Anda di halaman 1dari 50

i

DETEKSI DAN IDENTIFIKASI OPT/OPTK JAMUR PADA


CABAI KERING IMPOR ASAL INDIA DI BALAI KARANTINA
PERTANIAN KELAS I SEMARANG

MAGANG KERJA

Oleh:
FADHILA FIRDAUSARI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2019
DETEKSI DAN IDENTIFIKASI OPT/OPTK JAMUR PADA
CABAI KERING IMPOR ASAL INDIA DI BALAI
KARANTINA PERTANIAN KELAS I SEMARANG

MAGANG KERJA

Oleh:

FADHILA FIRDAUSARI
165040200111148

MINAT STUDI PERLINDUNGAN TANAMAN


PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
MALANG
2019

i
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN MAGANG KERJA JUDUL:

DETEKSI DAN IDENTIFIKASI OPT/OPTK JAMUR PADA CABAI


KERING IMPOR ASAL INDIA DI BALAI KARANTINA PERTANIAN
KELAS I SEMARANG

Disetujui oleh:

Pembimbing Lapang, Dosen Pembimbing Magang,

Ismiyatuningsih, SP., M.Sc. Dr. Ir. Syamsuddin Djauhari, MS.


NIP. 19710111 199903 2 001 NIP. 19550522 198103 1 006

Mengetahui,
Ketua
Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan

Luqman Qurata Aini, SP., M.Si., PhD.


NIP. 19720919 199802 1 001

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT karena
dengan limpahan rahmat dan hidayah Nya penulis dapat menyelesaikan proposal
magang kerja yang berjudul “Deteksi dan Identifikasi OPT/OPTK Jamur pada
Cabai Kering Impor Asal India di Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang”.
Penulis menyampaikan terimakasih kepada Dr. Ir. Syamsuddin Djauhari,
MS. selaku dosen pembimbing magang kerja serta ibu Ismiyatuningsih, SP.,
M.Sc. selaku pembimbing lapang atas segala nasihat, arahan, dan bimbingannya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan propoasal dengan lancar. Dengan
dilaksanakannya kegiatan magang kerja diharapkan dapat bermanfaat bagi banyak
pihak, dan memberikan sumbangan dalam kemajuan ilmu pengetahuan.

Malang, Juli 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI
Nomor Teks Halama
n
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................vi
1. PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Tujuan...........................................................................................................2
1.3 Manfaat........................................................................................................2
2 TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................3
2.1 Karantina Tumbuhan....................................................................................3
2.2 Tindakan Karantina Tumbuhan....................................................................3
2.3 Profil Balai Karantina Pertanian Kelas 1 Semarang....................................5
2.4 Visi dan Misi Balai Karantina Pertanian Kelas 1 Semarang........................6
2.5 Tugas pokok Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang.........................6
2.6 Landasan Hukum Karantina Pertanian.........................................................7
2.7 Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina............................................8
2.8 Tanaman Cabai...........................................................................................10
2.9 OPTK Target pada Cabai kering................................................................12
3. BAHAN DAN METODE................................................................................15
3.1 Tempat dan Waktu.....................................................................................15
3.2 Metode Pelaksanaan...................................................................................15
4. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................17
4.1 Pemeriksaan media pembawa....................................................................17
4.2 Identifikasi OPT/OPTK jamur pada cabai.................................................19
4.3 Hasil identifikasi OPTK jamur pada cabai.................................................23
5. PENUTUP.........................................................................................................29
5.1 Kesimpulan.................................................................................................29
5.2 Saran...........................................................................................................29

iv
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................30
LAMPIRAN..........................................................................................................32

DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang.......5
Gambar 2. Morfologi tanaman cabai (Prajnanta, 2007).......................................10
Gambar 3. Konidiofor Ascochyta gossypii (Zofia et al., 2008)..........................13
Gambar 4. Alur pelayanan impor.........................................................................19
Gambar 5. a. dan b. gejala cabai kering impor dari India (dokumentasi pribadi)20
Gambar 6. a. dan b. Cabai impor bergejala dari India (dokumentasi pribadi).....21
Gambar 7. Pemberian sheer pada objek glass......................................................22
Gambar 8. Pengorekan bagian cabai bergejala....................................................22
Gambar 9. Kenampakan objek glaas....................................................................22
Gambar 10. Pengamatan secara mikroskopis......................................................23
Gambar 11. a. Konidia Cladosporium herbarum (dokumentasi pribadi), b.
konidiofor Cladosporium herbarum (Konstanze et al., 2012)...............................24
Gambar 12. a. Konidia Alternaria longipes (dokumentasi pribadi), b. Konidia dan
konidofor Alternaria longipes (Guo yin et al., 2013).............................................25
Gambar 13. a. Konidiofor Aspergillus niger (dokumentasi pribadi), b. konidofor
Aspergillus niger (Jan and Wosten, 2013).............................................................27

v
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Teks Halaman

Lampiran 1. Data Diri Mahasiswa Magang Kerja...............................................32


Lampiran 2. Denah Lokasi Magang Kerja...........................................................33
Lampiran 3. Tata cara impor cabai kering asal India...........................................34
Lampiran 4. Alat dan bahan yang digunakan dalam identifikasi OPTK.............38
Lampiran 5. Dokumentasi kegiatan magang kerja di Balai Karantina Pertanian
Kelas I Semarang...................................................................................................41

vi
1

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditas penting di
Indonesia. Cabai kaya akan nutrisi seperti vitamin C, vitamin B6, vitamin A, dan
mineral, dengan kandungan nutrisi tersebut membuat hampir semua masyarakat
memanfaatkannya. Cabai banyak digunakan sebagai salah satu campuran pada
makanan, untuk memberi rasa pedas pada makanan. Permintaan cabai di
Indonesia mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk, namun dalam segi pemenuhannya petani dalam negeri belum mampu
memenuhi kebutuhan cabai yang diperlukan. Hal ini yang menyebabkan tidak
seimbangnya produksi dalam negeri dan kebutuhan dalam negeri sehingga untuk
memenuhi kebutuhan tersebut maka diperlukan impor.
Berdasarkan data dari Kementrian Pertanian (2017) menyatakan bahwa
produksi cabai dari tahun 2017 ke 2018 mengalami penurunan sebanyak 26,315 ton
yaitu dari 1.332.844 ton menjadi 1.296.529 ton. Sedangkan untuk permintaan akan
cabai mengalami peningkatan pada tahun 2017 ke tahun 2018 sebanyak 85,777 ton
dari jumlah permintaan pada tahun 2017 sebanyak 1.051.911 ke tahun 2018 sebanyak
1.137.688. Dari data tersebut masih mengalami kekurangan pasokan (defisit), hal ini
yang menyebabkan dilakukannya impor, dan membuat Indonesia masih tergantung
pada komoditi impor. Terbukti dari data BPS dari tahun 2016 sampai 2017 terjadi
peningkatan impor cabai di indonesia yaitu dari 25.327 pada 2016 menjadi 42.128
pada tahun 2017. Kegiatan impor yang terus dilakukan secara tidak langsung
memiliki potensi dalam memunculkan, membawa, dan menyebarkan patogen
tanaman.
Penyebaran organisme pengganggu tumbuhan OPT/OPTK yang terjadi pada
antar negara maupun dalam negeri merupakan salah satu faktor yang mampu
mengancam hasil produksi tanaman. Penyebaran OPT/OPTK dapat terjadi melalui
angin, air, vektor maupun manusia. Maka untuk mencegah penyebaran OPT/OPTK
yang masuk dari luar negeri ke Indonesia maupun antar wilayah di Indonesia
dibentuklah badan karantina tumbuhan yang dalam pelaksanaannya dilakukan
berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 31/Permentan/Kr.010/7/2018
tentang Jenis Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina. Balai karantina
tumbuhan merupakan garda terdepan dalam melindungi wilayah republik
2

Indonesia dari potensi masuknya hama maupun penyakit tanaman. Keberadaan


balai karantina pertanian akan memastikan semua komoditas termasuk cabai
sebelum masuk ke wilayah Indonesia harus bebas dari hama maupun penyakit
yang dapat mengganggu produksi dari tanaman cabai maupun komoditas
pertanian lain. Dalam menjalankan tugasnya untuk menjaga wilayah Indonesia bebas
patogen maupun hama terdapat cara, sistem, dan hal tertentu yang dilakukan oleh balai
karantina.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dilakukan kegiatan magang kerja
untuk mengetahui, mempelajari dan memahami mengenai mekanisme pengelolaan
deteksi dan identifikasi OPT/OPTK pada cabai impor yang merupakan tahap awal dalam
pencegahan masuknya patogen ke dalam wilayah Indonesia.

1.2 Tujuan
Tujuan magang kerja di Balai Karantina Pertanian yaitu:
1. Mengetahui tata cara pemeriksaan media pembawa di Balai Karantina
Pertanian Kelas I Semarang.
2. Mengetahui metode identifikasi OPT/OPT di Laboratorium Karantina
Tumbuhan, Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang.

1.3 Manfaat
Manfaat pelaksanaan magang kerja bagi mahasiswa adalah:
1. Mampu mengetahui teknik penanganan OPT/OPTK di Balai Karantina
Pertanian Kelas I Semarang.
2. Mampu mengetahui cara identifikasi OPT/OPTK jamur pada cabai kering
3. Mahasiswa dapat memahami dan mengetahui cara penyelesaian
permasalahan-permasalahan di masyarakat yang berkaitan dengan karantina
tumbuhan.
3

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karantina Tumbuhan

Karantina tumbuhan merupakan semua kegiatan yang dirancang untuk


mencegah masuknya dan atau penyebaran hama karantina atau untuk memastikan
kontrol resmi. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 2002 tentang
Karantina Tumbuhan, karantina tumbuhan merupakan tindakan sebagai upaya
pencegahan masuk dan tersebarnya organisme penganggu tumbuhan dari luar
negeri dan atau dari suatu area ke area lain dalam negeri, atau keluarnya dari
dalam wilayah negara Republik Indonesia. Antar area dalam negeri meliputi
daerah dari suatu pulau ke pulau lain yang dikaitkan dengan pencegahan
penyebaran OPT.

2.2 Tindakan Karantina Tumbuhan

Tindakan karantina tumbuhan diatur dalam Peraturan Pemerintahan Nomor 14


Tahun 2002 tentang karantina tumbuhan meliputi tindakan pemeriksaan,
pengasingan, pengamatan, perlakuan, penahanan, penolakan, dan pembebasan.

1. Tindakan Pemeriksaan

Tindakan pemeriksaan meliputi kegiatan pemeriksaan administratif dan


kesehatan. Pemeriksaan administratif dilakukan untuk mengetahui kelengkapan
dan kebenaran isi dokumen. Pemeriksaan kesehatan dilakukan secara fisik dan
laboratoris untuk mendeteksi adanya OPTK, sanitasi media pembawa,
pemeriksaan kelayakan saranan dan prasarana serta alat angkut.

2. Tindakan Pengasingan

Tindakan pengasingan dilakukan terhadap sebagian atau seluruh media


pembawa untuk dilakukan pengamatan, pemeriksaan dan perlakuan dengan tujuan
untuk mencegah kemungkinan penularan atau mendeteksi kemungkinan adanya
OPTK. Tindakan pengasingan memerlukan kondisi dan sarana yang khusus, serta
memerlukan waktu yang lama.
4

3. Tindakan Pengamatan

Tindakan pengamatan dilakukan di suatu tempat yang terisolasi selama waktu


tertentu sesuai dengan masa inkubasi OPT dan/atau OPTK yang bersangkutan.

4. Tindakan Perlakuan

Tindakan perlakuan merupakan tindakan untuk membebaskan media


pembawa dari OPTK, baik secara fisik maupun kimiawi. Kegiatan ini dilakukan
oleh pihak ketiga yang telah terakreditasi oleh Badan Karantina Pertanian yang
ditetapkan berdasarkan Standar Skim Audit Barantan.

5. Tindakan Penahanan

Tindakan penahanan dilakukan terhadap media pembawa yang belum


memenuhi persyaratan karantina, atau dokumen lain yang dipersyaratkan oleh
menteri yang terkait waktu pemasukan, transit, atau pengeluaran di dalam wilayah
negara Republik Indonesia.

6. Tindakan Penolakan

Tindakan penolakan terhadap media pembawa dilakukan apabila Setelah


dilakukan pemeriksaan di atas alat angkut, media pembawa tidak bebas dari
OPTK tertentu yang telah ditetapkan oleh pemerintah, busuk, rusak, atau
merupakan jenis-jenis yang dilarang pemasukannya. Setelah dilakukan
penahanan, keseluruhan persyaratan yang harus dilengkapi dalam batas waktu
yang ditetapkan tidak dapat dipenuhi. Setelah diberi perlakuan tidak dapat
dibebaskan dari OPTK.

7. Tindakan Pemusnahan

Tindakan pemusnahan dilakukan apabila setelah diturunkan dari alat angkut


dan dilakukan pemeriksaan media pembawa tidak bebas dari OPTK tertentu yang
tlah ditetapkan oleh pemerintah, busuk, rusak, atau merupakan jenis-jenis yang
dilarang pemasukannya. Setelah dilakukan penolakan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15, media pembawa yang bersangkutan tidak segera dibawa ke luar
dari wilayah negara Republik Indonesia atau dari area tujuan oleh pemiliknya
dalam batas waktu yang ditetapkan. Media pembawa tidak bebas dari OPTK.
5

8. Tindakan Pembebasan

Tindakan pembebasan dilakukan apabila media pembawa bebas dari OPTK,


setelah dilakukan pengamatan dan pengasingan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12, bebas dari OPTK, dapat dibebaskan dari OPTK, seluruh persyaratan
yang diwajibkan telah dapat dipenuhi.

2.3 Profil Balai Karantina Pertanian Kelas 1 Semarang

Balai Karantina Pertanian Kelas 1 Semarang merupakan salah satu Unit


Pelayanan Teknis (UPT) Badan Karantina Pertanian yang melaksanakan tugasnya
di Provinsi Jawa Tengah. Lokasi Balai Karantina Pertanian Kelas 1 Semarang
terletak di kompleks pelabuhan Tanjung Emas Semarang di Jalan M. Pardi nomor
7 kompleks Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Pelaksanaan tugas dalam upaya
mencegah dan tersebarnya Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK)
Balai Karantina Pertanian Kelas 1 Semarang memiliki beberapa wilayah kerja
yaitu :

a. Wilayah Kerja Pelabuhan Laut Tanjung Emas Semarang


b. Wilayah Kerja Bandar Udara Ahmad Yani Kota Semarang
c. Wilayah Kerja Kantor POS Semarang d. Wilayah Kerja Pelabuhan Laut
Tegal
d. Wilayah Kerja Pelabuhan Laut Juwana

Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang

(BKP Semarang, 2018)


6

Untuk mempermudah dalam menjalankan tugas dan fungsinya dibentuklah


struktur organisasi pada Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang. Struktur
organisasi tersebut terdiri dari Kepala Balai, Kepala Sub Bagian Tata Usaha,
Kepala Seksi Karantina Hewan, Kepala Seksi Karantina Tumbuhan, Kepala Seksi
Wasdak, dan Koordinator Jabatan Fungsional (karantina hewan dan tumbuhan),
serta terdapat petugas POPT, medik veteriner dan para medik yang terdiri dari ahli
dan terampil. Petugas POPT merupakan sebuah jabatan fungsional yang
mempunyai tugas pokok mempersiapkan, melaksanakan, menganalisis, serta
mengevaluasi, mengadakan bimbingan, pengembangan yang dikerjakan pada
wilayah tugas masing-masing.

2.4 Visi dan Misi Balai Karantina Pertanian Kelas 1 Semarang

VISI : Menjadi Instansi yang Tangguh dan Terpercaya dalam Perlindungan


Kelestarian Sumber Daya Alam Hayati, Hewani dan Nabati serta Keamanan
Pangan Segar di Provinsi Jawa Tengah dan sekitarnya.

MISI : Misi Balai Karantina Pertanian Kelas 1 Semarang yaitu:

1. Melaksanakan Perkarantinaan Hewan dan Tumbuhan untuk Melindungi


Kelestarian Sumber Daya Alam Hayati, Hewani dan Nabati serta
Keamanan Pangan Segar di Provinsi Jawa Tengan dan sekitarnya. Hewani
dan Nabati serta Keamanan Pangan Segar di Provinsi Jawa Tengan dan
sekitarnya.

2. Mendukung Terwujudnya Keamanan Pangan di Provinsi Jawa Tengah dan


sekitarnya.

3. Meningkatkan Citra dan Kualitas Pelayanan Publik.

4. Memfasilitasi Perdagangan dalam rangka Akselerasi Ekspor Komoditas


Pertanian di Provinsi Jawa Tengah dan sekitarnya

2.5 Tugas pokok Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang


Tugas pokok dari Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang dalam
menyelenggarakan fungsinya, yaitu sebagai berikut :

1. Penyusunan rencana, evaluasi, dan pelaporan.


7

2. Pelaksanaan pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan,


penahanan, penolakan, pemusnahan, pembebasan media pembawa hama
penyakit hewan karantina (HPHK) dan organisme pengganggu tumbuhan
karantina (OPTK).
3. Pelaksanaan pemantauan daerah sebar.
4. Pelaksanaan pembuatan koleksi HPHK dan OPTK.
5. Pelaksanaan pengawasan keamanan hayati hewan dan nabati.
6. Pelaksanaan pemberian pelayanan operasional karantina hewan dan
tumbuhan.
7. Pelaksanaan pemberian pelayanan operasional pengawasan keamanan
hayati hewan dan nabati.
8. Pengeloaan system informasi, dokumentasi, sarana teknik karantina hewan
dan tumbuhan.
9. Pelaksanaan pengawasan dan penindakan pelanggaran peraturan
perundang-undangan di bidang karantina hewan dan karantina tumbuhan
dan keamanan hayati hewan dan nabati.

2.6 Landasan Hukum Karantina Pertanian

Hukum yang melandasi karantina pertanian yaitu Undang-Undang Nomor 16


Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan dan Peraturan
Pemerintah Nomor 14 Tahun 2002 tentang karantina tumbuhan. Sedangkan
berdasarkan peraturan meteri yang dijadikan sebagai dasar pelaksanaannya yaitu :

1. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 94/Permentan/ OT.140/12/2011


tentang Tempat Pemasukan dan Pengeluaran Media Pembawa Penyakit
Hewan Karantina dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina.
2. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 04/Permentan/PP.340/2/2015 tentang
Pengawasan Keamanan Pangan Terhadap Pemasukan dan Pengeluaran
Pangan Segar Asal Tumbuhan.

3. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 12/Permentan/OT.140/3/2015 tentang


Tindakan Karantina Hewan dan Tumbuhan Terhadap Pemasukan Media
Pembawa Hama dan Penyakit Hewan Karantina dan Organisme
Pengganggu Tumbuhan Karantina di Tempat Pemeriksaan Karantina.
8

4. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 93/Permentan/OT.140/ 12/2011


tentang Jenis OPTK  sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 51/Permentan/KR.010/9/2015 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 93/Permen-tan/OT.140/12/2011
tentang Jenis OPTK sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 31/Permentan/KR.010/7/2018 tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Menteri Pertanian Nomor 93/Permentan/OT.140/12/2011
tentang Jenis OPTK.

5. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 09/Permentan/OT.140/2/2009 tentang


Persyaratan dan Tatacara Tindakan Karantina Tumbuhan Terhadap
Pemasukan Media Pembawa OPTK ke Dalam Wilayah Negara Republik
Indonesia.

6. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 42/Permentan/OT.140/6/ 2012 tentang


Tindakan Karantina Tumbuhan Untuk Pemasukan Buah Segar dan
Sayuran Buah Segar ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia.

7. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.140/6/ 2012 tentang


Tindakan Karantina Tumbuhan Untuk Pemasukan Sayuran Umbi Lapis
Segar ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia.

2.7 Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina

Organisme Penganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) merupakan semua


organisme pengganggu tumbuhan yang ditetapkan oleh Menteri untuk dicegah
masuknya ke dalam dan tersebarnya didalam wilayah Negara Republik Indonesia.
Terdapat 8 kelompok OPTK yang harus dicegah masuk dan keluarnya dari
wilayah Negara Republik Indonesia yaitu bakteri, virus, cendawan, serangga,
nematoda, gulma, moluska, dan tungau (Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun
2002). OPTK dibagi menjadi dua golongan yaitu golongan I dan golongan II, dan
terbagi lagi dalam 2 kategori yaitu kategori A1 dan kategori A2. OPTK Golongan
I yaitu OPTK yang tidak dapat dibebasakan dari media pembawa dengan cara
perlakuan, sedangkan OPTK golongan II yaitu semua OPTK yang dapat
dibebasakan dari media pembawanya dengan cara perlakuan. OPTK kategori A1
yaitu OPTK yang belum terdapat di Indonesia, sedangkan OPTK A2 yaitu OPTK
9

yang sudah ada di Indonesia, namun masih terbatas daerah sebarannya dan sedang
dikendalikan.

Masuknya OPTK ke dalam wilayah Republik Indonesia diakibatkan adanya


media pembawa. Media Pembawa OPTK adalah tumbuhan dan bagian-bagiannya
dan atau benda lain yang dapat membawa OPTK. Media pembawa OPTK
golongkan menjadi empat bagian yaitu tanaman hidup dan benih tumbuhan, hasil
tanaman hidup bukan benih, hasil tanaman mati baik yang belum diolah maupun
yang sudah diolah, dan benda lain. Menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian
No. 508/Kpts/PD.520/8/2004 tanggal 23 Agustus 2004 tentang Pengklasifikasian
Media Pembawa OPTK, pengertian media pembawa tanaman hidup adalah semua
jenis tumbuhan atau bagian bagiannya dalam keadaan dan bentuk apapun yang
masih dapat tumbuh. Media pembawa OPTK golongkan menjadi empat bagian,
yaitu tanaman hidup dan benih tumbuhan, hasil tanaman hidup bukan benih, hasil
tanaman mati baik yang belum diolah maupun yang sudah diolah, dan benda lain.
Benih atau bibit tumbuhan adalah tumbuhan atau bagian-bagiannya dalam
keadaan dan bentuk apapun juga, yang dimaksudkan untuk ditumbuhkan dan/atau
untuk mengembangbiakkan tumbuhan. Contoh dari benih tumbuhan ini antara lain
tanaman pot dan bonsai, stek, biji, umbi akar, rimpang, serta serbuk sari. Hasil
Tanaman Hidup bukan Benih (tumbuhan dan bagian-bagiannya dalam keadaan
hidup yang tidak dimaksudkan untuk ditumbuhkan atau dikembangbiakkan.
Media pembawa jenis ini biasanya digunakan untuk keperluan konsumsi atau
untuk diolah lebih lanjut. Contoh dari hasil tanaman hidup antara lain batang,
buah, daun, umbi, rimpang, biji, sayuran daun, bunga potong. Hasil Tanaman
Mati yang tidak diolah maupun telah diolah yaitu tumbuhan dan bagian-
bagiannya dalam keadaan mati baik yang belum mengalami proses pengolahan
sehingga belum berubah bentuk atau sifat aslinya maupun yang telah mengalami
proses pengolahan sehingga berubah bentuk atau sifat aslinya sepanjang masih
dapat menjadi media pembawa organism pengganggu tumbuhan. Contoh dari
hasil tanaman mati yang tidak diolah maupun telah diolah antara lain kayu
glondongan, kulit kayu, daun tembakau, bunga cengkeh, minyak, jerami,
keranjang, papan, kapas, pakan ternak, serbuk kayu, tepung. Benda lain. Contoh
10

dari benda lain yaitu media pertumbuhan, bahan biologi, agensia hayati, vektor,
spesimen awetan.

2.8 Tanaman Cabai

a. Buah b. Batang c. Daun d. Bunga

Gambar 2. Morfologi tanaman cabai (Prajnanta, 2007)

Klasifikasi tanaman cabai kering adalah

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annum L
(Tindall, 1983)

Ciri-ciri morfologi tanaman cabai (Gambar 1) yaitu cabai mempunyai akar,


batang, daun, bungan, dan buah. Cabai memiliki akar tunggang yang kuat dan
membentuk percabangan ke samping yang disebut akar serabut. Akar serabut
dapat menembus tanah sampai kedalaman 50 cm dan perkembangan ke samping
selebar 45 cm (Setiadi, 2006). Tanaman cabai tergolong dalam perakar tunggang
yang terdiri atas akar utama (primer) dan akar lateral (sekunder). Akar lateral
mengeluarkan serabut‐serabut akar (akar tersier). Panjang akar primer berkisar 35‐
11

50 cm dan akar lateral menyebar dengan panjang sekitar 35‐45 cm (Prajnanta,


2007).

Batang utama tanaman cabai tegak lurus mencapai tinggi sekitar 30‐37,5 cm
dengan diameter batang antara 1,5‐3 cm. Pada setiap ketiak daun akan ditumbuhi
tunas baru yang dimulai pada umur 10 hari setelah tanam. Pertambahan panjang
cabang diakibatkan oleh pertumbuhan kuncup ketiak daun secara terus‐menerus
dan pertumbuhan ini disebut pertumbuhan simpodial (Prajnanta, 2007).

Daun tanaman cabai berwarna hijau muda sampai hijau gelap (tergantung
varietasnya). Daunnya tunggal dan sederhana. Bentuk daun tanaman cabai yaitu
berbentuk bulat telur dengan ujung agak meruncing, berlekuk dangkal hingga
dalam, dan kadang-kadang ada yang berlekuk majemuk. Daunnya tidak memiliki
daun penumpu dan terletak berselang. Panjang daun cabai berkisar antara 4-10 cm
dengan lebar 1,5-4 cm dan panjang tangkai daun berkisar antara 1-1,25 cm
(Pitojo, 2003).

Posisi bunga cabai biasanya menggantung dengan warna mahkota bunga


putih dan memiliki 5-6 kelopak bunga dengan panjang bunga 1-1,5 cm, lebar 0,5
cm dan panjang tangkainya 1-2 cm. Tangkai putik berwarna putih, panjangnya
sekitar 0,5 cm. Warna kepala putik kuning kehijauan, tangkai sari berwarna putih,
tetapi yang dekat dengan warna kepala sari ada bercak kecoklatan. Panjang
tangkai sari 0,5 cm dengan warna kepala sari berwarna biru atau ungu.
(Hadiyanto, 2005).
Panjang buah cabai dari tangkai hingga ujung buah mencapai 3,7-5,3 cm, dan
buahnya berukuran kecil. Buah cabai memiliki tiga ruang, berbentuk bulat atau
kerucut. Pada saat buah masih muda maka warnanya adalah hijau, sedangkan
ketika sudah tua maka akan berangsur berubah menjadi kering (Pitojo, 2003).

Biji cabai yang masih muda berwarna kuning, namun setelah tua berubah
warna menjadi coklat. Biji cabai berbentuk pipih dan berukuran kecil dengan
diameter lebih kurang 4 mm serta memiliki rasa buah yang pedas dan dapat
mengeluarkan air mata bagi orang yang menciumnya. Cabai memiliki rasa yang
pedas karena mengandung capsicol (Setiadi, 2006).
12

2.9 OPTK Target pada Cabai kering

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 12 Tahun 2015, Media


Pembawa adalah tumbuhan dan bagian-bagiannya dan/atau benda lain yang dapat
membawa Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina. Untuk itu setiap impor
cabai kering dilakukan pemeriksaan dan dilaporkan kepada pihak karantina dan
melalui pintu-pintu pelabuhan yang sudah ditetapkan. OPT adalah semua
organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan, atau menyebabkan
kematiantumbuhan. Selanjutnya Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina
(OPTK) adalah semua Organisme Penganggu Tumbuhan yang ditetapkan oleh
Menteri untuk dicegah masuknya ke dalam dan tersebarnya di dalam wilayah
Negara Republik Indonesia. Maka setiap cabai kering yang di impor dilakukan
pemeriksaan terhadap komoditas tersebut yang dalam hal ini mencegah masuk
dan tersebarnya OPTK OPTK A1 dan A2, maupun Golongan I dan Golongan II.
OPTK yang dicegah untuk masuk dan tersebar setiap negara memiliki target yang
berbeda. Target OPTK pada cabai kering impor sesuai dengan Permentan Nomor
31 Tahun 2018 Tentang Jenis OPTK (Tabel 1).

Tabel 1. Jenis OPTK A1 dan A2 serta Golongan I dan Golongan II pada Cabai

No Nama Ilmiah Status OPTK


1. Ascochyta gossypii OPTK A1 ; Gol 1

Klasifikasi
Ascochyta gossypii termasuk dalam kerajangan Fungi, filum Ascomycota,
kelas Dothideomycetes, ordo Pleosporales, Famili Dydimellaceae, genus
Ascochyta, dan spesies Ascochyta gossypii (EPPO, 2019).

Morfologi

Ascochyta gossypii memiliki spora khas yang ditemukan pada permukaan.


Cendawan ini memiliki struktur koloni halus, lembut, berlapisan dan tidak
bersekat. Diameter koloninya 25-38 hingga 50-72 mm. Koloni memiliki miselium
setelah 7 dan 14 hari. Di bagian tengah, koloni berwarna gelap dengan warna
putih dibagian tepi (Zofia et al., 2008).
13

Gambar 3. Konidiofor Ascochyta gossypii (Zofia et al., 2008)

Gejala

Gejala yang ditimbulkan oleh serangan cendawan Ascochyta gossypii yaitu


terdapat bercak kecil, bulat, keputihan (berdiameter 2 mm) pertama kali muncul di
kotiledon dan daun bagian bawah. Bercak tersebut berwarna keunguan, cokelat
tua yang mana akan membesar dan pada bagian tengahnya menjadi coklat muda,
dan tipis. Bercak yang parah akan menyebabkan defoliasi daun bagian bawah.
Infeksi pada batang terjadipada kondisi lembab yang mengarah pada
pembentukan lesi, yang panjangnya bisa mencapai beberapa sentimeter, dengan
retakan dan tepi yang kasar. Pusat lesi ini akan menjadi pucat dan tertutupi oleh
titik-titik hitam kecil (conidiomata). Serangan yang parah dapat menyebabkan
kematian pada tanaman (CABI, 2019).

Penyebaran

Berdasarkan Permentan Nomor 31 tahun 2018 tentang Jenis Organisme


Pengganggu Tumbuhan Karantina cendawan Ascochyta gossypii merupakan
OPTK yang banyak tersebar hamper diseluruh belahan dunia. Penyebarannya
meliputi Africa meliputi Benin, Congo, Ethiopia, Kenya, Mauritius, Nigeria,
South Africa, Sudan, Tanzania, Uganda, Zambia, Zimbabwe. America meliputi
Argentina, Brazil, Chile, Colombia, Guatemala, Jamaica, Mexico, Panama, Puerto
Rico, USA,Venezuela. Asia meliputi Armenia, Azerbaijan, China, Georgia, India,
Japan, Korea, Laos, Malaysia, Philippines, Taiwan. Europe meliputi Greece.
Oceania meliputi Australia, Papua New Guinea.
14

Inang

Berdasarkan Permentan Nomor 31 tahun 2018 tentang Jenis Organisme


Pengganggu Tumbuhan Karantina Inang dari cendawa Ascochyta gossypii yaitu
Abelmoschus moschatus (okra, lady’s finger), Capsicum annuum (cabai, hot
pepper, chilies, red pepper), Glycine max (kedelai, soyabean), Gossypium
barbadens (kapas, cotton), Hibiscus spp., Nicotiana tabacum (tembakau,
tobacco), Solanum melongena (terung, eggplant, aubergine), Vigna unguiculata,
Vigna spp. (buncis, cowpea).
15

3. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu

Magang kerja dilaksanakan pada tanggal 24 Juni sampai 24 Agustus 2019 di


Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang selama 362 jam, dengan 5 hari kerja
selama satu minggu. Kegiatan magang kerja dilakukan di wilayah kerja Balai
Karantina Pertanian Kelas I Semarang meliputi kawasan Pelabuhan Tanjung
Emas Semarang yang terbagi dalam pemeriksaan di tempat pemeriksaan karantian
(TPK) untuk komoditas yang di impor, Depo Pelindo Garbantara untuk komoditas
yang akan di ekspor ataupun dikirim antar area. Tempat penetimaan dokumen,
Kantor POS Kota Semarang dan Laboratorium Balai Karantina Kelas I Semarang.

3.2 Metode Pelaksanaan

Prosedur identifikasi organisme pengganggu tumbuhan karantina


(OPT/OPTK) jamur dilakukan di Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang.
Identifikasi OPTK jamur dilakukan pada sampel cabai kering dari India. Kegiatan
identifikasi dilakukan menggunakan dua metode yaitu metode Washing Test
(pencucian) dan metode pengorekan. Berikut merupakan alat dan bahan, yang
digunakan dalam identifikasi OPT/OPTK pada cabai kering impor dari India di
Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang.

1. Metode Washing Test

Peralatan yang digunakan dalam identifikasi OPT/OPTK pada cabai kering


menggunakan metode Washing Test yaitu mikroskop, centrifuge, vortex, nampan
atau baki, pinset, tabung enlenmeyer, saringan, tabung reaksi atau tabung
centrifuge, dan pipet. Sedangkan bahan yang digunakan dalam identifikasi
OPT/OPTK pada cabai kering menggunakan metode Washing Test yaitu sampel
cabai kering impor dari india yang bergejala (memiliki warna yang lebih terang
dari cabai keseluruhan, terdapat bercak hitam keabu-abuan), aquades steril, tween
20 0,01%, sheer solution, Clorox, objek glass, cover glass, dan kutek bening.
Kegiatan identifikasi dilakukan pada dua sampel yang diamati pada mikroskop
compon, sehingga dilakukan dua kali pengamatan mikroskop. Penggunaan dua
sampel diharapkan mampu mendapatkan hasil yang akurat.
16

2. Metode Pengorekan

Alat yang digunakan dalam metode pengorekan yaitu pinset, pipet, mikroskop
digunakan untuk melakukan pengamatan secara mikroskopis, nampan atau baki,
alat pengorek. Kemudia bahan yang digunakan dalam identifikasi OPT/OPTK
pada cabai kering menggunakan metode pengorekan yaitu sampel cabai kering
impor dari india yang bergejala (memiliki warna yang lebih terang dari cabai
keseluruhan, terdapat bercak hitam keabu-abuan), lactofenol blue solution/sheer
solution, objek glass, cover glass, dan kutek bening. Kegiatan identifikasi
dilakukan pada dua sampel yang diamati pada mikroskop stereo, sehingga
dilakukan dua kali pengamatan mikroskop. Penggunaan dua sampel diharapkan
mampu mendapatkan hasil yang akurat.
17

. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pemeriksaan media pembawa


Setiap barang yang berasal dari tumbuhan, hewan, ataupun turunannya yang
akan masuk ke kawasan Jawa Tengah khususnya Semarang perlu dilakukan
pemeriksaan terlebih dahulu. Pemeriksaan dilakukan pada setiap media pembawa
yang berasal dari hewan maupun tumbuhan. Pemeriksaan merupakan langkah
awal yang penting dikarenakan hal tersebut yang akan menentukan ada tidaknya
OPT/OPTK yang terbawa, serta menentukan tindakan lanjutan yang perlu
dilakukan apabila ditemukan OPT/OPTK. Kegiatan pemeriksaan pada media
pembawa dilandasi dasar hokum yaitu Peraturan Menteri Pertanian No. 9 Tahun
2009 tentang Persyaratan dan tatacara Tindakan Karantina Terhadap Pemasukan
Media Pembawa Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina ke dalam Wilayah
Negara Republik Indonesia. Berdasarkan peraturan tersebut pemeriksaan terbagi
menjadi dua tahap yaitu pemeriksaan administrasi dan pemeriksaan kesehatan.

1. Pemeriksaan Administrasi

Pemeriksaan administrasi merupakan pemeriksaan kelengkapang berkas yang


mencangkup semua dokumen yang diajukan, dalam hal ini berupa dokumen
impor cabai kering asal India. Cabai kering termasuk dalam PSAT (Pangan Segar
Asl Tanaman) sehingga dokumen yang dilampirkan meliputi Phytosanitary
certificate yang didapat dari Negara pengirim, SIP MENTAN merupakan surat
izin pemasukan dari kementerian pertanian, surat ini merupakan syarat untuk
memasukkan benih ke Indonesia apabila bukan dalam bentuk benih tidak perlu
dilampirkan, pada pemasukan cabai kering SIP MENTAN tidak dilampirkan.
Prior notice merupakan surat keterangan impor pangan segar asal tumbuhan,
COA (Certificate of Analysis) menyatakan keamanan pada komoditas pangan
segar asal tumbuhan, Bill of Loading membahas mengenai pengangkutan barang,
Invoice menunjukkan harga dari media pembawa, Packing Declaration
menunjukkan jenis kemasan yang digunakan sebagai pembungkus media
pembawa, Packing list menyatakan barang apa aja yang dimuat, Pemberitahuan
Impor Barang (PIB), Sertifikat Fumigasi (apabila diperlukan). Setiap pemohon
wajib menyerahkan semua berkas tersebut. Apabila dari berkas-berkas tersebut
18

salah satunya tidak dilampirkan maka pihak pemohon impor akan diberi waktu
selama 3 hari kerja untuk melengkapi berkas tersebut sesuai dengan persyaratan.
Sedangkan apabila dokumen yang diajukan lengkap maka, dokumen tersebut akan
diterima oleh pihak Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang dan akan
dikeluarkan DP-1 yang merupakan surat tugas dan DP-2 merupakan laporan hasil
pemeriksaan administrasi yang menandakan bahwa berkas yang diajukan. Apabila
tahap administrasi selesai, maka akan dilanjutkan dengan pemeriksaan media
pembawa di lapang di TPK (Tempat Pemeriksaan Karantina) dengan
menyerahkan SPPMP.

2. Pemeriksaan Kesehatan

Pemeriksaan kesehatan terbagi menjadi dua tahap yaitu pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan laboratoris. Pemeriksaan fisik untuk cabai kering asal India
dilakukan di kawasan TPK (Tempat Pemeriksaan Karantina). Pemeriksaan fisik
terdiri dari beberapa tahap yaitu pengecekan, pengambilan sampel, dan pemberian
striker. Pengecekan dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat OPT/OPTK
yang terbawa pada saat pengiriman. Pemeriksaan dilakukan dengan mengecek
apakah ada serangga yang terbawa oleh media pembawa cabai kering,
pengamatan gejala serangan secara visual. Selain itu pemeriksaan juga berfungsi
untuk mengetahui kebenaran jenis serta jumlah dari barang yang dibawa. Tahap
selanjutnya dari pemeriksaan ini yaitu pengambilan sampel. Pengambilan sampel
dilakukan pada spot yang berbeda secara acak, hal ini agar sampel yang diambil
mampu mewakili dari keseluruhan media pembawa dalam satu kontainer. Setelah
pengambilan sampel selesai, akan dilakukan pemberian stiker karantina pada
kontainer, hal ini menunjukkan bahwa kontainer tersebut telah di periksa oleh
pihak karantina.

Tahap selanjutnya yaitu pengecakan di laboratorium. Sampel cabai kering


yang telah diambil dari pemeriksaan lapang selanjutnya akan diuji di laboratorium
untuk mengetahui apakah terdapat OPT/OPTK jamur pada sampel tersebut.
Pengujian laboratorium dilakukan dengan mengambil sampel yang bergejala
selanjutnya diuji dengan dua metode yaitu Washing Test dan pengorekan.
Apabila dari hasil pengujian dinyatakan bebas dari OPT/OPTK maka media
19

pembawa tersebut akan dibebaskan yang ditandai dengan dikeluarkannya


sertifikat pelepasan karantina tumbuhan/keamanan pangan segara asal tumbuhan
(KT-9). Dengan dikeluarkannya KT-9 menandakan bahwa media pembawa
tersebut telah memenuhi persyaratan dan dinyatakan bebas dari OPTK. Namun,
apabila pada saat pengujian laboratorium ditemukan OPTK maka media pembawa
tersebut akan ditahan, dan dilakukan perlakuan. Namun, apabila ditemukan media
pembawa yang tidak bisa dilakukan perlakuan, maka media pembawa tersebut
akan dimusnahkan.

Alur pelayaan impor

Gambar 4. Alur pelayanan impor


4.2 Identifikasi OPT/OPTK jamur pada cabai
Pada pelaksanaan identifikasi OPT/OPTK hal pertama yang dilakukan yaitu
melakuan diagnosis. Diagnosis merupakan langkah awal untuk mengetahui ada
tidaknya OPT/OPTK yang terbawa pada media pembawa cabai kering. Diagnosis
dilakukan dengan melakukan pengamatan secara visual yaitu dengan melihat
bagaian morfologi dari cabai kering. Pada pengamatan akan dibedakan cabai
kering bergejala dengan yang sehat. Cabai kering bergejala memiliki ciri-ciri
seperti terdapat bercak hitam, bercak merah pucat. Untuk memastikan OPT/OPTK
20

tersebut maka kegiatan pengamatan akan dilanjutkan dengan pengujian


laboratorium. Pada pengujian laboratorium ini cabai kering yang bergejala akan di
cek apakah terdapat OPT/OPTK atau tidak. Pengujian laboratorium dilakukan
dengan menggunakan dua metode yaitu Washing test dan pengorekan. Setiap
metode di ulang sebanyak dua kali untuk mendapatkan data yang akurat.
Penggunaan dua metode Washing test dan pengorekan dilakukan karena tidak
semua OPT/OPTK cendawan dapat terlihat dari salah satu metode, maka
dilakukan dua metode untuk membuktikan ke akuratan data.

Cara kerja identifikasi OPT/OPTK jamur pada cabai kering menggunakan


dua metode Washing Test dan pengorekan yaitu :

1. Metode Washing test

Tahapan dalam pelaksanaan identifikasi OPT/OPTK jamur pada cabai kering


impor menggunakan metode Washing Test yaitu

a. Menyiapkan sampel cabai kering impor yang bergejala, seperti terdapat


bercak yang berwarna hitam keabu-abuan, memiliki warna yang lebih
terang dibandingkan warna cabai biasa.

A B
Gambar 5. a. dan b. gejala cabai kering impor dari India (dokumentasi pribadi)
b. Menyiapkan tabung enlenmeyer dan tabung reaksi dengan cara
mencucinya menggunakan Clorox.
c. Menimbang cabai kering bergejala sebanyak 50 gram dan di masukkan ke
dalam tabung enlenmeyer, cabai kering bergejala sudah dalam keadaan
terpotong menjadi bagian kecil.
d. Menambahkan aquades steril sebanyak 100 ml dan tween sebanyak dua
tetes pada tabung enlenmeyer yang sudah berisi potongan cabai bergejala.
e. Menshaker campuran tersebut selama 10 menit menggunakan tangan.
21

f. Menyaring air kocokan menggunakan dua lembar kain kasa.


g. Hasil saringan di masukkan ke tabung centrifuge dan dicentrifuge selama
lima menit dengan kecepatan 2000 rpm.
h. Membuang supermatan menggunakan pipet, dan pelet yang mengendap
pada tabung centrifuge ditambahkan sheer sebanyak dua tetes.
i. Mengambil campuran sheer dan pelet menggunakan pipet dan diletakkan
pada objek glass, menaruhnya pada bagian sisi kanan dan sisi kiri.
j. Menutup objek glass menggunakan cover glass.
k. Dilakukan pengamatan secara mikroskopis untuk mengetahui ada tidaknya
OPT/OPTK pada sampel cabai kering tersebut.
l. Pelapisan objek glass menggunakan kutek bening pada bagian sisi cover
glassnya agar tetap awet apabila disimpan.

2. Metode pengorekan

Tahapan dalam identifikasi OPT/OPTK jamur pada cabai kering impor


menggunakan metode pengorekan yaitu

a. Menyiapkan cabai kering bergejala, yang memiliki ciri-ciri seperti terdapat


bercak berwarna merah pucat, terdapat bercak berwarna hitam keabu-
abuan.

A B
Gambar 6. a. dan b. Cabai impor bergejala dari India (dokumentasi pribadi)
b. Menyiapkan objek glass dan menetesi objek glass dengan sheer solution
sebanyak dua tetes pada sisi bagian kiri dan kanannya.
22

Gambar 7. Pemberian sheer pada objek glass


c. Mengorek bagian cabai yang bergejala diatas objek glass yang telah
ditetesi lactofenol blue solution/sheer solution.

Gambar 8. Pengorekan bagian cabai bergejala


d. Menutup objek glass menggunakan cover glass.

Gambar 9. Kenampakan objek glaas


e. Dilakukan pengamatan secara mikroskopis menggunakan mikroskop
untuk mengetahui ada tidaknya OPT/OPTK pada cabai kering impor
tersebut.
23

Gambar 10. Pengamatan secara mikroskopis


f. Melapisi objek glass dengan kutek bening pada bagian sisi cover glassnya
agar tetap awet pada saat disimpan.

4.3 Hasil identifikasi OPTK jamur pada cabai


Hasil identifikasi OPT/OPTK jamur pada cabai kering impor dengan metode
washing test dan pengorekan yaitu :

No Metode OPTK OPT


1. Washing test - Aspergillus niger
2. Pengorekan - Cladosporium herbarum
- Alternaria longipes
- Aspergillus niger

Berdasarkan hasil pengujian menggunakan metode Washing test dan


pengorekan, didapatkan jamur diantaranya:

4.3.1 Cladosporium herbarum

Pada kegiatan identifikasi yang dilakukan secara mikroskopis menggunakan


metode korek didapatkan cendawan berupa Cladosporium herbarum. Berdasarkan
Permentan Nomor 31 tahun 2018 tentang Jenis Organisme Pengganggu
Tumbuhan Karantina Cladosporium herbarum bukan merupakan OPTK
(oganisme pengganggu tumbuhan karantina) pada tanaman cabai, melainkan OPT
biasa. Berikut merupakan penjelasan dari Cladosporium herbarum

Cladosporium herbarum merupakan cendawan yang termasuk dalam kerajaan


termasuk dalam kerajangan Fungi, filum Ascomycota, kelas Dothideomycetes,
24

ordo Capnodiales, Famili Cladosporiaceae, genus Cladosporium, dan spesies


Cladosporium herbarum (GBIF, 2017).

Berdasarkan pengamatan secara mikroskopis Cladosporium herbarum


memiliki ciri-ciri seperti hidup secara berkoloni, sporanya berwarna cokelat
kehitam-hitaman, hingga berwarna abu, serta menggumpal. Sesuai dengan
pernyataan Konstanze et al., (2012) menyatakan bahwa Cladosporium herbarum
hidup secara berkoloni, sebagian besar berwarna coklat kehijauan sampai coklat
kehitaman tetapi juga kadang-kadang abu-abu, berbentuk menggumpal.

A B

Gambar 11. a. Konidia Cladosporium herbarum (dokumentasi pribadi), b.


konidiofor Cladosporium herbarum (Konstanze et al., 2012)
Cladosporium herbarum memiliki hifa, konidiofor, dan konidia yang
berpigmen. Konidiofor berbentuk tegak, lurus, tidak bercabang yang berada hanya
di daerah apikal. Konidia yang dimiliki Cladosporium herbarum pada bagian
paling yang dekat dengan konidiofor memiliki bentuk seperti rantai bercabang
atau perisai. Didukung pendapat menyatakan bahwa Cladosporium herbarum
memiliki spora berbentuk lemon atau berbentuk kerucut yang terdiri dari 2-4 sel.
Dalam keadaan kultur, spora yang baru terbentuk kemudian akan koloni
membentuk seperti pohon dengan banyak cabang. Memiliki konidia berbentuk
batang berwarna pucat atau berwarna coklat tua dan memiliki dinding yang halus.
Cladosporium herbarum merupakan cendawan yang mampu hidup di daerah
kutub, sedang, mediterania, subtropis, tropis, hutan, padang rumput, dan tanah
subur. Konstanze et al. (2012) menambahkan bahwa meskipun Cladosporium
herbarum mampu hidup dalam segala kondisi lingkungan, namun cendawan ini
banyak ditemukan pada kayu yang terpapar tanah, kedalaman tanah yang dalam,
25

dan tanah yang subur yang berada pada daerah perakaran tanaman (rhizosfer).
Produksi konidiofor lebih baik dalam lingkungan yang lembab daripada di tempat
yang kering satu. C. herbarum mampu berkembang di berbagai pH dengan
pertumbuhan optimum pada pH 6. Namun, pertumbuhannya lemah dalam larutan
NH4. Spesies ini mampu berkembang dan bersporulasi dalam kondisi anoxic
(tingkat oksigen 0.25%). Koloni berbentuk bubuk, berwarna hijau gelap dengan
tepi hitam. konidiofor panjangnya 250 um dan lebar 5 um; berbentuk bulat pada
titik-titik persimpangan rantai konidia. Konidia elips berbentuk silinder.
Cladosporium herbarum pada umumnya ditemukan pada tanaman herba dan
kayu-kayuan (Ogorek et al., 2012).

4.3.2 Alternaria longipes

Pada kegiatan identifikasi yang dilakukan secara mikroskopis menggunakan


metode korek didapatkan cendawan berupa Alternaria longipes. Berdasarkan
Permentan Nomor 31 tahun 2018 tentang Jenis Organisme Pengganggu
Tumbuhan Karantina cendawan ini bukan merupakan OPTK (oganisme
pengganggu tumbuhan karantina) melainkan OPT. Berikut merupakan penjelasan
dari Alternaria longipes.

Alternaria longipes termasuk dalam kerajangan Fungi, filum Ascomycota,


kelas Dothideomycetes, ordo Pleosporales, Famili Pleosporaceae ,genus
Alternaria, dan spesies Alternaria longipes (Mckenzie, 2013).

A B

Gambar 12. a. Konidia Alternaria longipes (dokumentasi pribadi), b. Konidia dan


konidofor Alternaria longipes (Guo yin et al., 2013)
Berdasarkan pengamatan secara mikroskopis Alternaria longipes memiliki
ciri-ciri seperti memiliki konidiafor berwarna coklat muda dan terdapat satu
26

hingga beberapa septa. Konidia membentuk seperti rantai yang memanjang, dan
spora berwarna coklat. Didukung dengan pendapat Guo yin et al. (2013)
menyatakan bahwa Alternaria longipes memiliki ciri-ciri konidiofor berwarna
coklat muda dengan satu atau beberapa septa biasa dan sebagian besar tidak
bercabang. Konidia membentuk rantai yang panjang dan bercabang yang terdiri
dari 5 hingga 12 spora. Alternaria longipes memiliki spora berwarna gelap,
berwarna coklat tua. Diperkuat pendapat Mckenzie (2013) menyatakan bahwa
secara mikroskopis Alternaria longipes memiliki ciri-ciri seperti konidiofor
tunggal atau berkelompok, berwarna pucat, memiliki panjang 80 μm, dan tebal 3-
5 μm, cendawan ini memiliki konidia soliter. Cendawan Alternaria longipes
banyak ditemukan di Largehead atractylodes rhizome (Atractylodes
macrocephala), Tobacco (Nicotiana tabacum), Carrot (Daucus carota), Potato
(Solanum tuberosum), China Root (Smilax china) (Gohar et al., 2015).

4.3.3 Aspergillus niger

Pada kegiatan identifikasi yang dilakukan secara mikroskopis menggunakan


metode korek didapatkan cendawan berupa Aspegillus niger. Berdasarkan
Permentan Nomor 31 tahun 2018 tentang Jenis Organisme Pengganggu
Tumbuhan Karantina Cendawan ini bukan merupakan OPTK (oganisme
pengganggu tumbuhan karantina) melainkan OPT biasa yang ada karena adanya
kontaminasi yang terjadi, ditemukan kebaradaanya dikarenakan sporanya
menyebar melalui angin dan pada saat pengangkutan. Berikut merupakan
penjelasan dari Aspegillus niger

Aspergillus niger termasuk dalam kerajangan Fungi, filum Ascomycota, sub


filum Pezizomycota, kelas Eurotiomycetes, sub kelas Eurotiomycetidae, ordo
Eurotiales, Famili Trichocomaceae, genus Aspergillus, dan spesies Aspergillus
niger (CABI, 2019). Berdasarkan pengamatan mikroskopis yang dilakukan
cendawan Aspergillus niger memiliki ciri-ciri seperti memiliki hifa yang
memanjang serta konidia yang membulat, berwarna hijau kehitaman, pernyataan
tersebut sesuai dengan pendapat Larone (2002) juga menjelaskan bahwa
Aspergillus niger memiliki morfologi dengan ciri-ciri memiliki vesikel berbentuk
bulat, konidiafor halus dan berwarna hitam, memiliki konidia berwarna cokelat
27

hingga kehitaman, kasar, dan bulat. Wuryanti (2008) menambakhan bahwa ciri
mikroskopi dari Aspergillus niger yaitu mempunyai kepala konidia yang besar,
berbentuk bulat dan berwarna hitam, coklat hitam atau ungu coklat. Memiliki
konidia yang kasar serta mengandung pigmen, memiliki hifa septat dan miselium
bercabang. A niger memiliki konidiafor yang membengkak membentuk vesikel
pada ujungnya membawa sterigmata dimana tumbuh konidia. Konidia
membentuk seperti rantai yang berwarna hijau, coklat atau hitam.

A B

Gambar 13. a. Konidiofor Aspergillus niger (dokumentasi pribadi), b. konidofor


Aspergillus niger (Jan and Wosten, 2013)
Thorati et al. (2016) menambahkan bahwa Aspergillus niger membentuk
koloni berwarna hitam kecokelatan dan berlimpah dengan miselia yang
mengumpul. Pada bagian sisi belakangnya Aspergillus niger berwarna
kekuningan. Konidia yang dimiliki berbentuk tegak dengan panjang 640-720 μ
dan lebar 7-9 μ. Pada bagian kepala konidia terpencah dan terbagi menjadi empat
bagian konidialnya. A. niger memiliki vesikel berbentuk bulat dengan diameter
45,63-61,2 μ. Conidia memiliki struktur seperti globose dengan diameter 3,6-4,4 μ
dengan tulang belakang.
Aspergillus niger merupakan jamur kosmopolit. Jamur ini dapat ditemukan
pada setiap tempat dibelahan dunia, dikarenakan cendawan jenis ini mampu hidup
dalam keadaan lingkungan bebas baik lingkungan kering maupun basah.
Cendawan ini dapat tmbuh pada suhu 6 hingga 47oC, dengan pH 1,5 hingga 9,8,
dan kondisi air lebih dari 0,77. Aspergillus niger dapat tumbuh subur pada tanah
dan bahan tanaman yang membusuk. Didukung dengan pendapat Dijksterhuis dan
Wosten (2013) menyatakan bahwa Aspergillus niger merupakan spesies yang
banyak ditemukan hidup pada tanaman pasca panen yang telah membusuk, seperti
28

pada buah-buahan yang busuk, selain itu juga banyak ditemukan pada bawang,
kopi, kacang kacangan, dan biji bunga matahari. Aspergillus niger hidup secara
berkoloni. Selama berkoloni cendawan ini mampu menghasilkan mikotoksin
ochratoxin A dan fumonisins. Selain ditemukan pada tumbuhan cendawan ini juga
ditemukan pada hewan. Cendawan ini memiliki sifat yang tidak merusak
dikarenakan cendawan ini memiliki manfaat yang lebih besar dibandingan dengan
perannya sebagai patogen. Wuryanti (2008) menyatakan jamur A niger dapat
tumbuh baik pada suhu kamar (tumbuh optimum pada suhu 35-37 °C dengan suhu
minimum 6-8 °C dan suhu maksimum 45-47 °C) dan pada medium pH asam, serta
pada proses pertumbuhannya cendawan ini memerlukan oksigen yang cukup
(aerobic). Dijksterhuis dan Wosten (2013) menyatakan bahwa Inang dari
Aspergillus niger antara lain bawag merah, bawang putih, kacang tanah, anggur,
umbi-umbian, jagung, ceri, kapas, dan tanaman lidah mertuan.
29

5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Magang kerja yang telah dilakukan di Balai Karantina Pertanian Kelas I
Semarang terbagi dalam kelompok-kelompok pada setiap area kerja dari BKP
kelas I Semarang yaitu DPG (Depo Pelindo Garbantara), TPK (Tempat
Pemeriksaan Karantina), Kantor Pos Pusat Semarang, Counter, dan Laboratorium
BKP. Pada kegiatan identifikasi OPT/OPTK cendawan cabai impor asal India
dilakukan di Laboratorium TPK dan BKP, pengujian dilakukan menggunakan
metode washing test dan pengorekan. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan
ditemukan tiga cendawan yaitu Aspergillus niger, Cladosporium herbarum, dan
Alternaria longipes. Ketiga cendawan yang ditemukan bukan merupakan OPTK
target melainkan OPT biasa yang keberadaannya dapat terjadi karena adanya
kontaminasi. Berdasarkan Permentan Nomor 31 tahun 2018 tentang Jenis
Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina cendawan OPTK pada cabai impor
yaitu Ascochyta gossypii yang tergolong dalam OPTK A1 golongan 1. Dengan
demikian media pembawa cabai kering dapat di lepaskan oleh pihak Balai
Karantina.

5.2 Saran
Diharapkan kepada pihak Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang untuk
melengkapi dan melakukan pembaharuan pada peralatan di Laboratorium baik
Laboratorium TPK maupun Laboratorium BKP. Sehingga diharapkan pengujian
yang dilakukan memiliki hasil yang akurat dan mampu bekerja cepat.
30

DAFTAR PUSTAKA
Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang. 2018. Instansi
Semarang.karantina.pertanian.go. id. Diakses pada 1 Agustus 2019.
CABI. Invasive Species Compendium. 2019. Ascochyta gossypii.
https://www.plantwise.org/knowledgebank/datasheet/7310. Diakses pada
15 Agustus 2019.
CABI. Invasive Species Compendium. 2019. Aspergillus niger (black mould of
onion). https://www.cabi.org/isc/datasheet/7444. Diakses pada 15 Agustus
2019.
Cladosporium herbarum (Pers.) Link in GBIF Secretariat (2017). GBIF Backbone
Taxonomy. Checklist dataset https://doi.org/10.15468/39omei accessed via
GBIF.org on 2019-08-11. Diakses pada tanggal 11 Agustus 2019.
EPPO. 2019. Ascochyta gossypiicola. https://gd.eppo.int/taxon/ASCOGO.
Diakses 13 Agustus 2019.
Gohar, T., P. D Meenan., Priyanka, G., D. Pandey., Arvind, K. and Anil, K. 2015.
Pathogenesis mechanisms employed by Alternaria species. Journal of
Oilseed Brassica 6 (2): 213-240.
Gou yin, T., Y, Zi ling., Y, Zi lin., dan Z, Shou an. 2013. Morphological,
Molecular and Pathogenic Characterization of Alternaria longipes, the
Fungal Pathogen Causing Leaf Spot on Atractylodes macrocephala.
African Journal of Microbiology Research 7 (21): 2589-2595
Hadiyanto, I. 2005. Bertanam Cabai. Jakarta: PT. Musi Perkasa Utama.
Jan Dijksterhuis and Hans Wosten. 2013. Development of Aspergillus niger.
CBS-KNAW Fungal Biodiversity Centre. Netherlands.
Kementrian Pertanian Replublik Indonesia. Statistik Pertanian 2017 Agricultural
Statistics. 2017. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian.
Konstanze Bensch, Uwe Braun, Johannes Z. Groenewald and Pedro W. Crous.
2012. The Genus Cladosporium. CBS-KNAW Fungal Biodiversity Centre.
Netherlands.
Larone, D. H. 2002. Meically Important Fungi ed $. ASM Press. Washington,
D.C. pp 175-266.
McKenzie, E. 2013 Alternaria longipes (Alternaria longipes) Updated on
5/7/2014 3:34:43 AM Available online: PaDIL. http://www.padil.gov.au.
Diakses tanggal 15 Agustus 2019.
Nurfalach, D. R. 2010. Budidaya Tanaman Cabai Kering di UPTP Perbibitan
Tanaman Holtikultura Desa Pakopen Kecamatan Bandungan Kabupaten
Semarang. Tugas Akhir. Fakultas Pertanian. UNS.
Nurmayulis, M. A. Syabana,dan S. Yessica. 2013. Pengendalian Penyakit
Antraknosa (Colletotrichum capsici) Pada Cabai Kering dengan Beberapa
Bakteri Sebagai Agen Biokontrol. J. Agroekoteknologi 5 (1): 33 – 44.
31

Ogorek, R., Lejman, A., Pusz, W., Miluch, A., dan Miodyriska, P. 2012.
Characteristics and Taxonomy of Cladosporium Fungi. Mikologia
Lekarska 19 (2): 80-85
Pemerintah Republik Indonesia. 2002. Peraturan Pemerintah NO. 14 Tahun 2002
yang Mengatur Tentang Karantina Tumbuhan. Lembaran Negara RI
Tahun 2002, No. 35. Sekretariat Negara. Jakarta.
Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
31/Permentan/Kr.010/7/2018 Tentang Jenis Organisme Pengganggu
Tumbuhan Karantina.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 22/Permentan/OT.210/4/2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2002 Karantina
Tumbuhan. 23 April 2002. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2002 Nomor 35. Jakarta.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 09/Permentan/OT.140/2/2009 tentang
Persyaratan dan Tata Cara Tindakan Karantina Tumbuhan.
Pitojo, S. 2003. Benih Cabai. Yogyakarta: Kanisius.
Prajnanta, F. 2007. Agribisnis Cabai Hibrida. Jakarta: Penebar Swadaya.
Setiadi. 2006. Jenis dan Budidaya Cabai Keriting. Jakarta: Penebar Swadaya.
Tindall, H. D. 1983. Vegetables in The Tropics. London: Macmillan Press
Limited.
Thorati M, Mishra JK, Kumar S. 2016. Isolation, Identification of Endophytic
Fungi from Mangrove Roots along the Coast of South Andaman Sea,
Andaman and Nicobar Islands, India. J Mar Biol Oceanogr 5:2.
Wuryanti. 2008. Pengaruh penambahan Biotin pada Media Pertumbuhan
Terhadap Produki Sel Aspergillus niger. Bioma 10 (2): 46-50.
Zofia, M.S., B. Zimowska., and E. Zaleswka. 2008. The Occurrence and
Pathogenicity of Phoma exigua Desm. var. exigua for Selected Species of
Herbs. Acta Agrobotanica 61 (2): 157–166.
32

LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Diri Mahasiswa Magang Kerja

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Fadhila Firdausari


Alamat : Desa Ngemplak RT 02 RW 02 Kec.
Lasem Kab. Rembang Jawa Tengah
Nomor telepon: 083862819551
Email : firdausari03@gmail.com

BIODATA
Tempat dan tanggal lahir : Rembang, 28 Maret 1999
Usia : 20 tahun
Status : Belum menikah
Jenis Kelamin : Perempuan
Golongan Darah :A
Agama : Islam
Berat/Tinggi Badan : 55 kg/160 cm
Kewarganegaraan : Indonesia

RIWAYAT PENDIDIKAN
Periode Institusi Tempat Jurusan

2004-2010 SD N Ngemplak Rembang Umum

2010-2013 SMPN 1 Lasem Rembang Umum

Ilmu Pengentahuan
2013-2016 SMAN 1 Lasem Rembang
Alam

2016-
Universitas Brawijaya Malang Agroekoteknologi
sekarang
33

Lampiran 2. Denah Lokasi Magang Kerja


34

Lampiran 3. Tata cara impor cabai kering asal India


1. Permohonan pemeriksaan online (dokumen SP-1)
2. Penyerahan dokumen persyaratan

Phytosanitory certificate Prior Notice

COA (Certificate of Analisys) Bill of Leading

Pemberitahuan Impor Barang Packing List

Invoice Health Certificate


35

Sertifikat Fumigasi

3. Pengeluaran DP-2 (laporan hasil pemeriksaan administrasi)

DP-2
4. Pengeluaran DP-3 (laporan pengambilan contoh media pembawa)
36

DP-3 (bukti pemeriksaan lapang)


5. Pengeluaran DP-5 (laporan hasil pelaksanaan, pemeriksaan kesehatan
media pembawa dan kemasan serta keamanan PSAT)

DP-5

6. Penyataan bebas OPTK


37

Surat pernyataan bebas OPTK


7. Pembebasan (penerbitan sertifikat pelepasan oleh karantina tumbuhan
(KT-9)

KT-9 (surat pelepasan)


38

Lampiran 4. Alat dan bahan yang digunakan dalam identifikasi OPTK

1. Alat

Pipet Pinset

Gelas ukur Objek glass

Cover glass Mikroskop


39

Timbangan Centrifuge

Vortex
40

2. Bahan

Sampel Cabai kering imor India Sheer

Tween Aquades

Kutek Klorok
41

Lampiran 5. Dokumentasi kegiatan magang kerja di Balai Karantina Pertanian


Kelas I Semarang

No Dokumentasi Keterangan
1. Pemeriksaan gandum impor di kapal
dari Ukraina

2. Acara agrogemilang yang diadakan


di Balai Karantina Pertanian Kelas
I Semarang serta seremoni
pelepasan ekspor edamame ke
Belanda

3. Pemberian pembekalan magang


kerja oleh pihak Balai Karantina
Pertanian Kelas I Semarang

4. Supervisi yang dilakukan oleh


pihak dosen Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya di Balai
Karantina Pertanian Kelas I
Semarang

5. Pemeriksaan lapang pada media


pembawa berupa kapas impor di
TPK (Tempat Pemeriksaan
Karantina) kawasan pelabuhan
tanjung mas
42

6. Pencacatan dokumen perizinan di


Counter/Pendok di Balai Karantina
Pertanian Kelas I Semarang

7. Pemeriksaan media pembawa


kedelai di laboratorium TPK

8. Pemeriksaan kopi yang dikirim


melalui Kantor Pos Pusat
Semarang

9. Pengamatan secara mikroskopis


sampel pemantauan di
laboratorium Balai Karantina
Pertanian Kelas I Semarang

10. Pemberian materi fumigasi oleh


fumigator di kawasan depo Pelindo
kawasan pelabuhan Tanjung mas
43

11. Pengecekan kayu sonokeling yang


akan di ekspor di kawasan depo
Pelindo kawasan pelabuhan
Tanjung mas

12. Penyiapan cairan subtract untuk


pengujian elisa pada sampel
pemantauan

13. Pemeriksaan komoditas kedelai


impor asal Amerika Serikat di atas
kapal

14. Kegiatan kunjungan kerja di PT


Taman Delta Indonesia

15. Kegiatan kunjungan kerja di CV


Exotic Bonsai

16. Kegiatan kunjungan kerja di PT


Albasia Sejahtera Mandiri

Anda mungkin juga menyukai