Anda di halaman 1dari 2

3.

2
Pengeringan Udara
Pengeringan udara terjadi di menara pengering (DT) dengan menggunakan
asam sulfat berkonsentrasi 98% sebagai penyerap uap air dari udara yang ditiup
oleh blower. Kandungan air perlu dikurangi agar tidak terjadi korosi pada sistem
perpipaan dan dapat merusak
katalis V
2
O
5
.
Udara bebas yang terdapat di sekitar PT Timuraya Tunggal Tangerang
diperoleh dengan menggunakan blower 200 HP, atau blower cadangan 100 HP
jika blower utama bermasalah.
Kemudian, udara masuk dari bagian bawah menara
dan disemprotkan asam sulfat dengan konsentrasi 98% yang berasal dari tangki
asam 1 (AT1). Uap air yang terkandung dalam udara akan terserap oleh larutan
asam tersebut. Udara yang telah dikeringkan kemudian masuk ke burner untuk
digunakan dalam reaksi pembakaran belerang cair. Batas maksimum kadar air
yang yang masih diperbolehkan
masuk burner adalah 1 gr/m
3
.
Proses absorb
si dalam DT berlangsung pada tekanan 1 atm dan temperatur
44°C. Variabel utama dari proses absorb
si pada menara pengering (DT) adalah
luas permukaan kontak antara asam sulfat dan udara. Proses absorbsi akan
berlangsung dengan baik jika luas permukaan kontak semakin meningkat. Oleh
karena itu, di dalam DT dipasang suatu isian atau disebut juga dengan packing
untuk meningkatkan luas permukaan kontak. Jenis packing yang digunakan
adalah tipe
Berl Saddle
dan
Raschig Ring
berbahan keramik. Bahan keramik
digunakan karena sifatnya yang tahan terhadap panas dan asam.
3.3
Pencairan
Belerang
Belerang padat biasanya hanya digunakan saat terjadi kendala dalam
transportasi belerang cair. Proses pencairan belerang padat berlangsung di dua
buah bak besi (BBS) yang masing-masing dilengkapi dengan koil yang di
dalamnya dilalui steam. Kedua bak besi tersebut diisi dengan belerang padat.
Proses ini diawali dengan pengisian belerang padat ke dalam bak besi hingga
penuh d
engan menggunakan loader. Setiap BBT dilengkapi dengan k

oil yang berfungsi untuk menjaga suhu


belerang cair pada kisaran 130 °C sehingga sulfur selalu berada dalam keadaan
cairan. Oleh karena itu, penginjeksian steam tetap dilakukan ke dalam koil.
Jumlah sulfur juga harus dijaga tetap. Jika jumlah steam yang dimasukan ke
dalam k
oil kurang, maka sebagian sulfur akan membeku. Hal tersebut
menyebabkan kerusakan pompa yang digunakan untuk memompa sulfur cair ke
dalam burner. Jika jumlah steam yang dimasukan ke dalam koil berlebih, maka
terjadi r
eaksi pembakaran sulfur cair dengan udara yang kontak langsung dengan
sulfur. Indikator adanya sulfur yang terbakar adalah adanya api biru pada
permukaan sulfur cair. Jika hal ini terjadi, maka dilakukan pemadaman dengan
menyiramkan air. Air yang tercampur dengan sulfur cair akan menguap dengan
sendirinya

Anda mungkin juga menyukai