Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 MINYAK SAWIT MENTAH


Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan unggulan dan utama di Indonesia.
Tanaman ynag produk utamanya terdiri dari minyak sawit (CPO) dan minyak inti sawit
(PKO) ini memiliki nilai ekonomis tinggi dan menjadi salah satu penyumbang devisa
negara terbesar dibandingkan dengan komoditas perkebunan lainnya. Hingga saat ini
kelapa sawit telah diusahakan dalam bentuk perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa
sawit hingga menjadi minyak dan produk turunannya (Redinal, 2018).
Minyak sawit secara alami berwarna merah karena kandungan betakaroten yang
tinggi. Minyak sawit berbeda dengan minyak inti kelapa swait (palm kernel oil) yang
dihasilkan dari inti buah yang sama. Minyak kelapa sawit juga berbeda dengan minyak
kelapa yang dihasilkan dari inti buah kelapa (cocos nucifera). Minyak sawit mengandung
41% lemak jenuh, minyak inti sawit 81% lemak jenuh dan minyak kelapa 86% lemak
jenuh (Knoblauch and McGee, 2004).
Minyak sawit yang dihasilkan dari buah kelapa sawit tersusun atas unsur C, H dan
O. Minyak sawit ini terdiri atas fraksi padat dan cair dengan perbandingan yang seimbang.
Penyusun fraksi padat terdiri atas asam lemak jenuh, antara lain asam miristat (1%), asam
palmitat (45%) dan asam stearat (4%), sedangkan fraksi cair mengandung asam lemak tak
jenuh yang terdiri atas asam oleat (39%) dan asam linoleat (11%). Komposisi tersebut
berbeda dengan minyak inti sawit dan minyak kelapa (Rahayu, 2012).
Tabel 2.1 Komposisi Asam Lemak dari Minyak Kelapa Sawit
Asam Jumlah Atom Minyak Sawit Minyak Inti Minyak Kelapa
lemak C (%) Sawit (%) (%)
Asam Lemak Jenuh
Oktanoat 8 - 2-4 8
Dektanoat 10 - 3-7 7
Laurat 12 1 41-55 48

II-1
Sambungan tabel 2.1
Miristat 14 1-2 14-19 17
Palmitat 16 32-47 6-10 9
Stearat 18 4-10 1-4 2
Asam Lemak Tidak Jenuh
Oleat 18 38-50 10-20 6
Linoleat 18 5-14 1-5 3
Linolenat 18 1 1-5 -
Sumber : (Rahayu, 2012)

2.2 ASAM STEARAT


Asam stearat berbentuk kristal putih atau kekuningan, sedikit berbau, serta
memiliki rasa seperti lemak. Metode pembuatan asam stearat meliputi hidrolisis lemak
atau hidrogenasi asam lemak tak jenuh (misalnya asam oleat), kemudian dilanjutkan
dengan metode isolasi, seperti distilasi fraksinasi ataupun kristalisasi. Konsentrasi asam
stearat tertinggi diperoleh dari hidrogenasi asam lemak tak jenuh. Asam stearat merupakan
salah satu jenis asam lemak jenuh (Masyithah, 2018). Asam stearat biasanya digunakan
dalam pembuatan krim dengan netralisasi menggunakan bahan alkalis yang digunakan
dalam pembuatan krim seperti trietanolamin. Asam stearat berfungsi sebagai emulgator
dengan konsentrasi 1-20% pada sediaan krim (Mutiara, 2018).

Gambar 2.1 Struktur Asam Stearat

Asam stearat merupakan salah satu asam lemak yang populer digunakan dalam
pembuatan sabun. Garam asam stearat dibuat dengan natrium, kalium, kalsium, strontium,
barium dan magnesium digunakan dalam berbagai aplikasi. Selain pembuatan sabun,
asam stearat digunakan untuk pembuatan krim, lotion dan salep yang stabil. Asa sterarat
dapat juga digunakan dalam produk-produk seperti deodoran dan antiperspiran, krim

II-2
foundation, lotion tangan, pelurus rambut dan krim cukur. Bisa juga digunakan sebagai
pelembut dalam mengunyah dasar permen karet dan untuk supositoria selanjutnya
direaksikan membentuk alkohol stearil sehingga dapat digunakan dalam berbagai produk
industri dan kosmetik (Simaremare, 2021).

2.3 STEARAMIDA
Stearamida merupakan salah satu asam lemak amida primer dengan rumus
molekul C18H37NO. Stearamida dapat dibuat dalam skala besar dan biasanya tersedia
dalam bentuk butiran berbentuk tepung. Stearamida pada suhu kamar berwujud kristal
yang jernih berwarna putih. Stearamida memiliki temperatur maksimum 220 oC. Asam
lemak amida seperti stearamida, kebanyakan digunakan pada produksi kain anti air
melalui reaksi dengan formaldehid, piridin dan asam klorida untuk menghasilkan garam
kuartener. Stearamida dapat juga dihasilkan dengan reaksi antara asam stearat dan urea,
seperti yang ditunjukkan pada reaksi berikut:
Urea + Asam Stearat Stearamida + Air + Karbon dioksida
CO(NH2)2 + 2C17H35COOH 2C17H37NO + H2O + CO2
(Syukri dan Zuhrina, 2018)
Amida asam lemak dapat dibuat secara sintesis pada industri oleokimia melalui
proses batch. Pada proses ini, ammoniak dan asam lemak bebas bereaksi pada suhu 200
o
C dan tekanan 345-690 kPa selama 10-12 jam. Selain proses batch, amida primer dapat
diperoleh dengan mereaksikan ammoniak dengan metil ester asam lemak. Reaksi tersebut
mengikuti konsep HSAB, dimana H+ dari ammoniak merupakan asam kuat yang mudah
bereaksi dengan basa kuat CH3O- untuk membentuk metanol. Sebaliknya NH2- lebih basa
lemah dibandingkan dengan CH3O- akan terikat dengan R-C+ = O yang lebih asam lemah
dibanding H+. Reaksinya sebagai berikut:

Gambar 2.2 Reaksi amidasi metil ester asam lemak dengan ammoniak

II-3
Dimana pada reaksi tersebut senyawa metil ester yang memiliki gugus karbonil
(C=O) direaksikan dengan ammoniak yang memiliki atom nitrogen sehingga terjadi reaksi
amidasi. Pada reaksi amidasi tersebut menghasilkan suatu senyawa yang mempunyai
suatu nitrogen trivalen yang terikat pada suatu gugus karbonil yang disebut dengan amida.
Stearamida dapat dihasilkan melalui berbagai cara diantara lainnya yaitu:
1. Pemanasan asam dengan urea
Reaksi ini terjadi pada suhu 120 oC, dimana asam karbamat yang terbentuk akan
terdekomposisi menjadi ammoniak dan CO2. Garam ammonium juga akan
menghasilkan senyawa amida jika bereaksi dengan urea pada suhu di atas 120 oC.
CH3COOH + CH2CONH2 → CH3CONH2 + CO2 + NH3
2. Hidrolisis senyawa nitril
Hidrolisasi senyawa nitril dilakukan dengan cara melarutkan senyawa nitril dalam
asam klorida berkonsentrasi pada suhu 400 oC dan kemudian meneteskan air
sedikit demi sedikit.
3. Merekasikan asam dengan ammonium anhidrat
Senyawa asetamida diperoleh dengan mendestilasi fraksinasi ammonium asetat.
Untuk menekan hidrolisi pada ammonium asetat biasanya asam asetat
ditambahkan sedikit demi sedikit.
CH3CO2NH4 →CH3CONH2 + H2O
4. Mereaksikan ammoniak pekat dengan ester
Proses ini biasa disebut dengan ammonolisis ester, dimana akan dilakukan isolasi
secara destilasi apabila amida yang terbentuk larut ke dalam air.
CH3COOC2H5 + NH3 → CH3CONH2 + C2H5OH
Sumber : (Kirk and Orthmer, 1981)

2.4 SIFAT FISIKA DAN KIMIA BAHAN BAKU


2.4.1 Asam Stearat
Asam stearat merupakan salah satu bahan utama yang akan bereaksi dengan urea
dalam proses pembentukan stearamida.

II-4
a. Sifat Fisika asam stearat (Perry dan Green, 1997)
1. Rumus molekul : CH3(CH2)16COOH
2. Berat molekul : 284,48 gr/grmol
3. Titik didih : 370 oC (P : 760 mmHg)
4. Titik leleh : 69,3 oC (P : 760 mmHg)
5. Densitas : 0,9408 gr/ml (P : 760 mmHg)
6. Indeks bias : 1,4299
7. Panas pembentukan : 47,54 kal/gr
8. Panas penguapan : 19306,6 kal/mol
b. Sifat Kimia asam stearat (Lubis, 2010)
1. Dapat larut dalam eter, aseton dan n-Hexane
2. Berasal dari lemak hewani dan nabati
3. Memiliki 4,6% kadar asam lemak jenuh dalam kelapa sawit
4. Memiliki 2,5% kadar asam lemak jenuh dalam minyak inti sawit
5. Diperoleh dari penyulingan minyak kelapa sawit
6. Jika bereaksi dengan urea menghasilkan senyawa yang baru yaitu stearamida
CO(NH2)2 + 2C17H35COOH → 2C17H37NO + H2O + CO2
Urea + Asam stearat → Stearamida

2.4.2 Urea
Urea merupakan bahan baku dalam pembuatan stearamida. Adapun wujud dari
urea dapat dilihat pada gambar 2.3.
a. Sifat Fisika Urea (Perry dan Green, 1997)
1. Rumus molekul : CO(NH2)2
2. Berat molekul : 60 gr/mol
3. Titik lebur : 132,7 oC pada 1 atm
4. Spesifik gravity : 1,335 (20 oC)
5. Energi pembentukan : -47,120 kal/mol (25 oC)
6. Kapasitas panas (Cp) : 1,340 (293 K)
b. Sifat Kimia Urea (Perry dan Green, 1997)

II-5
1. Berbentuk kristal tetragonal
2. Berbentuk primatik dan berwarna putih
3. Terdekomposisi pada titik didihnya
4. Dapat larut dalam amoniak dan air

2.4.3 Kloroform
Kloroform berperan sebagai larutan pemurni untuk memurnikan stearamida dari
urea yang tersisa. Adapun wujud dari kloroform dapat dilihat pada gambar 2.4.
a. Sifat Fisika Kloroform (LabChem, 2012)
1. Berat molekul : 119,38 g/mol
2. Titik didih : 61 oC
3. Titik lebur : -64 oC
4. Massa jenis : 1490 kg/m3
5. Kelarutan dalam air : 0,87 g/100 ml (23oC)
6. Viskositas : 0,542 cP
b. Sifat Kimia Kloroform (Lubis, 2010)
1. Rumus molekul : CHCl3
2. Merupakan larutan yang mudah menguap, tidak berwarna dan memiliki bau
yang tajam dan menusuk
3. Memiliki efek samping mengantuk apabila terhirup
4. Tidak dapat bereaksi dengan stearamida
C17H37NO + CHCl3 → C17H37NO + CHCl3
5. Sebagai larutan pemurni pada stearamida

II-6

Anda mungkin juga menyukai