Anda di halaman 1dari 14

“IBNU HASAN”

Syahdan, zaman dahulu kala, ada seorang kaya hartawan, bernama Syekh Hasan, banyak harta banyak
uang, terkenal kesetiap negeri, merupakan orang terkaya, bertempat tinggal du negeri Bagdad, yang
terkenal kemana-mana, sebagai kota yang paling ramai saat itu.

Syekh Hasan sangat bijaksana, mengasihi fakir miskin, menyayangi yang kekurangan, menasehati yang
berikiran sempit, mengingatkan orang yang bodoh, diajari ilmu yang baik, walaupun
harus mengeluarkan biaya, berupa pakaian atau uang, karena itu banyak pengikutnya.

Syekh Hasan saudagar yang kaya raya, memiliki seorang anak, laki-laki yang sangat tampan, pendiam,
dan baik budi, berusia sekitar tujuh tahun. Ibnu Hasan namanya.

Ibnu Hasan sedang lucu-lucuya, semua orang senang melihatnya, apalagi orang tuanya, namun demikian
anak itu, tidak sombong, perilakunya kalem, walaupun hidupnya dimanjakan, tidak kekurangan sandang,
namun Ibnu Hasan sama suka bersolek, karena itulah kedua orang tuanya sangat menyayanginya.

Ayahnya berfikir,”Alangkah salahnya aku, menyayangi diluar batas, tanpa pertimbangan, bagaimana
kalau akhirnya, dimirkai Allah Yang Agung, aku pasti durhaka, tak dapat mendidik anak, mengkaji ilmu
yang bermanfaat.”

Dipanggilnya putranya. Anak itu segera mendatanginya, diusap-usapnya putranya sambil dinasihati,
bahwa Ia harus mengaji, katanya “Sekarang saatnya anakku, sebenarnya aku kuatir, tapi, pergilah ke
Mesir, carilah jalan menuju keutamaan.”

Ibnu Hasan menjawab,”Ayah jangan ragu-ragu, jangankan jalan menuju kemuliaan, jalan kematianpun
hamba jalani, semua kehendak orang tua, akan hamba turuti, tidak akan ku tolak, siang malam hanya
perintah Ayah Ibu yang hamba nantikan.”

Singkat cerita, Ibnu Hasan yang akan berangkat kepesantren, berpisah dengan kedua orangtuanya,
hatinya sangat sedih, ibunya tidak tahan menangis terisak-isak, harus berpisah dengan putranya, yang
masih sangat kecil, belum cukup usia.

“Kelak, apabila ananda sudah sampai, ketempat merantau, pandai-pandailah menjaga diri, karena jauh
dari orang tua, harus tahu ilmunya hidup, jangan keras kepala, angkuh dan menyombongkan diri,
merasa lebih dari yang lain, merasa diri orang kaya lalu menghina sesama. Kalau begitu perbuatanmu,
hidupmu tidak akan senangkaena dimusuhi semua orang, tidak akan ada yang mau menolong, kalau
celaka tidak akan diperhatikan, berada dirantau orang, kalau judes akan mendapatkan kesusahan, hati-
hatilah menjaga diri jangan menganggap enteng segala hal.”

Ibnu Hasan menjawab dengan takzim,”Apa yang Ibu katakan, akan selalu kuingat dan kucatat dalam
hati, doakanah aku agar selamat, semoga jangan sampai menempuh jalan yang salah, pesan Ibu akan
kuperhatikan, siang dan malam.”

Singkat cerita Ibnu Hasan sudah berangkat dikawal dua pengasuhnya sejak kecil, Mairin dan
Mairun,mereka berangkat berjalan kaki, Mairun memikul semua perbekalan dan pakaian, sementara
Mairin mengikuti dari belakang, sesekali menggantikan tugas Mairun.
Perasaan sedih prihatin, kehujanan, kepanasan, selama perjalanan yang makan waktu berhari-hari
namun akhirnya sampai juga dipusat kota Negara Mesir, dengan selamat berkat do’a Ayah dan Ibunda,
selanjutnya, segera Ian menemui seorang alim ulama, terus berguru padanya.

Pada suatu hari, saatba’da zuhur, Ibnu Hasan sedang di jalan, bertemu seseorang bernama Saleh, yang
baru pulang dari sekalah, Ibnu Hasan menyapa,”Anda pulang dari mana?”

Saleh menjawab dengan sopan,”Saya pulang sekolah.” Ibnu Hasan bertanya lagi,” Sekolah itu apa? Coba
jelaskan padaku!” yang ditanya menjawab,”Apakah anda belum tahu?”

“sekolah itu tempat ilmu, tepatnya tempat belajar, berhitung, menulis, mengeja, belajar tatakrama,
sopan santun terhadap yang lebih tua dan yang lebih muda, dan terhadap sesama, harus sesuai dengan
aturan.”

Begitu Ibnu Hasan mendengar penjelasan tersebut, betapa girang hatinya, di segera pulang, menghadap
kyai dan meminta izinya, untuk belajar disekolah, guna mencari ilmu. Sekarang katakan padaku apa yang
sebenarnya kamu harapkan.”

Kyai berkata demikian, tujuan untuk  menguji muridnya, apakah betul-betul ingin mencari ilmu atau
hanya alasan supaya mendapat pujian.

Ibnu Hasan menunduk, menjawab agak malu,”Hamba ingin menjelaskan mengapa hamba besusah
payah tanpa mengenal lelah, mencari ilmu.

Memang sangkaan orang begitu karena ayahku kaya raya, tidak kekurangan uang, ternaknyapun banyak,
hamba tidak usah bekerja, karena tidak akan kekurangan.

Namun, pendapat hamba tidak demikian, akan sangat memalukan seandainya ayah sudah tiada, sudah
menunggal dunia, semua hartanya jatuh ketangan hamba.

Tapi, ternyata tidak terurus karena saya tidak teliti akhirnya harta itu habis, bukan bertambah. Distulah
terlihat ternyata kalau hamba ini bodoh.

Bukan bertambah mashur, asalnya anak orang kaya, harus menjadi buruh. Begitulah pendapat saya
karena modal sudah ada saya hanya tinggal melanjutkan.

Pangkat anakpun begitu pula, walaupun tidak melebihiorang tua, paling tidak harus sama dengan orang
tua, dan tidak akan melakukan, apalagi kalau lebih miskin, ibaratnya anak seorang patih.”

Maka, yakinlah kyai itu akan bauk muridnya.


HIKAYAT AMIR
 
Dahulu kala di Sumatra, hiduplah seorang saudagar yang bernama Syah Alam. Syah Alam
mempunyai seorang anak bernama Amir. Amir tidak uangnya dengan baik. Setiap hari dia
membelanjakan uang yang diberi ayahnya. Karena sayangnya pada Amir, Syah Alam tidak pernah
memarahinya. Syah Alam hanya bisa mengelus dada.
Lama-kelamaan Syah Alam jatuh sakit. Semakin hari sakitnya semakin parah. Banyak uang yang
dikeluarkan untuk pengobatan, tetapi tidak kunjung sembuh. Akhirnya mereka jatuh miskin.
Penyakit Syah Alam semakin parah. Sebelum meninggal, Syah Alam berkata”Amir, Ayah tidak
bisa memberikan apa-apa lagi padamu. Engkau harus bisa membangun usaha lagi seperti Ayah dulu.
Jangan kau gunakan waktumu sia-sia. Bekerjalah yang giat, pergi dari rumah.Usahakan engkau terlihat
oleh bulan, jangan terlihat oleh matahari.”
”Ya, Ayah. Aku akan turuti nasihatmu.”                                      
Sesaat setelah Syah Amir meninggal, ibu Amir juga sakit parah dan akhirnya meninggal. Sejak
itu Amir bertekad untuk mencari pekerjaan. Ia teringat nasihat ayahnya agar tidak terlihat matahari, tetapi
terlihat bulan. Oleh sebab itu, kemana-mana ia selalu memakai payung.
Pada suatu hari, Amir bertmu dengan Nasrudin, seorang menteri yang pandai. Nasarudin sangat
heran dengan pemuda yang selalu memakai payung itu. Nasarudin bertanya kenapa dia berbuat demikian.
Amir bercerita alasannya berbuat demikian. Nasarudin tertawa. Nasarudin berujar, ” Begini, ya.,
Amir. Bukan begitu maksud pesan ayahmu dulu. Akan tetapi, pergilah sebelum matahari terbit dan
pulanglah sebelum malam. Jadi, tidak mengapa engkau terkena sinar matahari. ”
Setelah memberi nasihat, Nasarudin pun memberi pijaman uang kepada Amir. Amir disuruhnya
berdagang sebagaimana dilakukan ayahnya dulu.
                                                                                                                                3
Amir lalu berjualan makanan dan minuman. Ia berjualan siang dan malam.Pada siang hari, Amir
menjajakan makanan, seperti nasi kapau, lemang, dan es limau. Malam harinya ia berjualan martabak,
sekoteng, dan nasi goreng. Lama-kelamaan usaha Amir semakin maju. Sejak it, Amir menjadi saudagar
kaya.
 
HIKAYAT BURUNG CENDERAWASIH
 
Sahibul hikayat telah diriwayatkan dalam Kitab Tajul Muluk, mengisahkan seekor burung yang
bergelar burung cenderawasih. Adapun asal usulnya bermula dari kayangan. Menurut kebanyakan orang
lama yang arif mengatakan ianya berasal dari syurga dan selalu berdamping dengan para wali. Memiliki
kepala seperti kuning keemasan. Dengan empat sayap yang tiada taranya. Akan kelihatan sangat jelas
sekiranya bersayap penuh adanya. Sesuatu yang sangat nyata perbezaannya adalah dua antena atau ekor
‘areil‘ yang panjang di ekor belakang. Barangsiapa yang melihatnya pastilah terpegun dan takjub akan
keindahan dan kepelikan burung cenderawasih.
Amatlah jarang sekali orang memiliki burung cenderawasih. Ini kerana burung ini bukanlah
berasal dari bumi ini. Umum mengetahui bahawa burung Cenderawasih ini hanya dimiliki oleh kaum
kerabat istana saja. Hatta mengikut sejarah, kebanyakan kerabat-kerabat istana Melayu mempunyai
burung cenderawasih. Mayoritas para peniaga yang ditemui mengatakan ia membawa tuah yang hebat.
  Syahdan dinyatakan lagi dalam beberapa kitab Melayu lama, sekiranya burung cenderawasih
turun ke bumi nescaya akan berakhirlah hayatnya. Dalam kata lain burung cenderawasih akan mati
sekiranya menjejak kaki ke bumi. Namun yang pelik lagi ajaibnya, burung cenderawasih ini tidak lenyap
seperti bangkai binatang yang lain. Ini kerana ia dikatakan hanya makan embun syurga sebagai
makanannya. Malahan ia mengeluarkan bau atau wangian yang sukar untuk diperkatakan. Burung
cenderawasih mati dalam pelbagai keadaan. Ada yang mati dalam keadaan terbang, ada yang mati dalam
keadaan istirahat dan ada yang mati dalam keadaan tidur.
Walau bagaimanapun, Melayu Antique telah menjalankan kajian secara rapi untuk menerima
hakikat sebenar mengenai BURUNG CENDERAWASIH ini. Mengikut kajian ilmu pengetahuan yang
dijalankan, burung ini lebih terkenal di kalangan penduduk nusantara dengan panggilan Burung
Cenderawasih. Bagi kalangan masyarakat China pula, burung ini dipanggil sebagai Burung Phoenix yang
banyak dikaitkan dengan kalangan kerabat istana Maharaja China. Bagi kalangan penduduk Eropah,
burung ini lebih terkenal dengan panggilan ‘Bird of Paradise‘. Secara faktanya, asal usul burung ini gagal
ditemui atau didapathingga sekarang. Tiada bukti yang menunjukkan ianya berasal dari alam nyata ini.
Namun satu lagi fakta yang perlu diterima, burung cenderawasih turun ke bumi hanya di IRIAN JAYA
(Papua sekarang), Indonesia saja. Tetapi yang pelik namun satu kebenaran burung ini hanya turun seekor
saja dalam waktu tujuh tahun. Dan ia turun untuk mati. Sesiapa yang menjumpainya adalah satu tuah.
Oleh itu, kebanyakan burung cenderawasih yang anda saksikan mungkin berumur lebih dari 10 tahun,
100 tahun atau sebagainya. Kebanyakkannya sudah beberapa generasi yang mewarisi burung ini.
Telah dinyatakan dalam kitab Tajul Muluk bahawa burung cenderawasih mempunyai pelbagai
kelebihan. Seluruh badannya daripada dalam isi perut sehinggalah bulunya mempunyai khasiat yang
misteri. Kebanyakannya digunakan untuk perubatan. Namun ramai yang memburunya kerana ‘tuahnya’.
Burung cenderawasih digunakan sebagai ‘pelaris’. Baik untuk pelaris diri atau perniagaan. Sekiranya
seseorang memiliki bulu burung cenderawasih sahaja pun sudah cukup untuk dijadikan sebagai pelaris.
Mengikut ramai orang yang ditemui memakainya sebagai pelaris menyatakan, bulu burung cenderawasih
ini merupakan pelaris yang paling besar. Hanya orang yang memilikinya yang tahu akan kelebihannya
ini. Namun yang pasti burung cenderawasih bukannya calang-calang burung. Penuh dengan keunikan,
misteri, ajaib, tuah.
Hikayat Antu Ayek (Cerita Rakyat Sumsel)

Sumatera Selatan merupakan wilayah yang banyak dialiri sungai-sungai. Setidaknya ada sembilan sungai
besar yang mengalir di propinsi ini, sehingga gelar lain propinsi ini adalah Negeri Batanghari Sembilan.
Batanghari dalam bahasa melayu Palembang diartikan sebagai sungai besar. Nah, ada banyak hikayat
atau cerita yang berkembang di masyarakat yang mengiringi keberadaan sungai-sungai tersebut. Seperti
legenda cinta Pulau Kemaro di sungai Musi. Cerita lain yang aku kenal di kampungku adalah legenda
Antu Ayek yang sering kudengar semasa kanak-kanak, entah adakah kisah ini di daerah lain. Antu Ayek
dalam bahasa Indonesia berarti Hantu Air. Penasaran? Baca dong posting ini sampai selesai.

Konon kabarnya, dahulu kala hiduplah seorang gadis dari keluarga sederhana bernama Juani. Juani
merupakan gadis kampung yang elok rupawan, berkulit kuning langsat dan rambut panjangnya yang
hitam lebat. Keelokan rupa Gadis Juani sudah begitu terkenal di kalangan masyarakat. Sehingga wajar
kiranya jika banyak bujang yang berharap bisa duduk bersanding dengannya. Namun apalah daya, Gadis
Juani belum mau menentukan pilihan hati kepada satu bujang pun di kampungnya. Hingga, pada suatu
masa, bapak Gadis Juani terpaksa menerima pinangan dari Bujang Juandan, karena terjerat hutang
dengan keluarga Bujang Juandan. Bujang Juandan adalah pemuda dari keluarga kaya raya, namun yang
menjadi masalah adalah Bujang Juandan bukanlah pemuda tampan. Bahkan tidak sekadar kurang
tampan, Bujang Juandan pun menderita penyakit kulit di sekujur tubuhnya, sehingga ia pun dikenal
sebagai Bujang Kurap.

Mendengar kabar itu, Gadis Juani pun bersedih hati. Ia hendak menolak namun tak kuasa karena
kasihan kepada bapaknya. Berhari-hari ia menangisi nasibnya yang begitu malang. Namun apa hendak
dikata, pesta pernikahan pun sudah mulai dipersiapkan. Orang sekampung ikut sibuk menyiapkan
upacara perkawinan Gadis Juani dan Bujang Juandan. Akhirnya malam perkawinan itu pun tiba, Gadis
Juani yang cantik dipakaikanaesan penganten yang begitu anggun menunggu di kamar tidurnya sambil
berurai air mata.

Ketika orang serumah turun menyambut kedatangan arak-arakan rombongan Bujang Juandan, hati
Gadis Juani semakin hancur. Di tengah kekalutan pikiran, ia pun mengambil keputusan, dengan berurai
air mata ia keluar lewat pintu belakang dan berlari menuju sungai. Akhirnya dengan berurai air mata
Gadis Juani pun mengakhiri hidupnya dengan terjun ke sungai. Kematiannya yang penuh derita
menjadikannya arwah penunggu sungai yang dikenal sebagai Antu Ayek yang sering mencari korban
anak-anak.

Begitulah asal mula hikayat Antu Ayek di daerahku. Meski kisah ini sangat "hidup" di tengah masyarakat,
aku pribadi menilai kisah ini hanya untuk menakuti anak-anak kecil yang belum pandai berenang agar
tidak sembarangan bermain sendiri di sungai. Karena tidak sedikit nyawa anak-anak yang melayang
akibat tenggelam di sungai. Lucunya, semasa kecil aku sering diajarkan mantera pengusir Antu Ayek oleh
orang-orang tua bilamana akan ke kayek (pergi ke sungai). "Nyisih kau Gadis Juani, Bujang Juandan nak
ke kayek" (Menyingkirlah engkau gadis Juani, Bujang Juandan hendak turun ke sungai), konon kalau kita
baca syair itu Antu Ayek akan menjauh karena enggan bertemu si Bujang Kurap hehe...
Sejarah dan makna kiasan lambang Gerakan Pramuka adalah materi pramuka untuk melengkapi
pengetahuan umum kepramukaan. Sejarah dan makna lambang Gerakan Pramuka ini perlu dimengerti,
dipahami, dan dihayati oleh setiap anggota pramuka menyadari nilai-nilai kiasan yang terkandung
didalamnya.

Lambang Gerakan Pramuka adalah tanda pengenal organisasi Gerakan Pramuka yang bersifat tetap.
Lambang ini mengkiaskan sifat, keadaan, nilai dan norma yang dimiliki oleh setiap anggota Gerakan
Pramuka sesuai dengan dicita-citakan. 

Sebagaimana ditetapkan dalam Anggaran Dasar Gerakan Pramuka pasal 48 dan Anggaran Rumah Tangga
Gerakan Pramuka Bab VII Pasal 120, lambang Gerakan Pramuka adalah tunas kelapa. Penjabaran
tentang Lambang ini ditetapkan dalam SK Kwarnas Nomor 06/KN/72 tentang Lambang Gerakan
Pramuka.

Pencipta lambang ini adalah Kak Sunardjo Atmodipuro, seorang Andalan Nasional dan Pembina Pramuka
yang juga pegawai di Departemen Pertanian. Kak Soenardjo Atmodipoero sendiri lahir pada tanggal 29
Pebruari 1909 di Blora dan meninggal pada tanggal 31 Mei 1979.

Pertama kali lambang ciptaan Kak Sunardjo Atmodipuro ini dipergunakan sebagai lambang Gerakan
Pramuka pada tanggal 14 Agustus 1961 saat Presiden Republik Indonesia menganugerahkan Panji
Kepramukaan kepada Gerakan Pramuka.
Lambang Gerakan Pramuka; Tunas Kelapa

Pengetahuan terkait lambang Gerakan Pramuka juga menjadi salah satu materi dalam SKU yaitu mulai
SKU Siaga Mula, SKU Siaga Bantu, Siaga Tata (masing-masing pada syarat nomor 6), serta SKU
Penggalang Ramu (syarat no. 14).

Makna Lambang Gerakan Pramuka


Tunas Kelapa dipilih sebagai lambang  Gerakan Pramuka dengan mempertimbangkan makna
filosofis yang terkandung di dalamnya. Arti filosofi tersebut yaitu:
 Buah nyiur dalam keadaan tumbuh dinamakan cikal. Istilah cikal bakal di Indonesia
berarti penduduk asli  pertama, yang menurunkan generasi baru. Jadi lambang buah
nyiur yang tumbuh itu mengkiaskan bahwa setiap Pramuka merupakan inti bagi
kelangsungan hidup bangsa Indonesia. 
 ‡Buah nyiur dapat bertahan lama dalam keadaan yang bagaimanapun juga. Jadi
lambang itu mengkiaskan bahwa setiap Pramuka adalah seorang yang rohaniah dan
jasmaniah sehat, kuat dan ulet, serta  besar tekadnya dalam menghadapi segala
tantangan dalam hidup dan dalam menempuh segala ujian dan kesukaran untuk
mengabdi tanah air dan bangsa Indonesia. 
 Nyiur dapat tumbuh dimana saja, yang membuktikan besarnya daya upaya dalam
menyesuaikan diri dengan keadaan sekelilingnya. Jadi lambang tersebut mengkiaskan
bahwa setiap Pramuka dapat menyesuaikan diri dalam masyarakat dimana ia berada
dan dalam keadaan yang bagaimana pun juga. 
 Nyiur tumbuh menjulang lurus ke atas dan merupakan salah satu pohon yang tertinggi
di Indonesia. Jadi lambang tersebut mengkiaskan bahwa setiap Pramuka mempunyai
cita-cita yang tinggi dan lurus yakni mulia, jujur dan tetap tegak tidak mudah diombang–
ambingkan sesuatu. 
 ‡Akar nyiur tumbuh kuat dan erat di dalam tanah. Jadi lambang tersebut mengkiaskan
tekad dan keyakinan setiap Pramuka yang berpegang pada dasar-dasar dan landasan
landasan yang baik, benar,  kuat dan nyata, ialah tekad dan keyakinan yang dipakai
olehnya untuk memperkuat diri guna mencapai cita-citanya. 
 Nyiur adalah pohon yang serba guna dari ujung atas hingga akarnya. Jadi lambang itu
mengkiaskan bahwa setiap Pramuka adalah manusia yang berguna dan membaktikan
diri dan kegunaannya kepada kepentingan tanah air, bangsa dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia  serta kepada umat manusia.
Untuk lebih meningkatkan pemahaman terkait lambang Gerakan Pramuka pun sebagai
tambahan bahan dan materi latihan pramuka, berikut video tentang lambang Gerakan
Pramuka.

 Gerakan Pramuka berlambangkan: Gambar silhouette  TUNAS KELAPA


 Uraian arti Lambang Gerakan Pramuka
1. Buah kelapa/nyiur dalam keadaan tumbuh dinamakan “CIKAL”, dan
istilah “cikal bakal” di Indonesia berarti: penduduk asli yang pertama
yang menurunkan generasi baru.
Jadi buah kelapa/nyiur yang tumbuh itu mengandung kiasan bahwa
tiap Pramuka merupakan inti bagi kelangsungan hidup Bangsa
Indonesia.
2. Buah kelapa/nyiur dapat bertahan lama dalam keadaan yang
bagaimanapun juga.
Jadi lambang itu mengkiaskan bahwa tiap Pramuka adalah seorang
yang rokhaniah dan jasmaniah sehat, kuat, ulet, serta besar tekadnya
dalam menghadapi segala tantangan dalam hidup dan dalam
menempuh segala ujian dan kesukaran untuk mengabdi tanah air dan
bangsa Indonesia.
3. Kelapa/nyiur dapat tumbuh dimana saja, yang membuktikan besarnya
daya upaya dalam menyesuaikan dirinya dengan keadaan
sekelilingnya.
Jadi melambangkan, bahwa tiap Pramuka dapat menyesuaikan diri
dalam masyarakat dimana dia berada dan dalam keadaan bagaiaman
juga.
4. Kelapa/nyiur tumbuh menjulang lurus keatas dan merupakan salah
satu pohan yang tertinggi di Indonesia.
Jadi melambangkan, bahwa tiap Pramuka mempunyai cita-cita yang
tinggi dan lurus, yakni yang mulia dan jujur, dan ia tetap tegak tidak
mudah diombang-ambingkan oleh sesuatu.
5. Akar Kelapa/nyiur tumbuh kuat dan erat di dalam tanah.
Jadi lambang itu mengkiaskan, tekad dan keyakinan tiap Pramuka
yang berpegang pada dasar-dasar dan landasan-landasan yang baik,
benar, kuat dan nyata ialah tekad dan keyakinan yang dipakai olehnya
untuk memperkuat diri guna mencapai cita-citanya.
6. Kelapa/nyiur adalah pohon yang serba guna, dari ujung atas hingga
akarnya.
Jadi lambang itu mengkiaskan, bahwa tiap Pramuka adalah manusia
yang berguna, dan membaktikan diri dan kegunaanya kepada
kepentingan Tanah air, Bangsa dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia serta kepada umat manusia.
 Lambang Gerakan Pramuka diciptakan oleh Sumardjo Atmodipuro
(almarhum), seorang Pembina Pramuka yang aktif bekerja sebagai Pegawai
Tinggi Departeman Pertanian
 Lambang Gerakan Pramuka digunakan sejak tanggal 14 Agustus 1961 pada
Panji-panji Gerakan Pramuka yang dianugerahkan kepada Gerakan Pramuka
oleh Presiden republik Indonesia.
 Pemakaian lambang Gerakan Pramuka sebagai lencana dan penggunaannya
dalam tanda-tanda, bendera, papan nama, dsb. diatur dalam Petunjuk-
petunjuk Penyelenggaraan.
 Lambang Gerakan Pramuka berupa Gambar silhouette TUNAS KELAPA
sesuai dengan SK Kwartir Nasional No. 6/KN/72 Tahun 1972, telah mendapat
Hak Patent dari Ditjen Hukum dan Perundangan-undangan Departeman
Kehakiman, dengan Keputusan Nomor 176634 tanggal 22 Oktober 1983, dan
Nomor 178518 tanggal 18 Oktober 1983, tentang Hak Patent Gambar TUNAS
KELAPA dilingkari PADI dan KAPAS, serta No. 176517 tanggal 22 Oktober
1983 tentang Hak Patent tuliasan PRAMUKA.

Penggunaan[sunting | sunting sumber]


Lambang Gerakan Pramuka dapat dipergunakan pada Panji, Bendera, Papan Nama
Kwartir / Satuan, Tanda Pengenal dan alat administrasi Gerakan Pramuka

Penggunaan lambang tersebut dimaksudkan sebagai alat pendidikan untuk


mengingatkan dan menanamkan sifat dan keadaan seperti yang termaktub dalam
arti kiasan lambang Tunas Kelapa itu pada setiap anggota Gerakan Pramuka.

Setiap anggota Gerakan Pramuka diharapkan mampu mengamalkan dan


mempraktikkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimilikinya kepada
masyarakat di sekelilingnya. Sebab generasi muda yang tergabung dalam Gerakan
Pramuka diharapkan kelak mampu menjadi kader pembangunan yang berjiwa
Pancasila

anda Pengenal Gerakan Pramuka adalah tanda-tanda yang dikenakan pada pakaian seragam


Pramuka yang dapat menunjukkan identitas seorang Pramuka. Baik identitas diri, satuan,
kemampuan, tanggung jawab, daerah asal, wilayah tugas, kecakapannya, hingga tanda
penghargaan yang dimilikinya.
Penggunaan tanda pengenal Gerakan Pramuka dimaksudkan untuk mengenal diri seorang
Pramuka, satuan, tempat, wilayah, tugas, jabatan dan kecakapannya. Sedangkan fungsi
penggunaanya adalah sebagai:
Alat pendidikan untuk memberi dorongan, gairah dan semangat para Pramuka, agar mereka
berusaha meningkatkan kemampuan, karya, pribadi dan kehormatannya.
 Alat Pengenal seorang Pramuka, satuan, tingkat kecakapan, jabatan, tempat atau
wilayah tugasnya.
 Tanda pengakuan dan pengesahan atas keanggotaan, tingkat kecakapan serta
pemberian tanggung jawab, hak dan kewajiban kepada seorang anggota Gerakan
Pramuka.
 Tanda penghargaan kepada seseorang atas prestasi dan tindakannya, agar yang
bersangkutan selalu menjaga dan memelihara nama baik pribadi dan organisasinya.
Macam, Contoh dan Penggolongan Tanda Pengenal
Tanda pengenal Gerakan Pramuka digolongkan menjadi lima kelompok tanda dengan macam
dan contoh tanda sebagai berikut:
 Tanda Umum;
Tanda Umum adalah tanda yang dipakai secara umum oleh semua anggota Gerakan Pramuka
yang telah dilantik. Tanda Pengenal yang termasuk Tanda Umum diantaranya adalah:
1. Tanda Tutup Kepala
2. Setangan Leher (Hasduk)
3. Tanda Pelantikan
4. Tanda Harian
5. Tanda Kepramukaan Sedunia
 Tanda Satuan
Tanda Satuan adalah tanda yang menunjukkan satuan, tempat atau lokasi tempat tinggal
pemakainya. Tanda Pengenal yang termasuk Tanda Satuan diantaranya adalah:
1. Tanda Barung, Tanda Regu, Tanda Sangga, dan Tanda Satuan terkecil lainnya.
2. Tanda Gugus depan, Kwartir dan Majelis Pembimbing.
3. Tanda Krida dan Tanda Satuan Karya.
4. Lencana Daerah dan Tanda Wilayah.
5. Tanda Satuan Pramuka Luar Biasa.
 Tanda Jabatan
Tanda Jabatan adalah tanda yang menunjukkan jabatan dan tanggung jawab yang disandang
dalam lingkup Gerakan Pramuka. Tanda Pengenal yang termasuk Tanda Jabatan diantaranya
adalah:
1. Tanda Pemimpin dan Wakil Pemimpin : Barung, Regu, Sangga, dan lain-lain.
2. Tanda Pemimpin dan Wakil Pemimpin Krida dan Satuan Karya.
3. Tanda Keanggotaan Dewan Kerja Penegak dan Pandega.
4. Tanda Pembina dan Pembantu Pembina : Siaga, Penggalang, Penegak dan
Pandega, serta Tanda Pembina Gugusdepan.
5. Tanda Pelatih Pembina Pramuka
6. Tanda Andalan dan Pembantu Andalan
 Tanda Kecakapan
Tanda Kecakapan adalah tanda yang menunjukkan kecakapan, keterampilan, ketangkasan,
kemampuan, sikap dan usaha seorang Pramuka dalam bidang tertentu, sesuai dengan golongan
usianya. Tanda Pengenal yang termasuk Tanda Kecakapan diantaranya adalah:
1. Tanda Kecakapan Umum, meliputi:
 Untuk Pramuka Siaga : Tingkat Mula, Bantu dan Tata
 Untuk Pramuka Penggalang : Tingkat Ramu, Rakit, dan Terap
 Untuk Pramuka Penegak : Tingkat Bantara dan Laksana
 Untuk Pramuka Pandega : Tingkat Pandega
 Untuk Pembina Pramuka : Tingkat Mahir Dasar dan Lanjutan.
2. Tanda Kecakapan Khusus, meliputi:
 Untuk Pramuka Siaga : Tidak ada tingkatan
 Untuk Pramuka Penggalang : Tingkat Purwa, Madya, dan Utama
 Untuk Pramuka Penegak : Tingkat Purwa, Madya, dan Utama
 Untuk Pramuka Pandega : Tingkat Purwa, Madya, dan Utama
 Untuk Instruktur : Muda dan Dewasa
 Untuk Pembina Pramuka : Tingkat Dasar dan Lanjutan.
3. Tanda Pramuka Garuda, meliputi:
 Untuk Pramuka Siaga
 Untuk Pramuka Penggalang
 Untuk Pramuka Penegak
 Untuk Pramuka Pandega
 Tanda Kehormatan
Tanda Kehormatan adalah tanda yang menunjukkan jasa atau penghargaan yang diberikan
kepada seseorang, atas jasa, darma bakti, dan lain-lainnya, yang dianggap cukup bermutu dan
berguna bagi Gerakan Pramuka, Gerakan Kepramukaan Sedunia, masyarakat, bangsa, negara,
dan umat manusia.
1. Tanda Pengenal yang termasuk Tanda Penghargaan Gerakan Pramuka untuk
peserta didik, yaitu :
 Tanda Penghargaan (termasuk Tanda Ikut Serta Bakti Gotong Royong,
Tanda Ikut Serta Kegiatan dan lain-lainnya).
 Bintang Tahunan
 Lencana Wiratama
 Lencana Teladan
2. Tanda Pengenal yang termasuk Tanda Penghargaan Gerakan Pramuka untuk
orang dewasa, yaitu :
 Bintang Tahunan
 Lencana Pancawarsa
 Lencana Wiratama
 Lencana Jasa :
 Dharma Bakti
 Melati
 Tunas Kencana
3. Tanda Pengenal yang termasuk Tanda Penghargaan atau jasa dari badan di luar
Gerakan Pramuka, misalnya dari :
 Organisasi Kepramukaan maupun badan lainnya, di dalam atau di luar
negeri sepanjang hal-hal tersebut tidak bertentangan dengan Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka, serta peraturan
perundang-undangan Negara Republik Indonesia yang berlaku.
 Pemerintah Negara Lain
 Pemerintah Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai