Anda di halaman 1dari 2

Laporan Refleksi Kasus Komuda

Nama dan No. Mhs :


Rumah Sakit : RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit I

1. Pengalaman :
Seorang pasien berusia 26 tahun datang ke RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit I
dengan keluhan demam sejak 3 hari yang lalu disertai dengan mual, muntah setiap makan,
belum defekasi selama 3 hari, kepala pusing, dan badan lemas. Hasil pemeriksaan fisik
didapati KU baik, kesadaran compos mentis, TD 100/50mmHg, N 100x/menit, RR
18x/menit, T 38,2oC, abdomen supel, akral hangat, lidah hiperemis bagian pinggir dan
tengahnya pucat, pemeriksaan fisik lainnya dalam batas normal. Hasil pemeriksaan darah
didapati leukosit rendah, netrofil tinggi, limfosit rendah. Pengobatannya antara lain injeksi
Ceftriaxone 1gr/12jam, Ranitidine 1A/12jam, Paracetamol 3x500mg. Dilihat dari tanda-
tanda fisik yang didapatkan, pasien ini suspect demam typhoid.

2. Masalah yang dikaji :


Apakah pemberian injeksiCeftriaxone pada pasien ini sudah tepat?

3. Analisa Kritis :
Pasien ini mempunyai tanda tanda fisik seperti lidah hiperemis dipinggir dan pucat ditengah,
demam 3 hari terutama pada malam hari, yang mengarah ke demam typhoid walaupun
secara teoritis demamnya belum lebih dari 7 hari. Pemberian injeksi Ceftriaxone pada pasien
ini sudah tepat, karena ceftriaxone merupakan obat untuk beberapa infeksi dari bakterial,
salah satunya adalah Salmonella typhii.

Ceftriaxone ini bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan cara
mengikat Penicilin-Binding Protein (PBP). Terhambatnya PBP akan menghambat
transpeptidasi sistesis peptidoglikan yang diperlukan untuk dinding sel bakteri. Ceftriaxone
bersifat bakteriosidal, sama seperti cephalosporin lainnya. Ceftriaxone mempunyai waktu
paruh 7-8 jam. Obat ini dapat menembus cairan tubuh dan jaringan dengan baik serta dapat
menembus sampai tingkat Liquor Cerebro Spinal (LCS) yang bisa menghambat sebagian
besar patogen. Eksresinya melalui empedu dan dapat diberi melalui parenteral, yaitu
intravena maupun intramuskular. Karena ceftriaxone merupakan derivat dari cephalosporin,
maka obat ini punya efek samping yang mengakibatkan reaksi alergi, sakit kepala, reaksi
hematologik, mual, muntah, diare,nephrotoxicity, intoleransi alkohol, dan perdarahan
(antagonis vitamin K).

Untuk kasus demam typhoid ini, ceftriaxone akan meningkatkan eksresi bilier yang dapat
mengobati demam typhoid, karena kantung empedu mengandung banyak basil dan
mengeksresikanya mulai dari tahap akut. Ceftriaxone juga punya aktivitas in-vitro yang
dapat melawan aksi dari Salmonella sp. Dari beberapa penelitian yang ada, penggunaan
ceftriaxone untuk kasus demam typhoid ini dinilai efektif dan merupakan salah satu
alternatif dari terapi chloramphenicol.

4. Dokumentasi
Nama Pasien : Bangkit Surya Putra
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 26 tahun
Vital Sign
Tekanan Darah : 100/50 mmHg
Denyut Nadi : 100x/menit
Frekuensi Pernapasan : 18x/menit
Suhu : 38,2oC
Pemeriksaan Fisik
- Abdomen supel
- Akral hangat
- Lidah hiperemis bagian tepi dan pucat bagian tengah
Pengobatan yang sudah diberikan
- Injeksi Ceftriaxone 1gr/12jam
- Paracetamol 3x500mg
- Ranitidine 1A/12jam
- Injeksi tomit extra
- Infus Ringer Lactat lini

5. Referensi
- Lullman, et al. 2000. Color Atlas of Pharmacology 2nd Edition.
- Roach, S. 2004. Introductory Clinical Pharmacology 7th Edition.
- Artikel The Korean Journal of Internal Medicine (KJIM) dengan judul ‘Successful
Treatment of Typhoid Fever with a Single dose of ceftriaxone for One or Two Days”.
(tersedia di www.kjim.org/journal/view.php?number=15407 diakses pada tanggal 25
Desember 2014).
- Jurnal Antimicrobial Agents and Chemotherapy dengan judul “Treatment of Typhoid
Fever with Ceftriaxone for 5 days or Chloramphenicol for 14 days: a randomized clinical
trial”. (tersedia di www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC188021 diakses pada tanggal
25 Desember 2014).
- Ceftriaxone: Drug Information. (tersedia di www.drugbank.ca/drugs/DB01212 diakses
pada tanggal 24 Desember 2014).

Dokter Pembimbing FKIK UMY

(dr. Muhammad Khotibuddin)

Anda mungkin juga menyukai