Anda di halaman 1dari 11

ARTIKEL

Karakteristik Pati Sagu yang Dimodifikasi dengan Perlakuan


Gelatinisasi dan Retrogradasi Berulang

Characteristics of Modified Sago (Metroxylon sagu) Starch by


Gelatinization and Retrogradation Cycling
I Gusti Putu Adi Palgunaa, Sugiyonob, Bambang Hariyantoc
a
Alumni Mayor Ilmu Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB
b
Fakultas Teknologi Pertanian, IPB
a,b
Jalan Darmaga Bogor 16680
c
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
Jl. MH Thamrin No. 8 Jakarta
Email: putuadipalguna@yahoo.com

Diterima : 13 Mei 2014 Revisi : 11 Juni 2014 Disetujui : 30 Juni 2014

ABSTRAK
Modifikasi pati adalah perlakuan yang diberikan pada pati agar diperoleh sifat yang lebih baik atau
mengubah beberapa sifat tertentu. Kajian mengenai karakteristik pati sagu termodifikasi perlu dilakukan agar
pati sagu termodifikasi tepat pemanfaatannya sesuai dengan karakteristik produk pangan yang diinginkan.
Tujuan penelitian ini adalah mempelajari perubahan karakteristik pati sagu akibat modifikasi dengan
perlakuan gelatinisasi dan retrogradasi berulang. Karakteristik yang diamati adalah sifat birefringence,
bentuk granula pati, kadar pati resisten, daya cerna pati, nilai sineresis, kekuatan gel, pelepasan amilosa,
dan parameter gelatinisasi pati. Proses 3 siklus gelatinisasi dan retrogradasi meningkatkan kadar pati
resisten menjadi 7,82 persen. Dengan demikian pati sagu termodifikasi dapat dikaji lebih lanjut potensinya
untuk pengembangan produk pangan fungsional berbasis bahan pangan lokal.
kata kunci : gelatinisasi, retrogradasi, pati resisten, pati sagu

ABSTRACT
Starch modification is a treatment given to the starch in order to obtain better properties or change
several specific properties. The study of the characteristics of modified sago starch needs to be conducted
so that modified sago can be properly utilized in accordance with the desired characteristics of food
products. This research aims to study the changes in characteristics due to modification of sago starch by
gelatinization and retrogradation cycling. The evaluated characteristics of gelatinized and retrogradated
starch were birefringence properties, shape and size, resistant starch, starch digestibility, syneresis, gel
strength, amylose leaching, and starch gelatinization profiles. A three-cycle gelatinization-retrogradation
process produces the highest resistant starch content (7.82 percent). Therefore, the potential of modified
sago starch can be studied further for the development of functional food products based on local food.
keyword : gelatinization, retro gradation, resistant starch, sago starch

I. PENDAHULUAN pemanasan (Herawati, 2009). Komponen zat

P
gizi pati sagu seperti lemak dan protein juga
ati native tidak banyak digunakan untuk
tergolong rendah. Pati sagu dilaporkan memiliki
industri pangan disebabkan kelemahan
kadar lemak dan protein secara berturut-turut
pada sifat fungsionalnya seperti tidak tahan
0,06 sampai 0,12 persen dan 0,25 sampai 0,48
panas, tidak tahan pengadukan, tidak tahan
persen (Purwani, dkk., 2006), 0,26 sampai
asam, serta cenderung mengalami retrogradasi
0,96 persen, dan 1,82 sampai 2,61 persen
(Jayakody dan Hoover, 2008). Pati sagu juga
(Yuliasih, 2008). Kecilnya kandungan lemak
memiliki kelemahan saat proses pengolahan
dan protein menyebabkan pati sagu hanya
yaitu kental namun cepat encer selama

Karakteristik Pati Sagu yang Dimodifikasi dengan Perlakuan Gelatinisasi dan Retrogradasi Berulang
I Gusti Putu Adi Palguna, Sugiyono, Bambang Hariyanto
146
dapat menjadi sumber karbohidrat. Pati resisten dan retrogradasi adalah hotplate dan drum dryer
merupakan komponen non gizi tetapi memberi dan untuk analisis adalah mikroskop polarisasi,
efek fisiologis bagi kesehatan juga dilaporkan scanning electron microscope EVO 50 ZEISS,
rendah yaitu 1,77 persen pada pati sagu asal texture analyzer TA-XT2i, dan rapid visco
Bogor (Palguna, dkk., 2013), 1,52 persen pada analyzer TECMASTER 2061904 TMA.
pati sagu asal Sukabumi dan 2,58 persen pada
Proses 1 sampai 3 siklus gelatinisasi dan
pati sagu asal Papua (Satriawan, 2010).
retrogradasi (Gambar 1) dengan merujuk
Salah satu cara untuk meningkatkan nilai pada Sugiyono, dkk., (2009) yang dimodifikasi
tambah pati adalah melakukan modifikasi dalam hal : jumlah air, suhu gelatinisasi, jumlah
pati sehingga diperoleh sifat-sifat yang cocok siklus, dan kehalusan pati. Pati sagu dan air
untuk aplikasi tertentu (Saguilan, dkk., 2005 dicampur pada perbandingan pati terhadap
di dalam Sugiyono, dkk., 2009). Kaur, dkk., air yaitu 1 : 2,23 b/b (200 gr pati dalam 446 gr
(2012) mengklasifikan teknik modifikasi pati pati). Suspensi kemudian dipanaskan hingga
menjadi 4 kelompok yaitu modifikasi: (i) kimia; mencapai suhu 77oC menggunakan hot plate.
(ii) fisik; (iii) enzimatik; dan (iv) bioteknologi. Pasta pati selanjutnya didinginkan selama 1 jam
Proses gelatinisasi dan retrogradasi dapat pada suhu ruang. Pati tergelatinisasi selanjutnya
dikelompokkan ke dalam teknik modifikasi disimpan pada suhu 4oC selama 24 jam agar
secara fisik. Copeland, dkk., (2009) menyatakan terjadi retrogradasi. Proses gelatinisasi dan
gelatinisasi merupakan suatu proses retrogradasi dua siklus dilakukan dengan cara gel
pemanasan pati pada kandungan air yang pati siklus pertama dipanaskan kembali hingga
mencukupi. Fredrikson, dkk., (1997) menyatakan mencapai suhu 77oC kemudian didinginkan pada
retrogradasi adalah perubahan-perubahan suhu 4oC selama 24 jam. Proses tiga kali siklus
yang terjadi selama proses pendinginan dan gelatinisasi dan retrogradasi dilakukan dengan
penyimpanan pati tergelatinisasi. Modifikasi pati cara gel pati yang telah diberi perlakuan dua kali
dengan perlakuan gelatinisasi dan retrogradasi siklus gelatinisasi dan retrogradasi dipanaskan
dilaporkan berpengaruh signifikan terhadap kembali hingga mencapai suhu 77oC kemudian
peningkatan serat pangan total (Sugiyono, disimpan pada suhu 4oC selama 24 jam. Pati
dkk., 2009) dan peningkatan kadar pati resisten teretrogradasi kemudian dikeringkan pada suhu
(Sugiyono, dkk., 2009; Yadav, dkk., 2009; Zhao 1305oC menggunakan drum drier dengan
dan Lin, 2009). kecepatan 3 rpm. Pati teretrogradasi yang telah
dikeringkan selanjutnya digiling menggunakan
Tujuan penelitian ini adalah mempelajari
disc mill dan diayak menggunakan pengayak
perubahan karakteristik pati sagu akibat
dengan ukuran 100 mesh.
modifikasi dengan perlakuan gelatinisasi dan
retrogradasi berulang. Analisis yang dilakukan adalah kadar
pati resisten (Prangdimurti, dkk., 2011), daya
II. METODOLOGI
cerna pati (Muchtadi, dkk., 1992), sineresis
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium (modifikasi Wattanachant, dkk., 2003), kekuatan
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut gel (modifikasi Gunaratne dan Corke, 2007),
Pertanian Bogor, pada bulan Agustus 2012 pelepasan amilosa (Lestari, 2009), profil
sampai April 2013. Bahan utama yang digunakan gelatinisasi pati menggunakan Rapid Visco
adalah pati sagu hasil ekstraksi batang tanaman Analyzer, sifat birefringence menggunakan
sagu (Metroxylon sagu) yang diperoleh dari mikroskop polarisasi pembesaran 400x.
petani sagu di daerah Ciluwer, Bogor. Bahan Analisis sifat birefringence hanya dilakukan
yang digunakan untuk analisis adalah enzim pada proses siklus gelatinisasi dan retrogradasi
amiloglukosidase A-9913 (Sigma-Aldrich Pte yang menghasilkan kadar pati resisten tertinggi.
Ltd), enzim -amilase tahan panas dari Bacillus Bentuk dan ukuran granula pati menggunakan
licheniformis (Termamil 120L), enzim protease scanning electron microscope dengan Electron
dari Aspergillus niger aktivitas 89 U/mL, enzim High Tension (EHT) sebesar 15,00 kV untuk
-amilase (E Merck), pati murni (E Merck), buffer pati sagu native dan 1,00 kV untuk pati sagu
fosfat pH 7, asam dimetilsalisilat (DNS). Alat termodifikasi. Data dari berbagai parameter
utama yang digunakan pada proses gelatinisasi analisis, selanjutnya dianalisa menggunakan

147 PANGAN, Vol. 23 No. 2 Juni 2014 : 146-157


Pati dan Air 1:2,23 b/b
(200 gr pati dalam 446 gr air)

Pemanasan hingga mencapai suhu 77oC

Pendinginan pada suhu ruang selama 1 jam 2 - 3 siklus

Penyimpanan pada suhu 4oC selama 24 jam

Pengeringan menggunakan drum dryer


suhu 1305oC, kecepatan putaran drum 3 rpm

Penggilingan menggunakan disc mill

Pengayakan 100 mesh

Pati modifikasi 1, 2, 3 siklus

Gambar 1. Proses Modifikasi Pati Sagu Dengan Perlakuan Gelatinisasi dan Retrogradasi Berulang

Analysis of Variance (ANOVA) pada taraf = 5 hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan
persen. Jika terdapat perbedaan nyata, maka bahwa granula pati sagu asal Jawa Barat
dilanjutkan dengan uji perbandingan berganda (Yuliasih, 2008), dan granula pati sagu yepha
Duncan (Susilo, dkk., 2013). hongleu asal Irian Jaya (Herawati, 2009) yang
belum mengalami gelatinisasi sama-sama
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
masih memperlihatkan sifat birefringence. Liu
3.1. Birefringence (2005) menyatakan adanya sifat birefringence
Pengamatan menggunakan mikroskop mengindikasikan bahwa kristalin granula pati
polarisasi pembesaran 400x memperlihatkan memiliki orientasi radial atau memperlihatkan
sifat birefringence (maltese cross) pati sagu struktur molekuler tersusun teratur di dalam
native masih terlihat dengan jelas (Gambar 2a). granula pati.
Hasil penelitian ini sejalan dengan beberapa Modifikasi pati sagu dengan perlakuan 3

Gambar 2. Sifat birefringence (a) pati sagu native dan (b) pati sagu modifikasi 3 siklus gelatinisasi dan
retrogradasi diamati menggunakan mikroskop polarisasi pembesaran 400x.

Karakteristik Pati Sagu yang Dimodifikasi dengan Perlakuan Gelatinisasi dan Retrogradasi Berulang
I Gusti Putu Adi Palguna, Sugiyono, Bambang Hariyanto
148
siklus gelatinisasi-retrogradasi mengakibatkan awal gelatinisasi pati sagu dan pada keadaan air
hilangnya sifat birefringence pati sagu, seperti berlebih (200 gr pati dalam 446 gr air). Bilbao-
ditunjukkan pada Gambar 2b. Hilangnya Sainz, dkk., (2007) menyatakan pemanasan pati
sifat birefringence pati sagu termodifikasi dalam keadaan jumlah air berlebih menyebabkan
mengindikasikan pemanasan suspensi pati terjadinya pengembangan granula, polimer
hingga mencapai suhu 77oC dengan rasio pati keluar dari granula, dan pada akhirnya
pati terhadap air pada imbangan yaitu 1:2,23 granula pati pecah. Selanjutnya, Kusnandar
menyebabkan pati sagu mengalami gelatinisasi. (2010) menyatakan dengan meningkatnya suhu
Beberapa hasil penelitian sebelumnya juga pemanasan di atas suhu gelatinisasi, granula
menunjukkan bahwa penggunaan air berlebih pati akan mengembang dan tidak mampu lagi
saat proses gelatinisasi mengakibatkan sifat menampung air. Sebagai akibatnya, granula
birefringence pada pati kentang (Liu, dkk., 2002) pati akan pecah dan molekul amilosa dan
dan pati gandum (Palav dan Seetharaman, amilopektin akan menyatu dengan fasa air.
2006) menjadi tidak terlihat.
Beberapa hasil penelitian juga menunjukkan
3.2 Bentuk dan Ukuran Granula proses gelatinisasi mengakibatkan granula pati
menjadi pecah. Ratnayake dan Jackson (2008)
Hasil scanning electron memperlihatkan
melaporkan proses gelatinisasi beberapa pati
granula pati sagu native berbentuk bulat elips
dalam air berlebih (6 gr pati dalam 100 ml air)
dan bagian ujungnya tampak terpotong (Gambar
menyebabkan beberapa granula pati pecah.
3). Kisaran panjang pati sagu asal Bogor
Granula pati jagung dan pati ubi kayu dilaporkan
adalah 19,84 sampai 51,70 m, sedangkan
pecah pada suhu gelatinisasi 70oC, pati jagung
kisaran lebarnya adalah 17,05 sampai 38,57
tinggi amilosa masih memperlihatkan bentuk
m. Sebagai perbandingan, hasil penelitian
granula pada pemanasan hingga mencapai suhu
Herawati (2009) menunjukkan granula pati sagu
85oC, granula pati jagung tinggi amilopektin,
yepha hongleu asal Irian Jaya memiliki kisaran
pati gandum, dan pati kentang pecah pada
panjang 45,1 sampai 91,6 m, sedangkan
suhu 65oC, sedangkan granula pati beras pecah
kisaran lebar 29,8 sampai 74,8 m. Selanjutnya
pada suhu 60oC. Selanjutnya hasil penelitian
Teng, dkk., (2013) mengamati ukuran granula
Wu, dkk., (2012) menunjukkan pati beras yang
pati sagu asal Malaysia adalah 5 sampai 20
dikukus selama 20 menit pada suhu 100oC,
m untuk granula kecil, sedangkan granula pati
kemudian disimpan pada suhu 4oC selama 1,
sagu besar memiliki ukuran 20 sampai 40 m.
5, 10 dan 15 hari mengakibatkan granula pati
Gambar 4a-c menunjukkan akibat beras pecah pada semua waktu penyimpanan.
perlakuan 1 sampai 3 siklus gelatinisasi dan
3.3 Pati Resisten
retrogradasi granula pati sagu menjadi pecah
atau rusak. Tingkat kerusakan granula pati sagu Modifikasi pati sagu dengan perlakuan 1
termodifikasi terlihat sama untuk semua proses sampai 3 siklus gelatinisasi dan retrogradasi
siklus gelatinisasi dan retrogradasi. Pecahnya signifikan mengakibatkan peningkatan kadar
granula pati sagu termodifikasi disebabkan pati resisten (Gambar 5). Kadar pati resisten pati
karena pemanasan suspensi a pati di atas suhu sagu native yaitu 1,77 persen. Akibat perlakuan
1 sampai 3 siklus gelatinisasi dan retrogradasi
kadar pati resisten meningkat menjadi 4,00
sampai 7,82 persen. Proses 3 siklus gelatinisasi
dan retrogradasi paling optimal meningkatkan
kadar pati resisten hampir 5 kali lipat. Goni, dkk.,
(1996) mengelompokkan bahan berdasarkan
kadar pati resisten yaitu dapat diabaikan (kurang
dari 1 persen), rendah (1 sampai 2,5 persen),
menengah (2,5 sampai 5,0 persen), tinggi (5,0
sampai 15 persen), sangat tinggi (lebih dari
15 persen). Dengan demikian pati sagu native
Gambar 3. Bentuk Granula Pati Sagu Native termasuk bahan dengan kadar pati resisten
Pembesaran 400x.

149 PANGAN, Vol. 23 No. 2 Juni 2014 : 146-157


a b c


Gambar 4. Bentuk Granula (a) Pati Sagu Termodifikasi 1 Siklus, (b) pati sagu termodifikasi 2 siklus dan (c)
pati sagu termodifikasi 3 siklus gelatinisasi-retrogradasi pembesaran 200x

Keterangan: Notasi yang berbeda menunjukkan beda nyata (p<0,05)


Gambar 5. Pengaruh Siklus Gelatinisasi dan Retrogradasi Pati Sagu Terhadap Kadar Pati Resisten.

rendah (1,77 persen), sedangkan pati sagu pati resisten pada gandum, barley, bengal gram,
termodifikasi termasuk bahan dengan kadar pati pea, lentil, dan kidney bean.
resisten menengah hingga tinggi (4,00 sampai
Peningkatan kadar pati resisten akibat
7,82 persen).
gelatinisasi dan retrogradasi berulang
Beberapa peneliti juga melaporkan siklus disebabkan karena kristalisasi ulang molekul
pemanasan dan pendinginan mengakibatkan amilosa saat proses retrogradasi. Yadav, dkk.,
peningkatan kadar pati resisten. Sugiyono, (2009) menyatakan pati resisten terbentuk
dkk., (2009) melaporkan proses pemanasan selama proses retrogradasi atau kristalisasi
suhu tinggi dan pendinginan berulang hingga ulang pati tergelatinisasi, khususnya amilosa.
5 siklus signifikan meningkatkan kadar pati Setiap pemanasan berulang dapat meningkatkan
resisten pati garut. Hasil penelitian Zhao dan Lin derajat gelatinisasi pati dan pendinginan
(2009) menunjukkan pemanasan suhu tinggi berulang memicu lebih terjadinya retrogradasi.
dan pendinginan berulang sebanyak 4 siklus Retrogradasi amilosa pati sagu pada penelitian
signifikan meningkatkan kadar pati resisten ini disebabkan karena penyimpanan pati sagu
pada pati jagung tinggi amilosa. Selanjutnya tergelatinisasi pada suhu 4oC selama 24 jam.
hasil penelitian Yadav, dkk., (2009) menunjukkan Cui dan Oates (1997) melaporkan pengamatan
siklus pemanasan suhu tinggi dan pendinginan menggunakan differential scanning calorimetry
hingga 3 siklus signifikan meningkatkan kadar terhadap penyimpanan pati sagu tergelatinisasi

Karakteristik Pati Sagu yang Dimodifikasi dengan Perlakuan Gelatinisasi dan Retrogradasi Berulang
I Gusti Putu Adi Palguna, Sugiyono, Bambang Hariyanto
150
pada suhu 5oC selama 1 jam memperlihatkan pemanasan dan pengadukan selama proses
transisi endotermik pada suhu 145,2oC yang pemasakan pati akan merusak struktur granula,
mengindikasikan terjadinya retrogradasi amilosa menyebabkan peningkatan hidrolisis enzim
pati sagu asal Malaysia. terhadap pemecahan pati tetapi pendinginan pati
tergelatinisasi memicu terjadinya retrogradasi
3.4. Daya Cerna Pati
amilosa yang mengakibatkan penurunan daya
Gambar 6 menunjukkan semakin banyak cerna pati. Cui dan Oates (1997) melaporkan
jumlah siklus gelatinisasi dan retrogradasi analisis menggunakan Differential Scanning
mengakibatkan daya cerna pati sagu menurun. Calorimetry (DSC) menunjukkan retrogradasi
Daya cerna pati sagu native yaitu 88,89 persen amilosa pati sagu asal Malaysia mulai terjadi
turun menjadi 69,09 sampai 51,12 persen akibat pada 1 jam penyimpanan pati tergelatinisasi
perlakuan 1 sampai 3 siklus gelatinisasi dan pada suhu 5oC. Selanjutnya analisis hidrolisis pati
retrogradasi. Dengan demikian proses 3 siklus menunjukkan terjadi penurunan derajat hidrolisis
gelatinisasi dan retrogradasi paling optimal pati tergelatinisasi yaitu 54,7 persen menjadi
menurunkan daya cerna pati sagu hampir 2 kali 28,2 persen setelah pati sagu tergelatinisasi
lipat. disimpan pada suhu 5oC selama 1 jam. Analisis
Penurunan daya cerna pati sagu akibat menggunakan DSC dan penurunan derajat
proses siklus gelatinisasi dan retrogradasi hidrolisis pati mengindikasikan retrogradasi
mengindikasikan bahwa semakin sedikit produk amilosa berpengaruh terhadap penurunan daya
hidrolisis pati yang dihasilkan oleh enzim cerna pati.
pemecah pati. Faridah (2011) menyatakan 3.5. Sineresis
pengukuran daya cerna pati in vitro dilakukan
Sineresis pada penelitian ini terukur sebagai
untuk melihat tingkat kemudahan suatu jenis pati
jumlah air keluar dari gel pati pada 1 kali siklus
dihidrolisis oleh enzim pemecah pati menjadi
pendinginan dan pencairan. Modifikasi pati sagu
unit-unit yang lebih kecil. Selain gelatinisasi
dengan perlakuan 1 sampai 3 siklus gelatinisasi
dan retrogradasi berulang beberapa perlakuan
seperti heat moisture treatment (Syamsirm, dan retrogradasi mengakibatkan jumlah air
2012), dan kombinasi hidrolisis asam dengan keluar dari gel pati selama pendinginan dan
pemasanan suhu tinggi dan pendinginan pencairan menjadi meningkat yang ditunjukkan
(Faridah, 2011) juga dilaporkan berpengaruh dengan peningkatan nilai sineresis (Gambar 7).
terhadap penurunan daya cerna pati. Nilai sineresis pati sagu native sebesar 23,44
persen meningkat menjadi 25,92 sampai 43,98
Eerlingen, dkk., (1994) menyatakan

Keterangan : Notasi yang berbeda menunjukkan beda nyata (p<0,05)


Gambar 6. Pengaruh Siklus Gelatinisasi dan Retrogradasi Pati Sagu Terhadap Daya Cerna Pati.

151 PANGAN, Vol. 23 No. 2 Juni 2014 : 146-157


persen akibat perlakuan 1 sampai 3 siklus terjadinya peningkatan ikatan hidrogen antar
gelatinisasi dan retrogradasi. dan inter molekuler akibat terjadinya agregasi
(retrogradasi) selama penyimpanan beku.
Peningkatan nilai sineresis juga dilaporkan
dipengaruhi beberapa faktor seperti peningkatan Pati sagu dengan perlakuan 3 siklus
jumlah siklus pendinginan dan pencairan gelatinisasi dan retrogradasi memiliki nilai
(Charoerein, dkk., 2008), lama penyimpanan sineresis paling tinggi (43,980,41 persen)
pati tergelatinisasi pada suhu 4oC (Yousif, dkk., yang mengindikasikan karakteristik freeze-thaw
2012), dan modifikasi heat-moisture treatment stability terendah dibandingkan dengan pati
(Syamsir, 2012). Terjadinya sineresis pada sagu native dan pati sagu dengan perlakuan 1
gel pati yang telah mengalami pembekuan sampai 2 siklus gelatinisasi dan retrogradasi.
dan pencairan disebabkan oleh peningkatan Freeze-thaw stability merupakan indikator
ikatan molekuler antara rantai pati, khususnya penting untuk mengevaluasi ketahanan
retrogradasi amilosa (Charoerein dkk., 2008). sifat fisik gel pati terhadap perubahan tidak
Selanjutnya Faridah (2011) menyatakan diinginkan selama pembekuan dan pencairan
jumlah air keluar merupakan akibat dari (Charoerein dkk., 2008). Selanjutnya Herawati

Keterangan: Notasi yang berbeda menunjukkan beda nyata (p<0,05)


Gambar 7. Pengaruh Siklus Gelatinisasi dan Retrogradasi Pati Sagu Terhadap Nilai Sineresis

Keterangan: Notasi yang berbeda menunjukkan beda nyata (p<0,05)


Gambar 8. Pengaruh Siklus Gelatinisasi dan Retrogradasi Pati Sagu Terhadap Kekuatan Gel.

Karakteristik Pati Sagu yang Dimodifikasi dengan Perlakuan Gelatinisasi dan Retrogradasi Berulang
I Gusti Putu Adi Palguna, Sugiyono, Bambang Hariyanto
152
(2009) menyatakan pengukuran sineresis proses pemanasan dilakukan pada suhu tinggi,
dapat mengetahui stabilitas gel pati selama maka granula pati akan pecah dan keadaan yang
proses pendinginan. Dengan demikian, pati seperti ini akan menyebabkan viskositas pati
sagu dengan perlakuan 3 siklus gelatinisasi menurun. Aini dan Hariyadi (2007) menyatakan
dan retrogradasi tidak sesuai digunakan untuk terbentuknya viskositas yang lebih rendah
produk pangan beku. menghasilkan kekuatan gel yang rendah.
3.6. Kekuatan Gel 3.7. Pelepasan Amilosa
Kekuatan gel didefinisikan sebagai gaya Pelepasan amilosa pati sagu akibat proses 1
maksimum yang diberikan selama kompresi sampai 3 kali siklus gelatinisasi dan retrogradasi
gel pati (Yuan, dkk., 2008). Data dari Gambar lebih rendah dibandingkan dengan pelepasan
8 memperlihatkan bahwa proses 1 sampai 3 amilosa pati sagu native, seperti ditunjukkan
siklus gelatinisasi dan retrogradasi signifikan pada Gambar 9. Pelepasan amilosa pati sagu
mengakibatkan penurunan kekuatan gel pati native yaitu 4,34 persen turun menjadi 3,32
sagu. Kekuatan gel pati sagu native yaitu 456,85 sampai 2,68 persen akibat perlakuan 1 sampai
gf menurun menjadi 247,2 sampai 164,18 gf 3 siklus gelatinisasi dan retrogradasi.
akibat perlakuan 1 sampai 3 siklus gelatinisasi
Selain siklus gelatinisasi dan retrogradasi,
dan retrogradasi. Penurunan kekuatan gel pati
proses Heat-Moisture Treatment (HMT)
sagu termodifikasi mengindikasikan semakin
juga dilaporkan mengakibatkan penurunan
rendahnya gaya maksimum yang diberikan
pelepasan amilosa tepung jagung (Lestari,
selama kompresi gel pati. Suriani (2008) juga
2009). Ikatan ulang antara amilosa-amilosa dan
melaporkan bahwa pati garut dengan modifikasi
amilosa-amilopektin yang semakin kuat akibat
1 sampai 5 siklus pemanasan dan pendinginan
proses retrogradasi diduga menjadi faktor yang
memiliki karakteristik kekuatan gel lebih rendah
menyebabkan pelepasan amilosa pati sagu
dibandingkan dengan pati garut native.
semakin menurun. Hal ini sejalan dengan
Penurunan kekuatan gel pati sagu terjadinya peningkatan nilai sineresis pati
termodifikasi diduga disebabkan karena sagu akibat siklus gelatinisasi dan retrogradasi
pecahnya granula pati sagu termodifikasi yang mengindikasikan terjadinya peningkatan
(Gambar 4a-c). Sunarti, dkk., (2007) di dalam interaksi amilosa-amilosa dan amilosa-
Suriani (2008) menyatakan rusaknya struktur amilopektin selama retrogradasi (Gambar 7).
granula pati menyebabkan amilosa keluar
Perera, dkk., (1997) menyatakan penurunan
sehingga dapat menurunkan viskositas atau
pelepasan amilosa disebabkan adanya
kekuatan gel. Pecahnya granula pati yang sudah
interaksi antara amilosa-amilosa, dan amilosa-
mengalami modifikasi dapat mempengaruhi
amilopektin. Interaksi tersebut menghambat
kemampuannya untuk membentuk gel. Bila
sejumlah gugus hidroksil yang berpotensi

Keterangan: Notasi yang berbeda menunjukkan beda nyata (p<0,05)


Gambar 9. Pengaruh Siklus Gelatinisasi dan Retrogradasi Pati Sagu Terhadap Pelepasan Amilosa.

153 PANGAN, Vol. 23 No. 2 Juni 2014 : 146-157


berikatan dengan molekul air. Tian, dkk., (2011) meningkat menjadi 74,83oC sampai 94,50oC.
melaporkan pati beras yang telah digelatinisasi Peningkatan suhu awal gelatinisasi juga terjadi
kemudian disimpan pada suhu 4oC pada variasi pada pati sagu yang diberi perlakuan heat
waktu penyimpanan memperlihatkan hasil moisture treatment (Herawati 2009; Wulansari
bahwa semakin lama waktu penyimpanan pada 2010). Herawati (2009) menyatakan adanya
suhu 4oC resistensi amilosa terhadap iod semakin peningkatan suhu awal gelatinisasi pati sagu
tinggi. Kristalisasi ulang amilosa akibat proses termodifikasi HMT mengindikasikan bahwa
retrogradasi merupakan faktor utama penyebab energi yang diperlukan untuk memutus ikatan
terjadinya resistensi amilosa terhadap iodin. hidrogen antar dan intermolekuler di dalam
Semakin tingginya resistensi amilosa terhadap granula pati sagu termodifikasi lebih besar
iod mengindikasikan kandungan amilosa pati dibandingkan dengan pati native. Hal ini dapat
semakin menurun akibat proses retrogradasi. terjadi apabila pengaturan kembali molekul
amilosa dan amilopektin pada granula selama
3.8. Profil Gelatinisasi Pati proses modifikasi mengarah pada peningkatan
Uji ragam menunjukkan proses 1 sampai stabilitas interaksi molekul di dalam granula pati.
3 siklus gelatinisasi dan retrogradasi tidak Syamsir (2012) menyatakan viskositas
memberikan pengaruh signifikan terhadap balik relatif merupakan persen rasio viskositas
beberapa parameter profil gelatinisasi pati balik dengan viskositas panas. Herawati
sagu seperti viskositas puncak, viskositas (2009) menyatakan pati termodifikasi
minimum, viskositas breakdown, viskositas dengan viskositas balik tinggi mempunyai
akhir, viskositas setback, dan viskositas kemampuan membentuk gel yang baik. Akan
breakdown relatif. Sebaliknya, memberikan tetapi, peningkatan viskositas balik relatif pati
pengaruh signifikan terhadap peningkatan suhu sagu tidak didukung oleh data kekuatan gel
awal gelatinisasi dan viskositas balik relatif pati pati sagu. Hasil pengukuran kekuatan gel
sagu yang diamati menggunakan rapid visco pati sagu asal Bogor menggunakan texture
analyzer (Tabel 1). Uji lanjut dengan metoda analyzer menunjukkan proses gelatinisasi
Duncan menunjukkan proses 2 sampai 3 dan retrogradasi mengakibatkan penurunan
siklus gelatinisasi dan retrogradasi pati sagu kekuatan gel pati sagu (Gambar 8).
berpengaruh signifikan (p<0,05) terhadap
IV. KESIMPULAN
peningkatan suhu awal gelatinisasi. Selain itu,
perlakuan 1 sampai 3 siklus gelatinisasi dan Modifikasi pati sagu dengan perlakuan
retrogradasi secara signifikan mengakibatkan 3 siklus gelatinisasi dan retrogradasi
peningkatan viskositas balik relatif pati sagu mengakibatkan sifat birefringence pati sagu
(p<0,05). menjadi tidak terlihat sedangkan granula pati
sagu menjadi pecah atau rusak akibat perlakuan
Suhu awal gelatinisasi pati sagu native adalah
1 sampai 3 siklus gelatinisasi dan retrogradasi.
77oC. Akibat proses 1 sampai 3 siklus gelatinisasi
Selain itu, perlakuan 1 sampai 3 siklus
dan retrogradasi suhu awal gelatinisasi pati sagu
gelatinisasi dan retrogradasi mengakibatkan
Tabel 1. Pengaruh Siklus Gelatinisasi dan Retrogradasi Terhadap Parameter Gelatinisasi Pati Sagu
Perlakuan
Parameter profil gelatinisasi
pati sagu native siklus 1 siklus 2 siklus 3
Viskositas puncaktn (cP) 597497 39211923 3908294 2875180
Viskositas minimumtn (cP) 206868 1042264 120832 1211209
Viskositas breakdowntn(cP) 390630 28791659 2701326 2065178
Viskositas akhirtn (cP) 305240 2316644 2763266 2585261
Viskositas baliktn(cP) 98428 1274380 1556234 137452
Suhu awal gelatinisasi (oC) 72,000a 74,834 a
94,500b 90.456b
Viskositas breakdown relatiftn 65,390 71,677 68,983 72.1411
Viskositas balik relatif 16,481a 34,227b 40,149b 47.945b
Keterangan: tn tidak nyata

Karakteristik Pati Sagu yang Dimodifikasi dengan Perlakuan Gelatinisasi dan Retrogradasi Berulang
I Gusti Putu Adi Palguna, Sugiyono, Bambang Hariyanto
154
peningkatan beberapa karakteristik seperti Goni, I., Garcia-Diz L., Manas E., Saura-Calixto F.
kadar pati resisten, nilai sineresis, suhu awal 1996. Analysis of Resistant Starch: A Method
gelatinisasi, dan viskositas balik relatif. Akan For Foods and Food Products. Food Chemistry
56(4):445-449.
tetapi, perlakuan 1 sampai 3 siklus gelatinisasi
dan retrogradasi mengakibatkan penurunan nilai Gunaratne, A and H. Corke. 2007. Effect of
daya cerna pati, kekuatan gel, dan pelepasan Hydroxypropylation and Alkaline Treatments
amilosa. Perlakuan 3 siklus gelatinisasi dan in Hydroxypropylation on Some Structural and
Physicochemical Properties of Heat-Moisture
retrogradasi paling optimal meningkatkan kadar
Treted Wheat, Potato and Waxy Maize Starch.
pati resisten pati sagu menjadi hampir 5 kali Carbohydrate Polymer 68 : 305313.
lipat. Dengan demikian, pati sagu termodifikasi
3 siklus gelatinisasi dan retrogradasi dapat Herawati, D. 2009. Modifikasi Pati Sagu Dengan
Teknik Heat Moisture Treatment (Hmt) dan
dikaji lebih lanjut potensinya sebagai pangan
Aplikasinya dalam Memperbaiki Kualitas Bihun.
fungsional berbasis bahan pangan lokal. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana, IPB, Bogor.
UCAPAN TERIMA KASIH Jayakody, L., Hoover R. 2008. Effect of Annealing on
Penulis mengucapkan terima kasih kepada the Molecular Structure and Physicochemical
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Properties of Starches from Different Botanical
Jakarta, yang telah memberikan bantuan berupa Origins A review. Carbohydrate Polymer
bahan baku dan dana penelitian. 74:691-703.

DAFTAR PUSTAKA Kaur, B., Ariffin F., Bhat R., Karim A.A. 2012. Progress
in Starch Modification in the Last Decade. Food
Aini, N. dan Hariyadi H. 2007. Pasta pati jagung putih Hydrocolloids 26:398-404.
waxy dan non-waxy yang dimodifikasi secara
oksidasi dan asetilasi-oksidas. Jurnal Ilmu Kusnandar, F. 2010. Kimia Pangan Komponen
Pertanian Indonesia 12(2):108-115. Makro. Jakarta. Dian Rakyat.

Bilbao-Sainz, C., Butler M., Weaver T., Bent J. Lestari, O.A. 2009. Karakterisasi Sifat Fisiko-Kimia
2007. Wheat Starch Gelatinization Under dan Evaluasi Nilai Gizi Biologis Mi Jagung Kering
Microwave Irradiation and Conduction Heating. yang Disubstitusi Tepung Jagung Termodifikasi.
Carbohydrate Polymer 69:224-232. Tesis. Institut Pertanian Bogor.

Charoerein, S., Tatirat O., Muadklay J. 2008. Use Liu, Q., Charlet G., Yelle S., Arul J. 2002. Phase
of centrifugation-filtration for determanation Transition in Potato StarchWater System I.
of syneresis in freeze-thaw starch gels. Starch Gelatinization at High Moisture Level.
Carbohydrate Polymer 73:143-147. Food Research International 35(4):397-407.

Copeland, L., Blazek J., Salman H., Tang M.C. Liu, Q., 2005. Understanding Starches and Their
2009. Form and functionality of starch. Food Role in Foods. Di Dalam: Food Carbohydrate
Hydrocolloids 23:1527-1534. Chemistry, Physical Properties, and Applications:
Cui SW (editor). USA:CRC Pr.
Cui, R. dan Oates, C.G. 1997. The effect of
retrogradation on enzyme susceptibility of sago Muchtadi, D., Palupi N.S., Astawan M. 1992. Petunjuk
starch. Carbohydrate Polymer 32:65-72. Laboratorium Metode Kimia Biokimia dan Biologi
dalam Evaluasi Nilai Gizi Pangan Olahan.
Eerlingan, R.C., Jacobs H., Delcour J.A. 1994. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Enzyme-resistant starch. V. effect of Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Pusat
retrogradation of waxy maize on susceptibility. Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor.
Cereal Chemistry 71(4):351-355.
Palav, T. dan Seetharaman K. 2006. Mechanism of
Faridah, D.N. 2011. Perubahan Karakteristik Kristalin Starch Gelatinization and Polymer Leaching
Pati Garut (Maranta arundinaceae L.) dalam During Microwave Heating. Carbohydrate
Pengembangan Pati Resisten Tipe III. Disertasi. Polymer 65:364-370.
Sekolah Pasca Sarjana, IPB, Bogor.
Palguna, I.G.P.A., Sugiyono, Haryanto B. 2013.
Fredriksson, H., Silverio J., Andersson R., Eliasson Optimasi Rasio Pati Terhadap Air dan Suhu
A.C., Aman P. 1997. The influence of amylose Gelatinisasi untuk Pembentukan Pati Resisten
and amylopectin characteristic on gelatinization Tipe III pada Pati Sagu (Metroxylon sagu).
and retrogradation properties of different Pangan 22(3):253-261.
starches. Carbohydrate Polymer 35:119-134.
Perera, C., Hoover R., Martin A.M. 1997. The Effect

155 PANGAN, Vol. 23 No. 2 Juni 2014 : 146-157


of Hydroxypropylation on The Structure and Dual-Modified Sago Starch Properties. Food
Physicochemical Properties of Native, Defatted Chemistry 80:463-471.
and Heat-Moisture Treated Potato Starches.
Wulansari, D. 2010. Karakteristik Fisik Pati Sagu
Food Research International 30(3):235-247.
(Metroxylon sp) Dimodifikasi Dengan Teknik
Prangdimurti, E., Koswara S., Hartoyo A. 2011. Heat Moisture Treatment (HMT). Tesis.. Sekolah
Penuntun Praktikum Evaluasi Nilai Biologis Pasca Sarjana. IPB, Bogor.
Komponen Pangan. Departemen Ilmu dan
Wu Y., Lin Q., Chen Z., Wu W., Xiao H. 2012. Fractal
Teknologi Pangan. IPB. Bogor.
Analysis of the Retrogradation of Rice Starch
Purwani, E.Y., Widaningrum, Thahir R, Muslich. by Digital Image Processing. Journal of Food
2006. Effect of Heat Moisture Treatment of Sago Engineering 109:182-187.
Starch on Its Noodle Quality. Indonesian Journal
Yadav, B.S., Sharma A., Yadav R.B. 2009. Studies
of Agricultural Science 7(1):8-14.
on Effect of Multiple Heating/Cooling Cycles
Ratnayake, W.S. dan Jackson D.S. 2008. Thermal on the Resistant Starch Formation in Cereals,
Behavior of Resistant Starches RS 2, RS 3, and Legumes and Tubers. International Journal of
RS 4. Journal of Food Science 73(5):356-366. Food Science Nutrition 60(4):258-272.
Satriawan, E. 2010. Pengaruh Metode Heat Moisture Yousif, E.I., Gadallah M.G.E., Sorour A.M. 2012.
Treatment (HMT) Terhadap Kandungan Pati Physico-chemical and Rheological Properties of
Resisten Tipe III dan Daya Cerna Pati Sagu. Modified Corn Starches and Its Effect on Noodle
Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Quality. Annals of Agricultural Science 57(1):19-
27.
Sugiyono, Pratiwi R., Faridah D.N. 2009. Modifikasi
Pati Garut (Marantha arundinacea) dengan Yuan, M.L., Lu Z.H, Cheng YQ, Li L.T. 2008. Effect
Perlakuan Siklus Pemanasan Suhu Tinggi of Spontaneous Fermentation on The Physical
Pendinginan (AutoclavingCooling Cycling) Properties of Corn Starch And Rheological
untuk Menghasilkan Pati Resisten Tipe III. Jurnal Characteristics of Corn Starch Noodle. Journal
Teknologi dan Industri Pangan XX(1):17-24. of Food Engineering 85:12-17.
Suriani, A.I. 2008. Mempelajari Pengaruh Pemanasan Yuliasih, I. 2008. Fraksinasi dan Asetilasi Pati
dan Pendinginan Berulang Terhadap Sagu (Metroxylon sagu Rottb) Serta Aplikasi
Karakteristik Sifat Fisik dan Fungsional Pati Produknya Sebagai Bahan Campuran Plastik
Garut (Marantha arundinacea). Skripsi. Institut Sintetis. Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana, IPB,
Pertanian Bogor. Bogor.
Susilo, N., Hasbullah R., Sugiyono. 2013. Proses Zhao, X.H. dan Lin Y. 2009. Resistant Starch
Pengolahan Beras Pratanak Memperbaiki Prepared from HighAmylose Maize Starch
Kualitas dan Menurunkan Indeks Glikemik with CitricAcid Hydrolisis and Its Simulated
Gabah Varietas Ciherang. Pangan 22(3):209- Fermentation in Vitro. European Food Research
219. and Technology 228:1015-1021.
Syamsir, E. 2012. Mempelajari Fenomena Perubahan
BIODATA PENULIS :
Karakteristik Fisikokimia Tapioka Karena Heat-
Moisture Treatment dan Model Kinetikanya. I Gusti Putu Adi Palguna, dilahirkan di Gianyar,
Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana, IPB, Bogor. 24 Pebruari 1986. Pendidikan S1 Jurusan Tehnik
Tian, Y., Bai Y., Li Y., Xu X., Xie Z., Jin Z. 2011. Use Kimia diselesaikan pada tahun 2009 di Universitas
of The Resistance Effect Between Retrograded Pembangunan Nasional Veteran, Yogyakarta
Starch and Iodine for Evaluating Retrogradation dan S2 di bidang Ilmu Pangan di Institut Pertanian
Properties of Rice Starch. Food Chemistry Bogor.
125:1291-1293. Sugiyono, dilahirkan di Sidoarjo, 29 Juli 1965.
Teng, L.Y., Chin N.L., Yusof Y.A. 2013. Rheological Pendidikan S1 ditempuhnya di Institut Pertanian
and Textural Studies of Fresh and Freeze- Bogor dengan bidang Studi Teknologi Pangan
Thawed Native Sago Starch-Sugar Gels. II. pada tahun 1989, kemudian melanjutkan S2 dan
Comparisons with Other Starch Sources and S3 di University of New South Wales, Australia
Reheating Effects. Food Hydrocolloids 31:156-
Bambang Haryanto, dilahirkan di Kendal, 17
165.
Maret 1954. Pendidikan S1, S2 dan S3 bidang
Wattanachant, S., Muhammad K., Hasyim D.M., Tehnik Pertanian dan Pangan di tempuhnya di
Rahman R.A. 2003. Effect of Crosslinking Institut Pertanian Bogor.
Reagent and Hydroxypropylation Levels on

Karakteristik Pati Sagu yang Dimodifikasi dengan Perlakuan Gelatinisasi dan Retrogradasi Berulang
I Gusti Putu Adi Palguna, Sugiyono, Bambang Hariyanto
156

Anda mungkin juga menyukai