MAGANG KERJA
Oleh:
FADHILA FIRDAUSARI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2019
DETEKSI DAN IDENTIFIKASI OPT/OPTK JAMUR PADA
CABAI KERING IMPOR ASAL INDIA DI BALAI
KARANTINA PERTANIAN KELAS I SEMARANG
MAGANG KERJA
Oleh:
FADHILA FIRDAUSARI
165040200111148
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
MALANG
2019
i
LEMBAR PENGESAHAN
Disetujui oleh:
Mengetahui,
Ketua
Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT karena
dengan limpahan rahmat dan hidayah Nya penulis dapat menyelesaikan proposal
magang kerja yang berjudul “Deteksi dan Identifikasi OPT/OPTK Jamur pada
Cabai Kering Impor Asal India di Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang”.
Penulis menyampaikan terimakasih kepada Dr. Ir. Syamsuddin Djauhari,
MS. selaku dosen pembimbing magang kerja serta ibu Ismiyatuningsih, SP.,
M.Sc. selaku pembimbing lapang atas segala nasihat, arahan, dan bimbingannya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan propoasal dengan lancar. Dengan
dilaksanakannya kegiatan magang kerja diharapkan dapat bermanfaat bagi banyak
pihak, dan memberikan sumbangan dalam kemajuan ilmu pengetahuan.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Nomor Teks Halama
n
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................vi
1. PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Tujuan...........................................................................................................2
1.3 Manfaat........................................................................................................2
2 TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................3
2.1 Karantina Tumbuhan....................................................................................3
2.2 Tindakan Karantina Tumbuhan....................................................................3
2.3 Profil Balai Karantina Pertanian Kelas 1 Semarang....................................5
2.4 Visi dan Misi Balai Karantina Pertanian Kelas 1 Semarang........................6
2.5 Tugas pokok Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang.........................6
2.6 Landasan Hukum Karantina Pertanian.........................................................7
2.7 Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina............................................8
2.8 Tanaman Cabai...........................................................................................10
2.9 OPTK Target pada Cabai kering................................................................12
3. BAHAN DAN METODE................................................................................15
3.1 Tempat dan Waktu.....................................................................................15
3.2 Metode Pelaksanaan...................................................................................15
4. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................17
4.1 Pemeriksaan media pembawa....................................................................17
4.2 Identifikasi OPT/OPTK jamur pada cabai.................................................19
4.3 Hasil identifikasi OPTK jamur pada cabai.................................................23
5. PENUTUP.........................................................................................................29
5.1 Kesimpulan.................................................................................................29
5.2 Saran...........................................................................................................29
iv
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................30
LAMPIRAN..........................................................................................................32
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang.......5
Gambar 2. Morfologi tanaman cabai (Prajnanta, 2007).......................................10
Gambar 3. Konidiofor Ascochyta gossypii (Zofia et al., 2008)..........................13
Gambar 4. Alur pelayanan impor.........................................................................19
Gambar 5. a. dan b. gejala cabai kering impor dari India (dokumentasi pribadi)20
Gambar 6. a. dan b. Cabai impor bergejala dari India (dokumentasi pribadi).....21
Gambar 7. Pemberian sheer pada objek glass......................................................22
Gambar 8. Pengorekan bagian cabai bergejala....................................................22
Gambar 9. Kenampakan objek glaas....................................................................22
Gambar 10. Pengamatan secara mikroskopis......................................................23
Gambar 11. a. Konidia Cladosporium herbarum (dokumentasi pribadi), b.
konidiofor Cladosporium herbarum (Konstanze et al., 2012)...............................24
Gambar 12. a. Konidia Alternaria longipes (dokumentasi pribadi), b. Konidia dan
konidofor Alternaria longipes (Guo yin et al., 2013).............................................25
Gambar 13. a. Konidiofor Aspergillus niger (dokumentasi pribadi), b. konidofor
Aspergillus niger (Jan and Wosten, 2013).............................................................27
v
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Teks Halaman
vi
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditas penting di
Indonesia. Cabai kaya akan nutrisi seperti vitamin C, vitamin B6, vitamin A, dan
mineral, dengan kandungan nutrisi tersebut membuat hampir semua masyarakat
memanfaatkannya. Cabai banyak digunakan sebagai salah satu campuran pada
makanan, untuk memberi rasa pedas pada makanan. Permintaan cabai di
Indonesia mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk, namun dalam segi pemenuhannya petani dalam negeri belum mampu
memenuhi kebutuhan cabai yang diperlukan. Hal ini yang menyebabkan tidak
seimbangnya produksi dalam negeri dan kebutuhan dalam negeri sehingga untuk
memenuhi kebutuhan tersebut maka diperlukan impor.
Berdasarkan data dari Kementrian Pertanian (2017) menyatakan bahwa
produksi cabai dari tahun 2017 ke 2018 mengalami penurunan sebanyak 26,315 ton
yaitu dari 1.332.844 ton menjadi 1.296.529 ton. Sedangkan untuk permintaan akan
cabai mengalami peningkatan pada tahun 2017 ke tahun 2018 sebanyak 85,777 ton
dari jumlah permintaan pada tahun 2017 sebanyak 1.051.911 ke tahun 2018 sebanyak
1.137.688. Dari data tersebut masih mengalami kekurangan pasokan (defisit), hal ini
yang menyebabkan dilakukannya impor, dan membuat Indonesia masih tergantung
pada komoditi impor. Terbukti dari data BPS dari tahun 2016 sampai 2017 terjadi
peningkatan impor cabai di indonesia yaitu dari 25.327 pada 2016 menjadi 42.128
pada tahun 2017. Kegiatan impor yang terus dilakukan secara tidak langsung
memiliki potensi dalam memunculkan, membawa, dan menyebarkan patogen
tanaman.
Penyebaran organisme pengganggu tumbuhan OPT/OPTK yang terjadi pada
antar negara maupun dalam negeri merupakan salah satu faktor yang mampu
mengancam hasil produksi tanaman. Penyebaran OPT/OPTK dapat terjadi melalui
angin, air, vektor maupun manusia. Maka untuk mencegah penyebaran OPT/OPTK
yang masuk dari luar negeri ke Indonesia maupun antar wilayah di Indonesia
dibentuklah badan karantina tumbuhan yang dalam pelaksanaannya dilakukan
berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 31/Permentan/Kr.010/7/2018
tentang Jenis Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina. Balai karantina
tumbuhan merupakan garda terdepan dalam melindungi wilayah republik
2
1.2 Tujuan
Tujuan magang kerja di Balai Karantina Pertanian yaitu:
1. Mengetahui tata cara pemeriksaan media pembawa di Balai Karantina
Pertanian Kelas I Semarang.
2. Mengetahui metode identifikasi OPT/OPT di Laboratorium Karantina
Tumbuhan, Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang.
1.3 Manfaat
Manfaat pelaksanaan magang kerja bagi mahasiswa adalah:
1. Mampu mengetahui teknik penanganan OPT/OPTK di Balai Karantina
Pertanian Kelas I Semarang.
2. Mampu mengetahui cara identifikasi OPT/OPTK jamur pada cabai kering
3. Mahasiswa dapat memahami dan mengetahui cara penyelesaian
permasalahan-permasalahan di masyarakat yang berkaitan dengan karantina
tumbuhan.
3
2 TINJAUAN PUSTAKA
1. Tindakan Pemeriksaan
2. Tindakan Pengasingan
3. Tindakan Pengamatan
4. Tindakan Perlakuan
5. Tindakan Penahanan
6. Tindakan Penolakan
7. Tindakan Pemusnahan
8. Tindakan Pembebasan
yang sudah ada di Indonesia, namun masih terbatas daerah sebarannya dan sedang
dikendalikan.
dari benda lain yaitu media pertumbuhan, bahan biologi, agensia hayati, vektor,
spesimen awetan.
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annum L
(Tindall, 1983)
Batang utama tanaman cabai tegak lurus mencapai tinggi sekitar 30‐37,5 cm
dengan diameter batang antara 1,5‐3 cm. Pada setiap ketiak daun akan ditumbuhi
tunas baru yang dimulai pada umur 10 hari setelah tanam. Pertambahan panjang
cabang diakibatkan oleh pertumbuhan kuncup ketiak daun secara terus‐menerus
dan pertumbuhan ini disebut pertumbuhan simpodial (Prajnanta, 2007).
Daun tanaman cabai berwarna hijau muda sampai hijau gelap (tergantung
varietasnya). Daunnya tunggal dan sederhana. Bentuk daun tanaman cabai yaitu
berbentuk bulat telur dengan ujung agak meruncing, berlekuk dangkal hingga
dalam, dan kadang-kadang ada yang berlekuk majemuk. Daunnya tidak memiliki
daun penumpu dan terletak berselang. Panjang daun cabai berkisar antara 4-10 cm
dengan lebar 1,5-4 cm dan panjang tangkai daun berkisar antara 1-1,25 cm
(Pitojo, 2003).
Biji cabai yang masih muda berwarna kuning, namun setelah tua berubah
warna menjadi coklat. Biji cabai berbentuk pipih dan berukuran kecil dengan
diameter lebih kurang 4 mm serta memiliki rasa buah yang pedas dan dapat
mengeluarkan air mata bagi orang yang menciumnya. Cabai memiliki rasa yang
pedas karena mengandung capsicol (Setiadi, 2006).
12
Tabel 1. Jenis OPTK A1 dan A2 serta Golongan I dan Golongan II pada Cabai
Klasifikasi
Ascochyta gossypii termasuk dalam kerajangan Fungi, filum Ascomycota,
kelas Dothideomycetes, ordo Pleosporales, Famili Dydimellaceae, genus
Ascochyta, dan spesies Ascochyta gossypii (EPPO, 2019).
Morfologi
Gejala
Penyebaran
Inang
2. Metode Pengorekan
Alat yang digunakan dalam metode pengorekan yaitu pinset, pipet, mikroskop
digunakan untuk melakukan pengamatan secara mikroskopis, nampan atau baki,
alat pengorek. Kemudia bahan yang digunakan dalam identifikasi OPT/OPTK
pada cabai kering menggunakan metode pengorekan yaitu sampel cabai kering
impor dari india yang bergejala (memiliki warna yang lebih terang dari cabai
keseluruhan, terdapat bercak hitam keabu-abuan), lactofenol blue solution/sheer
solution, objek glass, cover glass, dan kutek bening. Kegiatan identifikasi
dilakukan pada dua sampel yang diamati pada mikroskop stereo, sehingga
dilakukan dua kali pengamatan mikroskop. Penggunaan dua sampel diharapkan
mampu mendapatkan hasil yang akurat.
17
1. Pemeriksaan Administrasi
salah satunya tidak dilampirkan maka pihak pemohon impor akan diberi waktu
selama 3 hari kerja untuk melengkapi berkas tersebut sesuai dengan persyaratan.
Sedangkan apabila dokumen yang diajukan lengkap maka, dokumen tersebut akan
diterima oleh pihak Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang dan akan
dikeluarkan DP-1 yang merupakan surat tugas dan DP-2 merupakan laporan hasil
pemeriksaan administrasi yang menandakan bahwa berkas yang diajukan. Apabila
tahap administrasi selesai, maka akan dilanjutkan dengan pemeriksaan media
pembawa di lapang di TPK (Tempat Pemeriksaan Karantina) dengan
menyerahkan SPPMP.
2. Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan kesehatan terbagi menjadi dua tahap yaitu pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan laboratoris. Pemeriksaan fisik untuk cabai kering asal India
dilakukan di kawasan TPK (Tempat Pemeriksaan Karantina). Pemeriksaan fisik
terdiri dari beberapa tahap yaitu pengecekan, pengambilan sampel, dan pemberian
striker. Pengecekan dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat OPT/OPTK
yang terbawa pada saat pengiriman. Pemeriksaan dilakukan dengan mengecek
apakah ada serangga yang terbawa oleh media pembawa cabai kering,
pengamatan gejala serangan secara visual. Selain itu pemeriksaan juga berfungsi
untuk mengetahui kebenaran jenis serta jumlah dari barang yang dibawa. Tahap
selanjutnya dari pemeriksaan ini yaitu pengambilan sampel. Pengambilan sampel
dilakukan pada spot yang berbeda secara acak, hal ini agar sampel yang diambil
mampu mewakili dari keseluruhan media pembawa dalam satu kontainer. Setelah
pengambilan sampel selesai, akan dilakukan pemberian stiker karantina pada
kontainer, hal ini menunjukkan bahwa kontainer tersebut telah di periksa oleh
pihak karantina.
A B
Gambar 5. a. dan b. gejala cabai kering impor dari India (dokumentasi pribadi)
b. Menyiapkan tabung enlenmeyer dan tabung reaksi dengan cara
mencucinya menggunakan Clorox.
c. Menimbang cabai kering bergejala sebanyak 50 gram dan di masukkan ke
dalam tabung enlenmeyer, cabai kering bergejala sudah dalam keadaan
terpotong menjadi bagian kecil.
d. Menambahkan aquades steril sebanyak 100 ml dan tween sebanyak dua
tetes pada tabung enlenmeyer yang sudah berisi potongan cabai bergejala.
e. Menshaker campuran tersebut selama 10 menit menggunakan tangan.
21
2. Metode pengorekan
A B
Gambar 6. a. dan b. Cabai impor bergejala dari India (dokumentasi pribadi)
b. Menyiapkan objek glass dan menetesi objek glass dengan sheer solution
sebanyak dua tetes pada sisi bagian kiri dan kanannya.
22
A B
dan tanah yang subur yang berada pada daerah perakaran tanaman (rhizosfer).
Produksi konidiofor lebih baik dalam lingkungan yang lembab daripada di tempat
yang kering satu. C. herbarum mampu berkembang di berbagai pH dengan
pertumbuhan optimum pada pH 6. Namun, pertumbuhannya lemah dalam larutan
NH4. Spesies ini mampu berkembang dan bersporulasi dalam kondisi anoxic
(tingkat oksigen 0.25%). Koloni berbentuk bubuk, berwarna hijau gelap dengan
tepi hitam. konidiofor panjangnya 250 um dan lebar 5 um; berbentuk bulat pada
titik-titik persimpangan rantai konidia. Konidia elips berbentuk silinder.
Cladosporium herbarum pada umumnya ditemukan pada tanaman herba dan
kayu-kayuan (Ogorek et al., 2012).
A B
hingga beberapa septa. Konidia membentuk seperti rantai yang memanjang, dan
spora berwarna coklat. Didukung dengan pendapat Guo yin et al. (2013)
menyatakan bahwa Alternaria longipes memiliki ciri-ciri konidiofor berwarna
coklat muda dengan satu atau beberapa septa biasa dan sebagian besar tidak
bercabang. Konidia membentuk rantai yang panjang dan bercabang yang terdiri
dari 5 hingga 12 spora. Alternaria longipes memiliki spora berwarna gelap,
berwarna coklat tua. Diperkuat pendapat Mckenzie (2013) menyatakan bahwa
secara mikroskopis Alternaria longipes memiliki ciri-ciri seperti konidiofor
tunggal atau berkelompok, berwarna pucat, memiliki panjang 80 μm, dan tebal 3-
5 μm, cendawan ini memiliki konidia soliter. Cendawan Alternaria longipes
banyak ditemukan di Largehead atractylodes rhizome (Atractylodes
macrocephala), Tobacco (Nicotiana tabacum), Carrot (Daucus carota), Potato
(Solanum tuberosum), China Root (Smilax china) (Gohar et al., 2015).
hingga kehitaman, kasar, dan bulat. Wuryanti (2008) menambakhan bahwa ciri
mikroskopi dari Aspergillus niger yaitu mempunyai kepala konidia yang besar,
berbentuk bulat dan berwarna hitam, coklat hitam atau ungu coklat. Memiliki
konidia yang kasar serta mengandung pigmen, memiliki hifa septat dan miselium
bercabang. A niger memiliki konidiafor yang membengkak membentuk vesikel
pada ujungnya membawa sterigmata dimana tumbuh konidia. Konidia
membentuk seperti rantai yang berwarna hijau, coklat atau hitam.
A B
pada buah-buahan yang busuk, selain itu juga banyak ditemukan pada bawang,
kopi, kacang kacangan, dan biji bunga matahari. Aspergillus niger hidup secara
berkoloni. Selama berkoloni cendawan ini mampu menghasilkan mikotoksin
ochratoxin A dan fumonisins. Selain ditemukan pada tumbuhan cendawan ini juga
ditemukan pada hewan. Cendawan ini memiliki sifat yang tidak merusak
dikarenakan cendawan ini memiliki manfaat yang lebih besar dibandingan dengan
perannya sebagai patogen. Wuryanti (2008) menyatakan jamur A niger dapat
tumbuh baik pada suhu kamar (tumbuh optimum pada suhu 35-37 °C dengan suhu
minimum 6-8 °C dan suhu maksimum 45-47 °C) dan pada medium pH asam, serta
pada proses pertumbuhannya cendawan ini memerlukan oksigen yang cukup
(aerobic). Dijksterhuis dan Wosten (2013) menyatakan bahwa Inang dari
Aspergillus niger antara lain bawag merah, bawang putih, kacang tanah, anggur,
umbi-umbian, jagung, ceri, kapas, dan tanaman lidah mertuan.
29
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Magang kerja yang telah dilakukan di Balai Karantina Pertanian Kelas I
Semarang terbagi dalam kelompok-kelompok pada setiap area kerja dari BKP
kelas I Semarang yaitu DPG (Depo Pelindo Garbantara), TPK (Tempat
Pemeriksaan Karantina), Kantor Pos Pusat Semarang, Counter, dan Laboratorium
BKP. Pada kegiatan identifikasi OPT/OPTK cendawan cabai impor asal India
dilakukan di Laboratorium TPK dan BKP, pengujian dilakukan menggunakan
metode washing test dan pengorekan. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan
ditemukan tiga cendawan yaitu Aspergillus niger, Cladosporium herbarum, dan
Alternaria longipes. Ketiga cendawan yang ditemukan bukan merupakan OPTK
target melainkan OPT biasa yang keberadaannya dapat terjadi karena adanya
kontaminasi. Berdasarkan Permentan Nomor 31 tahun 2018 tentang Jenis
Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina cendawan OPTK pada cabai impor
yaitu Ascochyta gossypii yang tergolong dalam OPTK A1 golongan 1. Dengan
demikian media pembawa cabai kering dapat di lepaskan oleh pihak Balai
Karantina.
5.2 Saran
Diharapkan kepada pihak Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang untuk
melengkapi dan melakukan pembaharuan pada peralatan di Laboratorium baik
Laboratorium TPK maupun Laboratorium BKP. Sehingga diharapkan pengujian
yang dilakukan memiliki hasil yang akurat dan mampu bekerja cepat.
30
DAFTAR PUSTAKA
Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang. 2018. Instansi
Semarang.karantina.pertanian.go. id. Diakses pada 1 Agustus 2019.
CABI. Invasive Species Compendium. 2019. Ascochyta gossypii.
https://www.plantwise.org/knowledgebank/datasheet/7310. Diakses pada
15 Agustus 2019.
CABI. Invasive Species Compendium. 2019. Aspergillus niger (black mould of
onion). https://www.cabi.org/isc/datasheet/7444. Diakses pada 15 Agustus
2019.
Cladosporium herbarum (Pers.) Link in GBIF Secretariat (2017). GBIF Backbone
Taxonomy. Checklist dataset https://doi.org/10.15468/39omei accessed via
GBIF.org on 2019-08-11. Diakses pada tanggal 11 Agustus 2019.
EPPO. 2019. Ascochyta gossypiicola. https://gd.eppo.int/taxon/ASCOGO.
Diakses 13 Agustus 2019.
Gohar, T., P. D Meenan., Priyanka, G., D. Pandey., Arvind, K. and Anil, K. 2015.
Pathogenesis mechanisms employed by Alternaria species. Journal of
Oilseed Brassica 6 (2): 213-240.
Gou yin, T., Y, Zi ling., Y, Zi lin., dan Z, Shou an. 2013. Morphological,
Molecular and Pathogenic Characterization of Alternaria longipes, the
Fungal Pathogen Causing Leaf Spot on Atractylodes macrocephala.
African Journal of Microbiology Research 7 (21): 2589-2595
Hadiyanto, I. 2005. Bertanam Cabai. Jakarta: PT. Musi Perkasa Utama.
Jan Dijksterhuis and Hans Wosten. 2013. Development of Aspergillus niger.
CBS-KNAW Fungal Biodiversity Centre. Netherlands.
Kementrian Pertanian Replublik Indonesia. Statistik Pertanian 2017 Agricultural
Statistics. 2017. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian.
Konstanze Bensch, Uwe Braun, Johannes Z. Groenewald and Pedro W. Crous.
2012. The Genus Cladosporium. CBS-KNAW Fungal Biodiversity Centre.
Netherlands.
Larone, D. H. 2002. Meically Important Fungi ed $. ASM Press. Washington,
D.C. pp 175-266.
McKenzie, E. 2013 Alternaria longipes (Alternaria longipes) Updated on
5/7/2014 3:34:43 AM Available online: PaDIL. http://www.padil.gov.au.
Diakses tanggal 15 Agustus 2019.
Nurfalach, D. R. 2010. Budidaya Tanaman Cabai Kering di UPTP Perbibitan
Tanaman Holtikultura Desa Pakopen Kecamatan Bandungan Kabupaten
Semarang. Tugas Akhir. Fakultas Pertanian. UNS.
Nurmayulis, M. A. Syabana,dan S. Yessica. 2013. Pengendalian Penyakit
Antraknosa (Colletotrichum capsici) Pada Cabai Kering dengan Beberapa
Bakteri Sebagai Agen Biokontrol. J. Agroekoteknologi 5 (1): 33 – 44.
31
Ogorek, R., Lejman, A., Pusz, W., Miluch, A., dan Miodyriska, P. 2012.
Characteristics and Taxonomy of Cladosporium Fungi. Mikologia
Lekarska 19 (2): 80-85
Pemerintah Republik Indonesia. 2002. Peraturan Pemerintah NO. 14 Tahun 2002
yang Mengatur Tentang Karantina Tumbuhan. Lembaran Negara RI
Tahun 2002, No. 35. Sekretariat Negara. Jakarta.
Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
31/Permentan/Kr.010/7/2018 Tentang Jenis Organisme Pengganggu
Tumbuhan Karantina.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 22/Permentan/OT.210/4/2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2002 Karantina
Tumbuhan. 23 April 2002. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2002 Nomor 35. Jakarta.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 09/Permentan/OT.140/2/2009 tentang
Persyaratan dan Tata Cara Tindakan Karantina Tumbuhan.
Pitojo, S. 2003. Benih Cabai. Yogyakarta: Kanisius.
Prajnanta, F. 2007. Agribisnis Cabai Hibrida. Jakarta: Penebar Swadaya.
Setiadi. 2006. Jenis dan Budidaya Cabai Keriting. Jakarta: Penebar Swadaya.
Tindall, H. D. 1983. Vegetables in The Tropics. London: Macmillan Press
Limited.
Thorati M, Mishra JK, Kumar S. 2016. Isolation, Identification of Endophytic
Fungi from Mangrove Roots along the Coast of South Andaman Sea,
Andaman and Nicobar Islands, India. J Mar Biol Oceanogr 5:2.
Wuryanti. 2008. Pengaruh penambahan Biotin pada Media Pertumbuhan
Terhadap Produki Sel Aspergillus niger. Bioma 10 (2): 46-50.
Zofia, M.S., B. Zimowska., and E. Zaleswka. 2008. The Occurrence and
Pathogenicity of Phoma exigua Desm. var. exigua for Selected Species of
Herbs. Acta Agrobotanica 61 (2): 157–166.
32
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Diri Mahasiswa Magang Kerja
BIODATA
Tempat dan tanggal lahir : Rembang, 28 Maret 1999
Usia : 20 tahun
Status : Belum menikah
Jenis Kelamin : Perempuan
Golongan Darah :A
Agama : Islam
Berat/Tinggi Badan : 55 kg/160 cm
Kewarganegaraan : Indonesia
RIWAYAT PENDIDIKAN
Periode Institusi Tempat Jurusan
Ilmu Pengentahuan
2013-2016 SMAN 1 Lasem Rembang
Alam
2016-
Universitas Brawijaya Malang Agroekoteknologi
sekarang
33
Sertifikat Fumigasi
DP-2
4. Pengeluaran DP-3 (laporan pengambilan contoh media pembawa)
36
DP-5
1. Alat
Pipet Pinset
Timbangan Centrifuge
Vortex
40
2. Bahan
Tween Aquades
Kutek Klorok
41
No Dokumentasi Keterangan
1. Pemeriksaan gandum impor di kapal
dari Ukraina