Anda di halaman 1dari 5

Methylprednisolone adalah salah satu jenis obat kortikosteroid yang dapat menekan

sistem kekebalan tubuh dan mengurangi reaksi peradangan serta gejalanya, seperti
pembengkakan, nyeri, atau ruam. Obat ini biasanya digunakan untuk mengatasi
peradangan (inflamasi) dalam berbagai penyakit, misalnya penyakit Crohn, kolitis
ulseratif, alergi, arthritis rheumatoid, asma, multiple sclerosis, serta jenis-jenis kanker
tertentu.

Di samping itu, methylprednisolone juga dapat digunakan sebagai terapi pengganti


hormon bagi orang-orang yang tubuhnya tidak bisa memproduksi steroid secara
memadai.

Merek Dagang: Advantan, Medrol, Depo-Medrol, Solu-Medrol, Fumethyl, Hexilon,


Konixon, Metrison, Prednox, Rhemafar, Sanexon Injection, Simdrol-4, Tison,
Tropidrol, Cormetison, Flason, Gamesolone, Intidrol, Lameson, Mesol, Prednicort,
Prolon, Sanexon, Simdrol-125, Toras, Yalone

Tentang Methylprednisolone
Golongan Kortikosteroid

Jenis obat Obat resep

Manfaat Meredakan inflamasi dan gejala alergi


Dikonsumsi oleh Dewasa dan anak-anak

Kategori C: Studi terhadap binatang percobaan memperlihatkan


adanya efek samping pada janin, namun belum ada studi terkontrol
Kategori kehamilan terhadap wanita hamil. Obat hanya boleh digunakan jika besarnya
dan menyusui manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.

Bentuk obat Tablet, suntik dan topikal (dioleskan pada kulit)

Peringatan:
Beri tahu dokter jika Anda akan menjalani perawatan tertentu saat menggunakan
methylprednisolone.

Harap berhati-hati bagi penderita hipertensi, penyakit jantung, gangguan ginjal,


gangguan hati, diabetes, glaukoma, osteoporosis, hipotiroidisme, epilepsi,
infeksi, myastenia gravis,dan infeksi seperti tuberkulosis, cacar air, campak,
atau herpes zoster.
Harap waspada bagi yang pernah mengalami serangan jantung, gangguan psikis,
tukak lambung, peradangan pada usus, penggumpalan darah, baru saja menerima
vaksin, serta bagi yang mengalami kontak langsung dengan penderita cacar air,
campak, atau herpes zoster.
Methylprednisolone dapat menyebabkan pusing. Disarankan untuk tidak
mengendarai kendaraan atau mengoperasikan mesin berat untuk menghindari
kecelakaan.

Hentikan atau kurangi konsumsi alkohol selama menjalani pengobatan dengan


methylprednisolone untuk menghindari risiko perdarahan pada perut.

Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis setelah menggunakan methylprednisolone,


segera hubungi dokter.

Dosis Methylprednisolone
Dosis methylprednisolone berbeda-beda pada tiap pasien. Faktor-faktor yang
menentukan dosis adalah jenis penyakit yang diobati, tingkat keparahannya, dan
respons tubuh pasien terhadap pengobatan ini. Terutama pada pasien anak-anak,
berat badan juga diperhitungkan.

Takaran methylprednisolone dalam bentuk oral umumnya berkisar antara 2-60 mg


per hari. Dosis obat ini biasanya akan direvisi ulang oleh dokter setelah beberapa
waktu sesuai dengan respons tubuh terhadap methylprednisolone.
Untuk methylprednisolone dalam bentuk topikal atau oles, dosis yang umumnya
disarankan adalah satu kali pemakaian per hari selama 12 minggu atau sesuai
jangka waktu yang ditentukan dokter.

Sedangkan untuk methylprednisolone dalam bentuk suntikan, dosis akan


disesuaikan dokter dengan kondisi pasien di rumah sakit

Peningkatan dan pengurangan dosis obat ini akan dilakukan secara bertahap guna
mengurangi efek samping dan mencegah munculnya gejala putus obat.

Mengonsumsi Methylprednisolone dengan Benar


Methylprednisolone sebaiknya dikonsumsi dengan makanan atau setelah makan.
Usahakan untuk mengonsumsi obat ini pada waktu yang sama setiap hari untuk
memaksimalkan efek obat.

Bagi yang lupa menggunakan methylprednisolone, disarankan untuk segera


melakukannya jika jeda dengan jadwal penggunaan berikutnya tidak terlalu dekat.
Jika sudah dekat, jangan menggandakan dosis.

Obat ini dapat menurunkan kekebalan tubuh, karena itu tingkatkan kewaspadaan
serta kebersihan Anda. Segera temui dokter jika Anda sakit atau terjadi kontak
dengan orang yang menderita infeksi, selama penggunaan methylprednisolone.

Jika membutuhkan vaksinasi atau konsumsi obat lain selama menggunakan obat ini,
lakukanlah setelah berkonsultasi dengan dokter.

Interaksi Obat
Berikut ini adalah beberapa risiko yang mungkin terjadi jika menggunakan
methylprednisolone bersamaan dengan obat-obatan tertentu, di antaranya:

Berpotensi melemahkan respons vaksin hidup (live attenuated vaccine) dalam


tubuh. Lebih baik hindari melakukan vaksinasi ketika menjalani pengobatan dengan
methylprednisolone.
Aminoglutethimide dapat menghilangkan efek penekanan adrenal oleh
kortikosteroid.

Dapat menyebabkan hipokalemia jika digunakan bersamaan dengan obat yang


mengandung K-depleting agents, seperti amphotericin B dan diuretik.
Antibiotik makrolid dapat menekan pembuangan methylprednisolone dari dalam
tubuh, namun sebaliknya pembuangan akan meningkat dengan cholestyramine.
Metabolisme methylprednisolon meningkat jika digunakan bersama dengan
estrogen, termasuk kontrasepsi oral, dan menurun jika digunakan bersama dengan
CYP3A4 inducers, seperti rifampicin dan obat-obatan golongan barbiturate.
Berisiko menurunkan kadar serum isoniazid.
Meningkatkan risiko kejang jika digunakan bersamaan dengan ciclosporin.
Berpotensi mengakibatkan aritmia jika digunakan dengan glikosida digitalis,
seperti digoxin dan digitoxin.
Dapat meningkatkan konsentrasi methylprednisolone dalam darah jika digunakan bersamaan
dengan CYP3A4 inhibitors, seperti ketoconazole dan erythromycin.
Berpotensi menekan efek terapi dari obat antidiabetik.

Berisiko mengakibatkan efek gastrointestinal (pencernaan) jika digunakan bersamaan dengan


aspirin atau obat NSAIDs lainnya.

Dapat meningkatkan efek pengencer darah (antikoagulan) dari warfarin.

Kenali Efek Samping dan Bahaya Methylprednisolone


Sama seperti obat lain, methylprednisolone juga berpotensi menyebabkan efek samping.
Beberapa efek samping yang umumnya terjadi adalah:

Mual dan muntah.

Nyeri ulu hati.

Sakit perut.

Gangguan pencernaan.

Lemas dan lelah.

Mengeluarkan banyak keringat.

Uring-uringan.

Kecemasan dan depresi.

Sulit tidur.

Linglung.

Pusing.

Hipertensi.

Pembengkakan di tangan, tungkai, dan kaki.

Menstruasi tidak teratur.

Kenaikan berat badan.


Kadar glukosa meningkat.

Penggunaan methylprednisolone secara jangka panjang atau melebihi dosis dapat


meningkatkan risiko terjadinya gangguan kelenjar adrenal. Ikutilah dosis yang telah
ditentukan oleh dokter untuk menghindari terjadinya hal ini.

Lihat lebih lanjut mengenai:


Alergi
Alergi Makanan
Alergi Obat

Anda mungkin juga menyukai