PERCOBAAN 3
DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH :
SANTIKA ( 20012029 )
PENDAHULUAN
Obat anti radang bukan steroid atau yang lazim dinamakan non streroidal anti
inflammatory drugs (NSAIDs) atau anti inflamasi non steroid (OAINS) adalah
golongan obat yang bekerja terutama di perifer yang berfungsi sebagai analgesik
(pereda nyeri), antipirektik (penurun panas) dan antiinflamasi (anti radang). Obat
asam asetil salisilat (aspirin) ini mulai digunakan pertama kalinya untuk pengobatan
simptomatis penyakit-penyakit rematik pada tahun 1899 sebagai obat anti radang
bukan steroid sintetik dengan kerja antiradang yang kuat.
DASAR TEORI
Pada tahun 1838, Raffaele Piria, yang bekerja di Sorbonne Paris, rnemisahkan
salicin menjadi glukosa dan salisilaldehid melalui proses oksidasi dan hidrolisis.
Kemudian beliau mengubah salisilaldehid, secara oksidasi, menjadi suatu asam
berwujud kristal jarum tak berwarna, yang dinamakannya asam salisilat. Asam
salisilat memiliki sifat antipiretik dan analgesik; sayangnya, senyawa ini terlalu keras
terhadap bibir, kerongkongan dan perut. Pada tanggal 10 Agustus 1897, Felix
Hoffmann, seorang kimiawan dari pabrik kimia Bayer, membuat sampel asam
asetilsalisilat murni untuk pertama kalinya, yang oleh Bayer diberi nama dagang
aspirin. Senyawa ini pun memiliki sifat-sifat analgesik dan antipiretik. Walaupun
aspirin lebih ringan terhadap perut daripada asam salisilat, namun dapat
menyebabkan perih Iambung dan mual. Semenjak itu, aspirin telah digunakan untuk
membantu pencegahan penyakit stroke dan kelainan jantung. Hal ini karena aspirin
menghambat produksi prostaglandin, yang terlibat dalam pembentukan zat beku
darah clan penimbul rasa sakit. Dalam percobaan ini Anda akan mencoba melakukan
sintesis aspirin dari asam salisilat dan kemudian menentukan rendemennya.
Asam asetil salisilat mempunyai nama sinonim asetosal, asam salisil atasetat
dan yang paling terkenal adalah aspirin (brandname produk dari Bayer). Serbuk atau
kristal asam asetil salisilat dari tidak berwarna sampai berwarna putih. Asam
asetilsalisilat stabil dalam udara kering tapi terdegradasi perlahan jikaterkena uap air
menjadi asam asetat dan asam salisilat. Nilai titik lebur dari asam asetil salisilat
adalah 1350C. Aspirin atau asam asetil salisilat atau asetosal adalah sejenis obat
turunan dari salisilat yang sering digunakan sebagai senyawa analgesik (anti nyeri),
antipiretik (penurun panas), dan anti inflamasi (anti peradangan). Aspirin bersifat
antipiretik dan analgesik karena merupakan kelompok senyawa glikosida. Glikosida
adalah senyawa yang memiliki bagian gula yang terikat pada non-glikosida L.
Aglikon dalam salian adalah salial alkohol dan tereduksi sempurna menjadi asam
salisilat.
METODE KERJA
Asam Salisilat
Asam Asetat Anhidrat
H3PO4 85%
Aquadest
Etanol
Tablet Aspirin
Es Batu
FeCl3
Tabung Reaksi
Penangas Air
Penangas Es
Corong Buchner
Alat Gelas
A. Pembuatan Aspirin
1. Panaskan air dalam wadah penangas air
2. Timbang sekitar 1,4 g asam salisilat dalan labu Erlenmeyer 125 ml.
Tambahkan 4 ml anhidrida asam asetat dengan cara sedemikian rupa
sehingga dapat membilas serbuk asam salisilat yang menempel di dinding
wadah.
3. Tambahkan dengan hati-hati (bekerjalah di ruang asam) 5 tetes larutan
85% H3PO4.
Aduk larutan dengan batang pengaduk kaca.
4. Panaskan labu Erlenmeyer berisi campuran reaksi tersebut dalam
penangas air yang airnya telah dipanaskan selama 5 menit. Sebaiknya labu
Erlenmeyer dipegang dengan klem.
5. Setelah 5 menit, angkat labu Erlenmeyer dari penangas air dan segera
tambahkan 2 ml aquadest.
6. Setelah 2 atau 3 menit, tambahkan lagi 20 ml aquadest dan biarkan labu
berisi campuran reaksi mencapai suhu kamar dan mulai mengalami
kristalisasi. Pastikan bahwa Kristal telah membentuk sebelum melanjutkan
ke tahap berikutnya. Anda dapat menggores dinding bagian dalam lagi
dengan batang pengaduk kaca untuk mempercepat pembentukan Kristal,
jika Kristal tak juga muncul.
7. Tambahkan 50 ml aquadest dingin dan dinginkan labu beserta isinya
dalam wadah penangas berisi es sehingga proses pembentukan Kristal
sempurna.
8. Kumpulka Kristal yang diperoleh menggunakan corong Buchner yang
telah dilapisi kertas saring. Cuci Kristal dengan sedikit air dingin.
9. Lakukan rekristalisasi untuk mendapatkan Kristal yang lebih murni,
dengan cara melarutkan Kristal yang sudah terbentuk dalam 5 ml etanol.
Kemudian tambahkan 20 ml air hangat. Panaskan larutan sampai semua
Kristal tepat larut, dan kemudian biarkan larutan dingin sampai kembali
terbentuk Kristal. Saring kembali Kristal dengan corong Buchner.
10. Timbang Kristal yang terbentuk sesudah dikeringkan di udara. Kemudian
hitung rendemen hasil Kristal asam asetilsalisilat (aspirin) yang diperoleh,
dengan membandingkan berat hasil percobaan dengan berat hasil teoritis.
Persamaan reaksi
BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Perhitungan
gram gram
=
BM BM
1,4 X
=
138,12 180,16
1,28 gram
x= 0.01 mol Aspirin
180,16
X
x =0,0071 mol 0,01 = x = 180 x 0,01 = 1,8 gram
180
0,44 gram
% Rendemen = x 100 % = 24 %
1,8 gram
4.1.2 Uji terhadap Aspirin = uji reaksi pengkompleksan dengan Besi (III)
Klorida (FeCl3)
4.2 Pembahasan
Aspirin adalah senyawa turunan asam salisilat yang dapat disintesis melalui
reaksi esterifikasi. Asm salisilat dilarutkan pada anhidraasam asetat sehingga terjadi
subtitusi gugus hidroksi(-OH) pada asam salisilat dengan gugus asetil(OCOCH 3)
pada anhidra asetat. Sebagai katalis, digunakan asam sulfat. Reaksi ini akan
menghasilkan aspirin sebagai produk utama dan asam asetat sebagai produk
sampingan.
Pada percobaan yang dilakukan, digunakan 1,4 gram asam salisilat dan 4 ml
asam asetat anhidrida sebagai pereaksi. Sesuai dengan reaksi dibawah, asam salisilat
akan menjadi pereaksi pembatas. Artinya secara teoritis, jumlah aspirin yang
dihasilkan adalah setara dengan jumlah asam salisilat yang direaksikan. Asam asetat
ditambahkan berlebih agar asam salisilat habis bereaksi. Selain iti, dengan
bergesernya kesetimbangan kearah produk, aspirin yang dihasilkan akan semakin
banyak. Untuk mempercepat reaksi dilakukan pemanasan. Tidak ada penambahan air
sebagai pelarut. Hal ini disebabkan karena asetat anhidrida akan berikatan dengan air
membentuk asam asetat. Selain itu, asam salisilat dan aspirin sedikit larut dalam air
dingin. Pada akhir reaksi, akan didapatkan aspirin, asam asetat, anhidra asetat, katalis
(asam sulfat), dan asam salisilat yang tidak bereaksi.
Aspirin ini dibuat dengan cara esterifikasi, dimana bahan aktif dari aspirin
yaitu asam salisitat direaksikan dengan asam asetat anhidrad atau dapat juga
direaksikan dengan asam asetat glasial. Asam asetat anhidrad ini dapat digantikan
dengan asam asetat glasial karena asam asetat glasial ini bersifat murni dan tidak
mengandung air selain itu asam asetat anhidrad juga terbuat dari dua asam
asetat glasial sehingga pada pereaksian volumenya semua digandakan. Pada
pembuatan aspirin juga ditambahkan air untuk melakukan rekristalisasi berlangsung
cepat dan akan terbentuk endapan. Endapan inilah yang
merupakan aspirin. pendinginan dimaksudkan untuk membentuk kristal, karena
ketika suhu dingin, molekul-molekul aspirin dalam larutan akan bergerak melambat
dan pada akhirnya terkumpul membentuk endapan melalui proses nukleasi (induced
nucleation) dan pertumbuhan partikel mekanismenya adalah sebagai berikut :
Anhidrida asetat menyerang H+ Anhidrida asam asetat mengalami resonansi anhidrida
asam asetat menyerang gugus fenol dari asam salisilat H+ terlepas dari –OH dan
berikatan dengan atom O pada anhidrida asam asetat anhidrida asam asetat terputus
menjadi asam asetat dan asam asetilsalisilat (aspirin) H+ akan lepas dari aspirin.
Digunakan anhidrat asetat karena untuk mencegah adanya air, sebab bila
terdapat air maka kristal aspirin akan terurai kembali menjadi asam salisilat. Adapun
fungsi dari penggunaan asam sulfat pekat yaitu sebagai katalisator yang mempercepat
terjadinya reaksi namun tidak ikut bereaksi.Dilakukan pemanasan untuk menaikkan
kelarutan asam salisilat yang terbentuk sehingga dapat berekasi sempurna.
Prinsip pembuatannya, yaitu Pembuatan aspirin berdasarkan reaksi asetilasi antara
asam salisilat dan anhidrat asetat dengan menambahkan asam sulfat pekat sebagai
katalisator yang dilanjutkan dengan proses pemanasan untuk mempercepat reaksi
serta diikuti dengan proses pendinginan untuk mempercepat terbentuknya kristal.
BAB V
KESIMPULAN