Anda di halaman 1dari 10

A.

Tanda-Tanda Kehamilan
Untuk bisa memastikan kehamilan ditetapkan dengan melakukan penilaian terhadap beberapa tanda dan g
ejala hamil. Tanda kehamilan menurut Astuti (2010: 25) dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:

1. Tanda Tidak Pasti Hamil


a) Tidak terjadi mesntruasi/haid (amenorea)
Tidak dapat menstruasi dapat menandakan kehamilan, tetapi dapat juga merupakan tanda gan
gguan fisik. Untuk lebih memastikan dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
b) Mengidam
Mengidam sering terjadi pada bulan-bulan pertama akan tetapi akan hilang seiring semakin tu
anya usia kehamilan. Tujuh puluh persen perempuan hamil mengalami komplikasi mual dan m
untah. Hal ini disebabkan oleh estrogen atau HCG (Nirmala, 2011: 78).
c) Pingsan
Pada wanita hamil, terjadi pengenceran darah akibat proses kehamilan. Jika salah satu organ t
ubuh, misalnya otak mengalami kekurangan oksigen, hal tersebut dapat menyebabkan terjadi
pingsan (Sulistyawati, 2012: 85).
d) Sering berkemih
Desakan rahim ke depan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh dan sering berkemi
h. Frekuensi terjadi pada triwulan pertama akibat desakan uterus. Pada triwulan kedua desak
an ini berkurang karena uterus yang membesar keluar dari rongga panggul. Pada trimester 3 g
ejala ini timbul kembali karena kepala janin mulai masuk rongga panggul dan menekan Kembal
i kandung kemih (Yulifah, 2011: 73).
e) Sembelit/ konstipasi
Sembelit pada ibu hamil disebabkan oleh hormon steroid yang meningkat sehingga menyebab
kan kerja usus menjadi lambat (Saifudin, 2004: 68).
f) Pigmentasi kulit
Pigmentasi kulit pada wajah, payudara, perut, paha, dan ketiak biasanya bertambah. Hal ini dis
ebabkan karena pengaruh hormone dalam kehamilan.
g) Epulsi
Gusi dan mukosa menjadi mudah berdarah, sering terjadi pada triwulan pertama (Kusmiyati, 2
008: 94).
h) Varises
Karena pengaruh dari estrogen dan progesteron terjadi penampakan pembuluh darah vena, te
rutama bagi yang mempunyai bakat. Sering terjadi pada trimester pertama dan hilang setelah
persalinan ( Nirmala, 2011: 81).
2. Tanda Mungkin Hamil

Tanda mungkin hamil merupakan tanda untuk menetapkan kehamilan. Tanda-tanda yang memungkink
an seorang wanita hamil menurut Astuti (2010: 41) sebagai berikut:

a) Perut membesar
Perut membesar sangat identik dengan ibu hamil. Namun, tidak semua perut membesar merupak
an akibat kehamilan, mungkin saja akibat faktor kegemukan atau terdapat penyakit abdomen, mis
alnya tumor atau adanya cairan di rongga perut (Saifudin, 2004: 67).
b) Uterus membesar
Dengan kehamilan yang sehat, uterus pun akan membesar sedikit demi sedikit sesuai dengan usia
kehamilan. Namun, pembesaran uterus dapat juga terjadi akibat suatu penyakit, misalnya miom,
kista atau kanker (Yulifah, 2011: 74).
c) Tanda hegar
Melunaknya segmen bawah rahim yang mempunyai kesan lebih tipis dapat diketahui dengan pem
eriksaan bimanual. Tanda ini mulai terlihat pada minggu ke-6 dan menjadi nyata pada minggu ke
7-8 (Sujiyatini, 2008: 94).
d) Tanda chadwik
Terjadi perubahan warna pada porsio, pada awalnya berwarna merah muda, menjadi kebiru-birua
n. Selaput lendir dan vagina pun berwana keungu-unguan.
e) Tanda piscasek
Uterus membesar ke salah satu jurusan sehingga menonjol jelas ke jurusan pembesaran tersebut
(Prawirohardjo, 2007: 126).
f) Braxton-hicks
Ibu hamil dapat merasakan kontraksi yang timbul sesekali, tepatnya berada di bagian perut bawah.
g) Teraba ballottement
Ballotement adalah pantulan saat rahim digoyangkan. Memeriksa kontraksi ini dilakukan dengan c
ara memegang bagian Rahim yang mengeras sambil sedikit digoyangkan (Yulifah, 2011: 75).
3. Tanda Pasti Hamil

Indikator pasti hamil adalah penemuan-penemuan keberadaan janin secara jelas dan hal ini tidak d
apat dijelaskan dengan kondisi kesehatan yang lain. Menurut Kusmiyati (2008: 97) tanda pasti hamil
yaitu:
a) Gerakan janin yang dilihat dan dirasakan.

Gerakan janin bisa dirasakan dengan jelas setelah minggu 24.

b) Denyut jantung janin terlihat dan terdengar dengan bantuan alat. Djj dapat didengarkan pada u
mur kehamilan 17-18 minggu dengan steteskop laenec, pada orang gemuk lebih lambat. Sementara
menggunakan doppler sekitar minggu ke-12.

c) USG untuk melihat kondisi janin di dalam kandungan.

B. Masalah Yang Terjadi Pada Masa Kehamilan


1. Perubahan pada Homeostasis Cairan Tubuh

Peningkatan volume total cairan tubuh adalah salah satu perubahan yang sangat terlihat selama ma
sa kehamilan berlangsung dan peningkatan didistribusikan dari tubuh ibu ke janin. Pada masa keha
milan, total cairan tubuh akan meningkat kira kira sebanyak 6,5 sampai 8,5 liter. Volume total caira
n pada fetus, plasenta dan cavitas amnion terhitung 3,5 liter, darah ibupun juga meningkat sebanya
k 1,5-1,6 liter dengan 1,2-1,3 liter adalah peningkatan volume plasma dan 0,3-0,4 liter adalah penin
gkatan volume sel darah merah. Sisanya adalah peningkatan pada cairan ekstraseluler ibu. Segera s
etelah konsepsi peningkatan plasma akan dimulai. Perubahan ini akan menurunkan osmolaritas. Pa
da minggu ke 12 usia kehamilan, osmolaritas serum menjadi 8 sampai 10 mOsm/kg lebih rendah di
bandingkan dengan keadaan ibu saat sebelum masa kehamilan. Selain itu, titik ambang terendah os
motik dan pelepasan antidiuretic hormone akan menurun pada 10 mosmol, hal inipun akan berdam
pak pada peningkatan retensi dan intake cairan. Pada seluruh masa kehamilan, 500-900 mmol natri
um dan 350 mmol kalium akan dipertahankan. Meskipun demikian rerata konsentrasi natrium dan
sodium menjadi lebih rendah (masing-masing 3-4 mEq/L(mmol/L) dan 0,2 mEq/L) setelah 12 mingg
u dibandingkan dengan saat sebelum kehamilan. Penurunan dalam konsentrasi serum natrium dan
kalium berhubungan dengan retensi air yang akan melebihi retensi natrium dan kalium.

2. Perubahan pada Sistem Kardio Vaskular

Kehamilan dapat menyebabkan banyak perubahan pada sistem kardio vaskular. Perubahan tersebu
t meliputi perubahan pada cardiac output, denyut jantung, tekanan darah, tahanan vascular, kapasi
tas dan ukuran ventrikel. Banyak dari perubahan tersebut disebabkan oleh faktor hormonal pada sa
at masa kehamilan dan mulai terjadi pada awal kehamilan yaitu sejak minggu ke - 4 sampai 5 umur
kehamilan. Ibu akan mengalami peningkatan denyut jantung 10 sampai 20 kali permenit pada awal
trimester 3, bersamaan dengan adanya penigkatan stroke volume sebanyak 25% maka terjadi penin
gkatan cardiac output secara keseluruhan sebanyak 50%. Kebanyakan dari perubahan ini bertujuan
untuk menunjang suplai darah ke uterus, plasenta dan payudara ibu. Uterus dan payudara akan me
nerima masing - masing 17 % dan 2% dari cardiac output. Adanya peningkatan cardiac ouput adalah
sebuah kompensasi yang dikarenakan adanya peningkatan laju jantung, penurunan tahanan vaskul
ar dan peningkatan stroke volume. Penurunan tahanan vaskular akan sistemik terus berlangsung hi
ngga aterm, hal disebabkan oleh hormon progesteron yang menyebabkan relaksasi pada otot polos
dan berdampak pada vasodilatasi pada pembuluh darah.

Saat persalinan dan masa nifas akan terjadi peningkatan cardiac ouput, dimana peningkatan sebany
ak 12 % terjadi pada kala 1 persalinan dan juga menjadi penyebab utama meningkatnya stroke volu
me. Peningkatan ini diduga terjadi karena meningkatnya preload pada saat setiap kontraksi uterus,
fenomena ini sering disebut sebagai “uterine autotransfusion”. Selama kala 2 berlangsung, cardiac
output dapat meningkat mencapai 34%, dimana pada awalnya dimulai dari meningkatnya stroke vo
lume lalu diikuti oleh peningkatan cardiac output dan ditandai dengan meningkatnya denyut jantun
g. Segera stelah persalinan ( 10-30 menit setelah bayi lahir) diperkirakan 300-500mL darah yang seb
elumnya mengalir ke uterus akan kembali mengalir ke sirkulasi vaskular ibu. Peningkatan ini akan b
erperan dalam meningkatkan preload dan stroke volume lalu selanjutnya akan juga meningkatkan c
ardiac output sebanyak 10-20%. Kejadian inilah yang harus menjadi perhatian khusus pada pasien y
ang mempunya riwayat penyakit jantung, karena dapat mengakibatkan oedem paru ataupun seran
gan jantung kongestif. Cardiac output akan kembali seperti masa pra kehamilan dalam 2 minggu set
elah persalinan dan dalam 6 minggu setelah persalinan akan kembali seperti sebelum kehamilan.3,
4 Cardiac output juga terpengaruh pada posisi ibu pada saat masa kehamilan.

Posisi yang baik untuk masak kehamilan adalah knee –chest position atau posisi berbaring miring. In
i disebabkan karena uterus akan menekan vena kava inferior pada posisi supinasi (terlentang) dan a
kan menyebabkan venous return tersumbat kea rah ekstremitas. Ditemukan 5-10 % ibu hamil akan
merasa mual, sakit kepala atau bahkan mengalami sinkope dikarenakan posisi berbaring terlentang.
Tidur dengan posisi berbaring ke kirisangat disarankan untuk menangani hal seperti ini.

3. Perubahan pada Sistem Respiratori

Selama masa kehamilan, fungsi paru, pola ventilasi dan pertukaran gas akan terpengaruh pada peru
bahan biokimia dan juga mekanikal. Salah satu yang menjadi penyebab utama dari perubahan venti
lasi pada fungsi pernapasan adalah sistem kerja hormon pada masa kehamilan.

Hormon progesteron secara bertahap akan meningkat selama masa kehamilan, dari 25 ng.mL pada
6 minggu pertama sampai 150 ng.mL pada 37 minggu kehamilan. Dalam hal ini progesteron adalah
sebuah pemicu utama pada pusat pernapasan menjadi lebih sensitif terhadap karbondioksida karen
a alveolar menunjukan perubahan sensitifitas yang signifikan terhadap karbondioksida. Progesteron
mengubah struktur otot polos pada jalan pernapasan dan menyebabkan efek bronkodilator. Maka
dari itu hal ini akan menjadikan adanya keadaan hyperaemia dan oedem pada permukaan mukosa
yang juga menyebabkan kongesti nasal. Selain itu kadar estrogen juga meningkat pada saat masa ke
hamilan, hormon ini menjadi sebuah mediator terhadap reseptor progesteron. Hal ini menyebabka
n peningkatan sensitifitas terhadap reseptor progesteron pada hipotalamus dan medulla yang fungs
inya sebagai pusat dari saraf pernapasan. Hormon yang juga mempunyai peran yang sangat penitng
adalah prostaglandin, dimana hormon ini akan menstimulasi otot polos pada uterus disaat masa pe
rsalinan. Prostaglandin akan selalu ada di setiap trimester masa kehamilan. Prostaglandin F2a akan
meningkatkan tahanan jalan napas dengan memberikan efek konstriksi pada otot polos bronkus, se
dangkan efek bronkodilator dapat disebabkan oleh prostaglandin E1 dan E2.5 Adapun efek mekanik
al yang juga menyebabkan adanya perubahan pada system respiratori selama masa kehamilan.

Perkembangan uterus yang progresif merupakan penyebab utama dari adanya perubahan pada vol
ume paru dan dinding dada selama kehamilan. Hal ini meliputi penekanan pada diafragma dan peru
bahan bentuk toraks. Perbesaran uterus meningkatkan tekanan akhir respiratori abdomen dan men
yebabkan diafragma tertekan keatas. Adapun dua konsekuensi terhadap kejadian ini, yang pertama
tekanan negatif pada pleura akan meningkat, lalu dapat menyebabkan penutupan dari jalan nafas k
ecil akan lebih cepat dan mengakibatkan penurunan pada Funtional Residual Capacity (FRC) dan ex
piratory reserve volume. Perubahan yang kedua terdapat pada ukuran ketinggian dada akan lebih p
endek namun pada sisinya akan meningkat untuk mempertahankan kapasitas paru secara konstan.
Pada masa kehamilan diameter sisi anterior –posterior dan sisi melintang akan meningkat lalu akan
terus meningkat hingga 5-7 cm pada lingkar dinding dada. Sedangkan costal angel akan melebar seb
anyak 50 % dari 68 menjadi 103. Selanjutnya, dalam keadaan istirahat posisi diafragma akan ber
ubah menjadi 4-5 cm meningkat keatas. Semua perubahan ini adalah dampak dari perkembangan u
terus. Relaksasi pada ligament juga akan menekan kosta dan menyebabkan perubahan awal terhad
ap bentuk dari ruang dada. Perubahan ini akan mencapai puncaknya pada minggu ke 37 dan akan K
embali normal pada 24 minggu setelah persalinan.

4. Perubahan pada sistem gastrointestinal

Masa kehamilan dan hormone – hormone yang berhubungan di dalamnya mempengaruhi motilitas
dan fungsi dari sistem gastrointestinal dan hepatobilier. Perubahan fungsi ini dapat bermanifestasi
menjadi sebuah sindrom klinis selama kehamilan ataupun dapat merubah hasil dari beberapa peme
riksaan laboratorium. Mual dan muntah mungkin menjadi gejala yang sangat sering ditemui pada se
kitar lebih dari 70% ibu hamil. Gejala ini mengalami puncaknya pada minggu ke 9 dengan 60% kejad
ian biasanya hilang pada awal trimester ke 3 dan 90 % biasanya juga hilang pada minggu ke 20. Mes
kipun mekanisme yang sebenarnya terhadap perubahan fisiologi yang menyebabkan mual dan mun
tah belum diketahui, diperkirakan peningkatan Human Chorionic Gonadotropin (HCG) yang dapat m
enyebabkan peningkatan pada produksi estrogen adalah penyebab dari munculnya gejala tersebut.
Kebanyakan Wanita menanggapi hal ini sebagai hal yang biasa dan sedikit dari wanita hamil akan m
engalami hyperemesis gravidarum, yaitu sebuah kondisi dimana ditemukan mual dan muntah yang
persisten, dehidrasi berat, ketidak seimbangan elektrolit dan penurunan berat badan yang akan me
mbutuhkan perawatan rumah sakit.

Sebagai proses terhadap kehamilan, banyak wanita mengalami gastroesophageal reflux yang diseba
bkan karena bersamaan dengan adanya hubungan antara progesterone yang mempengaruhi tonus
sphincter dari gastroesophagal dan juga adanya tekanan terhadap lambung yang disebabkan dari ut
erus yang semakin membesar. Progesterone dan estrogen juga akan menurunkan motilitas dari gas
trointestinal, tonus dan pengosongan gall bladder. Hal ini menyebabkan perubahan mekanisme usu
s.

5. Perubahan pada Sistem Genital dan Urinari

Sama seperti pada bagian sistem kardiovaskular dan respiratori, pada sietem genitourinary juga aka
n mengalami beberapa perubahan pada anatomi dan juga fungsinya selama kehamilan. Ukuran dan
berat ginjal akan meningkat selama kehamilan yang disebabkan karena adanya peningkatan volume
intersisial, vaskular renal dan urinary dead space. Adanya pelebaran pada renal calyx ,pelvis dan ure
ter yang akan mengakibatkan urinary dead space. Pelebaran pada pelvis dan ureter mulai terjadi pa
da minggu ke 8 dan akan mengalami puncaknya pada trimester ke 2, dimana diameter ureter akan
menjadi lebih dari 2 cm. pelebaran pada ureter kanan biasanya lebih besar dari pada yang kiri. Terk
adang pelebaran yang terjadi pada ureter dan juga pelvis akan mengganggu hasil evaluasi pada saat
melakukan pemeriksaan radiologis untuk mengatahui adanya obstruksi terhadap urinary track. Pad
a kehamilan juga ditandai dengan ditemukannya perubahan pada anatomi bladder, dimana peruba
han itu mencakup ketinggian pada trigone dan peningkatan vaskular yang berliku-liku pada bladder.

Perubahan ini adalah penyebab utama adanya hematuria mikroskopis. Selanjutnya ukuran kapasita
s bladder akan mengecil karena adanya perbesaran uterus, dimana hal inipun juga akan menyebabk
an peningkatan frekuensi urinary, urgensi dan mungkin juga bisa menyebabkan inkontinensia. Alira
n plasma renal akan meningkat secara bertahap selama pertengahan trimester pertama dan menca
pai 60-80% lebih meningkat pada pertengahan kehamilan.

Pada saat masa kehamilan, aliran plasma renal 50% lebih banyak dibandingkan saat masa tidak ham
il. Demikian pula, Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) akan meningkat 40-50% pada usia kehamilan ke 9-1
1 dan terus menerus akamn meningkat sampai usia kehamilan 36 minggu. Perubahan ini akan meny
ebabkan adanya penurunan terhadap hasil pemeriksaan konsentrasi plasma kreatinin, asam urat, d
an Blood Urea Nitrogen (BUN). Jumlah creatinin clearence akan meningkat pada masa kehamilan hi
ngga 150-200mL bila dibandingkan dengan masa sebelum hamil yaitu 120mL. Konsentrasi serum kr
eatinin dan BUN akan terjadi secara bersamaan. Konsentrasi serum asam urat akan menurun pada
masa awal kehamilan hal ini merupakan dampak dari adanya peningkatan pada LFG dan akan menc
apai titik rendahnya pada usia kehamilan minggu ke 24. Setelah masa masa kehamilan konsentrasi
asam urat akan segera meningkat.

Peningkatan aliran plasma pada renal dan LFG juga akan menyebabkan peningkatan pada ekskresi t
erhadap glukosa, asam amino dan protein. Maka dari itu wanita hamil sering mengalami glukosuria.
Wanita hamil juga akan kehilangan asam amino lebih dari 2 g perharinya. Demikian pula, ekskresi pr
otein pada urin dan mikroalbumin akan hampir berlipat ganda dengan batas tertinggi 300 mg untuk
proteinuria dan 30 mg untuk albuminuria. Ekskresi kalsium pada urin juga akan meningkat secara p
erlahan sampai umur kehamilan aterm. Peningkatan ini dapat mencapai 8,75 – 15,5 mmol/hari. Sua
tu hal yang akan menjadi sangat penting untuk diketahui, perubahan ekskresi urin berhubungan de
ngan peningkatan volume perjalanan dari distribusi obat selama kehamilan, pemberian obat denga
n dosis yang lebih sangat di anjurkan untuk menkompensasi adanya peningkatan ekskresi urin.8,9

6. Perubahan pada Hematologi dan Koagulasi

Selama kehamilan, beberapa perubahan yang terjadi pada sistem hematologi ibu akan berguna unt
uk menunjang pertumbuhan dan perkembangan ibu maupun janinnya. Volume total darah ibu ham
il akan meningkat mencapai 1500 sampai dengan 1600 mL. Jumlah peningkatan ini terdiri dari 1200
-1300 mL adalah volume plasma dan 300-400 adalah volume sel darah merah. Peningkatan volume
darah ibu dimulai pada minggu ke 6 dan akan mencapai puncaknya pada minggu ke 30 dan 34. Peni
ngkatan volume darah pada ibu hamil akan lebih banyak terjadi pada kehamilan ganda dan multipar
a.

Sebaliknya, keadaan volume darah yang lebih rendah adalah suatu petanda yang berhubungan den
gan adanya penurunan pertumbuhan janin selama kehamilan seperti misalnya pada pre-eklamsi.10
Kebutuhan terhadap sel darah merah akan meningkat secara nyata mengingat adanya peningkatan
kebutuhan fisiologis pada perkembangan ibu dan janinnya.Mekanisme produksi sel darah merah sa
ngat kompleks dan melibatkan mediator hormonal seperti eritropoetin, human placental lactogen,
estrogen dan juga progesteron. Meskipun sel darah merah meningkat selama kehamilan, nilai penin
gkatanya berbeda dengan peningkatan volume plasma. Akbat dari adanya peningkatan yang sangat
cepat dari volume plasma ibu pada awal kehamilan dan nantinya akan berlanjut pada peningkatan s
el darah merah, hematokrit akan menurun sebanyak 10 % pada awal trimester ke 3 dan pada akhir
nya akan stabil kembali pada usia kehamilan aterm. Keadaan penurunan hemtokrit dan hemoglobin
ini sering disebut sebagai “anemia fisiologis pada kehamilan”.

Setelah persalinan ibu akan mengalami kehilangan dara, namun volume darah ibu tidak akan kemb
ali seperti sebelum persalinan. Sebagai gantinya, akan terjadi diuresis volume plasma selama period
e post partum. Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan secara bertahap terhadap hematokrit
pada ibu untuk menstabilkan keadaan volume darah. Bila 5 sampai 7 hari setelah persalinan kadar h
ematokrit tetap jauh lebih rendah dibandingkan dengan sebelum persalinan, maka mungkin ada ke
hilangan darah pada ibu yang tidak terestimasi sebelumnya.

Pada kehamilan yang normal, jumlah sel darah putih perifer terhitung mulai ditemukan meningkat
pada pertengahan trimester pertama dan akan mengalami puncaknya pada usia kehamilan ke – 30
minggu. Jumlah sel darah putih meningkat saat persalinan dan dapat mencapai lebih dari 25 x 109 /
L sampai 30 x 109 /L. Peningkatan fisiologis pada sel darah putih ini terutama akibat dari peningkata
n jumlah neutrofil dan granulosit pada sirkulasi darah ibu. Sangat perlu di perhatikan bila peningkat
an ini juga dapat disebabkan oleh adanya suatu infeksi pada saat persalinan. Jumlah sel darah putih
akan kembali normal 1-2 minggub setelah persalinan.

7. Perubahan pada Sistem Endokrin

Beberapa perubahan biokimia dan mekanikal sangat berhubungan pada interaksi protein dan horm
on steroid selama kehamilan. Perubahan ini tidak hanya perlu terjadi pada masa perkembangan aw
al embrio dan fetus tetapi juga hal ini menjadi sangat penting terhadap mobilisasi energy dan nutris
i selama kehamilan. Berikut adalah perubahan pada sistem endokrin yang ikut serta dalam pertumb
uhan dan perkembangan ibu dan janin.

A. Kelenjar adrenal

Pada masa kehamilan akan terjadi suatu peningkatan pada konsentrasi serum kortisol, kortisol beb
as, aldosteron, deoxycorticosterone, corticosteroid binding globulin, dan adrenocorticotropic horm
one. Meskipun berat daripada kelenjar adrenal tidak meningkat pada masa kehamilan, namun telah
ditemukan adanya peningkatan zona fasikulata. Pada trimester ke dua akan ditemukannya peningk
atan pada corticosteroid binding globulin dan akan meningkat dua kali lipat pada saat usia kehamila
n aterm.

Konsentrasi kortisol bebas dan total akan meningkat pad awal trimester kedua. Pola harian produks
i kortisol sangat terjaga selama kehamilan dan akan ditemukan leih tinggi pada pagi dibandingkan p
ada malam hari. Kelenjar adrenal akan menjadi lebih responsive terhadap adrenocorticotropic hor
mone selama kehamilan, ini disebabkan karena adanya peningkatan yang besar terhadap konsentra
si kortisol untuk menunjang dosis pada adrenocorticotropic hormone. Meskipun demikian , ekskresi
cathecolamines, vanillymandelic acid dan metanephrines pada urin tidak akan berubah.

B. Pankreas

Pankreas akan menghasilkan keadaan hipoglikemi, hiperglikemi postprandial dan hiperinsulinemia.


Pada masa awal kehamilan, estrogen dan progesteron akan menyebabkan sel islet semakin besar, h
yperplasia pada sel beta, sekresi insulin dan meningkatnya sensifisitas jaringan perifer terhadap ins
ulin. Semua itu akan menyebabkan keadaan anabolik dan akan berhubungan dengan adanya penin
gkatan penggunaan terhadap glukosa, penurunan gluconeogenesis dan meningkatkan penyimpana
n glikogen.

Setelah pertengahan masa kehamilan, meskipun adanya peningkatan pada progesteron, kortisol, gl
ucagon, human placental lactogen, dan prolactin yang bersamaan dengan penurunan reseptor insul
in akan ikut serta dalam adanya keadaan resisten terhadap insulin. Setelah ibu mendapatkan maka
nan, resisten insulin akan mempertahankan keadaan gula darah yang tinggi, dengan demikian hal in
i akan meningkatkan penghantaran glukosa untuk fetus. Keadaan seperti ini pada bebrapa wanita h
amil bisa saja akan menyebabkan diabetes gestasional.

C. Kelenjar Pituitari

Ukuran kelenjar pituitary akan membesar selama masa kehamilan dan hal ini berhubungan dengan
proliferasi estrogen pada produksi sel prolaktin. Perbesaran ini mungkin akan berpengaruh pada ke
butuhan darah terhadap kelenjar pituitary, terutama mengingat tingginya risiko pada perdarahan y
ang banyak pada saat postpartum. Serum prolaktin akan mulai meningkat pada awal trimester pert
ama dan akan sepuluh kali lipat lebih tinggi pada usia kehamilan aterm. Pada wanita yang tidak me
nyusui, kadar prolactin akan menurun pada 3 bulan setelah persalinan. Kadar oksitosin akan menin
gkat selama masa kehamilan dari 10 ng/L pada trimester pertama menjadi 30ng/L pada trimester k
e tiga dan 75 ng/L pada saat usia kehamilan aterm. Peningkatan inipun terlihat meningkat secara pe
rlahan dan akan mengalami puncaknya pada saat persalinan.

D. Kelenjar Tiroid

Pada kehamilan fungsi kelenjar tiroid akan tetap normal, meskipun aka nada perubahan pada morf
ologi dan histolgi kelenjar tiroid selama kehamilan. Dengan adanya intake iodine yang adekuat ukur
an kelenja tiroid tidak akan berubah. Peningkatan vaskular dan histological kelenjar tiroid akan dite
mukan pada keadaan hyperplasia folikular. Meskipun, perkembangan goiter bisa saja terjadi pada
masa kehiman bergantung pada kondisi yang abnormal dan seharusnya dapat di evaluasi sebelumn
ya.

Selama trimester pertama, total tiroksin dan triiodothironin akan mulai meningkat dan puncaknya p
ada saat pertengahan masa kehamilan, terutama akan menghasilakan peningkatan pada peningkat
an thyroid binding globulin. Kadar tiroksin bebas selama masa kehamilan tidak akan berubah, meski
pun pada trimester kedua dan ketiga akan adanya penurunan sebanyak 25%. Thyroid stimulating h
ormone sementara akan menurun pada trimester pertama. Setelah penurunan ini, kadarnya akan
meningkat seperti pada keadaan sebelum hamil pada akhir trimester ketiga. Adanya penurunan Thy
roid stimulating hormone di mediasi dengan efek terhadap tirotopik pada human chorionic gonadot
ropin yang terjadi bersamaan dengan peningkatan free thyroxine pada trimester pertama.

8. Perubahan pada Sistem Imunologi

Adaptasi yang terjadi pada imunologi dalam kehamilan terjadi sebagian antara ibu dan janinnya sen
diri, hal ini meliputi adanya mekanisme yang kompleks terjadi untuk pertumbuhan fetus sementara
juga mencegah ibu untuk menolak keberadaan janinnya. Mekanisme ini disebabkan oleh faktor pad
a fetus sendiri seperti perubahan pada major histocompatibility complex class I dan faktor pada ibu
yaitu seperti uterine natural killer cell, selanjutnya adanya perubahan pada T–helper tipe 1 yang dih
ubungkan dengan imunitas selular menjadi tipe 2, hal inilah yang mungkin akan menjelaskan menga
pa wanita hamil akan rentan terkena infeksi virus.3

Anda mungkin juga menyukai