Anda di halaman 1dari 1

PERLINDUNGAN DARI KEBAKARAN HUTAN

PENGANTAR

Saat ini penangan kebakaran di hutan menjadi kian sulit dipisahkan dengan
penanganan kebakaran di lahan, sebab kejadiannya sering bersamaan waktunya dan
letaknya saling berdekatan. Akibatnya penanganan kebakaran hutan dan lahan sering
dijadikan satu dalam terminologi dan dibuat akronimnya menjadi karhutla.

Kebakaran hutan dan lahan adalah suatu keadaan dimana hutan/lahan dilanda api
yang mengakibatkan kerusakan sumber daya hutan/lahan dan hasil hutan/lahan yang
menimbulkan kerugian ekonomis dan atau nilai lingkungan (Keputusan Gubernur
Kalimantan Tengah Nomor 78 Tahun 2005).

Ada dua istilah yang sering muncul dalam penanganan karhutla di lapangan, yaitu
pengendalian dan penanggulangan karhutla. Penanggulangan karhutla adalah
terminologi yang digunakan oleh BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana)
seperti tertuang dalam UU Nomor 24 tahun 2007 dan berbagai turunan Perka BNPB),
sementara Kementerian LHK (Lingkungan Hidup dan Kehutanan) menggunakan
terminologi pengendalian karhutla seperti yangg terdapat dalam Permen LHK
P.32/Menlhk/Setjen/Kum.1/3/2016 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan dan
Lahan.

Istilah karhutla sendiri kini sering menjadi polemik dalam penggunaannya. Banyak
kalangan yang menganggapnya kurang relevan dan lebih tepat bila diganti dengan
akronim karlahut (bahkan kini ada akronim karlahutbun). Alasannya bahwa kini
kebakaran lebih dominan terjadi di lahan apabila dibandingkan dengan di kawasan
hutan.

Data dari Kementerian LHK tahun 2016 menyebutkan bahwa areal terbakar di
Kalimantan Tengah pada tahun 2015 lalu lebih dominan di kawasan hutan, yakni 76%
(25% di Hutan Produksi, 12% di Hutan Lindung, dan 16% di Hutan Konservasi),
sedangkan di lahan atau areal non hutan hanya 24%. Jadi untuk menyebut kejadian
kebakaran tsb di Kalimantan Tengah, akronim karhutla masih relevan.

Sampai Jumpa Minggu Depan!

Anda mungkin juga menyukai