Anda di halaman 1dari 10

KELAYAKAN AWETAN BASAHSEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN

SUBMATERI PROTISTA MIRIP TUMBUHAN

ARTIKEL PENELITIAN

OLEH:
EVI DIAN ANANTA
NIM F1072131019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2018
1

KELAYAKAN AWETAN BASAHSEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN


SUBMATERI PROTISTA MIRIP TUMBUHAN

Evi Dian Ananta, Syamswisna, Eka Ariyati


Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Untan Pontianak
E-mail: evi.biologi2013@gmail.com

Abstract
This research aimed to know the feasibility of wet-preserved media in the studying sub-
material of plant-like protists (algae) for Senior High School tenth.The form of research
was quantitative descriptive methods.Validation sheet was used as the instrument of
research. Each statemen item is divided into categories Very Good is worth 4, Good is
worth 3, Less Good is worth 2, and Not Good is worth 1. Based on the validator's
assessment, the wet-preserved media wasdeclared valid with CVR and CVI values of
0,99, so that it was suitable tobe used as a learning mediain studying sub-material of
plant-like protists (algae). The macroalgae wet-preserved media were validated by five
validators consisting of three high school Biology teachers and two Biology education
lecturers from FKIP Untan. Based on the validator's assessment, the wet-preserved
media was declared valid with CVR and CVI values of 0,99 (valid), so that it was feasible
to be used as a learning media in studying sub-material of plant-like protists (algae).

Keywords: wet-preserved, learning media, plant-likeprotists (algae)

PENDAHULUAN
Sejalan dengan perkembangan pendidikan Media pembelajaran adalah alat yang
di Indonesia saat ini, masih banyak guru dapat membantu proses belajar mengajar dan
menggunakan metode ceramah dalam proses berfungsi untuk memperjelas makna yang
pembelajaran. Proses pembelajaran tersebut disampaikan, sehingga proses pembelajaran
membuat siswa merasa bosan karena lebih bisa lebih menarik dan menyenangkan
berpusat pada gurunya saja. Oleh karena itu, (Susilana&Cepi, 2009). Sedangkan menurut
guru harus mengajak siswa untuk belajar aktif Rusman (2012), media berfungsi dalam
dan mandiri dengan menciptakan pembelajaran meningkatkan kualitas proses pembelajaran
yang inovatif. Menurut Suyatno (2009), terutama membantu siswa untuk belajar. Selain
pembelajaran inovatif adalah pembelajaran itu, menurut Djamarah & Zain (2010),media
yang lebih bersifat student centered artinya pembelajaran juga sangat membantu siswa
pembelajaran yang lebih memberikan peluang dalam memahami konsep tertentu dan
kepada peserta didik untuk mengkontruksi memberikan pengalaman baru sehingga siswa
pengetahuan secara mandiri (selfdirected) dan berperan aktif dalam proses pembelajaran.
dimediasi oleh teman sebaya (peer mediated Oleh karena itu, di sekolah-sekolah harus
instruction). memiliki berbagai media pembelajaran yang
Salah satualternatif dalam pembelajaran dapat menarik perhatian siswa sehingga proses
inovatif adalah menggunakan media pembelajaran yang efektif bisa tercapai. Untuk
pembelajaran (Susilana & Cepi, 2009). Media mencapai tujuan pembelajaran tersebut, guru
pembelajaran harus bisa menarik perhatian dan harus menyediakan media yang bisa
minat siswa dalam proses pembelajaran, mengaktifkan dan memotivasi siswa. Karena
sehingga tujuan pembelajaran yang inovatif saat ini masih banyak sekolah-sekolah yang
dapat tercapai. belum lengkap media biologi di
2

laboratoriumnya seperti awetanbasah dan Awetan/herbarium adalah spesimen


awetan kering tumbuhan. (koleksi tumbuhan) baik koleksi basah maupun
Pada silabus kurikulum 2013 Biologi kering. Spesimen kering pada umumnya telah
SMA Kelas X, pada materi Protista dipres dan dikeringkan, sedangkan spesimen
terdapatsub-materi tentang Protista mirip basah yaitu koleksi yang diawetkan dengan
tumbuhan (alga). Adapun hasil belajar siswa menggunakan larutan tertentu, seperti FAA
Kelas X SMA Negeri 1 Serasan Timur pada (larutan yang terdiri dari formalin, alkohol,
materi Protista mirip tumbuhan (alga) yaitu asam glasial dengan formula tertentu) dan
50% mendapatkan nilai di atas KKM dan 50% alkohol (Murni, dkk, 2015). Menurut
siswa lainnya dibawah nilai KKM, nilai KKM Tjitrosoepomo (2005), herbarium/awetan
sekolah tersebut yaitu 75. Hal ini terjadi karena basah adalah spesimen tumbuhan yang telah
siswa kesulitan dalam memahami klasifikasi diawetkan dan disimpan dalam suatu larutan.
makroalga dari setiap divisi. Dari pemaparan Komponen utama yang digunakan dalam
diatas solusi yang dapat diberikan adalah pembuatan larutan pengawet itu antara lain
dengan pembuatan media awetan basah pada adalah alkohol dan formalin. Alkohol memiliki
sub materi Protista mirip tumbuhan (alga). Di kekurangan yaitu dapat menyebabkan
dalam sub materi Protista mirip tumbuhan hilangnya warna asli tumbuhan dan juga harga
(alga) terbagi menjadi 2 pembahasan alkohol relatif mahal. Sedangkan formalin
berdasarkan ukurannya yaitu alga berukuran lebih murah harganya dibandingkan alkohol.
besar (makroalga) dan alga berukuran kecil Selain itu, formalin tidak terlalu besar daya
(mikroalga). larutnya terhadap warna-warna yang terdapat
Berdasarkan hasil wawancara dengan pada tumbuhan.Menurut Seels & Glaslow
guru bidang studi Biologi tanggal 25 Juli 2017 (dalam Arsyad, 2011), awetan basah
di SMA Negeri 1 Serasan, Kabupaten Natuna, merupakan salah satu media realia dalam
diperoleh informasi bahwa dalam proses bentuk specimen.
pembelajaran guru sering menggunakan Adapun kelebihan mediaawetanmenurut
metode pembelajaran ceramah dan penugasan Yelianti, dkk (2016) dan Budiwati (2015)
yang menyebabkan siswa menjadi bosan dan adalah, siswa dapat mengamati secara
kurang aktif. Selain itu, media yang digunakan langsung sehingga pengalaman mereka lebih
hanya menggunakan powerpoint dan buku melekat; mempermudah guru dalam penyajian
paket saja, tanpa menghadirkan media nyata materi sesuai dengan objek sesungguhnya;
atau media realia. mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan
Adapun kelemahan dari media powerpoint tenaga dengan kata lain guru tidak perlu
menurutNugroho (2015)yaitu, memerlukan membawa siswa turun langsung ke lokasi;
persiapan yang matang dan diperlukan tidak merusak sumber daya alam;
keterampilan khusus untuk menuangkan pesan membangkitkan minat dan motivasi belajar
atau ide yang baik pada desain powerpoint siswa. Sedangkan menurut Tjitrosoepomo
sehingga mudah dicerna oleh penerima pesan. (2005), kelebihan darimedia herbarium/awetan
Mediapowerpointjuga memerlukan alat bantu basah yaitu spesimen yang diawetkantidak
berupa LCD proyektor agar bisa terlihat lebih kehilangan sifat-sifat aslinya, seperti bentuk,
besar dari ukuran aslinya dan pastinya alat susunan, bahkan warnanya. Selain itu,
tersebut memerlukan aliran listrik dalam pembuatan herbarium/awetan basah dapat
penggunaannya. Selain itu, tidak semua dilakukan dengan cepat, asalkan larutan
sekolah bisa memiliki LCD (Liquid Crystal pengawet dan wadah sudah tersedia.
Display) proyektor karena harganya yang Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin
mahal. Oleh karena itu, sangat diperlukannya mengetahui kelayakan awetan basah sebagai
inovasi baru dalam penggunaan media yaitu media pembelajaran pada submateri Protista
berupa media awetan basah, dimana prosedur mirip tumbuhan (alga) kelas X.
pembuatannya tidak memerlukan keterampilan
khusus ataupun waktu yang lama.
3

METODE PENELITIAN koleksi, manfaat dan klasifikasinya.Padabagian


Penelitian yang digunakan adalah belakang wadah berisikan informasi berupa
penelitian kuantitatif dengan metode nama latin, nama lokal,famili, kolektor,
deskriptif.Penelitian kuantitatif menurut habitat, lokasi, tanggal koleksi dan
Sugiyono (2015) adalah, metode penelitian manfaatnya. Sedangkan label klasifikasi
yang digunakan untuk meneliti pada populasi spesies makroalga ditempel pada bagian atas
atau sampel pada umumnya random, tutup botol selai.
pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian dan analisis data bersifat kuantitatif/ Instrumen Penelitian
statistik. Sedangkan penelitian deskriptif Instrumen penelitian digunakan untuk
menurut Arikunto (2013) yaitu, bertujuan mengukur nilai variabel yang diteliti. Untuk
untuk menggambarkan keadaan atau status menghasilkan data kuantitatif yang akurat,
fenomena-fenomena yang ditemukan, maka setiap instrumen harus mempunyai skala.
dideskripsikan apa adanya, tidak dimodifikasi Dalam penelitian ini, skala pengukuran
atau tidak diberi perlakuan. validasi instrumen media awetan basah yang
digunakan yaitu skala likert. Menurut
Pembuatan Media Awetan Basah Sugiyono (2015) skala likert merupakan skala
Alat yang digunakan dalam pembuatan yang digunakan untuk mengukur sikap,
awetan basah yaitu buku atau jurnal tentang pendapat, dan persepsi seseorang atau
klasifikasi makroalga, laptop dan printer. sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah Jawaban dari setiap item instrumen skala
spesimen makrolga dari hasil inventarisasi di likertdapat berupa kata-kata dan diberi skor
Perairan Desa Air Nusa, kertas HVS, botol seperti SB (Sangat Baik) skornya 4, B (Baik)
selai dengan diameter 6,5 cm dan tinggi 9 cm skornya 3, KB (Kurang Baik) skornya 2, dan
serta formalin 4%. TB (Tidak Baik) skornya 1.
Adapun langkah-langkah pembuatan Pada penelitian ini dilakukan validasi
media awetan basah adalah 1) bersihkan untuk mengetahui kelayakan atau kevalidan
terlebih dahulu makroalga, 2) sediakan media awetan basah sebagai media
formalin yang telah diencerkan (4%), 3) pembelajaran. Validasi media dilakukan oleh
masukkan makroalga kedalam botol selai lima orang validator yaitu dua orang dosen
dengan posisi objek tegak, 3) masukkan pendidikan Biologi FKIP Untan dan tiga orang
larutan pengawet yaitu formalin 4%, 4) tutup guru Biologi SMA. Guru Biologi SMA yang
rapat botol agar udara tidak bisa masuk dijadikan sebagai validator pada penelitian ini
ataupun keluar, 5) tempelkan label pada wadah yaitu guru Biologi yang berasal dari SMA
yang berisi nama latin dan nama lokal, famili, Negeri 1 Serasan Timur Kabupaten Natuna,
kolektor, habitat, lokasi, tanggal koleksi dan SMA Negeri 1 Serasan Kabupaten Natuna dan
manfaatnya. Sedangkan label klasifikasi SMA Swasta Islamiyah Pontianak. Pada
spesies makroalga ditempel pada bagian atas lembar validasi dikembangkan dari modifikasi
tutup botol selai. lembar validasi media Lawshe (1975) &
Hasil penelitian berisi data tentang jenis- Badiana (2017).
jenis makroalga di Perairan Desa Air Nusa
yang dibuat media pembelajaran berupa Analisis Data Media Awetan Basah
awetan basah. Spesimen pada media awetan Data yang diperoleh dari hasil validasi
basah diawetkan dalamlarutan formalin 4%. media awetan basah merupakan data kualitatif
Media awetan basah menggunakan wadah karena setiap poin pertanyaannya dibagi
transparan yaitu botol selai yangditutup rapat- kedalam empat kategori yang terdiri dari
rapat sehingga tumbuhan didalamnya tetap Sangat Baik (SB) skornya 4, Baik (B) skornya
terjaga keawetannya. Informasi yang terdapat 3, Kurang Baik (KB) skornya 2, dan Tidak
pada wadah yaitu berisi nama latin, nama Baik (TB) skornya 1. Karena data yang
lokal,famili, kolektor, habitat, lokasi, tanggal diperoleh dalam bentuk kualitatif maka untuk
4

menghitungnya perlu diubah kedalam bentuk Setelah dihitung nilai CVR setiap kriteria,
kuantitatif dengan menggunakan rumus kemudian dihitung nilai CVI (Content Validity
Lawshe (1975). Hasil validasi dari validator Index) atau nilai rata-rata CVR secara
dapat dianalisis menggunakan Content Validity keseluruhan.
Ratio (CVR) yang mengacu pada Lawshe
(1975) dengan rumus sebagai berikut: CVI = …… (2)
CVR = …… (1)
Keterangan:
Keterangan: CVI = Rata-rata CVR
CVR = Content Validity Ratio (Rasio n = Jumlah item seluruh aspek
Validitas Konten)
ne = Jumlah panelis/validator yang HASIL PENELITIAN DAN
menyetujui kevalidan media PEMBAHASAN
(dianggap setuju dan sangat Hasil Penelitian
setuju jika skor yang diberikan Kelayakan media awetanbasah sebagai
validator adalah 3 dan 4, jika < media pembelajaran pada submateri Protista
3 maka dianggap tidak mirip tumbuhan (alga) dapat dilihat pada
menyetujuikevalidan media) Tabel1.
N = Jumlah panelis atau validator
seluruhnya

Tabel 1. AnalisisData Validasi Media Awetan Basah


Aspek Kriteria Validator CVR Ket.
ke-
1 2 3 4 5
Format 1. Kemenarikan kondisi larutan 4 4 4 3 3 0,99 Valid
danwarna spesimen pada media
awetanbasah
2. Informasi media awetan basah 4 4 3 3 4 0,99 Valid
padalabel jelas dan lengkap
(namalokal/latin,famili, kolektor,
habitat, lokasi dan tanggal koleksi
3.Kelengkapan dan kondisi 3 3 4 4 3 0,99 Valid
komponenspesimen pada media
awetan basah
4. Kelengkapan dan kemudahan 4 3 4 4 3 0,99 Valid
mendapatkan alat dan bahan
pembuatan awetan basah
Isi 5. Media awetanbasah sesuai dengan 3 3 4 3 3 0,99 Valid
tujuan pembelajaran materi Protista
mirip tumbuhan (alga)
6. Media awetan basah dapat menarik 4 4 4 4 3 0,99 Valid
perhatian siswa dan dapat
memotivasi siswa untuk belajar
Penggunaan 7. Media awetan basah dapat 4 4 3 4 3 0,99 Valid
menghindari kesalahan konsep
8. Media awetan basah dapat 4 3 4 4 3 0,99 Valid
digunakan untuk perorangan dan
kelompok
9. Media awetanbasah merupakan hal 4 4 4 4 3 0,99 Valid
5

baru dan mudah digunakan


10.Media awetan basah aman dan 4 3 4 4 3 0,99 Valid
mudah dipindah-pindah
CVI 0,99 Valid

Pembahasan satu spesimen warnanya berbeda dalam satu


Media awetan basah digunakan untuk wadah. Ini dikarenakan peneliti memasukan
mempermudah siswa mengenal spesies-spesies dua spesimen yang sama didalam satu wadah
makroalga di wilayahnya yang selama ini tetapi tanggal pengambilannya berbeda,
banyak belum diketahui siswa. Selain itu, spesimen pertama diambil pada bulan Februari
media awetan basahdigunakan untuk dan spesimen kedua diambil pada bulan Juni
mendukung bahan ajar guru karena pada sub sehingga warna spesimen yang lama sudah
materi Protista mirip tumbuhan (alga) hanya memudar sedangkan yang satunya (yang baru)
menampilkan beberapa contoh makroalga saja. masih berwarna cerah. Penyebab perubahan
Pada gambar makroalga yang ada dibuku warna pada awetan tersebut dikarenakan
hanya menampilkan contoh gambar secara tingginya kadar garam pada spesies tersebut
umum berdasarkan divisinya saja. Selain itu, dan lamanya penyimpanan diluar
gambar yang ditampilkan dibuku tidak Laboratorium. Hal ini sejalan dengan pendapat
berwarna, sedangkan media awetanbasah yang Wardhana, dkk (2003) bahwa, formalin dapat
telah dibuat lebih beragam jenisnya dan menyebabkan spesies berubah karena faktor
memiliki warna supaya menarik perhatian konsentrasi dan tipe senyawa kimia yang
siswa untuk belajar. Dengan adanya media digunakan, lamanya periode penyimpanan,
awetan basahini diharapkan bisa kadar garam dan temperatur penyimpanan.
menumbuhkan sikap siswa peduli terhadap Penilaian kriteria kedua pada aspek
lingkungan sekitarnya dalam menjaga format yakni informasi media awetan basah
kelestarian lingkungan. yang berisi nama spesies, nama lokal, famili,
Media awetan basahdivalidasi untuk nama kolektor, habitat, lokasi dan tanggal
mengetahui tingkat kelayakannya sebagai koleksi secara keseluruhan sudah baik dengan
media pembelajaran. Validasi ini dilakukan memperoleh nilai CVR 0,99 dan tergolong
oleh dua orang dosen pendidikan Biologi dari valid. Tiga validator memberikan skor 4 dan
FKIP Untan, satu orang guru Biologi dari dua validator memberikan skor 3. Validator
SMANegeri 1 Serasan Barat, satu orang guru memberi skor 3 karena pada label informasi
Biologi dari SMANegeri 1 Serasan Timur dan media tidak terdapat manfaat dari spesimen
satu orang guru Biologi dari SMA Swasta yang diawetkan. Dua validator menyarankan
Islamiyah Pontianak. Alasan memilih sekolah apabila pengambilan ulang spesies di tanggal
yang dekat dengan lokasi penelitian dengan yang berbeda, maka tanggal koleksi pada label
harapan agar guru dapat memberikan informasi informasi juga harus berbeda dengan tanggal
kepada siswa mengenai kearifan lokal dalam koleksi yang pertama.
menjaga kelestarian lingkungan di daerah Penilaian kriteria ketiga pada aspek
sendiri khususnya di Desa Air Nusa. Terdapat format yakni kelengkapan dan kondisi
3aspek penilaian validasi media awetan basah komponen spesimen pada media awetan basah
yaitu, format, isi dan penggunaan. memperoleh nilai CVR 0,99 dan tergolong
Pada aspek format terdiri dari empat valid dengan skor yang diperoleh yaitu 4 dari
kriteria. Penilaian kriteria pertama yaitu dua orang validator dan skor 3 dari tiga
tentang kemenarikan kondisi larutan dan warna validator. Menurut validator sudah lengkap
spesimen pada media awetan basah nilainya komponen setiap spesies sehingga siswa bisa
CVR 0,99 dan tergolong valid dengan skor mengetahui bagian-bagian makroalga. Menurut
yang diperoleh adalah 4 dari tiga validator dan Retnaningsih, dkk (2012), media awetan basah
skor 3 dari dua validator. Validator memberi sangat efektif digunakan dalam pembelajaran,
skor 3 karena Menurut salah satu validator ada karena dapat menjelaskan materi dengan
9

lengkap mengenai bagian-bagian tubuh spesies valid dengan skor yang diperoleh adalah 4 dari
dan siswa dapat membedakan berbagai macam empat dosen dan skor 3 dari satu validator.
spesies berdasarkan divisinya. Menurut salah satu validator, media awetan
Penilaian kriteria keempatpada aspek bisa membuat siswa tertarik dan termotivasi
format yaitu kelengkapan dan kemudahan untuk belajar, karena media tersebut belum
mendapatkan alat dan bahan pembuatan pernah digunakan dalam proses pembelajaran.
awetantergolong valid dengan skor yang Hal ini sejalan dengan pendapat Sobirin, dkk
diperoleh adalah 4 dari tiga validator dan skor (2013) bahwa, penggunaan media awetan
3 dari dua validator. Menurut guru Biologi porifera dapat meningkatkan motivasi,
SMA N 1 Serasan Timur, cukup sulit pemahaman konsep dan memberikan
mendapatkan bahan (formalin) karena gambaran yang jelas mengenai pembelajaran
keterbatasan sarana dan prasarana untuk bagi siswa kelas X, dengan hasil menunjukkan
membeli bahan tersebut. Saat ini jika harus bahwa media awetan porifera layak secara
membeli bahan harus memiliki surat resmi teoritis dengan persentase 95,55% dan
yang dikeluarkan oleh sekolah tersebut, mendapatkan respon positif dari siswa dengan
kemudian diajukan ke tempat yang menjual persentase 98,5%.
bahan untuk mendapatkan bahan sesuai Penilaian kriteria ketiga pada aspek isi
keperluan sekolah. yaitu media dapat menghindari kesalahan
Aspek kedua yaitu isi yang terdiri dari konsep mendapatkan nilai CVR 0,99 dan
tiga kriteria. Penilaian kriteria pertama tentang tergolong valid dengan skor yang diperoleh
kesesuaian media dengan tujuan pembelajaran adalah 4 dari tiga validator dan skor 3 dari dua
materi Protista mirip tumbuhan (alga) validator. Menurut satu validator media awetan
memeperoleh nilai CVR 0,99 dan tergolong basah makroalga merupakan gambaran
valid. Namun tiga validator memberikan skor 3 langsung dari bentuk asli atau media realita,
dan hanya satu validator yang memberikan sehingga bisa menghindari miskonsepsi dalam
skor 4, hal ini dikarenakan media belum proses pembelajaran Biologi. Menurut
memenuhi dua tujuan pembelajaran yaitu Maknun, dkk (2012), dalam pembelajaran
mengenai klasifikasi dan peranan Protista Biologi dengan menggunakan media berfungsi
mirip tumbuhan (alga). Oleh karena itu, menghubungkan teori/konsep dan praktik;
validator menyarankan untuk menambahkan meningkatkan daya tarik atau minat siswa;
klasifikasi dan manfaat/ peranan dari setiap dapat memperbaiki miskonsepsi dan
spesimen tumbuhan pada label informasi mengembangkan sikap analisis dan kritis. Hal
wadah awetan. Manfaat dari penambahan ini juga sejalan dengan pendapat Asyhar
informasi mengenai klasifikasi Protista mirip (dalam Istiqomah, dkk, 2014) bahwa, media
tumbuhan (alga) pada label yaitu untuk berfungsi sebagai bahan ajar, mengurangi
mengetahui hubungan kekerabatan antara perbedaaan konsep, menampilkan kembali
tumbuhan satu dengan yang lainnya. suatu benda, mampu menyampaikan informasi,
Sedangkan fungsi dari penambahan peranan mengatasi keterbatasaan ruang waktu serta
pada media yaitu supaya siswa bisa inderawi, dan menarik perhatian.
memperluas pengetahuan mengenai manfaat Aspek ketiga yaitu penggunaan yang
dari setiap tumbuhan tersebut dan terdiri dari tiga kriteria. Penilaian kriteria
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. pertama tentang media dapat digunakan untuk
Menurut Ibrahim dalam (Sobirin, dkk, 2013) perorangan dan kelompok memperoleh nilai
bahwa, salah satu kriteria dalam membuat CVR 0,99 dan tergolong valid dengan skor
media pembelajaran harus disesuaikan dengan yang diperoleh adalah 4 dari tiga validator dan
tujuan pembelajaran dan materi pembelajaran. skor 3 dari dua validator. Menurut validator,
Penilaian kriteria kedua pada aspek isi untuk media awetan basah dapat digunakan
yaitumedia awetan dapat menarik perhatian perorangan dan juga perkelompok maksimal 2-
siswa dan memotivasi siswa untuk belajar 4 orang setiap kelompok. Hal ini juga sejalan
memperoleh nilai CVR 0,99 dan tergolong dengan pendapat (Arsyad, 2014) menyatakan
10

bahwa, ada media yang cocok untuk kelompok


besar dan ada media yang cocok untuk SIMPULAN DAN SARAN
kelompok kecil. Simpulan
Penilaian kriteria kedua pada aspek Media awetan basah dinyatakan valid dan
penggunaan yaitu media awetan basah layak digunakan sebagai media pembelajaran
merupakan hal baru dan mudah digunakan pada submateri Protista mirip tumbuhan
memperoleh nilai CVR 0,99 dan tergolong (alga)dengan nilai CVI 0,99.
valid dengan skor yang diperoleh adalah 4 dari
empat validator dan skor 3 dari satu validator. Saran
Menurut validator, media awetan basah Perlu dilakukan uji coba
merupakan hal baru karena masih banyak dalampenggunaan media agar diketahui
sekolah-sekolah yang belum menggunakan keefektifan dari media awetan basah sebagai
media tersebut dalam proses pembelajaran. media pembelajaran pada submateri Protista
Selain itu, media awetanbasah ini juga sangat mirip tumbuhan (alga).
mudah digunakan karena tidak membutuhkan
keahlian khusus dalam penggunaannya. DAFTAR RUJUKAN
Menurut Koesnandar (dalam Adkhar, 2016), Adkhar, Bastiar I. 2016. Pengembangan Media
pertimbangan dalam memilih media Video Animasi Pembelajaran Berbasis
pembelajaran yang tepat adalah (1) media yang Powtoon pada Kelas 2 Mata Pelajaran
digunakan mudah dipakai, (2) jumlah biaya Ilmu Pengetahuan Alam Disd Labschool
yang dibutuhkan, (3) teknologi yang ada Unnes.Skripsi.Fakultas Ilmu Pendidikan
mudah digunakan, (4) terdapat interaksi media Universitas Negeri Semarang.
dengan pengguna, (5) tersedianya fasilitas, (6) Arikunto,S. 2009.
media yang dipilih merupakan media yang up ProsedurPenelitianSuatuPendekatanPrakt
to date. ik. Jakarta: RinekaCipta.
Penilaian kriteria ketiga pada aspek Arsyad, A. 2014. Media Pembelajaran.
penggunaan yaitu media awetan basah aman Jakarta: Grafindo Persada.
dan mudah dipindah-pindah memperoleh nilai Badiana, K. 2007. Pengembangan Realia
CVR0,99 dan tergolong valid dengan skor AwetanBasahAvertebrataBerbasisPotensi
yang diperoleh adalah 4 dari tiga validator dan Lokalsebagai Media
skor 3 dari dua validator.Hal ini sejalan dengan PembelajaranBiologiuntukSiswa
pernyataan Ibrahim (dalam Sobirin, dkk, 2013) SMA/MA Kelas X. Skripsi.FakultasSains
bahwa, media pembelajaran harus memiliki dan Teknologi Universitas Islam
kriteria, yaitu mudah dibawa; mudah NegeriSunanKalijagaYogyakarta.
dipindahkan dan tidak berbahaya bagi siswa. Budiwati. 2015. Spesimendalam Blok Resin
Berdasarkan hasil pengujian validasi untuk Media
media awetan basah didapatkan nilai rata-rata PembelajaranBiologi.Majalah WUNY. 15
total validasi adalah 0,99. Hal ini menunjukkan (1): 1-6.
bahwa media tersebut valid untuk digunakan Djamarah, S. B. dan A. Zain. 2010. Strategi
sebagai media pembelajaran. Hal ini sejalan Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
dengan hasil penelitian Novitasari dan Susilo Hariati. 2017. Perbandingan Hasil Belajar
(dalam Hariati, 2017) bahwa, media awetan Menggunakan Media Herbarium dengan
memiliki kualitas yang baik dan berpredikat Media Gambar pada Materi Fungi Siswa
layak digunakan untuk menunjang Kelas X SMA Negeri 1 Polongbangkeng
pembelajaran, serta meningkatkan aktivitas Selatan Kab.Takalar. Skripsi. Fakultas
siswa selama kegiatan dapat dikategorikan Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin
baik sekali. Makassar.
Istiqomah, U., N. Kartika& R.Ambarwati.
2014. Pengembangan Media
AwetanBasahCacingEndoparasitdan LKS
8

11

untukPembelajaranBiologiKelas X. Stray pada Materi Arthropoda. Journal of


Journal of Biology Education. 3 (3): 542- Biology Education. 1 (3) :295-302.
549. Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran.
Lawshe, C. H. (1975). A Quantitative Depok: Raja GrafindoPersada.
Approach to Content Validity. Personnel Sobirin, M., Isnawati & R.Ambarwati. 2013.
Psychology journal. 28: 563-575: Purdue Pengembangan Media Awetan Porifera
University. untuk Pembelajaran Biologi Kelas X.
Maknun, D., R.R. Hertien K Surtikanti., A. BioEdu. 2 (1): 19-22.
Munandar & T.S. Subahar. 2012. Sugiyono. 2015.MetodePenelitian Pendidikan
Keterampilan Esensial dan Kompetensi PendekatanKuantitatif, Kualitatifdan
Motoric Laboratorium Mahasiswa Calon R&D. Bandung.
Guru Biologi dalam Kegiatan Pratikum Susilana, R. dan C. Riana. 2009. Media
Ekologi. Jurnal Pendidikan IPA Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.
Indonesia. 1 (2): 141-148. Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran
Murni, P., Muswita., Harlis., U. Yelianti & W. Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana
Dwi Kartika. Lokakarya Pembuatan Pustaka.
Herbarium untuk Pengembangan Media Tjitrosoepomo, G. 2005. Taksonomi Umum.
Pembelajaran Biologi di MAN Cendikia Yogyakarta: Gadjah Mada University
Muaro Jambi. Jurnal Pengabdian pada Press.
Masyarakat. 30 (2): 1-6. Wardhana, A.H., S. Muharsini & Suhardono.
Nugroho, A. 2015. Pengaruh Penggunaan 2003. Metode Pengawetan Larva dan
Media Pembelajaran Berbasis Power Lalat Dewasa Chrysomya bezziana
Point dengan Video dan Animasi (Diptera: Calliphoridae) untuk Analisis
Terhadap Motivasi Belajar pada Materi DNA Mitokondria. JITV. 8 (4): 264-275.
Perawatan Unit Kopling Siswa Kelas 2 Yelianti, U., A. Hamidah., Muswita & T.
Jurusan Teknik Kendaraan Ringan SMK Sukmono. 2016.
Piri 1 Yogyakarta. Skripsi. Fakultas PembuatanSpesimenHewandanTumbuhan
Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. sebagai Media Pembelajaran di SMP
Retnaningsih,Lia., B.Priyono & M. Sekota Jambi. JurnalPengabdianpada
Rahayuningsih. 2012. Keefektifan Media Masyarakat. 31 (4):36-43.
Spesimen dengan Metode Two Stay-Two

Anda mungkin juga menyukai