Zaman dahulu kala, ada seorang kaya hartawan bernama Syekh Hasan,
banyak harta dan uang, terkenal disetiap negeri, merupakan orang
terkaya, bertempat tinggal di negeri Baghdad, yang tersohor kemana-
mana sebagai kota paling ramai saat itu.
Syekh Hasan saudagar yang kaya raya, memiliki seorang anak laki-laki
yang tampan, pendiam dan baik budinya, berusia sekitar tujuh tahun,
Ibnu Hasan namanya. Ibnu Hasan sedang lucu-lucunya, semua orang
senang melihatnya, apalagi orang tuanya. Namun demikian, anak itu
tidak sombong, kalem, walaupun hidupnya dimanjakan, tidak
kekurangan sandang, namun Ibnu Hasan tidak suka bersolek, karena itu
kedua orang tuanya sangat menyayanginya.
“Apa yang ibu katakana, akan selalu kuingat dan kucatat dalam hati,
doakan aku agar selamat, semoga jangan sampai menempuh jalan yang
salah, pesan ibu akan aku perhatikan siang dan malam.”
Pada suatu hari usai tengah hari, Ibnu Hasan sedang berjalan dan
bertemu dengan seseorang bernama Saleh yang baru pulang dari
sekolah, Ibnu Hasan menyapa,”Anda pulang dari mana?”
Pangkat anak pun begitu pula walaupun tidak boleh melebihi orang
tuanya, paling tidak harus sama dengan orang tuanya. Maka yakinlah
sang Kyai dengan keinginan muridnya itu dan mengizinkannya
menjmba ilmu di sekolah.