Disusun oleh :
Kelompok 7
Yohana 19482011077
Dewi 19482011079
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia
yang telah di limpahkan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah untuk memenuhi
tentang bagaimana mengisolasi dan mengidentifikasi Senyawa Steroid dari Daun Getih-
Getihan (Rivina humilis L.)
Dengan kerendahan hati kami mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Kamis menyadari bahwa dalam penulisan ini
masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu kami mengharpkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga
laporan ini dapat memberikan manfaat dan pengembangan wawasan bagi Mahasiswa dan
pembaca pada umumnya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................2
1.3 Tujuan 5
2.2 Ekstraksi 6
2.3 Fraksinasi 7
2.4 Kromatogra 8
fi
fi
fi
fi
fi
4.4 Identi kasi Steroid dengan GC-MS 16
4
fi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Steroid merupakan salah satu golongan senyawa metabolit sekunder. Golongan senyawa
tersebut diketahui mempunyai aktivitas bioinsektisida, antibakteri, antifungi, dan
antidiabetes. Belum adanya penelitian terkait jenis senyawa steroid yang terdapat pada daun
getih-getihan, maka perlu dilakukan isolasi, identifikasi senyawa steroid dari daun Getih-
getihan (Rivina humilis L.,).
1.3 Tujuan
1. Mengetahui cara isolasi senyawa dari daun Getih-getihan (Rivina humilis L.,).
BAB II ISI
2.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses penyarian senyawa yang terdapat didalam bahan
alam atau berasal dari dalam sel dengan menggunakan pelarut dan metode yang tepat.
a. Cara dingin Metode ini tidak menggunakan proses pemanasan dengan tujuan un-
tuk menghindari rusaknya senyawa akibat proses pemanasan. Kelompok ekstraksi
dingin antara lain :
b. Cara panas metode ini menggunakan suhu panas saat proses, sehingga dengan
adanya pemanasan akkan mempercepat proses ekstrasi. Kelompok ekstraksi panas
antara lain :
2. Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dan
hewani dengan air pada suhu 90◦C Selama 15 menit.
3. Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama
waktu tertentu dan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya
pendinginan balik.
2.3 Fraksinasi
Fraksinasi merupakan sebuah proses pemisahan antara zat cair dengan zat cair.
Fraksinasi dilakukan secara bertingkat berdasarkan tingkat kepolaran, yaitu dari non polar,
semi polar dan polar. Senyawa yang memiliki sifat non polar akan larut dalam pelarut non
polar, yang semi polar akan larut dalam pelarut semi polar dan yang bersifat polar akan larut
dalam pelarut polar (Harborne, 1987).
1. Proses fraksinasi kering, adalah suatu proses fraksinasi yang didasarkan pada
berat molekul dan komposisi dari suatu material. Hasil kemurnian fraksinasi
ini rendah.
3. Proses fraksinasi dengan solvent, adalah suatu proses fraksinasi dengan meng-
gunakan pelarut. Dimana pelarut yang digunakan adalah aseton. Proses fraksi-
nasi ini lebih mahal dibandingkan dengan proses fraksinasi lainnya.
2.4 Kromatografi
Adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Pada dasarnya
semua cara kromatografi menggunakan dua fase yaitu fase tetap (stationary) dan fase gerak
(mobile). Cara kromatografi dapat digolongkan sesuai sifat dari fase tetap yang dapat berupa
zat padat atau zat cair. Jika fase ditetapkan berupa zat padat maka cara tersebut dikenal den-
gan kromatografi serapan. Jika zat cair dikenal sebagai kromatografi partisi. Karena fase ger-
aknya dapat berupa zat cair atau zat gas maka semua ada 4 macam sistem kromatografi yaitu
kromatografi serapan, yang terdiri dari kromatografi lapis tipis dan kromatografi penukar ion,
kromatografi padat, kromatografi partisi dan kromatografi kolom kapiler
3.1.1 Alat
Blender, neraca analitik, gelas ukur, gelas beker, pipet tetes, erlenmeyer, botol vial,
pengaduk, rotary evaporator, kertas saring, corong gelas, corong pisah, cawan penguapan,
chamber KLT, pipa kapiler, kromatografi kolom, cawan petri, inkubator, jarum ose, autoklaf,
lampu UV 254 nm dan 365 nm, spektroskopi GC-MS TQ 8030.
3.1.2 Bahan
Daun getih-getihan, etanol 96%, aquades, n-heksana, kloroform, etil asetat, pereaksi
Liebermann-Burchard, kloroform p.a., n-heksana p.a., etanol p.a., benzena p.a., metanol p.a.,
plat silika gel 60 GF254, silika gel 60 G, bakteri Staphylococcus aureus, Escherichia coli,
tetrasiklin, DMSO, nutrient broth, nutrient agar.
SERBUK BAHAN
ETANOL
+AQUADES (1:1)
N-HEKSANA
10
Penelitian yang berjudul isolasi, identifikasi senyawa steroid dari daun getih-
getihan (Rivina humilis L.) dan uji aktivitas sebagai antibakteri dilakukan di
Laboratorium Kimia Organik dan Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro Semarang.
11
12
Gambar 2. Hasil penggabungan fraksi-fraksi hasil kolom dengan eluen etanol: aseton
(2:1) dilihat di bawah lampu UV 365 nm
Nilai Rf hasil penggabungan fraksi-fraksi hasil kolom dapat dilihat pada tabel 2.
13
Gambar 3. Hasil KLT fraksi A, B, C, D, E pada uji steroid dengan pereaksi Liebermann-
Burchard dilihat di bawah lampu UV 365 nm.
Dari hasil KLT gambar 3, fraksi B terlihat ada noda yang berwarna biru kehijauan
setelah disemprot dengan pereaksi Liebermann-Burchard yang menunjukkan fraksi B
positif steroid.
Gambar 4. Hasil KLT preparatif fraksi B dilihat di bawah lampu UV 365 nm.
Hasil KLT preparative menunjukkan adanya 4 pita (B1, B2, B3, B4). Pita B4
dengan Rf 0,8 berwarna biru terang mengindikasikan adanya senyawa steroid. Kemudian
pita B4 dikerok dan dilarutkan dalam n-heksana pro analis untuk mendapatkan isolat
steroid setelah dipisahkan dengan silika gel dan diuapkan, diperoleh isolat steroid
14
sebanyak 0,3 mg. Selanjutnya untuk mengetahui kemurnian isolat yang diperoleh
dilakukan uji kemurnian dengan metode KLT berbagai eluen dan KLT dua dimensi. Isolat
steroid dilakukan uji kemurnian dengan metode KLT berbagai eluen dan KLT dua
dimensi. Eluen yang digunakan yaitu n-heksana, benzena, metanol, n-heksana: metanol
(1:1), n-heksana: kloroform (8:2), n heksana: benzena (1:1). KLT dua dimensi dielusi
dengan eluen pertama n-heksana: kloroform (8:2) dan kedua n- heksana untuk
mengetahui apakah steroid dari hasil kromatografi preparatif sudah murni. Uji
kemurnian didapatkan satu noda yang diduga isolat telah murni, ditunjukkan pada gambar
5.
Gambar 5. Hasil KLT pada uji kemurnian pita B4 hasil kromatografi preparatif dengan
eluen: (a) n-heksana, (b) benzena, (c) metanol, (d) n-heksana:metanol (1:1), (e) n-
heksana:kloroform (8:2), (f) n-heksana:benzena (1:1) pada lampu UV 365 nm
Uji kemurnian dilakukan kembali dengan KLT dua dimensi menggunakan eluen yang
berbeda pada elusi pertama dan kedua. Elusi pertama dilakukan menggunakan eluen n-
heksana: kloroform (8:2) dan setelah diputar 90o elusi kedua menggunakan eluen n-
heksana. Hasil KLT dua dimensi ditunjukkan pada gambar 6.
15
Hasil uji kemurnian KLT dua dimensi menghasilkan satu noda pada setiap
elusinya. Hal ini menunjukkan bahwa isolat diduga telah murni. Isolat yang dihasilkan
berbentuk kristal kecil-kecil berwarna putih sebesar 0,3 mg. Selanjutnya isolat
diidentifikasi menggunakan spektroskopi GC-MS untuk mengetahui tingkat kemurnian
senyawa dan waktu retensi serta mengetahui berat molekul dan pola fragmentasi dari
isolat.
16
BAB V KESIMPULAN
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Hidayah, W.W., dkk. 2016. Isolasi, Identifikasi Senyawa Steroid dari Daun Getih-Getihan
(Rivina humilis L.) dan Uji Aktivitas Sebagai Antibakteri. Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi .
(DOI: https://doi.org/10.14710/jksa.19.1.32-37)
17