by Mr Pk | in ARTIKEL at 10:33 PM
BAB II
PEMBAHASAN
B. Proses Perubahan Anatomi dan Adaptasi fisiologi Sistem Pernafasan Ibu Hamil
Pengertian pernafasan atau respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilan
oksigen, pengeluaran karbondioksida hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Menusia
dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbondioksida ke
lingkungan. Sistem pernafasan pada dasarnya dibentuk oleh jalan atau saluran nafas dan
paru- paru beserta pembungkusnya (pleura) dan rongga dada yang melindunginya.
Perubahan sistem respirasi pada masa kehamilan diperlukan untuk pertumbuhan janin
dan kebutuhan oksigen maternal. Perubahan sistem respirasi meliputi perubahan kebutuhan
oksigen, dyspnea (sesak nafas) dan peningkatan volume tidal.
Selama kehamilan terjadi perubahan fisiologi sistem pernafasan disebabkan oleh
perubahan hormonal dan faktor mekanik. Pengaruh hormonal (peningkatan kadar estrogen)
menyebabkan ligamen pada kerangka iga berelaksasi sehingga ekspansi rongga dada
meningkat. Sedangkan perubahan mekanis meliputi elevasi posisi istirahat diafragma kurang
lebih 4 cm, peningkatan 2 cm tranversal saat sudut subkostal dan iga bawah melebar, serta
lingkar toraks melingkar kurang lebih 6 cm. Semua perubahan ini disebabkan oleh
pembesaran uterus akibat tekanan keatas. Perubahan-perubahan ini diperlukan untuk
mencukupi peningkatan kebutuhan metabolik dan sirkulasi untuk pertumbuhan janin,
plasenta dan uterus. Adanya perubahan-perubahan ini juga menyebabkan perubahan pola
pernapasan dari pernapasan abdominal menjadi torakal yang juga memberikan pengaruh
untuk memenuhi peningkatan konsumsi oksigen maternal selama kehamilan. Perubahan
hormonal pembesaran mukosa saluran respirasi. Pernafasan melalui hidung akan semakin
sulit, sehingga wanita hamil cenderung bernafas dengan mulut, terutama pada malam hari.
Hal ini akan menyebabkan terjadinya xerostomia. Insidensi xerostomia pada wanita hamil
adalah sekitar 44%. Xerostomia ini akan meningkatkan frekuensi karies gigi. Selain itu,
peningkatan progesteron menyebabkan hiperventilasi. Hiperventilasi pada kehamilan adalah
hiperventilasi relatif, artinya kenaikan ventilasi alveolar diluar pengaruh CO2 sehingga
PaCO2 menurun.
Perubahan sistem respirasi pada masa kehamilan diperlukan untuk pertumbuhan janin
dan kebutuhan oksigen maternal. Perubahan sistem respirasi meliputi perubahan kebutuhan
oksigen, dyspnea (sesak nafas) dan peningkatan volume tidal.
Pemenuhan kebutuhan oksigen
Laju basal metabolisme meningkat selama kehamilan seperti terbukti oleh peningkatan
konsumsi oksigen. Laju Metabolisme Basal (BMR) biasanya meningkat pada bulan ke-4
gestasi, meningkat 15% -20% pada akhir kehamilan, dan kembali ke nilai sebelum hamil
pada hari ke-5 atau ke-6 pascapartum. Peningkatan BMR mencerminkan peningkatan
kebutuhan O2 di unit janin-plasenta-uterus serta peningkatan konsumsi O2 akibat
peningkatan kerja jantung ibu.
Kebutuhan O2 ibu meningkat sebagai respon terhadap percepatan laju metabolik dan
peningkatan kebutuhan O2 jaringan uterus dan payudara. Dengan semakin tuanya kehamilan,
pernafasan dada menggantikan pernafasan perut dan penurunan diafragma saat inspirasi
menjadi semakin sulit. Namun karena adanya peningkatan kebutuhan O2, menyebabkan
adanya penurunan kadar CO2 yang menyebabkan alkalosis.
Selain itu, peningkatan vaskularisasi, sebagai respon peningkatan kadar estrogen,
membuat kapiler membesar sehingga terbentuklah edema dan hiperemia pada traktus
pernafasan atas. Kondisi ini meliputi sumbatan pada hidung dan sinus, epistaksis, perubahan
suara, dll. Peningkatan ini juga membuat membran timpani dan tuba eustaki bengkak, nyeri
pada telinga, atau rasa penuh di telinga.
Selama melahirkan, konsumsi O2 dapat meningkat 20-25 %. Bila fungsi paru
terganggu karena penyakit paru, kemampuan untuk meningkatkan konsumsi oksigen terbatas
dan mungkin tidak cukup untuk mendukung partus normal, sebagai konsekuensi fetal distress
dapat terjadi.
Perubahan system pernapasan selama kehamilan
· Konsumsi oksigen sebanyak 20%
· Kebutuhan oksigen untuk metabolisme oleh tubuh ibu dan unit fetoplasenta
Posisi diafragma lebih tinggi lebih tinggi
· Diameter transversal dada
· Pembesaran kapiler saluran napas dengan membran mukosa yang lebih rapuh
· 40-50% volume respirasi per menit dalam keadaan istirahat (resting minute
ventilation) terutama karena peningkatan volume tidal
· Alkalosis respiratorik ringan
· Frekuensi pernapasan tetap tidak berubah sebesar 12-15 kali per menit saat
istirahat
Sering merasa sesak napas secara subjektif.
Description: http://2.bp.blogspot.com/-pV0lNMLV2JM/UNp-
3BahspI/AAAAAAAAATA/SPKlQVo_qsQ/s1600/sistem+pernapasan+manusia2.jpg
GAMBAR 1 Sistem Pernapasan
Definisi
Kapasitas inspirasi
Volume residu
Kapasitas vital
Frekuensi pernapasan
Ventilasi alveolar
Jumlah udara yang masuk dan keluar paru selama satu kali pernapasan
Jumlah volume udara minimum yang tersisa dalam paru setelah ekspirasi
maksimal.volume ini tidak dapat diukur secara langsung
Volume udara maksimum yang dapat dikeluarkan dari paru selama satu kali pernapasan
setelah inspirasi maksimal
Dyspnea (ASMA)
Produksi hormon seks wanita yang meningkat akan mempengaruhi mukosa saluran
respirasi. Hal ini ditandai dengan adanya pembesaran pada nasofaring, laring, trakhea dan
bronkus. Keadaan tersebut menyebabkan perubahan suara dan pernafasan melalui hidung
mengalami gangguan. Oleh karena itu, keluhan dyspnea sering dijumpai pada wanita hamil.
Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkhus
terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas
dan derajatnya dapat berubah-ubah secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan.
Asma bronkiale merupakan penyakit obstruksi saluran nafas yang sering dijumpai pada
kehamilan dan persalinan, diperkirakan 1%-4% wanita hamil menderita asma. Efek
kehamilan pada asma tidak dapat diprediksi.
Pengaruh kehamilan terhadap timbulnya serangan asma pada setiap penderita tidaklah
sama, bahkan pada seorang penderita asma serangannya tidak sama pada kehamilan pertama
dan kehamilan berikutnya. Biasanya serangan akan timbul mulai usai kehamilan 24 minggu
sampai 36 minggu, dan akan berkurang pada akhir kehamilan.
Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat bergantung dari frekuensi dan beratnya
serangan asma, karena ibu dan janin akan mengalami hipoksia. Keadaan hipoksia jika tidak
segera diatasi tentu akan memberikan pengaruh buruk pada janin, berupa abortus, persalinan
prematur, dan berat janin yang tidak sesuai dengan umur kehamilan.
TANDA DAN GEJALA ASMA
· Batuk
· Peningkatan respirasi
· Sesak napas
· Takikardia
· Pernapasan mengi
· Penggunaan otot pernapasan tambahan
· Dada terasa sesak
· Tidak dapat mengatakan satu kalimat penuh
· Memburuk pada malam dan dini hari
PENCETUS ASMA
· Infeksi virus pada saluran napas atas
· Debu kutu rumah, serbuk sari, serpihan kulit, atau bulu hewan
· Olah raga
· Udara dingin
· Penurunan atau penghentian obat yang diminum secara rutin
· Hiperventilasi
· Obat-obatan seperti aspirin dan obat anti inflamasi non steroid (NSAID)
· Makanan dan minuman seperti kacang-kacangan, alergi susu dan telur, zat
pengawet atau pewarna
· Refluks gastro – esofagus
· Polusi lingkungan seperti asam rokok dan asap kendaraan
· Stres dan faktor psikologis (hal ini mungkin berhubungan dengan hiperventilasi)
Pengaruh Kehamilan Terhadap Asma
Pengaruh kehamilan terhadap perjalanan klinis asma, bervariasi dan tidak dapat diduga.
Dispnea simtomatik yang terjadi selama kehamilan, yang mengenai 60%-70% wanita hamil,
bisa memberi kesan memperberat keadaan asma.
Wanita yang memulai kehamilan dengan asma yang berat, akan mengalami asma yang
lebih berat selama masa kehamilannya dibandingkan dengan mereka yang dengan asma yang
lebih ringan. Sekitar 60% wanita hamil dengan asma akan mengalami perjalanan asma yang
sama pada kehamilan-kehamilan berikutnya.
Gluck& Gluck menyimpulkan bahwa peningkatan kadar IgE diperkirakan akan
memperburuk keadaan asma selama kehamilan, sebaliknya penderita dengan kadar IgE yang
menurun akan membaik keadaannya selama kehamilan.
Eksaserbasi serangan asma tampaknya sering terjadi pada trimester III atau pada saat
persalinan, hal ini menimbulkan pendapat adanya pengaruh perubahan faktor hormonal, yaitu
penurunan progesteron dan peningkatan prostaglandin, sebagai faktor yang memberikan
pengaruh. Pada persalinan dengan seksio sesarea resiko timbulnya eksaserbasi serangan asma
mencapai 18 kali lipat dibandingkan jika persalinan berlangsung pervaginam.
KEMUNGKINAN KOMPLIKASI KEHAMILAN YANG DIKAITKAN DENGAN
ASMA
· Persalinan premature
· Berat badan lahir rendah
· Lahir mati
· Pertambahan berat badan ibu yang buruk
· Hipertensi yang diinduksi kehamilan atau preeklamsia
· Seksio sesarea
· Takipnea sementara pada bayi baru lahir
· Hipoglikemi neonates
· Kejang neonates
· Masuk ke unit perawatan intesif neonates
Hormone
Janin
ASUHAN KEHAMILAN
Wanita hamil penderita fibrosis kistik sangat memerlukan pendekatan multidisiplin
dalam perawatannya. Diperlukan peran serta berbagai tenaga professional selain bidan dan
dokter kandungan, yaitu mencangkup dokter, ahli fisioterapi, dan ahli gizi yang andal dalam
penatalaksanaan fibrosis kistik.
Wanita penderita fibrosis kistik biasanya menjalani fisioterapi dada setidaknya sekali
sehari. Fisioterapi, pemeriksaan pernapasan, dan pengobatan mungkin menjadi lebih penting
selama kehamilan.