Anda di halaman 1dari 4

2.

1 Karakteristik Meranti Merah (Shorea leprosula)

Meranti merah (Shorea leprosula) adalah salah satu jenis kayu komersil yang
termasuk dalam keluarga Dipterocarpaceae dalam kelompok meranti merah. Meranti
jenis ini memiliki prospek masa depan yang cukup baik untuk dikembangkan karena
memiliki nilai perdagangan yang tinggi, baik di pasaran regional maupun
internasional. Klasifikasi pohon Meranti merah (Shorea leprosula) adalah sebagai
berikut:

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Theales
Famili : Dipterocarpaceae
Genus : Shorea
Spesies : Shorea leprosula (Joker, 2002).
Shorea leprosula tumbuh menyebar di daerah dataran rendah. Di banyak
tempat 80 % dari individu-individu pohon ini berada pada lapisan tajuk atas dan 40 %
berada pada lapisan bagian bawah (Ashton, 1982). Di Indonesia pohon ini tersebar di
Sumatera, Kalimantan dan Maluku (Heyne, 1987). Sebagian besar jenis ini terdapat
pada daerah beriklim basah dan kelembaban tinggi di bawah 800 m dpl dengan curah
hujan rata-rata di atas 2000 mm/tahun dengan musim kemarau yang pendek (Al
Rasyid et al., 1991).
Pohon ini memiliki tajuk berwarna tembaga. Tinggi pohon dapat mencapai 60
m dengan tinggi banir 1,5 m, diameter 100 cm dan tinggi batang bebas cabang 30 m
(Newman et al., 1999). Batang pohon berwarna abu-abu atau coklat beralur tidak
dalam, mengelupas agak besar, kulit hidup berwarna coklat muda sampai merah atau
kuning muda. Daun bulat telur terbalik atau lonjong, ujung runcing, pangkal
membulat, panjang ± 3-13 cm, lebar 3-6 cm, permukaan helai daun mengkilap, urat
daun primer dan sekunder pada permukaan bawah berbulu bintang, urat sekunder
berjumlah 12-17 pasang, kadang-kadang terdapat kelenjar domatia pada ketiak urat
sekunder, tangkai daun berbulu halus, panjang tangkai 1- 2 cm (Al Rasyid et al.,
1991). Benih meranti merah termasuk jenis rekalsitran, sehingga benih tanaman ini
tidak dapat disimpan lama. Benih meranti umumnya hanya dapat disimpan selama 6
sampai dengan 12 minggu (Soetisna et al., 1998), dan musim buahnya hanya 2 tahun
sampai 5 tahun sekali serta tidak menentu (Jǿker, 2002).
Secara alami pohon ini memiliki produktivitas 1,1 – 1,4 m3/ha/th, sedangkan
pada hutan tanaman di Peninsular Malaysia dapat mencapai 7,7 m3/ha/th pada umur
35 tahun (Appanah & Weinland, 1993), bila dilakukan input pemuliaan dan perlakuan
silvikultur yang tepat dapat mencapai produktivitas 10 m3/ha/tahun (Soekotjo 2009).
Shorea leprosula memiliki kayu yang ringan dengan kerapatan 0,3-0,55
gr/cm3 (Joker, 2002), termasuk kelas awet III – V dan kelas kuat II – IV, relatif
mudah dikerjakan, tidak mudah pecah atau mengkerut dan dapat dipergunakan untuk
berbagai macam keperluan. Kayu Shorea leprosula sangat baik untuk pembuatan
perabot rumah tangga, vinir, kayu lapis, kertas, papan partikel, bangunan, lantai,
papan dinding dan perahu. Shorea leprosula menghasilkan resin yang dikenal dengan
nama damar daging yang dapat dipergunakan sebagai obat. Kulitnya dipakai untuk
dinding rumah atau untuk produksi tannin (Joker, 2002).
Gambar 1. Ciri morfologi Shorea leprosula. (1) Bentuk pohom; (2) Daun dan
buah; (3) Buah ( Soerianegara & Lemmens 1993).
DAFTAR PUSTAKA

Alrasyid, H. 1992. Evaluasi hasil-hasil penelitian jenis kayu tropis khususnya jenis
Dipterocarpaceae. Pros. Seminar nasional Status Silvikultur di Indonesia Saat
Ini. Dep. Kehutanan-APHI Fak. Kehutanan UGM,Yogyakarta.

Appanah, S. and G. Weinland. 1993. Planting quality timber trees in Peninsular


Malaysia. Review. Malayan Forest Records No.38. Forest Reseach Institute
Malaysia. Kepong. Kuala Lumpur. Malaysia.

Ashton, P.S. 1982. Dipterocarpaceae. Flora Malesiana. Ed ke-I (9)

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid III. Yayasan Sarana Wana Jaya.
Jakarta

Jǿker, D. 2002. Shorea leprosula Miq. Informasi Singkat Benih No.28. Indonesia
Forest Seed Project. Bandung.

Newman, M.F, P.F. Burgess dan T.C. Whitmore. 1999. Pedoman Identifikasi Pohon-
Pohon Dipterocarpaceae Pulau Kalimantan. PROSEA Indonesia. Bogor

Soekotjo. 2009. Silvikultur Intensif: Konsep dan Penerapannya. Gelar


Teknologi. Badan Litbang Kehutanan. Jakarta

Soerianegara I, Lemmens RHMJ. 1993. Plant Resources of South-East Asia No. 5(1)
Timber Trees: Major Commercial Timber. Wageningen: Pudoc Scientific
Publishers.

Soetisna, D., D.E. Rantau and E.S. Mulyaningsih. 1998. Desication and storage trial
of recalcitrant seed: a case study of Pometia pinnata and Shorea leprosula. In:
Marzalina, M., K.C. Khoo, N. Jayanthi, F.Y. Tsan and B. Krishnapillay,
Editor. Recalcitrant seeds. Proceedings of the conference IUFRO Seed
Symposium, Kuala Lumpur, 12-15 October 1998.

Anda mungkin juga menyukai