang atau tidak bergerak menit sakit kepala/pusing, pandangan kabur,
sama sekali, muntah berlebihan d. Kala IV : berlangsung 2 mata berkunang-kunang, perdarahan
b. Mengingatkan ibu agar segera jam yang banyak dan berbau, kontraksi uterus
datang ke fasilitas kesehatan jika lembek, demam. Mengajarkan ibu cara
terdapat salah satu tanda bahay melakukan masase yaitu meletakan
pada kehamilan, untuk mendapat telapak tangan pada fundus dan memutar
Asuhan kebidanan bayi baru
penanganan segera searah jarum jam sampai uterus teraba
lahir normal
c. Menganjurkan ibu agar ANC keras untuk mencegah terjadinya
teratur, untuk dapat mencegah perdarahan,
komplikasi yang akan terjadi Asuhan kebidanan pada neonatus KF 2 :Mengingatkan kepada ibu bahwa
pada kehamilan ibu. KN 1: Memberitahu ibu agar tetap menjaga perut mules merupakan hal yang normal
kehangatan bayinya. Memberitahu ibu tentang karena proses mengecilnya rahim.
memberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan atau Mengingatkan ibu untuk memberikan
jangan berikan makanan maupun susu formula ASI Eksklusif kepada bayinya.
selama 6 bulan. Memberitahukan kepada ibu Memberitahu ibu perawatan bayi
tentang cara pencegahan infeksi. sehari-hari untuk tidak memakaikan
Memberitahukan ibu bagaimana cara merawat gurita pada bayinya. Mengingatkan
tali pusat bayi. ibu untuk selalu menjaga kehangatan
KN 2: memberikan imunisasi HB0. bayi
Memberitahu ibu tanda bahaya pada neonatus KF 3 : Memberikan konseling
yaitu bayi tidak mau menyusui, kejang, lemah,
macam-macam KB menganjurkan
sesak napas,merintih,tali pusat kemerahan,
ibu untuk memakai salah satu metode
demam,kulit terlihat kuning. Menganjurkan
kontrasepsi. Menanyakan ibbu
ibu untuk tidak memberikan makanan
penyulit-penyulit yang terjadi selama
tambahan sampai usia 6 bulan selain ASI
masa nifas
saja.
KN 3 : Memberitahu ibu untuk menimbang
bayi setiap bulan ke posyandu untuk
mendapatkan imunisasi. Memberitahu ibu tanda KB : konseling Kb alamiah
bahaya pada neonatus yaitu bayi tidak mau
menyusui, kejang, lemah, sesak
napas,merintih,tali pusat kemerahan,
demam,kulit terlihat kuning

Anda mungkin juga menyukai