Anda di halaman 1dari 2

KASUS – KASUS FARMASI KLINIK

1. A. Apakah terapi obat simvastatin diperlukan pada pasien ibu hamil dengan kadar
kolesterol 300mg/dl?
Penggunaan simvastatin pada wanita hamil dikontraindikasikan karena penurunan
kolesterol dari golongan statin dapat meningkatkan resiko gangguan
pembentukan fetus (janin). Penggunaan simvastatin dalam kehamilan menurut
kategori AU TGA termasuk dalam kategori D. Golongan statin yang memiliki efek
menghambat produksi kolesterol akan berpengaruh pada perkembangan fetus
karena kolesterol dan produk biosintesis kolesterol lainnya adalah komponen
esensial dalam produksi streroid dan membran sel.
B. Apakah ada pilihan lain?
Yaitu dengan cara mengatur pola makan sehat dan rutin berolahraga agar
koleterol tetap stabil. Menerapkan pola makan seimbang dan berolahraga teratur
sebelum, selama, dan sesudah kehamilan adalah cara yang paling tepat
dilakukan. Sebisa mungkin pilih makanan yang rendah lemak dan serat tinggi.
Memperbanyak makan dayuran dan buah-buahan demi untuk menambah asupan
vitamin dan mineral pada masa kehamilan. Pilih olahraga ringan yang aman
dilakukan wanita hamil, yang penting tubuh tetap rileks dan memperoleh manfaat
positifnya.
2. Apakah semua pasien hipertensi perlu diberi aspirin?
Jawabannya adalah tidak. Karena aspirin pada pasien hipertensi berguna untuk
mencegah terjadinya manifestasi klinis dari kardiovaskular, tetapi dapat
menyebabkan terjadinya pengerasan dinding arteri dan terjadinya penurunan
kemampuan hemostasis. Tes fungsi agregasi trombosit diperlukan untuk memantau
fungsi trombosit pada pasien hipertensi.
3. Apakah semua pasien dengan kolesterol tinggi perlu diberi obat penurun kolesterol
(statin)?
Simvastatin adalah obat yang digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol jahat
(low density lipoprotein/LDL) dan trigliserida, serta meningkatkan jumlah kolesterol
baik (high density lipoprotein/HDL) didalam darah. Dengan begitu, risiko terjadinya
komplikasi akibat kolesterol tinggi, seperti serangan jantung dan stroke akan
menurun. Simvastatin merupakan obat kolesterol golongan statin. Obat ini bekerja
dengan cara menghambat kerja enzim yang dibutuhkan untuk membentuk
kolesterol. Dengan begitu, jumlah kolesterol yang diproduksi tubuh akan berkurang.
Untuk mengendalikan kadar kolesterol, penggunaan simvastatin perlu diimbangi
dengan menerapkan dietrendah lemak, menjaga berat badan agar tetap ideal,
berolahraga teratur, dan menghentikan kebiasaan merokok.
4. Obat yang
5. Obat yang seharusnya
6. Pada kasus otitis media umumnya sering dialami pada anak dan bayi. Otitis media
disebabkan oleh infeksi virus maupun infeksi bakteri. Infeksi tersebut sering kali
dipicu oleh batuk pilek atau flu sebelumnya. Sebagian besar kasus otitis media tidak
memerlukan pengobatan khusus dan akan sembuh dengan sendirinya dalam
beberapa hari. Namun pada beberapa kasus, dokter akan memberikan anti nyeri dan
antibiotik. Bila otitis media sering kambuh dan berlangsung dalam waktu yang lama,
dokter akan mengeluarkan cairan dari dalam telinga melalui prosedur bedah. Jadi,
pemberian antibiotik pada penderita otitis media itu sudah tepat.
7. Sindrom nefrotik adalah kerusakan pada ginjal yang menyebabkan kadar protein
didalam urine meningkat. Tingginya kadar protein tersebut disebabkan oleh
kebocoran pada bagian ginjal yang berfungsi menyaring darah (glumerulus).
 Pengobatan sindrom nefrotik dapat dilakukan dengan cara memberikan obat
kortikosteroid yang berfungsi untuk menangani peradangan pada ginjal atau
mengobati penyakit peradangan sindrom nefrotik, seperti lupus atau
amioloidosis. Contoh obat ini adalah methylprednisolone.
 Prinsip penggunaan kortikosteroid, seperti predinson, methylprednisolone, dan
dexamethason adalah diberikan dalam jangka waktu paling pendek dengan dosis
paling rendah.
 Golongan kortikosteroid yang dapat digunakan dalam penatalaksanaan sindrom
nefrotik adalah prednison. Predinson merupakan imunosupresan yang dapat
mengurangi peradangan dengan meningkatkan permeabilitas kapiler dan
menekan aktivitas sel polimorfonuklear (PMN). Prednison dapat diberikan
sebagai dosis tunggal dipagi hari atau dosis terbagi.
 Pada pasien yang mendapatkan kortikosteroid oral, dilakukan penurunan dosis
selama 3 – 6 minggu. Langkah tapering off sebagai berikut :
a. Dilakukan penurunan dosis inisial prednison sebesar 10 mg/hari setiap 3 hari,
hingga mencapai dosis 10 mg/hari
b. Diberikan dosis 10 mg/hari selama 5 hari, lalu dosis diturunkan menjadi 5
mg/hari
c. Diberikan dosis 5 mg/hari selama 5 hari, kemudian penggunaan obat
dihentikan
 Efek samping yang muncul pada penggunaan kortikosteroid jangka panjang
adalah resiko wihdrawal pasca penghentian mendadak. Guna mencegah hal
tersebut, maka penggunaan kortikosteroid harus secara bertanggung jawab dan
penurunan dosis harus secara bertahap atau tappering off.

Anda mungkin juga menyukai