Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Mina Sains ISSN: 2407-9030 Volume 2 Nomor 1, April 2016 15

Perbaikan Daya Cerna Tepung Darah Menggunakan Teknik Silase dan Teknik Spray Dried
pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Improvement Digestibility of Blood Flour Using Silage and Spray Dried Techniques on Nile
Tilapia (Oreochromis niloticus)
Dian Miftahul Janah1, Rosmawati2, Reza Samsudin3
1,2
Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Djuanda Bogor
3
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Bogor

ABSTRACT
The aim of this research was to evaluate the use of silage and spray dried techniques toward
digestibility of blood flour on Nile tilapia (Oreochromis niloticus). This research used completely
random design with 3 treatments and 3 replication for each treatment. The treatments are blood
flour without processing technique (control), blood flour with silage technique and blood flour
with spray dried technique. The experiment used Nile tilapia fingerling have weight 7.0 g, each
aquarium contains 20 fingerling. Digestibilities of protein, lipid, energy, and total have been
evaluated. The results of research showed there were significantly different between the treatments
toward digestibilities of protein, lipid, energy, and total (P<0.05). The highest of digestibilities of
protein, lipid, energy, and total get from treatment of silage technique, respectively are 96.56%,
90.48%, 94.15%, and 92.08%.
Key Words: Silage of blood, spray dried, digestibility, Nile tilapia
.

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengevaluasi penggunaan teknik silase dan spray dried
terhadap daya cerna tepung darah pada ikan Nila. Penelitian ini memakain Rancangan Acak
Lengkap dengan 3 perlakuan dan masing-masing 3 ulangan. Sebagai perlakuan adalah tepung
darah tanpa teknik pengolahan (kontrol), tepung darah dengan teknik silase, dan tepung darah
dengan teknik spray dried. Percobaan menggunakan benih Nila berbobot 7,0 g, tiap akuarium
berisi 20 ekor benih ikan Nila. Nilai kecernaan protein, nilai kecernaan lemak, nilai kecernaan
energi, dan nilai kecernaan total dievaluasi. Hasil penelitian memperlihatkan ada perbedaan
diantara perlakuan secara nyata terhadap nilai kecernaan protein, nilai kecernaan lemak, nilai
kecernaan energi, dan nilai kecernaan total (P<0,05). Nilai kecernaan protein, nilai kecernaan
lemak, nilai kecernaan energi, dan nilai kecernaan total tertinggi dari perlakuan teknik silase
adalah 96,56%, 90,48%, 94,15%, dan 92,08%.
Kata Kunci: Silase darah, spray dried, nilai kecernaan, ikan Nila

First Dian Miftahul Jannah, Rosmawati, Reza Samsudin. 2016. Perbaikan Daya Cerna Tepung Darah
Menggunakan Teknik Sialse dan Teknik Spray Dried pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal
Mina Sains 2(1): 15-23.

pemeliharaan ikan, sehingga perlu manajemen


PENDAHULUAN yang efektif serta efisien. Beberapa syarat
Latar Belakang untuk menjadi bahan pakan yang dikategorikan
Usaha pemeliharaan ikan sangat baik yaitu memiliki kandungan nutrisi
ditentukan oleh pakan agar menghasilkan (karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan
produktivitas yang baik. Pakan menjadi faktor mineral) dalam jumlah yang cukup, tidak
yang dapat menentukan besarnya biaya beracun, mudah didapat, mudah diolah dan
produksi hingga 60–70% dalam usaha
16 Janah et al. Perbaikan Daya

bukan sebagai makanan utama manusia kecernaan tepung darah ikan nila
(Handajani 2011). (Oreochromis niloticus).
Tepung ikan merupakan salah satu bahan
pakan yang sering digunakan sebagai sumber BAHAN DAN METODE
protein. Kandungan protein tepung ikan tinggi Waktu dan Tempat Penelitian
berkisar antara 50-70%. Pengadaan tepung Penelitian dilakukan pada April sampai
ikan saat ini masih mengandalkan impor dari dengan Oktober 2013, bertempat di Balai
negara lain yang menyebabkan harga tepung Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air
ikan di pasaran Indonesia relatif mahal. Oleh Tawar (BPPBAT) Bogor.
sebab itu dibutuhkan pengganti sumber protein
lain yang mempunyai harga yang lebih murah Alat dan Bahan Penelitian
dibandingkan dengan tepung ikan dan kualitas Wadah yang dipakai dalam percobaan yaitu
yang baik (Tyas 2009). akuarium sebanyak 9 buah dengan ukuran
Bahan baku hewani pengganti yang 50x50x40 cm3, akuarium dilengkapi dengan
dapat dipakai yaitu tepung darah. Tepung sistem resirkulasi dan aerasi. Tata letak
darah mempunyai kandungan protein tinggi akuarium menggunakan bilangan acak.
mencapai 92% (Johnson dan Summerfelt Ikan yang dipergunakan dalama
2000). Kendala dalam penggunaan bahan baku penelitian ini adalah ikan nila yang berasal dari
tepung darah yaitu tingkat kecernaannya yang Instalasi Riset Plasma Nutfah Perikanan Air
rendah. Tepung ikan memiliki nilai kecernaan Tawar Cijeruk, Bogor. Dengan bobot individu
87,2%, sedangkan kecernaan protein tepung 7,0 ± 0,01 gram/ekor. Padat tebar yang
darah hanya 55,2% (Laining dan Rahmansyah digunakan 20 ekor/akuarium, ikan uji
2002). Beberapa teknik yang bisa dipakai diadaptasikan selama tujuh hari.
dalam peningkatan mutu tepung darah melalui Ikan diberikan pakan uji tiga (3) kali
silase dan spray dried. Silase merupakan sehari yaitu pada jam 08.00 WIB, 12.00 WIB,
teknik mengubah struktur bahan pakan via dan 16.00 WIB. Pakan uji yang diberikan
penambahan asam maupun penggunaan berasal dari tepung darah dengan teknik
mikroba. Penggunaan teknik ini mampu pengolahan silase dan spray dried. Sedangkan
meningkatkan nilai kecernaan bahan terutama tepung darah dengan proses penggilingan
kecernaan protein (Goddard dan Perret 2005). penepungan dijadikan sebagai kontrol (Tabel
Teknik lainnya yang bisa dipergunakan untuk 1).
meningkatkan mutu tepung darah melalui
spray dried. Teknik ini merupakan perubahan Tabel 1 Formulasi Pakan untuk Uji Kecernaan
fisika yang mampu mengubah substansi cairan Perlakuan
menjadi padatan dalam bentuk butiran. Bahan Kontrol Silase Spray
Pengolahan darah melalui teknik spray dried dried
mampu meningkatkan kecernaan bahan, *Ref diet 68,25 68,25 68,25
mengurangi kontaminan mikroba serta Kontrol 28,25 - -
memperpanjang umur simpan tepung darah Silase - 28,2 -
(Toldra et al. 2004). Spray - - 28,2
dried
Tujuan Penelitian Cr2O3 0,5 0,5 0,5
Penelitian ini bertujuan untuk Tapioka 3 3 3
mengevaluasi penggunaan teknik silase dan
Total 100 100 100
spray dried terhadap daya cerna tepung darah
Keterangan : *Ref diet = Pakan acuan
pada ikan nila (Oreochromis niloticus).
Prosedur Penelitian
Hipotesis
Tahap Persiapan
Hipotesis penelitian ini ialah bahwa
Wadah yang dipergunakan dibersihkan
pengolahan tepung darah dengan
terlebih dahulu. Ikan uji yang dipakai ialah
menggunakan teknik pengolahan spray dried
ikan nila berbobot individu 7,0 ± 0,01
dan silase dapat berpengaruh terhadap tingkat
Jurnal Mina Sains ISSN: 2407-9030 Volume 2 Nomor 1, April 2016 17

gram/ekor. Padat tebar yang digunakan 20 komposisi nutriea pakan. Pakan diberikan 3
ekor/akuarium. Ikan uji diadaptasikan selama kali sehari sekenyang-kenyangnya.
tujuh hari. Selanjutnya ikan diberi pakan uji 3 Ikan diadaptasi selama 4 hari dengan
kali sehari sekenyang-kenyangnya. Bahan diberi pakan uji. Pada hari ke-5 feses mulai
pakan yang dipergunakan ialah tepung darah dikumpulkan, pengumpulannya dilakukan 21
melalui teknik silase dan spray dried. hari. Pengambilan feses dengan penyiponan
dilakukan segera setelah ikan mengeluarkan
Pembuatan Tepung Darah feses untuk menghindari pencucian feses.
Darah Sapi segar diambil dari (RPH) Feses ditampung dalam botol film dan
Rumah Potong Hewan di Kota Bogor. Darah disimpan dalam freezer. Feses yang telah
segar kemudian direbus hingga mendidih dan terkumpul dikeringkan dalam oven pada suhu
terlihat pemisahan antara padatan (gumpalan) 70oC selama 24 jam. Selanjutnya dilakukan
dan cairan, kemudian dioven pada suhu 65oC analisis proksimat dan Cr2O3 terhadap feses
hingga kering dan digiling dengan yang sudah dikeringkan (Takeuchi 1988).
menggunakan mesin penepung. Pengukuran kadar Cr2O3 di dalam feses
menggunakan Metode Takeuchi. Pengukuran
Pembuatan Tepung Silase Darah kadar Cr2O3 dilakukan di Laboratorium Nutrisi
Darah diambil dari Rumah Potong BPPBAT.
Hewan (RPH) Kabupaten Bogor. Darah
dikukus selama 30 menit, pengadukan Rancangan Percobaan
dilakukan setiap ± 5 menit lalu didinginkan. Rancangan percobaan yang
Darah dipisahkan cairan dan padatannya, dipergunakan adalah (RAL) Rancangan Acak
kemudian dihancurkan agar tidak terjadi Lengkap dengan tiga perlakuan dan tiga
penggumpalan. Tambahkan asam propionat ulangan. Perlakuan yang diberikan yaitu: (A)
1,5% dan asam formiat 1,5%, diaduk hingga Kontrol, (B) Silase, dan (C) Spray dried.
rata selama ±30 menit untuk pengadukan
pertama, pengadukan selanjutnya dilakukan Analisis Data
dua (2) kali sehari selama ±15 menit, Data dianalisis dengan menggunakan
pengadukan dilakukan selama 5 hari. analisis ragam dan uji lanjut yang dipakai yaitu
Kemudian dioven dengan suhu 65oC hingga uji Duncan pada interval kepercayaan 95% dan
kering dan digiling dengan memakai mesin menggunakan SPSS versi 16.00.
penepung. Parameter yang diamati
Nilai Kecernaan Nutrien
Pembuatan Pelet Nilai kecernaan nutrien terdiri dari
Semua bahan pakan uji ditimbang sesuai kecernaan protein, lemak dan energi dapat
dengan perlakuan, ditambahkan Cr2O3 dan dihitung menurut model persamaan Takeuchi
tapioka sesuai dengan dosis yang sudah (1988) :
ditentukan, dicetak di dalam mesin pencetak Kecernaan Nutrien = 100-(100 x a/a’ x b’/b)
dan dijemur hingga kering. (Keterangan: a= % Cr2O3 dalam pakan (%);
a’= % Cr2O3 dalam feses (%); b = % nutriea
Uji Kecernaan dalam pakan (%), dan b’= % nutriea dalam
Pengukuran tingkat kecernaan feses (%))
menggunakan metode tidak langsung yaitu Nilai Kecernaan Total
dengan menambahkan indikator dalam pakan Nilai Kecernaan Total dihitung menurut
berupa chromium oxide (Cr2O3). Uji kecernaan Ppersamaan yang dikemukakan oleh Takeuchi
bahan dilakukan menurut metode yang sudah (1988) : Kecernaan total = 100 – (100 x a/a’)
dikemukakan Takeuchi (1988), yaitu pakan uji (Keterangan: a= % Cr2O3 dalam pakan (%);
dengan 70% pakan rujukan dan 30% bahan dan a’= % Cr2O3 dalam feses (%)).
yang akan diuji. Semua pakan perlakuan dibuat
dalam bentuk pelet kering. Pakan yang sudah
dibuat kemudian dianalisis untuk mengetahui
18 Janah et al. Perbaikan Daya

pengolahan silase dan spray dried yaitu


sebesar 96,56% dan 94,26%, sedangkan daya
HASIL DAN PEMBAHASAN cerna protein terendah didapat pada tepung
Hasil darah tanpa pengolahan (kontrol) sebesar
Nilai Kecernaan Protein 77,48%. Rata-rata kecernaan protein (%) ikan
Nilai kecernaan protein tertinggi selama nila selama percobaan bisa dilihat dalam Tabel
percobaan diperoleh pada perlakuan teknik 2.

Tabel 2 Rata-Rata Nilai Kecernaan Protein (%) Ikan Nila


Pengolahan Tepung Darah
Ulangan
Kontrol Silase Spray dried
1 77,41 95,90 92,43
2 76,39 96,24 94,96
3 78,63 97,52 95,39
Rataan±s.d 77,48±1,12a 96,56±0,85b 94,26±1,60b
Keterangan : Huruf superscrift dibelakang nilai standar deviasi pada baris
yang sama menunjukkan pengaruh perlakuan berbeda secara nyata (P<0,05)

Hasil analisis ragam memperlihatkan pengolahan silase dan perlakuan teknik


bahwa pemberian pakan dengan perlakuan pengolahan spray dried sama.
kontrol, silase dan spray dried memberikan Nilai Kecernaan Lemak
pengaruh dengan perbedaan secara nyata Nilai kecernaan lemak ikan nila
(P<0,05) untuk daya cerna protein ikan Nila. menggunakan perlakuan teknik pengolahan
Hasil uji lanjut Duncan mempertunjukkan silase mendapat nilai kecernaan tertinggi
bahwa nilai cerna protein tepung darah pada sebesar 90,48%, sedangkan nilai cerna lemak
perlakuan kontrol berbeda secara signifikan terendah diperoleh pada perlakuan kontrol
dengan perlakuan teknik pengolahan silase dan sebesar 74,33%, rata-rata daya cerna lemak
spray dried, tetapi perlakuan teknik selama percobaan dapat dilihat dalam Tabel 3.

Tabel 3 Rata-Rata Nilai Kecernaan Lemak (%) Ikan Nila


Pengolahan Tepung Darah
Ulangan
Kontrol Silase spray dried
1 75,27 91,33 86,60
2 73,19 91,17 83,14
3 74,53 88,94 80,46
Rataan±S.d 74,33±1,03a 90,48±1,31c 83,40±3,08b
Keterangan : Huruf superscrift dibelakang nilai standar deviasi pada baris
yang sama menunjukkan pengaruh perlakuan berbeda signifikan (P<0,05)

Hasil analisis ragam telah bahwa kecernaan lemak pada perlakuan


memperlihatkan bahwa ada perbedaan kontrol, silase dan spray dried menunjukkan
signifikan diantara perlakuan (P<0,05) kontrol, berbeda nyata untuk semua perlakuan.
silase dan spray dried terhadap kecernaan
lemak. Uji lanjut Duncan telah menunjukkan
Jurnal Mina Sains ISSN: 2407-9030 Volume 2 Nomor 1, April 2016 19

silase sebesar 94,15%, sedangkan nilai cerna


energi terendah diperoleh pada perlakuan
Nilai Kecernaan Energi kontrol sebesar 76,76%. Daya cerna energi
Nilai kecernaan energi tertinggi ikan nila selama percobaan bisa dilihat dalam
diperoleh pada perlakuan teknik pengolahan di bawah ini (Tabel 4).

Tabel 4 Rata-rata Nilai Kecernaan Energi (%) Ikan Nila


Pengolahan Tepung Darah
Ulangan
Kontrol Silase Spray dried
1 77,04 93,44 93,50
2 76,35 94,86 92,15
3 76,88 94,15 93,00
Rataan±S.d 76,76±0,36a 94,15±0,71c 92,88±0,68b
Keterangan : Huruf superscrift dibelakang nilai standar deviasi pada baris yang sama
menunjukkan pengaruh perlakuan berbeda secara signifikan (P<0,05)

Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan adanya perbedaan pada semua


memperlihatkan bahwa pakan yang diberikan perlakuan.
dengan perlakuan pengolahan yang berbeda Nilai Kecernaan Total
yaitu tepung darah kontrol, silase dan spray Nilai kecernaan total ikan nila pada
dried memberikan pengaruh yang berbeda perlakuan teknik pengolahan silase
nyata (P<0,05) terhadap kecernaan energi. Uji memperoleh hasil tertinggi yaitu 92,08%,
lanjut Duncan mempertunjukkan bahwa nilai sedangkan hasil terendah terdapat pada
cerna energi dengan perlakuan kontrol, perlakuan kontrol sebesar 73,47%. Rata-rata
perlakuan teknik pengolahan silase dan nilai kecernaan total (%) ikan nila selama
perlakuan teknik pengolahan spray dried percobaan bisa dilihat seperti tercantum pada
tabel berikut (Tabel 5).

Tabel 5 Rata-Rata Nilai Kecernaan Total (%) Ikan Nila


Ulangan Pengolahan Tepung Darah
Kontrol% Silase AF 1,5:AP 1,5% Spray dried%
1 73,98 95,60 89,03
2 73,21 90,94 87,43
3 73,22 89,69 88,20
Rataan±S.d 73,47±0,44a 92,08±3,11c 88,22±0,80b

Keterangan : Huruf superscrift dibelakang nilai standar deviasi pada baris


yang sama menunjukkan pengaruh perlakuan berbeda signifikan (P<0,05)

Berdasarkan analisis ragam telah spray dried menunjukkan ada perbedaan


diperlihatkan bahwa ada perbedaan yang secara signifikan pada semua perlakuan.
signifikan (P<0,05) antara perlakuan kontrol, Pembahasan
silase dan spray dried terhadap nilai kecernaan Makanan yang dicerna dalam proses
total untuk ikan nila. Uji lanjut Duncan pencernaan bisa dipecah menjadi molekul-
menunjukkan bahwa daya cerna total ikan nila molekul yang lebih sederhana sehingga lebih
untuk perlakuan pengolahan kontrol, perlakuan mudah diserap via dinding usus lalu masuk ke
pengolahan silase dan perlakuan pengolahan dalam aliran darah. Pencernaan ialah proses
20 Janah Perbaikan Daya
etngeluara

yang berlangsung kontinyu. Awalnya dari yang sangat cepat dan tekanan tinggi, sehingga
sejak pengambilan pakan hingga berakhir protein akan mudah terdegradasi menjadi
dengan pengeluaran sisa pakan. Pencernaan ikatan-ikatan peptida sederhana serta mudah
pakan meliputi hidrolisa senyawa protein untuk dicerna ikan. Perlakuan kontrol
menjadi asam-amino atau polipeptida memperoleh hasil kecernaan yang lebih rendah
sederhana, karbohidrat dikonversi menjadi yaitu sebesar 77,48%. Penurunan kecernaan
gula sederhana serta lipid diubah menjadi protein disebabkan oleh kemampuan ikan
gliserol serta asam lemak (Fitriliyani 2011). untuk mencerna protein pakan hanya sampai
Kecernaan adalah bagian pakan yang pada batas tertentu saja (Handajani 2011).
dikonsumsi dan tidak dikeluarkan menjadi Penggunaan asam formiat serta asam
feses (Handajani dan Widodo 2010). Nilai propionat pada pengolahan silase berguna
kecernaan mengekspresikan banyaknya untuk memperlunak jaringan serta menurunkan
komposisi (susunan) nutrisi suatu bahan atapun tingkat keasaman dari bahan. Pemanfaatan
energi yang bisa diserap serta dimanfaatkan asam-asam ini mampu menghasilkan enzim
oleh ikan (NRC 1993). silase yang tak terlalu asam sehingga bisa
Kemampuan cerna ikan terhadap bahan digunakan secara langsung untuk campuran
baku pakan ditentukan pengaruhi oleh berbagai makanan ikan atau ternak lain tanpa
faktor yaitu, sifat kimia air, jenis pakan, suhu dinetralkan dahulu (Wardhani 2007). Laining
air, ukuran, andungan gizi pakan, umur ikan, dan Rahmansyah (2002) menyatakan bahwa
feeding frequency, sifat fisika serta sifat kimia kecernaan protein tepung darah pada kerapu
pakan, serta jumlah dan jenis enzim rendah yaitu 55,2%, tetapi pada pembuatan
pencernaan yang ada pada saluran pencernaan silase darah bisa meningkatkan kecernaan
pakan (NRC 1993). protein pada kerapu hingga 32,3%. Sedangkan
untuk pengolahan darah melalui teknik spray
Nilai Kecernaan Protein dried mampu memberikan hasil yang bermutu
Percobaan ini menggunakan pakan tinggi, dengan tingkat kerusakan gizi yang
buatan dengan kadar protein masih berada rendah (Mardaningsih et al. 2012). Purnama
dalam kisaran yang diperlukan ikan. (2008) menjelaskan bahwa ikan kerapu dengan
Kebutuhan protein untuk setiap ikan tidak pemberian pakan tepung darah menggunakan
sama. Faktor yang menentukan kebutuhan ikan metode dpray dried memperoleh nilai cerna
mengenai protein adalah: suhu lingkungan, protein sebesar 83,20%, tingginya penyerapan
umur, spesies, kadar asam amino serta protein berpengaruh pada peningkatan nilai
kecernaan. Seperti yang sudah dikemukakan penyimpanan protein. Hasil penelitian Zuhra et
oleh NRC (1993) bahwa kecernaan protein al. (2012) terhadap kadar protein bahan pada
ikan secara umum sebesar 75-95%. pengeringan susu serbuk jagung dengan
Hasil percobaan pada perlakuan teknik menggunakan spray dried meningkat seiring
pengolahan silase dan spray dried berbeda dengan meningkatnya temperatur udara
dengan perlakuan kontrol. Pada Tabel 5 pengering dan tekanan atomizer, kadar protein
perlakuan teknik pengolahan silase dan spray yang terbanyak diperoleh pada tekanan
dried mampu meningkatkan nilai kecernaan atomizer 8 bar dan temperatur 200°C.
protein dari 77,48% menjadi 96,56% dan Kemudian pada temperatur 250°C dan tekanan
94,26%. Tingginya kecernaan protein pada 8 bar kadar protein terlihat menurun dari
perlakuan silase mampu menurunkan nilai 24,40% menjadi 23,2%. Kumalasari (2001)
keasaman (pH) hingga 3-4, sehingga bakteri menyatakan bahwa pengeringan madu bubuk
proteolitik dapat memecah ikatan peptida dengan menggunakan spray dried pada suhu
menjadi asam amino-asam amino yang 180°C, menghasilkan madu bubuk terbaik
sederhana sehingga lebih mudah untuk dicerna dibandingkan pada suhu 160°C dan 170°C.
oleh ikan. Sedangkan prinsip kerja dari spray Pada suhu 180°C memang merupakan suhu
dried adalah proses perubahan secara fisika yang seringkali dipergunakan pada proses
yang mampu mengubah substansi cairan pengeringan semprot (spray dried).
menjadi padatan dalam bentuk butiran atau
tepung, dan pada proses ini terjadi pemanasan
Jurnal Mina Sains ISSN: 2407-9030 Volume 2 Nomor 1, April 2016 21

Nilai Kecernaan Lemak perlakuan yaitu perlakuan kontrol, silase dan


Lemak pakan memiliki berbagai spray dried. Pada perlakuan kontrol
peranan penting pada nutrisi ikan di perairan memperoleh nilai kecernaan energi terendah
tropis untuk sumber energi serta pada saat ikan sebesar 76,76%. Rendahnya nilai cerna energi
menjaga keseimbangan dalam air. Lemak pada perlakuan kontrol disebabkan oleh
dalam jaringan ikan terdapat dalam kuantitas rendahnya protein dan juga lemak yang dicerna
yang besar. Hal ini diduga bahwa lemak ikan, sehingga pakan yang diserap juga rendah
merupakan energi cadangan yang lebih mudah dan energi yang ada dalam tubuh sedikit. Nilai
disimpan oleh mayoritas ikan daripada kecernaan energi mengalami peningkatan
karbohidrat (Subandiyono 2009). setelah melalui pengolahan silase sebesar
Tingkat kecernaan lemak ikan nila 94,15%, diikuti oleh pengolahan spray dried
terhadap perlakuan pengolahan silase sebesar 92,88%, peningkatan nilai kecernaan
memperoleh hasil tertinggi sebesar 90,48%, energi tersebut berkaitan dengan daya cerna
dengan tingginya lemak yang dicerna, maka lemak dan protein, dengan tingginya protein
retensi lemak juga tinggi dan kadar lemak yang dan lipid pada perlakuan silase, maka energi
disimpan tubuh ikan juga tinggi. Lemak yang disimpan akan lebih banyak.
diperlukan untuk pembentukan berbagai Tingginya energi yang dicerna
penyusun membrane sel dan sebagai pelarut disebabkan karena bahan pakan mudah diserap
beberapa vitamin (NRC 1993). Zuhra et al. oleh ikan karena seperti yang sudah disebutkan
(2012) menyatakan bahwa terjadi penurunan bahwa pengolahan silase mampu
kadar lemak pada pengeringan susu bubuk menyederhanakan senyawa kompleks menjadi
jagung dengan temperatur udara pengering lebih sederhana melalui proses enzimatis.
250°C dapat terjadi sebagai akibat dari Pengolahan silase juga dapat meningkatkan
rusaknya lemak akibat temperatur pengeringan daya cerna bahan pakan sehingga, pakan yang
yang relatif tinggi. Lemak adalah senyawa sudah diuraikan menjadi suatu senyawa lebih
yang dibentuk sebagai produk dari reaksi sederhana dapat dimanfaatkan lebih baik lagi
esterifikasi antara gliserol dengan asam lemak. oleh ikan sebagai sumber energi, dengan
Pemberian panas yang tinggi pada lemak akan banyaknya energi yang dicerna maka
menyebabkan terputusnya ikatan-ikatan ketersediaan energi juga akan lebih banyak
rangkap pada lemak, sehingga lemak tersebut sehingga dapat digunakan sebagai
akan terurai menjadi gliserol dan asam lemak. pemeliharaan dan aktivitas bagi ikan.

Nilai Kecernaan Energi Nilai Kecernaan Total


Halver (1989) mengatakan bahwa Kecernaan total mengindikasikan total
faktor yang menentukan kecernaan energi pada kecernaan nutriea (protein, lemak dan
ikan yaitu spesies, stadia, aktivitas, dan karbohidrat) dan energi. Hasil percobaan
temperatur. Ikan lebih memanfaatkan protein menunjukkan adanya peningkatan rata-rata
serta lemak untuk sumber energi dibandingkan nilai kecernaan total ikan nila tiap perlakuan
karbohidrat karena terbatasnya kemampuan pengolahan pakan dengan bahan baku darah
ikan untuk memanfaatkan karbohidrat. berkisar antara 73,47-92,08%. Pada perlakuan
Kecernaan energi diperoleh dari protein, lemak teknik pengolahan silase memperoleh nilai
dan karbohidrat. Protein dalam pakan yang kecernaan total tertinggi sebesar 92,08%, hal
sudah dicerna dimanfaatkan secara maksimal ini dapat disebabkan karena nilai cerna protein,
untuk pertumbuhan. Lemak serta karbohidrat nilai cerna lemak dan nilai cerna energi yang
pakan yang tercerna dimanfaatkan untuk tinggi didapat pada perlakuan teknik
energi pendukung berbagai proses dan pengolahan silase.
kegiatan fisik bagi kehidupan ikan (Lovell Laining et al. (2003) menyatakan
1989). bahwa tepung darah mengalami peningkatan
Hasil percobaan ini menggunakan kecernaan total setelah difermentasi dengan
bahan baku darah yang dapat diolah menjadi asam formiat dan asam propionat pada uji
tepung darah melalui teknik silase dan spray kecernaan terhadap kerapu bebek dari 48,1%
dried. Percobaan ini menggunakan tiga menjadi 67,9% dan 61,7%, dengan kata lain,
22 Janah et al. Perbaikan Daya

pengolahan darah setelah diolah menjadi silase Halver J.E. 1989. Fish Nutrition. 2nd Edition.
mengalami peningkatan kecernaan total. Hasil London : Academic Press.
percobaan terhadap ikan nila ini memperoleh
nilai kecernaan total dari 74,33% menjadi Johnson JA, Summerfelt RC. 2000. Spray-
90,48%, dan pada perlakuan pengolahan spray dried blood cells as a partial replacement
dried mengalami peningkatan dari 74,33% in diets for rainbow trout Oncorhynchus
menjadi 88,22%. Ini membuktikan bahwa nilai mykiss. Journal of the world aquaculture
kecernaan total dapat ditingkatkan dengan society 31 (1) : 96-117.
beberapa teknik pengolahan.
Kumalasari VDAR. 2001. Pembuatan Madu
Bubuk dengan Metode Pengeringan
KESIMPULAN DAN SARAN Semprot pada Komposisi Bahan Pengisi
Kesimpulan (Gum Arab dan Dekstrin). Skripsi. Institut
Hasil percobaan menyimpulkan bahwa Pertanian Bogor. Bogor.
perlakuan teknik pengolahan silase
memberikan hasil terbaik terhadap kecernaan Laining A, Rahmansyah. 2002. Komposisi
tepung darah pada ikan nila dengan kecernaan Nutrisi Beberapa Bahan Baku Lokal dan
protein 96,56%, kecernaan energi 94,15%, Nilai Kecernaan Proteinnya pada Ikan
kecernaan lemak 90,48% dan nilai kecernaan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis).
total sebesar 92,08%. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 8
(2) : 45-51.
Saran
Pakan pada ikan nila dengan bahan Laining A, Rachmansyah, Ahmad T, Williams
baku tepung darah dapat digunakan terlebih K. 2003. Apparent digestibility ofselected
dahulu teknik pengolahan silase untuk feed ingredients for humpback grouper,
meningkatkan kecernaan. Cromileptes altivelis. Aquaculture. 218 :
529-538.

DAFTAR PUSTAKA Lovell T. 1989. Nutrition and Feeding of Fish.


Auburn University. New York : Van
Fitriliyani I. 2011. Aktifitas Enzim Saluran Nostrand Reinhold.
Pencernaan Ikan Nila (Oreohromis
niloticus) dengan Pakan Mengandung Mardaningsih F, Andriani MAM, Kawiji.
Tepung Daun Lamtoro (Leucaena 2012. Pengaruh Konsentrasi Etanol dan
leucophala) Terhidrolisis dan Tanpa Suhu Spray Dryer Terhadap Karakteristik
Hidrolisis Dengan Ekstrak Enzim Cairan Bubuk Klorofil Daun Alfalfa (Medicago
Rumen Domba. Bioscientiae 8 (2) : 16-31. sativa L.) dengan Menggunakan Binder
Maltodekstrin. Jurnal Teknosains Pangan.
Goddard JS, Perret JSM. 2005. Co-drying fish 1 (1) : 110-117.
silage for use in aquafeeds. Animal Feed
Science and Technology 118 : 337–342. National Research Council. 1993. Nutrient
requirements of fish. Washington D. C :
Handajani H, Widodo W. 2010. Nutrisi Ikan. National Academic Press.
Malang: UMM Press.
Purnama P. 2008. Pengaruh Penggunaan
Handajani H. 2011. Optimalisasi Substitusi Tepung Darah Sebagai Sumber Zat Besi
Tepung Azolla Terfermentasi pada Pakan Organik dalam Pakan Terhadap Kinerja
Ikan untuk Meningkatkan Produktivitas Pertumbuhan Kerapu Bebek (Cromileptes
Ikan Nila Gift. Jurnal Teknik Industri 12 altivelis). Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
(2) : 177–181. Bogor.
Jurnal Mina Sains ISSN: 2407-9030 Volume 2 Nomor 1, April 2016 23

Subandiyono. 2009. Protein dan Lemak,


Nutrisi Ikan. Universitas Diponegoro.
Semarang.

Toldra M, Elias A, Perres D, Saguer E,


Carretero C. 2004. Functional properties
of a spray-dried porcine red blood cell
fraction treated by high hydrostatic
pressure. Food Chemistry. 88 : 461–468.

Takeuchi T. 1988. Laboratory Work Chemical


Evaluation of Detary Nutrients, In Fish
nutrition and mariculture. T. Watanabe.
Kanagawa International Fisheries Training
Centre. JICA. p. 191-197.

Tyas DKM. 2009. Penggunaan Meat and Bone


Meal (MBM) Sebagai Sumber Protein
Utama Dalam Pakan Untuk Pembesaran
Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Skripsi.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Wardhani IK. 2007. Mempelajari Mutu Silase


dan Kitosan Dari Ampas Silase Limbah
Udang. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

Zuhra, Sofyana, Erlina C. 2012. Pengaruh


Kondisi Operasi Alat Pengering Semprot
Terhadap Kualitas Susu Bubuk Jagung.
Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan. 9
(1) : 36- 44.

Anda mungkin juga menyukai