Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM OTK

SEDIMENTASI

Dosen Pembimbing :
Anang Takwanto, S.T. M.T.

Oleh:
Kelompok 3 2B-D3 Teknik Kimia

Avielia Putri Wardani (1731410124)


Azhari Wildan Akmad (1731410116)
Maycco Dwi Saputra (1731410005)
Siti Iffah Munawaroh (1731410148)
Siti Indah Puspitasari (1731410152)
Zaidatul Mabruroh (1731410058)

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI MALANG

TAHUN AJARAN 2018/2019


I. Dasar Teori
A. Pengertian sedimentasi
Proses klarifikasi mencakup proses-proses koagulasi, flokulasi dan sedimentasi.
Proses koagulasi merupakan suatu penambahan beban kimia atau koagulan tertentu
kedalam air yang disertai dengan pengadukan cepat sehingga terbentuk flok partikel
koloid yang sangat halus.
Sedimentasi merupakan peristiwa turunnya partikel-partikel padat yang semula
tersebar merata dalam cairan karena adanya gaya berat, setelah terjadi pengendapan
cairan jernih dapat dipisahkan dari zat padat yang menumpuk di dasar atau biasa
disebut dengan pengendapan. Selama proses ini berlangsung, terdapat tiga gaya yang
berpengaruh:
a. Gaya Gravitasi
Gaya ini bisa dilihat pada saat terjadi endapan atau mulai turunnya pertikel
padatan menuju kedasar tabung untuk membentuk endapan. Hal ini terjadi karena
massa jenis partikel padatan lebih besar dari massa jenis fluida. Atau dengan kata
lain bahwa, pada gaya ini berat jenis larutan lebih kecil dari berat jenis partikel,
sehingga partikel lebih cepat mengendap. Pada kondisi ini, sangat dipengaruhi oleh
Hukum Newton II, yaitu :
Fg = m . g ………………………………………………(2.1.1)

b. Gaya Dorong
Gaya dorong terjadi pada saat larutan dipompakan ke dalam tabung klarifier.
Larutan ini akan terdorong pada ketinggian tertentu. Gaya dorong dapat juga kita
lihat pada saat mulai turunnya partikel padatan karena adanya gaya Gravitsi, maka
fluida akan memberikan gaya yang besarnya sama dengan berat padatan itu sendiri.
Gaya inilah yang disebut gaya dorong dan juga gaya yang memiliki arah yang
berlawanan dengan gaya gravitasi.

Fd = Ap.V . Cd.  ……..………………..……………………..(2.1.2)


2
c. Gaya Apung
Gaya apung terjadi jika massa jenis partikel lebih kecil dari massa jenis fluida.
Sehingga partikel padatan berada pada permukaan cairan. Maka pengaruh gaya ini
dapat dirumuskan sebagai berikut :

m. . g
Fa = Fa=p ……...………………………………………(2.1.3)

Suatu partikel yang mengendap dalam air karena adanya gaya gravitasi akan
mengalami percepatan sampai gaya dari tahanan dapat mengimbangi gaya gravitasi.
setelah terjadi kesetimbangan partikel akan terus mengendap pada kecepatan kostan
yang dikenal sebagai kecepatan akhir atau kecepatan pengendapan bebas.
Laju pengendapan partikel padat dalam zat cair dapat dibagi beberapa factor antara lain :
a. Berat jenis dan partikel
b. Bentuk dan ukuran partikel
c. Viskositas air
d. Aliran dalam bak pengendap
Laju pengendapan lumpur berbeda-beda satu sama lainnya, demikian pula tinggi relatif
berbagai zona pengendapannya. Untuk menentukan karakteristik pengendapannya secara
teliti, setiap lumpur itu harus diperiksa dengan melakukan eksperimen terhadap masing-
masingnya (Mc Cabe, WL. 1990)

II. Alat dan Bahan


1. Alat :
a. Gelas ukur 1000 ml
b. Stopwatch
c. Ayakan
d. Timbangan
e. Kaca Pengaduk
2. Bahan :
a. Kapur
b. Air
c. Tawas
III. Skema kerja

Pengayakan kapur dan pencatatan diameter


rata-rata

Pembuatan campuran kapur, kieselguhr dan air


dengan berbagai konsentrasi

Pengadukan dan pencatatan ketinggian awal

Tiap selang
Pengamatan dan pencatatan ketinggian
waktu 5
interface antara cairan jernih dan suspensi
menit

Pengamatn hingga ketinggian interface antara


cairan jernih dan suspensi tidak berubah

IV. Data Pengamatan


A. Perhitungan Densitas Bahan
Tabel 1. Hasil data waktu dan ketinggian

Kolom 1 Kolom 2 Kolom 3


Waktu H zona Zona Z Waktu H Zona Waktu H Zona Z
ke- A (cm) (cm) ke- zona Z ke- zona (cm)
(menit) (menit) A (cm) (menit) A
(cm) (cm)
1 110 490 1 120 480 1 130 470
2 240 360 2 250 350 2 260 340
3 280 320 3 290 310 3 380 220
4 410 190 4 450 150 4 410 190
5 420 180 5 425 175 5 415 185
6 425 175 6 430 170 6 420 180
7 430 170 7 435 165 7 425 175
8 432 168 8 437 163 8 430 170
9 435 165 9 440 160 9 435 165
10 438 162 10 443 157 10 437 163
13 442 158 13 446 154 13 439 161
14 447 153 14 450 150 14 442 158
15 450 150 15 453 147 15 445 155
16 452 148 16 457 143 16 450 150
19 455 145 19 460 140 19 452 148
22 458 142 22 463 137 22 456 144
25 461 139 25 466 134 25 460 140
30 465 135 30 470 130 30 463 137
35 473 127 35 475 125
40 480 120 40 480 120
45 490 110
50 505 95
65 520 80
80 525 75
95 540 60
110 550 50
125 560 40

Bahan Densitas (gram/mL)


Air 1
Kapur (0,01 mm) 1,47
Tawas 1,58

Contoh perhitungan bahan (kapur 0,01 mm)


Berat pikno kosong = 30,58
Berat pikno + kapur = 32,89
Berat pikno + kapur + air = 56,32
Berat kapur = (pikno+kapur) – pikno kosong
= 32,89-30,58
=2,31 gram
Berat air = (pikno+kapur+air) – (pikno+kapur)
= 56,32-32,89
= 23,43 gram
Volume air = berat air/P air
= 23,43/1
= 23,43 mL
Volume kapur = volume pikno – volume air
= 25-23,43
= 1,57 mL
P kapur = berat kapur/volume kapur
= 2,31/1,57
= 1,47 gram/mL

B. Perhitungan densitas suspensi awal

No. Densitas (gram/mL)


Tabung 1 0,9372
Tabung 2 0,9432
Tabung 3 0,9289

Contoh perhitungan suspensi awal tabung 1


Berat piknometer kosong (m1) = 30,58 gram
Berat piknometer + air (m2) = 54,01 gram
Volume piknometer = 25 mL
Densitas = (m2 – m1)/volume
= (54,01-30,58)/25
= 0,9372 gram/mL

C. Perhitungan densitas suspensi akhir


No. Densitas (gram/mL)
Zona A Zona D
Tabung 1 1,5822 1,023
Tabung 2 1,4352 1,047
Tabung 3 1,5436 1,123
Contoh perhitungan suspensi akhir tabung 1
Zona A
Berat pikno kosong = 30,58 gram
Berat pikno + kapur = 32,89 gram
Berat pikno + kapur + air = 56,32 gram
Berat kapur = (pikno+kapur) – pikno kosong
= 32,89– 30,58
= 2,31 gram
Berat air = (pikno+kapur+air) – (pikno+kapur)
= 56,32-32,89
= 23,43 gram
Volume air = berat air/P air
= 23,43/0,9953
= 23,54
Volume kapur = volume pikno – volume air
= 25 – 23,54
= 1,46 mL
P kapur = berat kapur/volume kapur
= 2,31/1,46
= 1,5822 gram/ml

D. Perhitungan kecepatan sedimentasi dan rata-rata suspense


- Kapur diameter 0,01 mm (10 gram)
Z0 = 600 cm
Zi = 600 cm
Z1 = 205 cm
T1 = 125 menit
Vt = (Zi – Z1)/(t1-0)
= (600-205)/(125-0)
= 3,16 cm/menit
- Kapur diameter 0,01 mm (10 gram) dan tawas (0,5 gram)
Z0 = 600 cm
Zi = 460 cm
Z1 = 230 cm
T1 = 40 menit

Vt = (Zi – Z1)/(t1-0)
= (460-230)/(40-0)
= 5,75 cm/menit

- Kapur diameter 0,01 mm (10 gram) dan tawas (1 gram)


Z0 = 600 cm
Zi = 470 cm
Z1 = 275 cm
T1 = 30 menit
Vt = (Zi – Z1)/(t1-0)
= (470-275)/(30-0)
= 6,5 cm/menit

V. Pembahasan

Sedimentasi merupakan peristiwa turunnya partikel-partikel padat yang semula


tersebar merata dalam cairan karena adanya gaya berat, setelah terjadi pengendapan
cairan jernih dapat dipisahkan dari zat padat yang menumpuk di dasar atau biasa
disebut dengan pengendapan. Laju pengendapan lumpur berbeda-beda satu sama
lainnya, demikian pula tinggi relatif berbagai zona pengendapannya. Untuk
menentukan karakteristik pengendapannya secara teliti, setiap lumpur itu harus
diperiksa dengan melakukan eksperimen terhadap masing-masingnya (Mc Cabe, WL.
1990). Partikel yang mempunyai ukuran yang besar dan kasar akan sangat mudah
mengendap dari pada partikel halus, untuk padatan yang halus diusahakan
menggumpal menjadi partikel yang lebih besar agar cepat mengendap (F, Parikesit, Ir.
1985) .
Percobaan dilakukan dengan menggunakan 3 kolom yang terdiri dari kolom
1 berisi larutan kapur, kolom 2 berisi larutan kapur dan tawas 0,5 gram, dan kolom 3
berisi larutan kapur dan tawas 1 gram.

Kolom 1
700
y = 1.8249x + 382.76
600
R² = 0.4388
500
Ketinggian (cm)

400

300

200

100

0
0 20 40 60 80 100 120 140
Waktu (menit)

Grafik 1. hubungan antara ketinggian suspensi dengan waktu pada kolom 1

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dengan menggunnakan larutan


dengan padatan kapur dengan diameter rata-rata kapur 0,01 mm didapatkan perubahan
ketinggian suspensi pada awal waktu berlangsung cepat dan pada menit ke 4 tejadi
pengendapan sedikit demi sedikit dan relatif konstan. Hal ini terjadi karena adanya gaya
gravitas yang mengakibatkan ukuran partikel yang lebih besar turun dan mengendap lebih
cepat. Percobaan pada kolom satu didapatakan laju kecepatan sedimentasi sebesar 3,16
cm/menit.
Kolom 2
600
y = 4.6816x + 350.52
500 R² = 0.3345

Ketinggian (cm)
400

300

200

100

0
0 10 20 30 40 50
Waktu (cm)

Grafik 2. hubungan antara ketinggian suspensi dengan waktu pada kolom 2

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dengan menggunnakan larutan


dengan padatan kapur dan tawas sebanyak 0,5 gram dengan diameter rata-rata kapur 0,01
mm didapatkan perubahan ketinggian suspensi pada awal waktu berlangsung cepat dan
pada menit ke 4 tejadi pengendapan sedikit demi sedikit dan relatif konstan. Hal ini terjadi
karena adanya gaya gravitas yang mengakibatkan ukuran partikel yang lebih besar turun
dan mengendap lebih cepat. Tawas pada percobaan membantu penjernihan pada larutan.
Berbeda dengan kolom 1, kolom terlihat lebih jernih dan partikel terlihat sedikit
menggumpal. Percobaan pada kolom 2 didapatakan laju kecepatan sedimentasi sebesar
5,75 cm/menit. Laju kecepatan sedimentasi lebih cepat dibandingkan dengan kolom 1. Hal
ini disebabkan oleh pencampuran tawas pada kolom 2 yang membantu penggumpalan
partikel sehingga dengan adanya gaya gravitas mengakibatkan pertikel lebih cepat turun ke
dasar kolom.
Kolom 3
600
y = 6.1101x + 337.33
500 R² = 0.3724
Ketinggian (cm)
400

300

200

100

0
0 5 10 15 20 25 30 35
Waktu (cm)

Grafik 3. hubungan antara ketinggian suspensi dengan waktu pada kolom 2

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dengan menggunnakan larutan


dengan padatan kapur dan tawas sebanyak 1 gram dengan diameter rata-rata kapur 0,01
mm didapatkan perubahan ketinggian suspensi pada awal waktu berlangsung cepat dan
pada menit ke 4 tejadi pengendapan sedikit demi sedikit dan relatif konstan. Hal ini terjadi
karena adanya gaya gravitas yang mengakibatkan ukuran partikel yang lebih besar turun
dan mengendap lebih cepat. Tawas pada percobaan membantu penjernihan pada larutan.
Berbeda dengan kolom 2, kolom terlihat lebih jernih dan partikel terlihat sedikit
menggumpal. Percobaan pada kolom 3 didapatakan laju kecepatan sedimentasi sebesar 6,5
cm/menit. Laju kecepatan sedimentasi lebih cepat dibandingkan dengan kolom 2. Hal ini
disebabkan oleh pencampuran tawas pada kolom 3 dengan jumlah lebih banyak yang
membantu penggumpalan partikel sehingga dengan adanya gaya gravitas mengakibatkan
pertikel lebih cepat turun ke dasar kolom.

VI. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum sedimentasi, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Sedimentasi merupakan peristiwa turunnya partikel-partikel padat yang semula
tersebar merata dalam cairan karena adanya gaya berat, setelah terjadi pengendapan
cairan jernih dapat dipisahkan dari zat padat yang menumpuk di dasar atau biasa
disebut dengan pengendapan.
2. Partikel yang mempunyai ukuran yang besar dan kasar akan sangat mudah
mengendap dari pada partikel halus, untuk padatan yang halus diusahakan
menggumpal menjadi partikel yang lebih besar agar cepat mengendap.
Penggumpalan dengan menggunakan bantuan tawas.

VII. Daftar Pustaka


McCabe, W., Smith, J.C., and Harriot, P., 1993, “Unit Operation of Chemical
Engineering”, McGraw Hill Book, Co., United States of America.
Faith, Keyes & Clark., 1955, “Industrial Chemical”, 4th ed, John Wiley and Sons, Inc.,
New York.

Anda mungkin juga menyukai