Anda di halaman 1dari 2

Penjelasan Umum Kebakaran Hutan dan Lahan

Berbagai provinsi di Indonesia tentu memiliki permasalahan dalam mengelola sumber


daya alam yang dimiliki. Kebakaran hutan dan lahan dapat diartikan sebagai salah satu
permasalahan yang sering dihadapi setiap daerah di Indonesia terutama pada musim kemarau.
Hutan memegang peran penting di ekosistem dalam lingkungan hidup. Hutan mempunyai
banyak sumber dari alamnya yang besar dan nilainya pun tak terhingga. Di dalamnya banyak
sekali aneka ragam hayati sebagai pengatur dari tata air, sumber plasma nutfah pencegah
erosi ataupun banjir, penghasil kayu ataupun non-kayu, melindungi alam hayatinya sebagai
kebudayaan, dan lainnya (Rasyid, 2019). Sedangkan, kebakaran adalah terjadinya sesuatu
yang terbakar dan hal tersebut akan menimbulkan bahaya dan akan datangnya bencana.
Kebakaran ini bisa terjadi disebabkan pembakaran yang tidak sengaja, pembukaan lahan
dengan api, pembalakan hutan, dan lainnya (Rasyid, 2019). Dengan kata lain, kebakaran
adalah terjadinya suatu bencana yang merugikan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Kebakaran hutan adalah suatu proses pembakaran yang menyebar secara bebas dan
mengkonsumsi bahan bakar hutan seperti serasah, rumput, humus, ranting, kayu mati, gulma,
semak, dedaunan serta pohon-pohon besar untuk tingkat terbatas (Syaufina, 2008). Menurut
FAO (2007), kebakaran hutan adalah keadaan api yang tidak terkontrol di kawasan hutan
yang menyebabkan terbakarnya vegetasi hutan seperti pohon, gambut dan rumput. Kebakaran
hutan dan lahan di Indonesia terjadi hampir setiap tahun walaupun frekuensi, intensitas, dan
luas arealnya berbeda.
Terjadinya kebakaran hutan dan lahan dipicu oleh berbagai faktor, baik faktor alam
maupun faktor manusia yang tidak terkontrol. Faktor alami yang sering memicu kebakaran
hutan dan lahan adalah jenis tanah dan kondisi iklim yang ekstrem, seperti musim kemarau
yang berkepanjangan karena fenomena El Nino sehingga tanaman menjadi kering. Tanaman
kering merupakan bahan bakar potensial jika terkena percikan api yang berasal dari batu bara
yang muncul dipermukaan ataupun dari pembakaran lainnya baik disengaja maupun tidak
disengaja. Hal tersebut menyebabkan terjadinya kebakaran bawah (ground fire) dan
kebakaran permukaan (surface fire). Kebakaran bawah yaitu situasi dimana api membakar
bahan organik di bawah permukaan serasah. Penjalaran api yang perlahan dan tidak
dipengaruhi oleh angin menyebabkan tipe kebakaran seperti ini sulit untuk dideteksi dan
dikontrol. Kebakaran bawah adalah tipe kebakaran yang umum terjadi di lahan gambut.
Sedangkan, Kebakaran permukaan yaitu situasi dimana api membakar serasah, tumbuhan
bawah, bekas limbah pembalakan dan bahan bakar lain yang terdapat di lantai hutan.
Kebakaran permukaan adalah tipe kebakaran yang umum terjadi di semua tegakan
hutan. Artinya, kedua jenis kebakaran tersebut merusak semak belukar dan tumbuhan bawah
hingga bahan organik yang berada di bawah lapisan serasah seperti humus, gambut, akar
pohon ataupun kayu yang melapuk. Apabila lambat ditangani kebakaran dapat meluas
sehingga menimbulkan kebakaran tajuk (crown fire), dimana kebakaran ini merusak tajuk
pohon. Kebakaran tajuk yaitu situasi dimana api menjalar dari tajuk pohon satu ke tajuk
pohon yang lain yang saling berdekatan. Kebakaran tajuk sangat dipengaruhi oleh kecepatan
angin. Kebakaran tajuk sering terjadi di tegakan hutan konifer dan api berasal dari kebakaran
permukaan. Akan tetapi, jenis kebakaran terakhir ini dapat terjadi juga karena adanya
sambaran petir.
Berdasarkan penelitian Saharjo dan Husaeni (1998), kebakaran hutan dan lahan di
Indonesia diduga lebih disebabkan oleh pengaruh aktivitas manusia daripada faktor alam
yang mencapai sekitar 90%, seperti perladangan, perkebunan, penyiapan lahan untuk ternak
dan sebagainya (Purbowaseso, 2004) dengan spesifiknya yaitu tidak dipadamkannya bara api
bekas api unggun, pembukaan lahan dengan cara tebang-tebas-bakar yang tidak terkontrol,
pembakaran dengan disengaja untuk mendapatkan lapangan atau tempat baru, serta
penggunaan peralatan yang menyebabkan timbulnya api yang tidak hati-hati dalam
penggunaannya.
Kebakaran hutan dan lahan dapat terjadi baik di dalam maupun di luar kawasan hutan,
di tanah mineral dan gambut (Saharjo, 1997; Page et al., 2002; Syaufina 2008). Kebakaran
yang terjadi di lahan gambut lebih sulit diatasi karena api dapat menyebar melalui biomassa
di atas tanah dan di lapisan gambut di bawah permukaan (Sumantri 2007). Proses membara di
lahan gambut ini sulit diketahui penyebarannya secara visual (Rein et al., 2008). Kondisi
gambut kering akibat pembukaan lahan dan kanal / parit dapat menyebabkan lahan gambut
mudah terbakar, terutama di musim kemarau yang panjang (Jaenicke et al. 2010).
Kebakaran ini menyebabkan kerusakan lingkungan yang sangat besar, kerugian
ekonomi, dan masalah sosial. Faktanya, kebakaran hutan dan lahan yang besar
mengakibatkan dampak asap yang menghancurkan di luar batas administrasi negara (bencana
transnasional). Menurut Kementerian Kesehatan (2015) kebakaran hutan dan lahan yang
terjadi pada tahun 2015 di beberapa provinsi, seperti Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan,
menyebabkan bencana terburuk dalam 18 tahun, yang menyebabkan polusi udara parah di
beberapa negara Asia Tenggara.
Mengingat kasus kebakaran hutan dan lahan di Indonesia yang begitu sering terjadi,
pemerintah yang bertanggungjawab mengatasi permasalahan kehutanan ini diharuskan dapat
memantau. Oleh karena itu, digunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam menunjang
pemantauan. Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah salah satu metode yang dapat
memfasilitasi para pemangku kepentingan dalam memantau dan memahami terjadinya
kebakaran hutan, apakah insiden tersebut telah terjadi atau prediksi kebakaran di masa depan.

Sumber:
 Ambarita, Alexander. (2021). Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan dalam Rangka
Melindungi Pemukiman Masyarakat di Kabupaten Kotawaringin Barat Provinsi
Kalimantan Tengah. Jurnal Tatapamong. 3 (1): 56-78.
 Yusuf, Ardhi, Hapsoh, Sofyan Husein Siregar, dan Dodik Ridho Nurrochmat. (2019).
Analisis Kebakaran Hutan Dan Lahan Di Provinsi Riau. Dinamika Lingkungan
Indonesia. 6 (2): 67-84.
 Riadi, Muchlisin. (2019). “Jenis, Penyebab dan Bahaya Kehutanan”.
https://www.kajianpustaka.com/2019/09/jenis-penyebab-dan-bahaya-kebakaran-
hutan.html?m=1. Diakses pada 1 November 2022.

Anda mungkin juga menyukai