Tn. S berusia 63 tahun datang ke Klinik dengan keluhan pusing, sakit kepala, mata kabur, dan
tengkuk terasa tegang. Keluhan sudah dirasakan setiap bangun tidur pagi hari selama beberapa hari
belakangan. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan darah 200/100 mmHg. Pasien
diberikan obat antihipertensi golongan calcium channel blocker yaitu amlodipine diminum malam
hari. Dalam kesehariannya pasien mengaku sering mengkonsumsi makanan bergaram, merokok dan
minum alkohol. Tn. S tidak mengkonsumsi makanan berlemak seperti tetelan atau gorengan, tetapi
setiap hari mengkonsumsi ikan dan sayuran saja. Makanan yang telah disajikan sebelum dikonsumsi
akan ditaburi garam kembali agar terasa lebih gurih. Sehari Tn. S dapat menghabiskan 2 bungkus
rokok, dan selalu mengkonsumsi alkohol. TN. S tidak berolahraga karena merasa pekerjaan yang
ditekuni saat ini yaitu sebagai petani sudah membuat pasien beraktivitas berat. Tn. S tidak pernah
mengalami keluhan serupa sebelumnya. Tn. S juga tidak memiliki riwayat penyakit lain. Ayah dan
ibu pasien menderita keluhan serupa. Ayah pasien meninggal karena penyakit hipertensi dan ibu
pasien sebagai penderita hipertensi kronis.
Tn. S mengeluhkan keluhan yang ia dirasakan secara tiba-tiba sejak bangun tidur pada
pagi hari. Sebelumnya pasien tidak memiliki riwayat hipertensi atau memiliki keluhan serupa. Pada
saat dilakukan pemeriksaan tekanan darah ditemukan 200/100 mmHg. Saat itu juga pasien diberikan
Captopril subliungual untuk menurunkan tekanan darah secara cepat. Pasien diistirahatkan untuk
menunggu tekanan darah menurun. Satu jam setelah pemberian obat tersebut, dilakukan pemeriksaan
tekanan darah kembali. Pada pemeriksaan ditemukan tekanan darah 180/100 sehingga diperbolehkan
untuk pulang kerumah. Pasien juga diberikan obat pulang yaitu amlodipin.
Dosis captopril yang sesuai dosis yang dianjurkan pada penderita hipertensi
adalah 12,5 mg, 25 mg, 50 mg, dan 100 mg dengan dosis maksimum 100 mg/hari. Dengan dosis
demikian, penurunan tekanan darah sistolik sebesar ≥20 mmHg akan terjadi pada 60-90 menit setelah
obat tersebut dikonsumsi per oral, artinya penurunan tekanan darah tidak terjadi terlalu rendah dan
cepat. Sedangkan untuk frekuensi pemberian captopril sesuai dosis yang dianjurkan pada penderita
hipertensi 2-3 hari perhari, karena satu dosis captopril memiliki lama kerja 6-12 jam dan waktu paruh
2 jam.
Mekanisme kerja captopril menurut farmakokinetika adalah sekitar 70%, jika ada makanan maka
terjadi penurun penyerapan obat, sehingga obat harus diminum saat perut kosong. obat terikat dengan
plasmaprotein sekitar 30% dan Volume distribusi adalah 0,8 ± 0,2 L / kg, lebih tinggi di CHF. Cl
adalah 0.72 ± 0.08 L / hr / kg terjadi penurunan dosis yang dimetabolisme sekitar 20% dan
menyebabkan disfungsi,terutama untuk captopril disulfida. Ekskresi captopril tidak berubah
adalah 24-38% lebih dari 24 jam. Waktu paruh2.2 ± 0,05 jam pada subyek sehat
dan berkepanjangan di disfungsi ginjal atau CHF
Captopril diindikasi untuk pengobatan hipertensi sedang dan berat. Captopril dapat
dipergunakan sendiri atau dalam kombinasi dengan obat
antihipertensi lain terutama tiazid.
selain itu payuh jantung yang tidak cukup responsif atau tidak dapat dikontrol dengan diuretik dan
digitalis.
Kemudian setelah diberikan captopil, setelah tekanan darah Tn. S turun diberikan obat amlodipin atau
suatu calsium channel blokers suatu penghambat ion kalsium.
Amlodipine merupakan suatu penghambat influx ion kalsium (slow channel blocker atau
antagonis ion kalsium) dan menghambat influx transmembran dari ion-ion kalsium ke dalam jantung
dan otot halus vaskular. Mekanisme kerja antihipertensi dari amlodipine didasarkan pada efek
relaksan langsung pada otot-otot halus vaskular. Mekanisme yang pasti tentang bagaimana
amlodipine meredakan angina belum sepenuhnya ditetapkan tetapi amlodipine menurunkan beban
ischemic total melalui dua cara, yaitu:
Amlodipine memperlebar arteriola periferal dan dengan demikian, menurunkan hambatan
periferal total (afterload) terhadap kerja jantung. Karena kecepatan jantung tetap stabil, beban
jantung menjadi berkurang sehingga menurunkan konsumsi energi myocardial dan oksigen.
Mekanisme kerja amlodipine kemungkinan juga menyangkut dilatasi dari arteri koroner
utama dan arteriola koroner, baik dalam keadaan normal maupun ischemic. Dilatasi ini
meningkatkan pengiriman oksigen myocardial pada pasien-pasien yang mengidap kejang
arteri koroner (Prinzmetal’s atau variant angina).
Pemberian dosis sekali sehari pada pasien-pasien hipertensi dapat menurunkan tekanan darah
selama 24 jam. Karena mula kerja amlodipine yang lambat, tidak menyebabkan hipotensi akut.
Mekanisme kerja amlodipin menurut farmokokinetika dibedakan menjadi dua yaitu absorpsi
dan biotransformasi/eliminasi yang mana cara kerja nya sebagai berikut :
Absorpsi, setelah pemberian oral dari suatu dosis terapeutik, amlodipine diabsorpsi dengan
baik, dengan level darah puncak antara 6-12 jam setelah pemberian obat. Bioavailability absolut
diperkirakan antara 64-80%. Volume distribusi sekitar 21 l/kg. Absorpsi dari amlodipine tidak
dipengaruhi oleh asupan makanan.
Biotransformasi/eliminasi. Waktu paruh eliminasi plasma terminal adalah sekitar 35-50 jam
dan tetap konsisten dengan dosis sekali sehari. Level plasma yang tetap, dicapai setelah 7-8 hari sejak
pemberian obat secara berurutan. Amlodipine secara luas diabsorpsi oleh hati menjadi metabolit
inaktif di mana 10% berupa komponen utama dan 60% metabolit diekskresikan bersama urine.
Amlodipine diindikasikan untuk pengobatan hipertensi dan dapat digunakan sebagai obat
tunggal untuk mengontrol tekanan darah pada kebanyakan pasien. Pasien-pasien yang tidak cukup
dikontrol hanya dengan satu obat antihipertensi mungkin mendapat keuntungan tambahan dari
diberikannya amlodipine, yang digunakan dalam kombinasi dengan diuretik thiazide, obat
penghambat beta adrenoceptor, atau penghambat ACE.
Amlodipine diindikasikan untuk pengobatan awal iskemia myocardial, baik disebabkan oleh
obstruksi tetap (angina stabil) dan/atau vasospasm/ vasoconstriction (Prinzmetal’s atau variant angina)
dari vasculature koroner. Amlodipine dapat digunakan jika suatu paparan klinis menyarankan
komponen vasospastic/vasoconstrictive, tetapi hal ini hanya dapat dilakukan jika
vasospastic/vasoconstrictive, belum pernah ditetapkan. Amlodipine dapat digunakan secara tunggal
sebagai monoterapi, atau dalam kombinasi dengan obat-obat antiangina lain pada pasien yang
mengidap angina, yang menolak terhadap nitrat atau dosis yang memadai dari beta blocker.
Sedangkan kontraindikasi pemberian amlodipine pada syok kardiogenik, angina tidak stabil, stenosis
aorta yang signifikan, dan ibu menyusui. Selain itu juga kontraindikasi amlodipine pada pasien-
pasien yang diketahui sensitif terhadap dihydropyridine
Amlodipine ditoleransi dengan baik. Pada pasien-pasien yang mengidap hipertensi atau
angina, efek samping yang paling umum terobservasi adalah sakit kepala, edema, fatigue, mengantuk,
mual, nyeri perut, kemerahan, palpitation, dan pusing. Efek samping yang paling sedikit terobservasi
secara umum, yaitu asthenia, dispepsia, dyspnea, gingival hyperplasia, kejang otot, pruritus, myalgia,
ruam, gangguan penglihatan, dan jarang terjadi eritema multiforme. Seperti calcium channel blockers
lainnya, efek samping berikutnya jarang dilaporkan dan tidak dapat dikenali dari penyakit dasar:
myocardial infarction, arrhythmia (termasuk tachycardia ventrikular dan fibrilasi atrial), dan nyeri
dada
Dosis pemberian amlodipine untuk hipertensi atau angina dapat diberikan dosis awal 5 mg sekali
sehari atau maksimal 10 mg sekali sehari tergantung pada respon individu dan beratnya penyakit.
Kebanyakan pasien yang mengidap hipertensi diberi 5 mg/hari dan tidak perlu dinaikkan dosisnya.
Untuk yang memerlukan dosis yang lebih tinggi, amlodipine dapat dinaikkan sampai 7,5 mg/hari
dengan maksimum dosis 10 mg/hari. Dosis yang direkomendasikan untuk angina vasospastic atau
kronis yang stabil adalah 5-10 mg, dengan dosis terendah yang disarankan untuk usia lanjut dan
pasien yang mengidap insufficiency hati. Tidak ada penyesuaian dosis amlodipine sehubungan
dengan pemberian bersamaan dengan diuretik thiazide, beta blocker, dan penghambat ACE.