Anda di halaman 1dari 6

CARA PERAWATAN HERBARIUM BASAH

A. Pengertian Herbarium Basah


Herbarium berasal dari kata “ hortus dan botanicus”, artinya kebun botani
yang di keringkan,biasanya disusun berdasarkan system klasifikasi. Istilah herbarium
lebih dikenal untuk pengawetan tumbuhan. Herbarium adalah material tumbuhan
yang telah diawetkan (disebut juga spesimen herbarium). Herbarium juga bisa berarti
tempat dimana material-material tumbuhan yang telah diawetkan disimpan Herbarium
merupakan suatu spesimen dari bahan tumbuhan yang telah dimatikan dan diawetkan
melalui metode tertentu. Herbarium biasanya dilengkapi dengan data-data mengenai
tumbuhan yang diawetkan, baik data taksonomi, morfologi, ekologi, maupun
geografinya. Selain itu dalam herbarium juga memuat waktu dan nama pengkoleksi.
Herbarium juga merupakan salah satu sumber pembelajaran yang penting dalam ilmu
biologi tumbuhan. Herbarium merupakan koleksi kering yang dibuat berdasarkan
prosedur-prosedur tertentu dan memiliki criteria criteria tersendiri.
Sedangkan herbarium basah adalah specimen tumbuhan yang telah diawetkan
dan disimpan dalam suatu larutan yang dibuat dari berbagai macam zat dengan
komposisi yang berbeda-beda. Komponen utama yang digunakan dalam pembuatan
larutan pengawet itu antara lain adalah: alcohol, dan formalin. Di samping itu dapat
pula ditempatkan zat-zat lain untuk tujuantujuan tertentu, untuk sejauh mungkin
mempertahankan warna asli bahan tumbuhan yang diawetkan. Penggunaan alcohol
akan selalu berakibat hilangnya warna asli bahan tumbuhan, dan juga alcohol itu
harganya relative mahal sehingga perlu dipikirkan untuk mendapatkan alternatifnya
yang lebih murah. Formalin jauh lebih murah daripada alcohol, namun bahan-bahan
tumbuhan yang disimpan dalam formalin akan menjadi keras atau kaku, lebih-lebih
lagi bagi bahan yang mengandung protein yang relative tinggi. Formalin tidak terlalu
besar daya larutnya terhadap warna-warna yang terdapat pada bahan tumbuhan,
khususnya klorofil. Penambahan tursi ke dalam larutan pengawet yang dibuat dari
formalin, sampai suatu derajat tertentu mampu mempertahankan warna asli bahan
tumbuhan yang disimpan di dalamnya. Eksperimentasi untuk mendapatkan
konsentrasi larutan yang tepat, demikian pula komposisi campurannya dengan bahan-
bahan lain, perlu dilakukan untuk memperoleh awetan sesuai dengan tujuan dengan
biaya yang serendah mungkin. Larutan pengawet yang baik antara lain harus tetap
jernih dalam jangka waktu yang lama, dan bahan yang diawetkan di dalamnya tetap
baik tidak terlalu banyak menunjukkan penyimpangan dari keadaan aslinya. Pada
dasarnya semua bahan tumbuhan dapat dijadikan herbarium basah, namun hal itu
tidak dilakukan mengingat hal-hal berikut:
1. Biaya pembuatan yang terlalu tinggi antara lain untuk harga larutan pengawet atau
wadah yang digunakan.
2. Memerlukan tempat meletakkan specimen-spesimen yang kokoh atau ruang untuk
penyimpanan yang lebih luas.
3. Penanganan harus secara lebih berhati-hati untuk menghindarkan pecahnya wadah
dan tumpahnya larutan pengawet.
Sebagai keuntungannya antara lain dapat disebutkan bahwa bahan tumbuhan yang
di awetkan sebagai herbarium basah itu tidak terlalu jauh kehilangan sifat-sifat
aslinya, seperti bentuk, susunan, bahkan mungkin warnanya. Selain itu pembuatan
herbarium basah dapat dilakukan dengan cepat, asal larutan pengawet dan wadah
telah tersedia. Untuk pengamatan specimen dapat dilakukan secara langsung tanpa
mengubah keadaan specimen yang telah diawetkan.

Dari bahan tumbuhan yang sering dijadikan herbarium basah ialah bahan-bahan
yang mempunyai sifat-sifat berikut:

1. Ukuran tidak terlalu besar, namun bila dikeringkan mudah terlepas dan bila dipres
akan kehilangan ciri-ciri utamanya.
2. Merupakan bahan tumbuhan yang berasal dari jenis-jenis tumbuhan yang hidup di
air atau mempunyai kadar air yang tinggi, seperti misalnya warga ganggang dan
jamur.
Contoh: pengawetan pada spesimen buah atau bunga yang memiliki bentuk yang
tebal dan tidak memungkinkan dilakukan dengan pengawetan dengan cara koleksi
kering Larutan umum yang dipakai dalam koleksi basah: alkohol 95% sebanyak 3500
ml (70 %) dan aquades 1500 ml (30%) sehingga total larutan keseluruhan adalah 5000
ml, atau larutan terdiri dari alkohol 95% sebanyak 3100 ml (62%) , aquades 1050 ml
(33%)), dan gliserin 250 ml (5%) Spesimen yang diawetkan kemudian dimasukkan
dalam toples kaca. Ukuran toples disesuaikan dengan besar kecilnya spesimen yang
diawetkan. Pada spesimen tertentu, kandungan alkohol akan berubah, sehingga harus
dilakukan penggantian alkohol secara rutin.
Berbeda dengan herbarium kering yang ditempel pada kertas dengan ukuran yang
diseragamkan (11½x 16½ inci). Wadah-wadah yang digunakan untuk pembuatan
herbarium basah mempunyai bentuk dan ukuran yang tidak seragam, disesuaikan
dengan ukuran bahan yang akan diawetkan. Untuk keperluan ini lazim digunakan
bejana-bejana dari kaca yang tembus cahaya dan tahan pengaruh kemikalia, diberi
tutup yang rapat yang kedap udara dan air. Pada wadah-wadah untuk herbarium basah
juga ditempelkan label atau etiket yang memuat informasi seperti yang dibuat dan
dilakukan terhadap herbarium kering. Pengelolaan Herbarium Bagi dunia ilmu
pengetahuan, koleksi herbarium yang merupakan objek studi utama bagi para
ahlitaksonomi, merupakan kekayaan yang tak ternilai harganya. Tak mengherankan
bahwa gedunu gedung-gedung untuk menyimpan koleksi itu merupakan bangunan-
bangunan yang megah yang di dalamnya bekerja tokoh-tokoh ilmu pengetahuan yang
kenamaan, dibantu oleh sejumlah karyawan non-ilmiah yang bertugas untuk
pengelolaan koleksi secara administrative dan teknis. Sesuai dengan ruang yang
tersedia dalam gedung herbarium, koleksi herbarium baik yang kering maupun yang
basah dipisah-pisah dan ditata di ruang yang tersedia untuk masing-masing takson
menurut klasifikasi yang dibuat oleh para ahli dalam lembaga itu. Ada ruangan
tersendiri untuk golongan tumbuhan spora (Cryptogamae), dan ada ruangan tersendiri
untuk tumbuhan berbiji (Phanerogamae, Spermatophyta). Dalam ruangan untuk
tumbuhan spora dipisahkan lagi di tempatnya masing-masing koleksi ganggang
(algae), jamur (fungi), lumut (bryophyte), dan tumbuhan paku (pteridophyta), sedang
dalam ruangan untuk tumbuhan berbiji dilakukan pemisahan untuk koleksi tumbuhan
biji terbuka (gymnospermae)dan tumbuhan biji tertutup (angiospermae).

Selanjutnya dalam masing-masing ruangan untuk golongan tumbuhan tertentu itu


(yang biasanya merupakan takson tingkat tinggi seperti disebut di atas), koleksi
disusun lagi berdasar takson yang tingkatannya lebih rendah dan ditata menurut abjad.
Dalam herbarium-herbarium tertentu, specimen herbarium yang disimpan dimasukkan
dalam map/ sapmul dengan warna yang berbeda-beda, yang masing-masing
menunjukkan wilayah geografis asal specimen-spesimen tadi. Dengan demikian
berate bahwa dari jenis-jenis tumbuhan yang specimen-spesimennya tersimpan dalam
herbarium itu, tersedia pula informasi mengenai distribusi geografisnya.

Koleksi herbarium basah disimpan dalam ruangan tersendiri yang terpisah dari
ruang untuk herbarium kering. Penataan dalam ruang diatur seperti dilakukan
terhadap koleksi herbarium kering, yaitu dipisah-pisah menurut takson kategori besar,
selanjutnya dalam masing-masing takson kategori di bawahnya disusun menurut
abjad. Bila herbarium basah itu merupakan sebagian specimen yang sebagian lainnya
diproses sebagai herbarium kering ( misalnya bunga, buah, atau organ lain yang
terlepas dan dianggap perlu untuk tetap dipertahankan dalam koleksi dalam bentuk
herbarium basah), baik nomor urut maupun informasi yang harus dicantumkan dalam
label selain yang langsung menyangkut sifat-sifat bahan yang diawetkan secara basah
itu sendiri ( nama kolektor, data taksonomi, dan lain-lain) harus disesuaikan dengan
yang dimuat dalam label pada herbarium kering. Spesimen “tipe” Melalui
pertentangan paham yang cukup sengit dan yang terjadi cukup lama antara kelompok
ahli taksonomi Amerika di satu pihak dan ahli-ahli taksonomi eropa di pihak lain,
akhirnya dalam lingkungan tatanama tumbuhan diterima baik apa yang hingga
sekarang kita kenal sebagai penerapan “metode tipe”.

B. Fungsi Herbarium
Material herbarium sangat penting artinya sebagai koleksi untuk kepentingan
penelitian dan identifikasi,hal ini dimungkinkan karena pendokumentasian tanaman
dengan cara di awetkan dapat bertahan lebih lama,fungsi herbarium yaitu :
1. Bahan peraga pelajaran
2. Bahan penelitian
3. Alat pembantu identifikasi tanaman
4. Bukti keanekaragaman
5. Specimen acuan untuk publikasi spesies baru
6. Sebagai pusat referensi
7. Sebagai lembaga dokumentasi
8. Sebagai pusat penyimpanan data
C. Manfaat Herbarium
Herbarium dapat dimanfaatkan sebagai bahan rujukan untuk mentakrifkan
takson tumbuhan, ia mempunyai holotype untuk tumbuhan tersebut. Herbarium juga
dapat digunakan sebagai bahan penelitian untuk para ahli bunga atau ahli taksonomi,
untuk mendukung studi ilmiah lainnya seperti survey ekologi, studi fitokimia, peng-
hitungan kromosom, melakukan analisa perbandingan biologi dan berperan dalam
mengungkap kajian evolusi. Kebermanfaatan herbarium yang sangat besar ini
menuntut perawatan dan pe-ngelolaan spesimen harus dilakukan dengan baik dan
benar .
D. Cara Membuat Herbarium Basah
Persiapan koleksi yang baik di lapangan merupakan aspek penting dalam
praktek pembuatan herbarium. Specimen herbarium yang baik harus memberikan
informasi terbaik mengenai tumbuhan tersebut kepada para peneliti. Dengan kata
lain,suatu koleksi tumbuhan harus mempunyai seluruh bagian tumbuhan dan harus
ada keterangan yang memberikan seluruh informasi yang tidak Nampak pada
specimen herbarium. Pembuatan awetan specimen diperlukan untuk tujuan
pengamatan specimen secara praktis tanpa harus mencari bahan segar yang baru.
Terutama untuk specimen-spesimen yang sulit ditemukan di alam. Awetan specimen
dapat berupa awetan kering dan awetan basah. Untuk awetan kering tanaman di
awetkan dalam bentuk herbarium,sedangkan untuk mengawetkan hewan dengan
sebelumnya mengeluarkan organ-organ di dalamnya. Awetan basah baik untuk hewan
maupun tumbuhan biasanya dibuat dengan merendam seluruh specimen dalam larutan
formalin 4%. Cara pembuatan herbarium sangat mudah, apabila berikut ini adalah
petunjuk untuk membuat herbarium :
1. Alat dan bahan : a) Alat Timbangan b) sample biota laut c) alat tulis d)
formalin e) Ember f) gunting g) akuades h) lakban Hitam i) selotip transparan
2. Cara Membuat awetan Herbarium a) siapkan specimen yang akan di awetkan
b) sediakan formalin yang telah di encerkan sesuai dengan keinginan c)
masukkan specimen pada larutan formalin yang telah ada dalam botol jam dan
telah di encerkan d) tutup rapat botol dan kemudian di beri label yang berisi
nama spsimen tersebut dan familinya.
Cara sederhana dalam membuat herbarium basah adalah dengan menyiapkan
spesimen yang akan diawetkan, menyediakan alkohol/ formalin yang telah diencerkan
sesuai dengan keinginan, memasukkan spesimen pada larutan formalin yang telah ada
dalam botol jam dan telah diencerkan, menutup rapat botol dan kemudian diberi label
yang berisi nama spesimen tersebut.

E. Kelebihan dan Kelemahan Herbarium.


Terdapat beberapa kelemahan pada herbarium yaitu; spesimen mudah
mengalami kerusakan akibat perawatan yang. Kurang memadai maupun karena
frekuensi pemakaian yang cukup tinggi untuk identifikasi dan pengecekan data secara
manual, tidak bisa diakses secara bersama-sama oleh berberapa orang, biaya besar;
tidak bisa diakses sewaktu-waktu dan tidak dapat diakses dari jarak jauh.
Sedangkan kelebihan dari herbarium adalah sebagai pelengkap bahan
praktikum yang bisa langsung dibawa di dalam kelas atau ruangan. Cara pembutan
yang tidak terlalu sulit,dan memudahkan praktikan meneliti tumbuhannya tanpa harus
mengambil sample yang baru.

Anda mungkin juga menyukai