ABSTRACT
157
peningkatan kestabilan pada pengaplikasiannya HCl sampai pH 4,5 untuk menghentikan
dibandingkan dengan pati alami. Pada reaksi. Proses selanjutnya adalah pengendapan
penelitian ini dikaji mengenai karakteristik dan pencucian dengan 150 ml aquades tiga
fisikokimia pati aren asetat yang sesuai kali dan 96% etanol satu kali, kemudian
dalam aplikasi pangan. pengeringan dengan oven pada suhu 50oC
selama 12 jam. Bagan alir sintesis pati aren
METODE PENELITIAN asetat dapat dilihat pada Gambar 1.
Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan Analisis Kadar Air. Pengujian kadar air
di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian pada bahan ini mengacu pada AOAC
(THP) Fakultas Pertanian, Universitas Official Methods (2000) 925.10.
Tadulako, Palu, Sulawesi Tengah. Prinsipnya adalah kehilangan berat yang
terjadi pada pemanasan dalam oven dengan
Bahan dan Alat . Bahan utama untuk suhu 130ºC selam 1 jam. Mula-mula cawan
penelitian ini adalah pati aren yang dipanaskan dalam oven pada suhu 130±3°C
diperoleh dari Desa Bulili Kecamatan selama 1 jam, kemudian didinginkan dalam
Palolo Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah. desikator selama 30 menit dan ditimbang
Pada sintesis pati aren asetat bahan kimia (W1). Sampel ditimbang sebanyak 2 g
yang digunakan antara lain asetat anhidrida kemudian dimasukkan ke dalam cawan
kemurnian 98%, laruatan 3% NaOH, alumunium (W).
larutan 0,5 M HCl, aquades dan larutan
96% etanol. Bahan-bahan yang digunakan
dalam proses analisis yaitu pati aren alami, + 225 mL Pati aren (100 g)
aquades
pati aren asetat, aquades dan tween 80.
Alat yang digunakan pada sintesis Pengadukan dengan magnetic stirrer
pati aren asetat diantaranya pH meter selama 1 jam, suhu ruang
Lamotte pH Plus Direct 2, timbangan
analitik Version 3.40, glass ukur, pipet tetes, + 5 mL asetat
Suspensi (pH 8-8,5) + 3% NaOH
anhidrida
oven Heraeus D-6450 Hanau dan magnetic
stirrer. Alat-alat yang digunakan dalam
Perlakuan lama waktu reaksi 15, 30, 45, 60 dan 75 menit
proses analisis yaitu viskometer MYR
KLEB VK 2000, oven Heraeus D-6450
Hanau, timbangan analitik Version 3.40, + 0,5 M HCl Penghentian reaksi pH Slurry 4,5
vortex mixer vm-300P, cawan, gelas ukur
1000 ml, tabung reaksi, hot plate 240V, Pencucian endapan dengan 150 ml aquades
batang pengaduk dan alat ukur (mistar). sebanyak 3 kali dan 96%etanol sebanyak 1 kali
7,90ab
8.00 6,69a perubahan molekul produk modifikasi.
6.00 Semakin tinggi nilai derajat substitusi
4.00 semakin besar molekul produk asetilasi,
2.00 sehingga hambatan alir molekul tersebut
0.00 lebih tinggi. Molekul besar memiliki
Pati 15 30 45 60 75 substitusi polimerisasi yang lebih rendah
Alami
dibandingkan dengan molekul berbobot
Lama reaksi (menit) kecil. Oleh karena itu, derajat polimerisasi
Gambar 2. Pengaruh lama reaksi terhadap produk asetilasi menurun dengan
kadar air pati aren asetat meningkatnya derajat substitusi.
159
2000 1787 Pada penelitan Aini dan Hariyadi
Viskositas (Cp) 1800
1600 (2007) menyatakan pembentukan ikatan
1400
1200
hidrogen lebih mudah terjadi pada molekul
1000
676
amilosa daripada amilopektin. Semakin
800
600 676
646
410 tinggi kandungan amilosa pada pati maka
400
200 376 daerah kristal yang terbentuk akan semakin
0
luas sehingga menghasilkan kekuatan gel
Pati 15 30 45 60 75
alami
yang lebih tinggi pula. Protein dan pati
Lama reaksi (menit) membentuk kompleks dengan permukaan
granula. Hal ini mengakibatkan viskositas
Gambar 3. Pengaruh lama reaksi terhadap pati menurun. Terbentuknya viskositas
viskositas pati aren asetat yang lebih rendah menghasilkan gel yang
rendah pula. Pada penelitian Lawal (2004)
Kadar air pada pati aren setelah bahwa modifikasi pati secara oksidasi dan
mengalami modifikasi dapat dikatakan asetilasi menyebabkan pembentukan gel
sudah memenuhi standar mutu kadar air yang lemah.
produk yang diatur dalam SNI bahwa Viskositas pati asetiasi lebih rendah
standar mutu kadar air produk <14% dibandingkan dengan pati alami. Keadaan
dengan jumlah kadar air tersebut kerusakan ini mengakibatkan pati asetilasi lebih
bahan dapat ditekan dengan baik dalam stabil pada suhu tinggi. Pati asetilasi sudah
pengolahan maupun penyimpanan. mengalami perlakuan kimia sehingga terjadi
Sajilata dkk. (2006) mengemukakan perubahan struktur kimia yang mengakibatkan
bahwa kadar air yang rendah dapat viskositasnya lebih rendah (Yanti, 2014).
meningkatkan level kristalinitas pati Kusnandar (2010) menyatakan bahwa
sedangkan kadar air yang tinggi modifikasi pati menyebabkan struktur
menyebabkan pati lebih mudah didegradasi kristal pati berubah menjadi lebih resisten
oleh enzim. terhadap proses gelatinisasi.
Viskositas. Uji viskositas pada pati aren Stabilitas Emulsi. Emulsi adalah suatu
bertujuan untuk mengeahui tingkat pencampuran cairan dalam cairan yang lain,
kekentalan pati yang telah dilakukan proses yang molekul-molekul kedua cairan
asetilasi sebagaimana yang ditunjukkan tersebut tidak saling berbaur tetapi saling
pada Gambar 3. antagonistik, dengan cara menurunkan
Gambar 3 menunjukkan bahwa nilai tegangan permukaan, dengan membentuk
tertinggi viskositas yang diperoleh pati aren lapisan pelindung yang menyelimuti droplet
asetat lebih rendah dibandngkan nilai pati terdispersi, sehingga senyawa yang tidak
alami (1787 cp). Nilai viskositas pati aren larut akan lebih mudah terdispersi dalam
asetat tertinggi dicapai pada lama reaksi 15 sistem dan bersifat stabil. Hasil sidik ragam
dan 45 menit yakni 6,67 cp yang merupakan menunjukkan bahwa lama waktu reaksi
peningkatan yang sama, sedangkan nilai asetilasi memberikan pengaruh yang sangat
terendah pada lama reaksi 60 menit (376 nyata terhadap stabilitas emulsi ditunjukkan
cp). Nilai viskositas cenderung menurun pada gambar 4.
semakin lamanya reaksi berlangsung. Hal Berdasarkan Gambar 4 menunjukkan
ini dipengaruhi oleh besarnya persen asetil bahwa pemisahan emulsi pati yang diberi
dan derajat substitusi yang mensubstitusi perlakuan asetat anhidrida 5% pada
gugus hidroksil sehingga kandungan penyimpanan 24 jam mengalami penurunan
amilosa menurun. Amilosa dianggap sebesar 1,30 hingga 1,77 cm atau mencapai
berperan dalam pembentukan gel. Semakin kestabilan emulsi berkisar 74,00% (lama
tinggi kadar amilosa samakin tinggi pula reaksi 60 menit) hingga 80,97% (lama
kekuatan gel yang terbentuk. reaksi 15 menit).
160
92.00 89,26b 89,26b 89,26b menggunakan asetat anhidrida di mana
90.00
Stabilitas emulsi (%)
88.00
asetat anhidrida yang menempel hanya
Pati alami
86.00 memiliki rantai C2, sehingga belum bisa
84.00 80,97ab 80,97ab 80,97ab
15 menit
82.00
30 menit
menstabilkan emulsi yang ada. Jika
80.00 77,68ab 77,68ab 77,68ab
78.00 75,86ab 75,86ab 75,86ab 45 menit
dibandingkan dengan hasil penelitian Ruan
76.00
74.00 75,52ab 75,52ab 75,52ab 60 menit
dkk (2009) yang memodifikasi pati kentang
72.00
70.00
74,00a 74,00a 74,00a
75 menit
dengan menggunakan octenyl succinic
24 48 72
anhydride emulsi akan menjadi lebih stabil,
Jam (waktu) karena octenyl succinic anhydride memiliki
rantai C12.
Gambar 4. Pengaruh lama reaksi terhadap
Rendahnya stabilitas emulsi pada
stabilitas emulsi pati aren asetat
pati asetat diduga menyebabkan sifat fisik
Stabilitas emulsi tersebut lebih pati asetat tersebut telah mengalami
rendah jika dibanding dengan stabilitas perubahan akibat reaksi hidrolisis selama
emulsi pati alami yakni sebesar 0,73 cm proses asetilasi. Selain itu, suhu pemanasan
atau 89,26%. yang digunakan pada tahap pembentukan
Tingginya stabilitas pati alami emulsi relatif tinggi (>80oC). Hasil
dikarenakan sifat gugus OH yang terdapat penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
pada granula pati alami tidak bisa menyatu Perrechil dkk. (2014) yang menyatakan
dengan tween, salain itu karena suhu bahwa stabilitas emulsi Maillard
yang digunakan relatif tinggi (>80oC), terkonjugasi yang diproduksi dari natrium
maka potensinya akan terjadi gelatinisasi caseinate dengan locust bean gum
membentuk gel. Gel yang terbentuk mengalami pemisahan pada penyimpanan
mengakibatkan viskositasnya tinggi yang 24 jam khususnya proses pembentukan
ditunjukkan pada analisis viskositas emulsi yang menggunakan suhu 90 dan
(Gambar 3). Pati alami selama penyimpanan 96oC.
pada suhu dingin akan terjadi sineresis atau Meskipun pati asetat mengalami
proses keluarnya air dari gel. Sineresis penurunan emulsi pada penyimpanan 24
terjadi karena retrogradasi atau proses jam akan tetapi stabilitas emulsi tercapai
pengerasan pati alami setelah terjadinya pada 48 jam hingga 72 jam penyimpanan.
proses gelatinisasi membentuk gel dan Hasil penelitian Suhidayati (2014) juga
proses ini berlangsung cepat, akibatnya menunjukkan penurunan stabilitas emulsi
tektur gel tersebut akan menjadi keras pati termodifikasi yang menggunakan STPP
(Polnaya, 2006). (sodium tripoliphospate) pada 24 jam
Selama proses pembentukan emulsi penyimpanan akan tetapi mengalami
pati aren asetat yang telah tersubstitusi stabilitas emulsi pada 48 hingga 72 jam
gugus asetil dari asetat anhidrida melalui penyimpanan.
reaksi modifikasi akan memudahkan tween Penggunaan pati alami sangat
atau minyak untuk masuk ke dalam granula terbatas oleh sifat fisik dan sifat kimianya.
pati sehingga menunjukkan pati aren asetat Seringkali viskositas pati alami yang
akan lebih membentuk emulsi di mana dimasak terlalu tinggi menyebabkan
emulsi ini sifatnya lebih encer daripada gel beberapa permasalahan yang berhubungan
pati alami, keeceran tersebut ditunjukkan dengan retrogradasi. Karakteristik reologi
dengan viskositas yang rendah (Gambar 3). dari beberapa pati yang terdispersi misalnya
Rendahnya stabilitas emulsi pada pati kentang, tapioka atau waxy starch
pati yang diberi perlakuan asetat anhidrida memberikan sifat lengket dan tekstur yang
menyebabkan pori-pori partikel menjadi kohesif bila digunakan untuk mengentalkan
besar dibandingkan dengan pati alami selain makanan dan dapat merusak cita rasanya.
itu, senyawa yang mensubstitusi hanya Pati alami jika digunakan sebagai emulsifer
161
dalam makanan akan lebih cepat mengeras dipengaruhi oleh lama reaksi antara pati
dan tidak tahan panas. Dispersi pati yang aren dengan asetat anhidrida, menghasilkan
mengandung amilosa cenderung menjadi kadar air sebesar 6,69%, viskositas sebesar 376
bentuk keras atau kaku, gel buram cp dan stabilitas emulsi sebesar 74,00%. Pati
karena retrogradasi gel. Sebaliknya pada aren asetat yang diperoleh menghasilkan
penyimpanan, gel dapat mengalami sifat fisikokimia dengan karakteristik yang
kehilangan kemampuan menahan air yang lebih baik dibanding pati alaminya sesuai
menyebabkan sineresis atau separasi air dalam aplikasi pangan.
(Polnaya, 2006).
Saran
KESIMPULAN DAN SARAN Pati aren asetat mempunyai peran
sebagai pangan fungsional sebagai ingridient
Kesimpulan pangan sehat sehingga dengan adanya
Berdasarkan penelitian yang telah penelitian ini, penggunaan pati aren asetat
dilakukan dapat disimpulkan bahwa dapat diaplikasikan dalam produk pangan
karakteristik fisikokimia pati aren asetat khususnya mie dan roti.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, N. dan P., Hariyadi, 2007. Pasta Pati Jagung Putih Waxy dan Non-Waksi yang Dimodikasi
Secara Oksidasi dan Asetilasi-Oksidasi. Jurnal llrnu Pertanian Indonesia. 12 (2): 108-115.
AOAC. 2000. Official Methods of Analysis of The Association of Analytical Chemist 17th ed.
Washington DC (US): Association of Official Analytical Chemis.
Badan Standarisasi Nasional. 2011. SNI 3451:2011 Tapioka. Jakarta (ID): Badan Standarisasi
Nasional
Cereda, M. P., O., Vilpoux dan I. M., Demiate, 2003. Modified Starch. Book Technology, use and
Potentialities of Latin American Starchy Tubers. CPC International, Milho, Brazil.
Chi, H., K. Xu, X. Wu, Q. Chen, D., Xue dan C. Song, W. Zhang dan P. Wang, 2008. Effect of
acetylation on the properties of corn starch. Food Chem. 106: 923–928.
Fardiaz D. N., C. H. Andarwulan, N. L. Wijaya dan Puspitasari, 2001. Teknis Analisis Sifat Kimia
dan Fungsional Komponen Pangan. Bogor: PAU Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Kusndanar, F., 2010. Kimia Pangan : Komposisi Makro. Edisi Pertama, Dian Rakyat, Jakarta.
Lawal, O. S., 2004. Composition Physicochemical Properties and Retrogradation Characteristics
of Native, Oxidised, Asetilated Acid-Thinned New Cocoyam (Xanthosoma sagittifolium)
Starch . Food Chem. 87: 205-218.
Lestari, W., 2010. Modifikasi Selulosa Ampas Tebu dengan Asetilasi. Skripsi. Depertemen Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Perrechill, F. A., R. C. Santana, D. B. Lima, M. Z. Polastro dan R. L. Cunha, 2014. Emulsifying
Properties of Maillard Conjugates Produced from Sodium Caseinate dan Locust Bean
Gum. Brazilian Journal of Chemical Engineering. 31 (2): 429-438.
Polnaya, J. F., 2006. Kegunaan Pati Sagu dan Termodifikasi serta Karakteristiknya. J. Agroforestri.
1 (3): 51-56.
Rizkiana, W., 2015. Produksi Pati Tapioka Nanokristalin Terasetilasi. Skipsi. Departemen
Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertania Bogor, Bogor.
162
Ruan, H., Q. H. Chen, M. L. Fu, Q. Xu, G. Q. He, 2009. Preparation and Properties of Octenyl
Succinic Anhydride Modified Potato Starch. Food Chem. 114: 81-86.
Sajilata M. G., S. R. Singhai dan P. R. Kulkkarni, 2006. Resistant Starch: a review. J.
Comprehensive Rev in Food Sci and Food Safety. 5: 1-17.
Singh, N. dan N. S. Sodhi, 2004. Characteristics of Acetylated Atarches Prepared using Starches
Separated from Different Rice Cultivars. J. Food Eng. 70: 117-127.
Suhidayati, 2014. Sifat Fisik dan Kimia Pati Aren Fosfat pada Kombinasi Kosentasri Pati Aren dan
Lama Waktu Reaksi. Skripsi. Program Studi Agroteknoligi Jurusan Budidaya Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu (tidak dipublikasikan).
Yanti, S. F., 2014. Karakteristik Fisikokimia Pati Umbi Keladi Sebaring (Alocasia macrorhiza)
yang Dimodifikasi dengan Metode Asetilasi dan Aplikasinya pada Produk Mi Kering. Tesis.
Program Studi Magister Ilmu Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
163