240210150062
Tomat
(Kukus) 97 91 93,8 19 Rapi +++
(7)
Tomat
(Kukus) 103 96 93,2 13 Rapi
(8)
Tomat
(Kukus) 92 82 89,13 60 Rapi
(9)
Tomat
(Kukus) 100 93 93 28 Rapi
(10)
Kentang
152 147 96,71 Kuning kecoklatan
(1)
Kentang
134 130 97,01 Kuning kecoklatan +++
(2)
Kentang
174 167 95,97 Kuning kecoklatan
(3)
Kentang
(4) 137 131 95,62 Kuning kecoklatan
Kentang
(5) 149 142 95,30 Kuning kecoklatan -
(sabut)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017)
Kentang
135 122 90,37 Kuning kecoklatan
(6)
Kentang
118 108 91,52 Kuning kecoklatan -
(7)
Kentang
148 128 86,48 Kuning kecoklatan
(8)
Kentang
135 121 89,63 Kuning kecoklatan
(9)
Kentang
160 158 86,25 Kuning kecoklatan
(10)
Kentang
118 109 92,37 Kuning cerah
(1)
Kentang
128 117 91,41 Kuning kecoklatan ++
(2)
Kentang
121 109 90,08 Kuning cerah
(3)
Kentang
143 128 89,51 Kuning cerah
(4)
Kentang
113 104 92,03 Kuning cerah -
(5)
Kentang
139 124 89,2 Kuning cerah
(6)
Kentang
127 109 85,82 Kuning cerah -
(7)
Kentang
142 129 90,84 Kuning kecoklatan +++
(8)
Kentang
(9) 125 111 88,8 Kuning cerah
Kentang
150 135 90 Kuning cerah
(10)
Hari
Kel Kesegaran Kerenyahan Pencoklatan Warna Daun Warna Batang Kilap Gambar
Ke-
Hari
Kel Kesegaran Kerenyahan Pencoklatan Warna Daun Warna Batang Kilap Gambar
Ke-
Putih kehijauan-
Putih bercak
2 ++++ ++++ + kekuningan bercak +++
coklat
coklat
Putih kehijauan-
5 Putih bercak
3 +++ +++ ++ kekuningan bercak +
coklat +
coklat +
Putih kehijauan-
Putih bercak
4 +++ +++ ++ kekuningan bercak +
coklat +
coklat +
Hari
Kel Kesegaran Kerenyahan Pencoklatan Warna Daun Warna Batang Kilap Gambar
Ke-
7
2 ++++ ++++ ++ Hijau Muda Hijau Muda ++
Ashoy
Hari
Kel Kesegaran Kerenyahan Pencoklatan Warna Daun Warna Batang Kilap Gambar
Ke-
RaditTampan
0 +++++ +++++ - Hijau muda Putih kehijauan +++
9
Hijau muda, sedikit Putih
3 ++ +++ ++ +
bercak hitam kehijauan
Hijau muda,
80% hijau tua, 20% sedikit
4 ++ ++ +++ -
hijau muda kecoklatan
diujung bawah
Hijau muda,
70% hijau tua, 30%
5 + + ++++ sedikit - -
hijau muda
kecoklatan
Agra Maharddhika
240210150062
Hari
Kel Kesegaran Kerenyahan Pencoklatan Warna Daun Warna Batang Kilap Gambar
Ke-
15% putih, 85% hijau
0 +++++ +++++ - Hijau muda -
muda
95% Hijau, 5%
1 ++++ ++++ + 15% putih, 85% hijau -
coklat
4
90% hijau muda,
3 ++ ++ + 30% putih, 70% hijau -
10% coklat
Hari
Kel Kesegaran Kerenyahan Pencoklatan Warna Daun Warna Batang Kilap Gambar
Ke-
Hari
Kel Kesegaran Kerenyahan Pencoklatan Warna Daun Warna Batang Kilap Gambar
Ke-
8
70% hijaumuda,
2 +++ ++ - 85% hijau, 15% putih -
30% putih
Hari
Kel Kesegaran Kerenyahan Pencoklatan Warna Daun Warna Batang Kilap Gambar
Ke-
10 Hijau muda
1 ++++ ++++ + Hijau tua +++ -
kecoklatan
Hijau muda
2 +++ +++ + Hijau tua ++ -
kecoklatan +
Agra Maharddhika
240210150062
Hari
Kel Kesegaran Kerenyahan Pencoklatan Warna Daun Warna Batang Kilap Gambar
Ke-
Hijau muda
3 ++ ++ ++ Hijau tua + -
kecoklatan ++
Hijau muda
4 ++ ++ ++ Hijau tua -
kecoklatan +
Hijau muda
5 + + ++ Hijau tua -
kecoklatan ++
Kel Hari BDD (%) W Sampel (g) Susut Bobot (%) Rendemen (%)
4 18 10
5 18 10
0 21 0
1 20 4,7
2 20 4,7
9 95 95,2
3 20 4,7
4 20 4,7
5 20 4,7
0 23 0
1 23 4,3
2 23 4,3
10 100 95,6
3 22 4,3
4 22 4,3
5 22 4,3
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017)
24
1
23
2
22 3
4
21
Berat (g)
5
20
6
19 7
18 8
9
17
10
16
0 1 2 3 4 5
Hari
4.2 Pembahasan
Pengupasan kulit merupakan kegiatan penting pada penyiapan
berbagaijenis sayuran dan buah-buahan yang akan diolah lebih lanjut. Pengupasan
kulit harus dilakukan dengan sempurna karena mempengaruhi kenampakan
produk dan kebersihan bahan. Di lain pihak, pengupasan harus dilakukan seefisien
mungkin agar kehilangan bahan bersama kulitnya dapat ditekan serendah-
rendahny (Wills, 1981).
Pengupasan bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu pengupasan dengan
tangan dan pengupasan dengan cara pengelupasan kulit (panas). Pengupasan
dengan tangan terdiri dari pengupasan dengan pisau stainless steel, pengupasan
dengan peeler, dan pengupasan dengan sabut. Sedangkan pengupasan dengan cara
pengelupasan kulit (panas) terdiri dari pencelupan dalam air mendidih dan
pengelupasan dengan uap panas (Wills, 1981).
Sampel yang digunakan untuk pengupasan bahan ini adalah tomat dan
kentang. Pertama-tama bahan tersebut dicuci bersih dan ditiriskan, setelah itu
ditimbang sebagai berat awal. Untuk perlakuan pengupasan dengan tangan, bahan
tinggal dikupas menggunakan alat berupa pisau stainless steel, peeler, serta
penggosokan. Perlakuan tersebut dihitung untuk mengetahui seberapa lama waktu
yang diperlukan untuk pengupasan tersebut. Setelah bahan telah dikupas, bahan
tersebut ditimbang lagi sebagai berat akhir sehingga kita bisa mengetahui berat
rendemennya menggunakan rumus:
%Rendemen = 100%
asal cukup saja untuk mengerutkan/memecah kulit dengan tangan. Lalu dikupas
dan dicatat waktu yang diperlukan untuk mengupas bahan tersebut. Setelah bahan
telah dikupas, bahan tersebut ditimbang lagi sebagai berat akhir sehingga kita bisa
mengetahui persen rendemennya dengan rumus :
%Rendemen = 100%
4.1. Pengupasan
Pengupasan merupakan salah satu jenis kegiatan trimming. Trimming
adalah istilah umum untuk pemotongan atau pembuangan bagian-bagian
yang tidak diinginkan bagi konsumen atau jika bagian ini tidak dibuang dapat
memperpendekumur simpan komoditas tersebut. Pengupasan mempengaruhi
rendemen akhir produk pangan, pengupasan harus dilakukan se-efisien mungkin
agar kehilangan bahan dapat ditekan seminimal mungkin.
tidak terdapat ion-ion Fe2+,Mg2+ dan Ca2+. Sedangkan pada peeler, perubahan
warna menjadi coklat yang disebabkan karena bahan terjadi proses browning yang
dipicu oleh adanya ion Fe2+,Mg2+ dan Ca2+ serta kontak dengan oksigen bebas,
sehingga bahan akan mengalami oksidasi lebih cepat yang menghasilkan warna
coklat. Adapun pada sampel yang dikupas dengan sabut berwarna coklat karena
proses pengupasannya yang terlalu lama sehingga sebelum proses pengupasan
selesai, permukaan daging kentang yang sudah terkelupas bereaksi dengan
oksigen yang ada pada lingkungan dan menyebabkan reaksi pencoklatan.
Penggunaan peeler pada pengupasan kentang ini sangat mudah karena
tekstur kentang sendiri yang permukaanya kasar serta bentuknya yang mudah
digenggam sehingga dapat mempercepat pengupasan. Namun dengan
menggunakan peeler ini kurang efisien karena karena mengalami penurunan BDD
hampir dibawah 90%. Hal tersebut dapat terjadi karena orang yang mengupas
kentang ini terlalu tebal dalam mengupas, sehingga ada bagian yang bisa dimakan
namun ikut terkelupas (Kader, 1992).
mengurangi jumlah mikroflora aerobik pada sayuran daun seperti selada. Namun,
penggunaan klorin memiliki batas efektif untuk menekan pertumbuhan Listeria
monocytogenes pada selada dan kubis.
Pemberian inhibitor asam sitrat bertujuan untuk memberikan rasa asam,
memodifikasi manisnya gula, berlaku sebagai pengawet dan dapat mempercepat
inversi gula (Zentimer, 2009). Sementara itu, asam askorbat (vitamin C)
merupakan antioksidan yang dapat mencegah oksidasi, dan merupakan nutrien
serta vitamin yang larut dalam air dan penting untuk menjaga kesehatan. Vitamin
C merupakan satusatunya vitamin yang memiliki gugus enadiol dengan daya
reduksi kuat dan juga pemberi sifat asam (Moeljohardjo, 1998). Vitamin C juga
berperan sebagai pemberi proteksi bagi bagian yang mengandung air dari sel
jaringan ataupun organ, dan sebagai antioksidan untuk menangkal beberapa
radikal bebas (Halliwell, 1989). Asam asetat, menurut Waluyo (1984) selain
digunakan sebagai bahan penyedap rasa, juga banyak digunakan sebagai bahan
baku industri untuk memproduksi asam-asam alifatis terpenting. Asam cuka ini
juga digunakan sebagai pengawet, untuk pembuatan obat-obatan (aspirin), dan
lainnya. Larutan inhibitor berfungsi untuk menonaktifkan enzim, menurunkan pH,
sebagai antioksidan, dan pengikat logam (Tjahjadi, 2008).
Susut bobot menunjukkan kesegaran bahan sehingga semakin
meningkatknya susut bobot maka kesegaran pun semakin berkurang. Kader
(1992) menjelaskan bahwa terjadinya susut bobot disebabkan hilangnya air dalam
buah dan oleh respirasi yang mengubah gula menjadi CO2 dan H2O. Hal ini juga
dijelaskan oleh Winarno (1992) bahwa kehilangan bobot pada buah dan sayuran
selama penyimpanan disebabkan oleh kehilangan air sebagai akibat proses
penguapan dan kehilangan karbon selama respirasi sehingga menimbulkan
kerusakan dan menurunkan mutu produk tersebut. Selain itu, menurut Lamikanra
(2002), penggunaan suhu rendah dapat mengurangi reaksi metabolisme pada
bahan. Temperatur memengaruhi sifat permeabilitas gas yang melalui kemasan
plastik dan menghambat pertumbuhan mikroba.
Berdasarkan hasil pengamatan pada sampel kontrol, dimana sampel selada
dan brokoli disimpan di suhu pendinginan dan tidak diberi penambahan larutan
inhibitor, terjadi peningkatan bobot yang di hari kedua dan keempat pada sampel
Agra Maharddhika
240210150062
pencoklatan yang lain karena cukup sulit untuk mencegah pencoklatan dengan
mengontrol pH (Lamikanra, 2002). Penggunaan asam sitrat yang digabung dengan
larutan askorbat dapat menurunkan pH lebih banyak sehingga dapat mengurangi
kemungkinan terjadi pencokelatan.
Selanjutnya pada sampel selada dan brokoli yang diberi perlakuan
penambahan larutan asam askorbat 0,2% 100mL + Na EDTA 0,5% 100mL
mengalami susut bobot drastis pada hari kedua dan ketiga. Namun, terjadi
kenaikan bobot pada sampel brokoli dan selada di hari pertama. Hal ini
kemungkinan dikarenakan kemasan yang digunakan tertutup, sehingga uap hasil
respirasi dari sayuran terakumulasi, mencair kemudian membeku pada selang
penyimpanan tertentu sehingga kristal es yang dihasilkan menambah bobot dari
sampel tersebut atau pula dapat dikarenakan kesalahan pada saat penimbangan
seperti timbangan tidak di kalibrasi terlebih dahulu.
Berdasarkan hasil pengamatan,sampel selada yang ditambahkan larutan
asam askorbat 0,2% 100mL + Na EDTA 0,5% 100mL mulai layu pada hari
ketiga, sementara pada sampel brokoli mulai terjadi degradasi warna pada hari
ketiga. Hal ini menunjukan bahwa penambahan larutan asam askorbat 0,2%
100mL + Na EDTA 0,5% 100mL hanya dapat mempertahankan kesegaran selada
dan brokoli dari hari ke 0 hingga ke 3. Jongen (2002) mengatakan bahwa asam
askorbat merupakan agen anti pencoklatan yang paling efektif apalagi bila
dikombinasikan dengan agen yang lainnya seperti asam sitrat dan EDTA. Etilen
diamin tetra asetat (EDTA) adalah sequestran logam yang sering digunakan dalam
minyak salad (Winarno, 1992). Mekanisme kerja EDTA sebagai antioksidan
adalah sebagai bahan pengkelat logam karena pada suatu reaksi, ion logam dapat
membentuk kompleks dengan oksigen dan kemudian membentuk radikal peroksi.
Karakteristik fisik yang menunjukkan penurunan mutu pada sampel selada
dan brokoli adalah terjadinya degradasi warna, kelayuan, bercak cokelat/hitam,
bobot menyusut dan kebusukan. Berdasarkan penurunan susut bobot yang terkecil
dan karakteristik fisik selama penyimpanan, dapat disimpulkan bahwa perlakuan
terbaik pada sampel brokoli adalah dengan penambahan larutan asam askorbat
0.2% + asetat 0,6% sebagai larutan inhibitor, sedangkan perlakuan terbaik pada
Agra Maharddhika
240210150062
sampel selada adalah dengan penambahan larutan asam askorbat 0.2% 100mL +
asam sitrat 0.3% 100mL.
Berdasarkan hasil pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa sampel
selada dan brokoli yang ditambahkan dengan berbagai jenis larutan inhibitor
hanya berpengaruh sedikit pada perpanjangan umur simpan. Mayoritas sampel
yang diberi perlakuan tersebut hanya dapat mempertahankan kesegarannya selama
dua sampai empat hari. Sementara seperti yang telah dibahas diatas, daya simpan
brokoli akan lebih tahan lama bila diperlakukan dengan suhu kamar dingin 00C
10-14 hari dan 2-3 minggu untuk selada . Jika tanpa perlakuan tersebut, maksimal
daya tahannya 3 hari dengan pangkal batang berair danseterusnya membusuk
(Safaryani et al, 2007). Namun, berdasarkan hasil praktikum sampel sayuran
hanya dapat bertahan kurang dari lima hari. Hal ini kemungkinan dikarenakan
kesalahan pengemasan pada saat praktikum. Sayuran adalah komoditas yang
masih mengalami respirasi walaupun dengan laju respirasi rendah karena
disimpan dalam suhu pendinginan. Uap air hasil respirasi diperkirakan
terakumulasi karena kemasan yang digunakan tidak ada ventilasi dan tertutup
rapat. Hal itu akan menyebabkan sayuran menjadi busuk basah sehingga
menurunkan umur simpan dari sayuran tersebut.
Agra Maharddhika
240210150062
V. KESIMPULAN
Hasil pengupasan yang terbaik pada sampel kentang adalah dengan
pengupasan menggunakan pisau stainless steel karena warna daging
kentang tetap cerah, namun memiliki kekurangan, yaitu banyaknya jumlah
daging yang ikut terbuang bersama kulit saat proses pengupasan.
Pengupasan menggunakan sabut dapat mengurangi jumlah berat daging
yang ikut terbuang saat dilakukan pengupasan, namun sampel mengalami
pencoklatan.
Pengelupasan pada sampel tomat yang direbus memiliki waktu yang lebih
cepat dan jumlah rendemen yang lebih tinggi dibandingkan dengan tomat
yang dikukus.
Perlakuan terbaik pada sampel selada adalah dengan penambahan larutan
asam askorbat 0.2% + asam sitrat 0.3%.
Perlakuan terbaik pada sampel brokoli adalah dengan penambahan larutan
asam askorbat 0.2% + asam asetat 0.6%.
Berdasarkan hasil praktikum sampel selada yang ditambahhkan berbagai
perlakuan penambahan inhibitor hanya dapat bertahan kurang dari lima
hari.
Agra Maharddhika
240210150062
DAFTAR PUSTAKA
Arsa. 2016. Proses Pencoklatan (Browning Process) pada Bahan Pangan. Jurusan
Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Udayana Denpasar
Barry, C. 2007. Extending and Measuring the Quality of Fresh-Cut Fruit and
Vegetables. Review DIT edisi 1 Juli.
Waluyo, S., 1984. Beberapa Aspek Tentang Pengolahan Vinegar, Jakarta. Dewi
Ruci Press.
Wills, R.H.H., T.H. Lee, D. Graham, W.B. Mc Glasson and E.G. Hall., 1981.
Postharvest an Introduction to The Physiology and handling of Fruit and
Vegetables., New South Wales University Press, Kensington, N.S.W
Winarno, F.G. 1992. Pangan, Gizi, Teknologi dan Konsumen. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta
Agra Maharddhika
240210150062
LAMPIRAN
JAWABAN PERTANYAAN
1. Apa sebabnya pengelupasan kulit umumnya dilaksanakan dengan metode
campuran yang terdiri dari cara mekanis dan cara pengupasan tangan ?
Karena pada saat pengupasan, terdapat beberapa bagian bahan yang
tidak dapat dikupas secara mekanis sehingga harus dilakukan secara
manual menggunakan tangan. Selain itu, pengupasan secara mekanis
biasanya selalu diikuti dengan pengupasan tangan dengan tujuan
untuk mengupas bagian-bagin yang terlewati, bagian yang agak dalam
seperti mata, dan bagian yang busuk, memar, atau berwarna
menyimpang seperti hijau pada kentang.
2. Apa keuntungan dan kerugian dari cara pengupasan dengan tangan, mekanis
dan pengelupasan ? Uraikan dengan ringkas !
Pengupasan dengan tangan :
+ Biaya yang lebih murah.
- Kurang efisien, memerlukan waktu yang lebih lama, serta
kehilangan bahan bersama kulit cukup banyak.
Pengupasan mekanis :
+ Cepat dan mudah.
- Ada beberapa bagian kulit bahan yang tidak terjangkau oleh
alat.
Pengelupasan :
+ Lebih cepat, dan warna bahan menjadi lebih baik.
- Hanya cocok untuk bahan yang memiliki kulit ari saja.