Anda di halaman 1dari 63

Elektrokardiogram (EKG)

Reza Setyono Ashari – 20184010032 dr. Nurhayadi, Sp. JP


Pengertian

▸ Pembuatan rekaman grafik tentang ragam


muatan listrik yang disebabkan oleh
kegiatan listrik otot jantung
▸ Dideteksi pada permukaan tubuh sebagai
metode untuk mempelajari kerja otot
jantung

▸ Sumbu horizontal  waktu. Satu kotak


kecil 0,04 detik. Satu kotak besar 0,2 detik
▸ Sumbu vertikal  voltase. Satu kotak kecil
0,1 mV. Satu kotak besar 0,5 mV
Lead EKG
Dasar Gelombang EKG

▸ Gelombang EKG  manifestasi depolarisasi & repolarisasi


▸ Masing masing lead akan merekam gelombang dari sudut
pandangnya masing masing

▸ Gel depolarisasi  mendekat (+), menjauhi (-)


▸ Gel repolarisasi  mendekat (-), menjauhi (+)
Jaras Konduksi Jantung
Morfologi EKG Normal

▸ a
Sistematika Membaca EKG

Frekuensi

Irama

Aksis

Interval: PR, QRS, QTc

Morfologi: P, QRS, ST, T, U


Frekuensi

▸ Metode kotak besar: digunakan pada


frekuensi reguler. Rumus 300/jarak kotak
besar dari R ke R

16
▸ Metode kotak kecil: digunakan pada
frekuensi reguler. Rumus 1500/jarak kotak
kecil dari R ke R

▸ Metode 6 detik: digunakan pada frekuensi


irreguler. Rumus jumlah kompleks QRS
dalam 6 detik x 10
Irama

• SA Node: Irama Sinus (60-100)


– Menyebabkan irama reguler (normal), gelombang P yang
bulat, dan kompleks QRS yang sempit (normal)
• Atria: Irama Atrial (40-60)
– Menyebabkan gelombang P yang ireguler dan kompleks
QRS masih normal
• AV Node: Irama Junctional
– Kompleks QRS normal, tanpa didahului gelombang P
atau gelombang P terbalik atau gelombang P dibelakang
kompleks QRS
• Purkinje Fibers: Irama Ventrikuler (20-40)
– Tidak ada gelombang P, kompleks QRS melebar dan
ireguler
Irama
Aksis

aVL aVF I II Axis Position


+ + 0-60 intermediate
+ - - -40 Horizontal - LAD
+ - 0 -30 horizontal
+ - + -20 semihorizontal
+ 0 0 semihorizontal
0 + 60 semivertikal
- + + 80 semivertikal
- + 0 90 Vertikal
- + - 100 Vertikal – RAD
Normal axis (-) 30 – 90’
Gelombang P

▸ Morfologi :
Positif pada lead I, II, aVF dan V2 - V6
Negatif pada lead aVR
Biphasic pada lead V1
Bervariasi pada lead III dan aVL
▸ Axis :
Axis gelombang P yang normal berada pada 0° dan +75°
Selalu positif pada lead II dan negatif pada lead aVR

▸ Durasi : < 120 msec ( atau 3 kotak kecil )

▸ Amplitudo : < 0,25 mV ( atau 2.5 kotak kecil )


Interval PR

▸ Interval PR mempresentasikan waktu yang dibutuhkan dari depolarisasi


atrium hingga arus listrik melewati AV Node

▸ Interval PR normal berada pada antara 120 ms - 200 ms ( 3-5 kotak kecil )

▸ Interval PR dikatakan memanjang bila Interval PR lebih dari 200 ms atau 5


kotak kecil  varian normal, AV blok derajat 1, AV blok derajat 2 mobitz 1

▸ Interval PR dikatakan memendek bila Interval PR kurang dari 120 ms atau 3


kotak kecil  varian normal, low atrial atau upper junctional rhythm,
peningkatan aktifitas simpatis, WPW syndrome, LGL syndrome
Gelombang QRS
• Gelombang QRS mempresentasikan aktivitas depolarisasi dari ventrikel atau
aktivasi listrik dari ventrikel yang dibutuhkan agar ventrikel dapat berkontraksi

• Narrow QRS Complex (< 012 ms) menandakan Impuls berasal dari
supraventrikular

• Wide QRS Complex (> 0.12 ms) impuls bisa berasal dari ventrikular atau
supraventrikular dengan konduksi aberan

• Large Voltage : Ventricular Hypertrophy, Thin Chest Wall, Kesalahan


Standarisasi dari Voltage

• Low Voltage ( Amplitudo gelombang QRS < 0.5 mV pada lead ekstremitas dan <
1 mV pada lead Prekordial ) : Kardiomiopati utamanya kardiomiopati restriktif,
Efusi Perikardium , Perikarditis Konstriktif
Gelombang Q

▸ Gelombang Q merupakan defleksi negatif pertama pada


kompleks QRS
▸ Gelombang Q Terbentuk akibat adanya shift depolarisasi
septal dari kiri ke kanan
▸ Bila gelombang Q melebihi kedalaman 0.1 mv dan durasi
lebih 0.04 sec  Q Patologis

▸ Differential dari gelombang Q Patologis :


▸ Old Infark Miokardium
▸ Kardiomiopati ( Hipertrofik dan Infiltrative )
▸ Rotasi dari jantung (Extreme Clockwise Rotation atau
Counter Clockwise Rotation)
▸ Pemasangan Lead yang salah ( Lead Arm Displacement )
Segmen ST

▸ Segmen ST normalnya Flat, isoelektrik diantara akhir gelombang S ( J Point ) dan awal gelombang T,
Penyebab kelainan ST Segmen Utama ( Elevasi atau Depresi ) adalah Iskemia dan Infark Miokardium
▸ ST Elevasi : Merupakan Peningkatan Segmen ST di atas Garis Isoelektrik Baseline yang diukur dari J
Point ( Awal dari Akhir kompleks QRS ). Elevasi: 2 mm pada lead precordial. 1 mm pada lead
ekstremitas  STEMI
▸ ST Depresi : Merupakan Penurunan Segmen ST di bawah Garis Isoelektrik Baseline yang diukur dari J
Point ( Awal dari Akhir kompleks QRS ). Depresi: 1 mm dari baseline  NSTEMI
Gelombang T

▸ Gelombang T merupakan Defleksi positif setelah tiap gelombang


QRS yang mempunyai makna sebagai repolarisasi ventrikel
▸ Positif di semua lead kecuali aVR dan V1
▸ Amplitudo umumnya tidak melebihi 2/3 gelombang R atau < 5 mm
di limb lead dan < 15 mm di prekordial lead
▸ Durasi mengacu pada interval QT
▸ Gelombang T-Tall atau Peaked T Waves : Hiperkalemia,
Hyperacute T waves ( Stadium awal STEMI )
▸ Inversi Gelombang T : Normal pada Anak-anak, Abnormalitas
Sekunder dari Bundle branch block dan hipertrofi ventrikel, Iskemia
dan Infark Miokardium, Myoperikarditis, Penggunaan Digoxin,
Penyakit Sistem Saraf Pusat ( perdarahan subarachnoid )
Interval QT

▸ Interval QT merupakan waktu yang diukur dari awal gelombang Q sampai akhir gelombang T yang
mempresentasikan waktu yang dibutuhkan untuk depolarisasi dan repolarisasi ventrikel
▸ Interval QT yang memanjang dan abnormal akan meningkatkan resiko aritmia ventrikular yang
berpotensi membahayakan keadaan pasien, yang kita kenal sebagai Torsade de Pointes
Interpretasi EKG

Pembesaran Ruang Jantung

Aritmia

Blokade Konduksi

Iskemia & Infark Miokardium


Left Atrial Hipertrophy
▸ Amplitudo gel P berbentuk bifasik dan komponen terakhirnya terletak dibawah garis isoelektrik pada
sadapan V1
▸ Durasi gel P meningkat dan komponen akhir sekurang kurangnya selebar 0,04 (1 kotak kecil) pada
sadapan II

▸ Gel P seperti huruf M sadapan II  P mitral


▸ Insufisiensi mitral atau stenosis mitral
Right Atrial Hipertrophy

▸ Amplitudo gel P melebihi 2,5 mm pada sadapan


inferior (II, III, aVF)
▸ Durasi gel P tidak berubah

▸ Gel P tinggi pada sadapan II  P pulmonale


▸ Penyakit paru kronis, hipertensi pulmonal,
stenosis trikuspid, penyakit jantung kongenital
Left Ventricle Hipertrophy

▸ Amplitudo gel R V5 atau V6 + amplitudi gel S


V1 atau V2 melebihi 35 mm (7 kotak besar)
 Sokolow Lyon
▸ Gelombang S V3 + R aVL > 28 mm pada
Laki-Laki ( Sen 42 %, Spec 96 % )  Cornell
▸ Gelombang S V3 + R aVL > 20 mm pada
Perempuan ( Sen 42 %, Spec 96 % ) 
Cornell

▸ LVH merupakan pembesaran jantung yang


paling sering
Right Ventricle Hipertrophy

▸ Pada sadapan V1, gel R lebih besar daripada gel


S
▸ Pada sadapan V6, gel S lebih besar dibanding gel
R
▸ Terdapat right axis deviation > 100°

▸ Hipertensi Pulmonal
▸ Mitral Stenosis
▸ Penyakit Paru – Paru yang kronik
▸ Penyakit Jantung Bawaan ( Tetralogy of Fallot,
ASD, dll )
▸ Stenosis Pulmonal
▸ Arrythmogenic Right Ventricular Dysplasia
Aritmia

▸ Aritmia  Variasi dari irama normal denyut jantung


▸ Variasi frekuensi  bradikardi atau takikardia
▸ Variasi tempat asal impuls  supraventrikel, junctional, ventrikuler
▸ Variasi urutan aktivasi
▸ Variasi ritme  irreguler
Reentry Circuit

▸ Dasar patofisiologi dari hampir seluruh aritmia


▸ Aliran konduksi melewati daerah yang berbeda kecepatan konduksinya
▸ Aritmia yang ditimbulkan tergantung letak dan jumlah sirkuit reentry
Reentry Circuit

Atrial Atrial Ventricular


Flutter Fibrillation Complex
Sinus Normal

▸ a
Sinus Bradikardi
Sinus Takikardi
Aritmia Sinus

▸ a
Premature Atrial Contraction

▸ a
Supraventricular Tachycardia

▸ a
Wandering Pacemaker
Atrial Flutter

▸ a
Atrial Fibrillation

▸ a
Junctional Rhythm

▸ a
Accelerated Junctional Rhythm

▸ a
Premature Junctional Complex (PJC)

▸ a
Accelerated Idioventricular Rhythm

▸ a
Coupled PVC

▸ a
Bigeminal PVC

▸ a
Multifocal PVC

▸ a
Ventricular Tachycardia

▸ a
Ventricular Fibrillation

▸ a
Blokade Konduksi

▸ Dapat terjadi di manapun pada sistem konduksi


▸ Blokade nodus sinus
▸ Blokade AV  Derajat 1, 2, 3
▸ Blokade cabang berkas  LBBB, RBBB
Sinus Arrest

▸ a
1st Degree AV Block

▸ Pemanjangan interval PR > 200 ms


2nd Degree AV Block Type 1

▸ a
2nd Degree AV Block Type 2

▸ Interval PR normal
▸ Tiba-tiba ada gelombang P tidak diikuti gelombang QRS dengan perbandinagan dengan rasio 3:1 4
:1 dst
3rd Degree AV Block

▸ a
Left Bundle Branch Block

▸ Kompleks QRS > 0,12 s


▸ Gel R lebar atau bertakik di sadapan V5, V6, I, dan aVL. Disertai depresi segmen ST dan inversi gel T
▸ Perubahan resiprokal pada V1 dan V2
LBBB
Right Bundle Branch Block

▸ Kompleks QRS > 0,12 s


▸ RSR’ di V1 dan V2 (telinga kelinci) yang disertai depresi segmen ST dan inversi gel T
▸ Perubahan resiprokal pada V5, V6, I, dan aVL
RBBB
Iskemia Miokardium

▸ Iskemia Miokardium  berkurangnya aliran darah ke otot jantung


sehingga mengakibatkan damage pada otot jantung yang
berakibat berkurangnya kemampuan pompa dari jantung

▸ Iskemia Miokardium dapat terlihat dengan adanya berbagai


perubahan pada ekg sesuai anatomis dari regio otot jantung yang
iskemik

▸ Iskemia Miokardium berbeda dengan Infark Miokardium, pada


keadaan iskemia otot jantung tidak mati berbeda dengan infark
miokard
Iskemia Miokardium

▸ J point

▸ ST baseline

▸ ST depresi

▸ ST elevasi
STEMI

▸ a
STEMI

▸ a
STEMI

▸ a
NSTEMI

▸ a
NSTEMI

▸ a
NSTEMI
63

THANKS!

Anda mungkin juga menyukai