Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pencampuran
Pencampuran merupakan suatu kondisi yang bertujuan untuk mengurangi
ketidaksamaan kondisi, suhu, atau sifat lain yang terdapat dalam suatu bahan.
Pencampuran dapat terjadi dengan cara menimbulkan gerak di dalam bahan.
Sehingga menyebabkan bagian-bagian bahan saling bergerak satu terhadap yang
lainnya. Oleh karena itu operasi pengadukan merupakan salah satu cara di dalam
proses pencampuran.
Dilihat dari jenis fluidanya, pencampuran dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu
pencampuran single phase dan pencampuran multi phase. Dimana untuk
pencampuran single phase meliputi fasa cair-cair, padat-padat, atau gas-gas. Untuk
pencampuran multiphase meliputi fasa cair-padat, cair-gas, cair-gas-solid, ataupun
cair-gas-gas. Suspensi padat-cair yang diaduk secara turbulen banyak ditemukan
secara luas pada proses industri. Contohnya pada reaktor slurry katalis dimana
partikel solid yang membawa material katalis disuspensikan pada aliran turbulen
yang dihasilkan oleh impeller. Aliran fluida turbulen menjaga partikel tetap
tersuspensi, dan meningkatkan transfer massa dan panas antara solid dan liquid,
dengan demikian memungkinkan terjadi reaksi pada zat kimia yang terkandung
dalam fase liquid(Briliant et al., 2012).
Pencampuran terjadi pada tiga tingkatan yang berbeda yaitu (Mc Cabe, 2004):
1. Mekanisme konvektif, merupakan pencampuran yang disebabkan aliran cairan
secara keseluruhan (bulk flow).
2. Eddy diffusion, merupakan pencampuran karena adanya gumpalan-gumpalan
fluida yang terbentuk dan tercampakan dalam medan aliran.
3. Diffusion, merupakan pencampuran karena gerakan molekuler.
Pada operasi pencampuran dalam tangki berpengaduk, waktu pencampuran ini
dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu sebagai berikut.
1. Kerkaitan dengan alat, seperti:
 Ada tidaknya buffle
 Bentuk atau jenis pengaduk (turbin, propele, padel)
 Ukuran pengaduk (diameter, tinggi)
 Laju putaran pengaduk
2. Kedudukan pengaduk pada tangki, seperti:
 Jarak pengaduk terhadap dasar tangki
 Pola pemasangan (center-vertical, off center-vertical, miring atau inclined
dan horizontal)
 Jumlah daun pengaduk
3. Hubungan dengan cairan yang diaduk, seperti:
 Perbandingan kerapatan atau densitas cairan yang diaduk
 Perbandingan viskositas cairan yang diaduk
 Jumlah kedua cairan yang diaduk
 Jenis cairan yang diaduk (miscible, immiscible)

2.2 Pengadukan
Pengadukan merupakan suatu prose menciptakan gerakan dari bahan yang di
aduk seperti molekul-molekul, zat-zat yang bergerak sehingga komponennya
menyebar. Pengadukan (agitation) menunjukkan gerakan pada suatu bahan di dalam
bejana, dimana gerakan itu mempunyai pola sirkulasi tertentu. Sedangkan
pencampuran (mixing), ialah peritiwa menyebarnya bahan-bahan secara acak, dimana
bahan yang satu menyebar ke bahan yang lain, dimana sebelumnya bahan tersebut
terpisah dalam dua atau lebih fase liquid (Geankoplis, 1993).
Pengaduka bertujuan untuk mempercepat proses pencampuran fluida karena
dapat mempercepat terjadinya perpindahan massa dan energy yang berupa panas,
baik yang disertai reaksi kimia maupun tidak. Biasanya dalam alat tangki
berpengaduk yang merupakan satu sistem pencampuran dapat dilengkapi dengan
impeller dan baffle. Prinsip kerja tangki pengaduk sendiri adalah mengubah energi
mekanis motor yang memutar shaft impeller menjadi energi kinetik aliran fluida
dalam tangki berpengaduk. Energi kinetik tersebut menimbulkan sirkulasi aliran
fluida di ujung impeller sehingga terjadi proses pencampuran (Briliant et al., 2012).
Menurut Geankoplis (1993) tujuan dari pengadukan yakni:
1. Mencampurkan dua larutan yang saling mencampur,seperti alkohol dan air.
2. Melarutkan padatan didalam cairan, seperti garam didalam air.
3. Mendispersikan gas didalam cairan dalam bentuk gelembung halus, seperti
oksigen dari udara yang disuspensikan oleh mikroorganisme fermentasi
4. Suspensi partikel padatan didalam cairan seperti hidrogenasi katalitik dari
cairan dimana partikel katalis padat dan gelembung hydrogen di dispersikan
didalam cairan.
5. Pengadukan fluida untuk meningkatkan transfer panas antara fluida dan koil
atau jaket didalam dinding kolom.

2.3 Tangki Pengaduk


Tangki pengaduk sederhana terdiri dari, bejana/tangki (vessel),motor, impeller,
sekat, dan accessories. Ujung bawah tangki, umumnya membulat, bertujuan untuk
mengurangi sudut tajam pada tangki, yang dapat mempengaruhi pola sirkulasi di
dalam tangki itu sendiri. Pengaduk (impeller) dipasang pada ujung poros pemutar
yang ditumpu dari atas. Poros tersebut digerakkan oleh motor. Gambar 2.1 adalah
gambar tangki pengaduk sederhana
motor

pereduksi
gerak

permukaan
aliran cairan
inlet
sumur
mantel termometer
pemanas
poros
sekat impeler

katup
pengeluaran
Gambar 2.1. Tangki Pengaduk (Sumber: McCabe et al., 1985)
Aksesoris lain yang melengkapi tangki pengaduk sederhana yakni seperti
lubang masuk dan keluaran, kumparan pemanas (koil kalor) untuk pengadukan yang
membutuhkan kalor, jacket (mantel) untuk menjaga suhu pengadukan agar tetap
konstan, lubang thermometer untuk menganalisa suhu pengadukan, dan lain-lain.
Suatu tangki berpengaduk memiliki berbagai kelengkapan untuk menunjang
pengoperasian yang dilakukan dalam tangki tersebut. Komponen kelengkapan
tersebut terdiri dari (Harnby N., 1992):
a. Ada tidaknya buffle yang mempengaruhi pola aliran didalam tangki
b. Keberadaan jaket atau koil pendingin/pemanas yang berfungsi sebagai
pengendali suhu
c. Letak lubang pemasukan dan pengeluaran untuk proses kontinu
d. Sumur untuk menempatkan termometer atau piranti untuk pengukuran suhu
e. Kumparan kalor, tangki dan kelengkapan lainya pada tangki berpengaduk

2.4 Jenis Pengaduk (Impeller)


Impeller merupakan suatu alat pengaduk yang memiliki fungsi sebagai
penggerak fluida yang ada disekelilingnya (Herliati., 2005). Pengaduk dalam tangki
memiliki fungsi sebagai pompa yang menghasilkan laju volumetrik tertentu pada tiap
kecepatan putaran dan input daya. Input daya dipengaruhi oleh geometri peralatan
dan fluida yang digunakan. Profil aliran dan derajat turbulensi merupakan aspek
penting yang mempengaruhi kualitas pencampuran. Rancangan pengaduk sangat
dipengaruhi oleh jenis aliran, laminar atau turbulen. Aliran laminar biasanya
membutuhkan pengaduk yang ukurannya hampir sebesar tangki itu sendiri. Hal ini
disebabkan karena aliran laminar tidak memindahkan momentum sebaik aliran
turbulen (Wallas., 1998).
Pencampuran di dalam tangki pengaduk terjadi karena adanya gerak rotasi
dari pengaduk dalam fluida. Gerak pengaduk ini memotong fluida tersebut dan dapat
menimbulkan arus yang bergerak keseluruhan sistem fluida tersebut. Oleh sebab itu,
pengaduk merupakan bagian yang paling penting dalam suatu operasi pencampuran
fasa cair dengan tangki pengaduk. Pencampuran yang baik akan diperoleh bila
diperhatikan bentuk dan dimensi pengaduk yang digunakan, karena akan
mempengaruhi keefektifan proses pencampuran, serta daya yang diperlukan.

2.4.1 Propeller
Bentuknya seperti baling-baling. Pola aliran yang dominan terbentuk adalah
pola aliran aksial (aliran sejajar sumbu pengaduk). Baling-baling ini digunakan pada
kecepatan berkisar antara 400 hingga 1750 rpm (revolutions per minute) dan
digunakan untuk cairan dengan viskositas rendah (Geankoplis., 1993). Berikut ini
akan ditampilkan impeller jenis Three-blade propeller pada gambar 2.2

Gambar 2.2. Three-blade propeller (Geankoplis., 1993)

4.2.1 Paddle
Pola aliran impeller paddle yang dominan adalah pola aliran (aliran tegak
lurus sumbu pengaduk) namun juga terjadi sedikit aliran aksialdan digunakan pada
kecepatan rendah diantaranya 20 hingga 200 rpm. Dayung datar berdaun dua atau
empat biasa digunakan dalam sebuah proses pengadukan. Panjang total dari
pengadukan dayung biasanya 60 - 80% dari diameter tangki dan lebar dari daunnya
1/6 - 1/10 dari panjangnya. Berikut ini
ditampilkan dua tipe dari bentuk paddle
pada gambar 2.3.
Gambar 2.3. (a) Four-blade paddle dan (b) Anchor paddle(Geankoplis., 1993)

2.4.2 Turbine
Istilah turbine ini diberikan bagi berbagai macam jenis pengaduk tanpa
memandang rancangan, arah discharge ataupun karakteristik aliran. Turbine
merupakan pengaduk dengan sudut tegak datar dan bersudut konstan. Pengaduk jenis
ini digunakan pada viskositas fluida rendah seperti halnya pengaduk jenis propeller.
Pengaduk turbine menimbulkan aliran arah radial dan tangensial. Di sekitar turbine
terjadi daerah turbulensi yang kuat, arus dan geseran yang kuat antar fluida. Salah
satu jenis pengaduk turbine adalah pitchedblade. Pengaduk jenis ini memiliki sudut
sudu konstan. Aliran terjadi pada arah aksial, meski demikian terdapat pula aliran
pada arah radial. Aliran ini akan mendominasi jika sudu berada dekat dengan dasar
tangki.
Pengaduk turbine adalah pengaduk yang memiliki banyak daun pengaduk
dan berukuran lebih pendek, digunakan pada kecepatan tinggi untuk cairan dengan
rentang kekentalan yang sangat luas. Diameter dari sebuah turbin biasanya antara 30 -
50% dari diameter tangki. Turbin biasanya memiliki empat atau enam daun pengaduk
(Geankoplis., 1993). Gambar 2.4. akan menampilkan turbine tipe six-blade open
turbine dan pithced-blade.
Gambar 2.4. (a) six-blade open turbine dan (b) pithced-blade(Geankoplis.,1993)

2.4.3 Helical-ribbon
Pengaduk tipe helical-ribbonberbentuk seperti tangga spiral di sekeliling
sumbu. Aliran yang dominan berbentuk tangensial. Helical-ribbon digunakan untuk
larutan yang kental dan dioperasikan dengan kecepatan yang rendah didalam keadaan
laminar. Helical-ribbon ditampilkan pada gambar 2.5 dibawah ini.

Gambar 2.5. Beberapa tipe impeller helical-ribbon(Robinson dan cleary., 2012)

Ribbon (bentuk seperti pita) dibentuk dalam sebuah bagian helical (bentuknya
seperti baling-balling helicopter dan ditempelkan ke pusat sumbu pengaduk). Cairan
bergerak dalam sebuah bagian aliran berliku-liku pada bagiam bawah dan naik ke
bagian atas pengaduk.

2.5 Pola Aliran Fluida


Menurut Mc. Cabe et al (1994) bentuk pola alir pada pengadukan suatu
larutan dalam tangki terbagi atas:
1. Pola aliran aksial, yaitu pola alir yang sejajar dengan
sumbu impeller.
2. Pola aliran radial, yaitu pola alir yang tegak lurus
terhadap sumbu impeller.
3. Pola aliran tangensial, yaitu pola alir yang
mengelilingi sumbu impeller.
Pola-pola aliran yang terbentuk dari penggunaan dari ke-4 macam jenis impeller
dapat dilihat pada gambar 2.6 berikut ini.

Gambar 2.6. (a) Turbine (b) Propeller (c) Paddle dan (d) Helical-ribbon

2.5.1 Vortex (Pusaran)


Di dalam operasi pengadukan, terjadi peristiwa arus putar (pola alir yang
melingkar) di sekitar pengaduk yang lama kelamaan dapat menyebabkan terjadinya
vortex. Pada tangki tidak bersekat dengan pengaduk yang berputar di tengah, energi
sentrifugal yang bekerja pada fluida meningkatkan ketinggian fluida pada dinding
dan memperendah ketinggian fluida pada pusat putaran. Vortex dapat terbentuk di
sekitar pengaduk ataupun di pusat tangki yang tidak menggunakan baffle. Fenomena
vortex ini sangat tidak diinginkan dalam suatu proses pengadukan, karena dapat
mengakibatkan pencampuran menjadi tidak sempurna. Selain itu, vortex juga dapat
menyebabkan campuran tumpah dari tangki.
Menurut McCabe et al (1985) untuk menghindari agar fenomena vortex ini
tidak terjadi, maka dapat dilakukan beberapa usaha, antara lain:
1. Pada tangki kecil, pengaduk dipasang di luar sumbu tangki/eksentrik.
Porosnya digeser sedikit dari garis pusat tangki, lalu dimiringkan dalam suatu bidang
yang tegak lurus terhadap pergeseran itu.
2. Pada tangki besar, pengaduk dipasang di sisi tangki dengan poros pada bidang
horizontal, tetapi membentuk sudut dengan jari-jari tangki.
3. Menggunakan sekat (baffle) secara vertikal terhadap dinding tangki.Pemasangan
baffle pada tangka berpengaduk menggunakan impeller jenis propeller di perlihatkan
pada gambar 2.7.

Gambar 2.7. Tangki yang dilengkapi dengan baffle (a) penampang samping
(b) penampang atas (Geankoplis., 1993)

2.6 Geometri dan Dimensi Tangki


Salah satu pertimbangan awal untuk merancang alat ini adalah dengan mencari
nilai dari diameter yang sama dengan tangki untuk kapasitas fluida yang diinginkan
dalam pengadukan dan pencampuran. Tangki dengan diameter yang lebih kecil
dibandingkan ketinggiannya memiliki kecendrungan menambah jumlah pengaduk
yang digunakan. Geometri dari tangki dirancang untuk menghindari terjadinya dead
zone yaitu daerah dimana fluida bisa digerakkan oleh aliran pengaduk. Geometri
dimana terjadinya dead zone yaitu daerah dimana fluida tidak bisa digerakkan oleh
aliran pengaduk, dan biasanya berbentuk sudut ataupun lipatan dari dinding-
dindingnya.
Beberapa bilangan tidak berdimensi yang berhubungan dengan proses
pengadukan adalah:
1. Bilangan Reynold
Rasio antara gaya inersia terhadap gaya viskositas yang mengkuantifikasikan
hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu kondisi aliran tertentu. Persamaan
Bilangan Reynold:
D2a Nρ
N Re = .............................................(2.1)
μ
Dimana Da diameter impeller atau pengaduk didalam m, N adalah kecepatan dalam
rev/s, ρ adalah densitas fluida dalam satuan kg/m 3, dan µ adalah viskositas dengan
satuan kg/m.s. Aliran akan disebut laminar jika nilai N Re< 10, aliran akan turbulen
jika N Re>104 kemudian untuk batasan 10 sampai 104 dinamakan aliran transisi
(Geankoplis., 1993).

2. Bilangan Power
Bilangan tak berdimensi lainnya adalah bilangan power. Persamaan yang
digunakan untuk menghitung bilangan power seperti yang ditampilkan oleh
persamaan 2.2 sebagai berikut:
P
NP= (SI)..............................................(2.2)
ρ N 3 D 5a
P gc
NP= (English) .....................................(2.3)
ρ N 3 D 5a
Dimana P adalah power dalam satuan J/s atau sama dengan W. Dalam Satuan british ,
P berada dalam satuan ft.lbf/s (Geankoplis., 1993)
Pada sistem bersekat, bilangan power sangat bergantung pada bilangan
Reynolds. Namun pada saat bilangan Reynold mencapai nilai besar dari 10 4(aliran
turbulen). Bilangan power akan konstan dan tidak lagi bergantung pada bilangan
Reynold.
Bilangan Reynolddan bilangan power diperlukan untuk membuat kurva
karakteristik pengaduk. Skala yang dipakai pada kurva ini adalah skala logaritmik.
Kurva karakteristik pengadukan merupakan suatu kurva yang menyatakan hubungan
antara bilangan daya dan bilangan Reynold. Bilangan daya berada pada sumbu y dan
bilangan Reynold berada pada sumbu x.

2.6.1 Laju dan Waktu Pencampuran


Waktu pencampuran (mixing time) adalah waktu yang dibutuhkan sehingga
diperoleh keadaan yang homogen untuk menghasilkan campuran atau produk dengan
kualitas yang telah ditentukan. Sedangkan laju pencampuran (rate of mixing) adalah
laju dimana proses pencampuran berlangsung hingga mencapai kondisi akhir.Pada
operasi pencampuran dalam tangki berpengaduk, waktu pencampuran ini dipengaruhi
oleh beberapa hal yaitu sebagai berikut.
4. Kerkaitan dengan alat, seperti:
a. Ada tidaknya buffle
b. Bentuk atau jenis pengaduk (turbin, propele, padel)
c. Ukuran pengaduk (diameter, tinggi)
d. Laju putaran pengaduk
5. Kedudukan pengaduk pada tangki, seperti:
a. Jarak pengaduk terhadap dasar tangki
b. Pola pemasangan (center-vertical, off center-vertical, miring atau inclined
dan horizontal)
c. Jumlah daun pengaduk
6. Hubungan dengan cairan yang diaduk, seperti:
a. Perbandingan kerapatan atau densitas cairan yang diaduk
b. Perbandingan viskositas cairan yang diaduk
c. Jumlah kedua cairan yang diaduk
d. Jenis cairan yang diaduk (miscible, immiscible)
Persamaan umum untuk daya pengadukan dapat dinyatakan sebagai berikut.

P=Torque × ω..................................................................................(2.4)

2.6.2 Kurva Karakteristik


Kurva karakteristik merupakan kurva yang menyatakan hubungan antara
bilangan Reynold terhadap bilangan power. Dari kurva karakteristik, maka dapat
ditentukan besarnya daya atau power yang diperlukan pada bilangan Reynold
tertentu. Kurva karakteristik pengadukan dibentuk dengan menggunakan skala
logaritmik dari komponen absis maupun ordinatnya. Kurva tersebut menunjukkan
adanya hubungan yang berbanding terbalik antara komponen absis dan komponen
ordinatnya, yakni bilangan Reynold dan bilangan power. Berikut ini disajikan kurva
karakteristik pada gambar 2.8.

Gambar 2.8. Kurva karakteristik dengan berbagai tipe impeller(Brodkey dan


Hershey.,1998)
Dari gambar diatas maka penentuan bilangan power akan lebih mudah untuk
dilakukan karena sata setiap impeller yang digunakan sudah termasuk kedalam
masing-masing kurva yang tertera pada kurva.

DAFTAR PUSTAKA
Brodkey, R.S. dan H.C. Hersey, 1998, Transport Phenomena- A Unifield Approach,
McGraw-Hill Book Co. Inc., Singapore.

Geankoplis, C.J., 1993, Transport Process and Unit Operation, 3 rd edition, Prentice
Hall Inc., Englewood Cliffs, New Jersey.
Harnby, N., M. F. Edwards, dan A. W. Nienow, 2001, Mixing In The Process
Industries Second Edition, Butterworth-Heinneman, USA.
Herliati., 2005, Aplikasi Mixing Di Industri (Reaktor Tangki Berpengaduk),Jurnal
Teknologi, Volume 3.
Ludwig, Ernest. E., 1999, Applied Process Design For Chemical and Petrochemical
Plants Volume 1 Third Edition, Butterworth-Heinneman, USA.
Mc Cabe, W.L., J.C Smith and P. Harriot, 1985, Unit Operation of Chemical
Engineering, 5th edition, McGraw-Hill Book Co. Inc., New York.
Mc Cabe, W.L. 2004. Unit Operation of Chemical Engineering. 3rd Ed. McGraw-Hill
Young. Tokyo
Robinson, M dan Clearly, P. W., 2012, Flow Mixing Performance In Helical Ribbon
Mixers, Journal Chemical Engineering Science, Volume 84.
S, Brilliant. G., S, Ayu.R, Nurwoto, T., dan Winarda, S., 2012, Simulasi Pola Aliran
Tangki Berpengaduk Menggunakan Side-Entering Impeller Untuk Suspensi
Padat Cair,Jurnal Teknik Pomits, Volume 1.
Wallas, Stanley, 1988, Chemical Process Equipment, Selection and Desain.,
Butterworth-Heinneman, USA.
W,allas, Stanley, 1990, Chemical Process Equipment, Selection and Desain.,
Butterworth-Heinneman, USA.

Anda mungkin juga menyukai