Muwashofat adalah sifat-sifat atau karakter individu yang menjadi tujuan akhir tarbiyah
sesuai tahapannya. Muwashafat tarbiyah mencakup sepuluh poin ciri pribadi muslim sebagai
berikut :
1. Salimul Aqidah (Good Faith)
Aqidah yang bersih (salimul aqidah) merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim.
Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah
Swt dan dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan-
ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan
menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya:
Karena memiliki aqidah yang salim merupakan sesuatu yang amat penting, maka dalam
da’wahnya kepada para sahabat di Makkah, Rasulullah Saw mengutamakan pembinaan
aqidah, iman atau tauhid. Beberapa contoh dari penerapan Salimul Aqidah, yaitu:
7) Mempelajari berbagai aliran yang membahas Asma’ dan Sifat dan mengikuti madzhab
salaf;
Ibnu Manzhur53 di dalam Lisan al-Arab mengatakan bahwa akar kata ibadah
(ubudiyyah) adalah tunduk dan patuh, dimana hanya Allah yang berhak, disembah sebagai
Tuhan oleh seluruh makhluk. Menurut Ibnu Manzhur, ibadah adalah ketaatan, dan beribadah
adalah menghinakan diri serta menunjukkan kepatuhan.54 Di dalam Al-qur’an Allah swt
berfirman, mengisahkan tentang Fir’aun yang berkata:
َ فَقَالُوا أَنُ ْؤ ِم ُن لِبَ َش َري ِْن ِم ْثلِنَا َوقَ ْو ُمهُ َما لَنَا َعابِ ُد
ون
Artinya: Dan mereka berkata: "Apakah (patut) kita percaya kepada dua orang manusia seperti
kita (juga), padahal kaum mereka (Bani Israil) adalah orang-orang yang menghambakan diri
kepada kita?" (Q.S. Al-Mukminun/23:47).55
Maksud menghambakan diri (abiduna) pada ayat di atas adalah merendahkan diri.
Barang siapa yang merendahkan diri di hadapan seorang raja maka sama saja ia
mengahambakan diri kepada sang raja. Ibnul Anbari pun mengatakan bahwa seorang
dikatakan menghamba jika ia patuh kepada sang tuan dan berserah diri di hadapannya serta
selalu menjalankan perintahnya. Di dalam ayat lain Allah swt berfirman:
َ يَا أَيُّهَا النَّاسُ ا ْعبُ ُدوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذي َخلَقَ ُك ْم َوالَّ ِذ
َ ُين ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّق
ون
Artinya: Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang
sebelummu, agar kamu bertakwa (Q.S. Al-baqarah/2:21)
Sembahlah (u’budu) pada ayat di atas maksudnya adalah tunduklah kepada Tuhanmu.
Ibadah yang benar (shahihul ibadah) merupakan salah satu perintah Rasul Saw yang
penting, dalam satu haditsnya; beliau menyatakan: ’shalatlah kamu sebagaimana kamu
melihat aku shalat.’ Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan
setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul Saw yang berarti tidak boleh ada
unsur penambahan atau pengurangan. Beberapa aplikasi dalam kehidupan sehari-hari dari
shahihul ibadah, yaitu:
3. Bersedekah;
Akhlak yang kokoh (matinul khuluq) atau akhlak yang mulia merupakan sikap dan
prilaku yang harus dimiliki oleh setkal muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah
maupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia
dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat. Karena begitu penting memiliki akhlak
yang mulia bagi umat manusia, maka Rasulullah Saw diutus untuk memperbaiki akhlak dan
beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan
oleh Allah di dalam Al- Qur’an, Allah berfirman:
3. Sedikit bercanda;
6. Tidak hasad;
10. Berani;
11. Halus;
daftar pustaka
Pandai menjaga waktu (harishun ala waqtihi) merupakan faktor penting bagi manusia.
Hal ini karena waktu itu sendiri mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-
Nya. Allah Swt banyak bersumpah di dalam Al-Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti
wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan sebagainya.
Allah Swt memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama setiap, Yakni
24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak
sedikit manusia yang rugi. Karena itu tepat sebuah semboyan yang menyatakan: ‘Lebih baik
kehilangan jam daripada kehilangan waktu.’
Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi.
Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk memanaj waktunya dengan baik, sehingga
waktu dapat berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara
yang disinggung oleh Nabi Saw adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum
datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum sakit, muda sebelum
tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.
Aplikasi dari harishun ala waqtihi yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari,
antara lain:
1) Memperhatikan adab Islam dalam berkunjung dan mempersingkat pemenuhan hajatnya;
2) Memelihara janji umum dan khusus;
3) Mengisi waktunya dengan hal-hal yang berfaedah dan bermanfaat.
Berikut salah satu kiat-kiat manajemen waktu dalam perspektif Islam dan dari Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam:
Pemilahan waktu dalam sehari bagi umat Islam sangatlah jelas, dan melalui
manajemen waktu shalat fardu seperti halnya yang dilakukan Rasulllah SAW ini dapat
menjadikan kita disiplin dan tepat waktu sehingga segala aktivitas kita terprogram dengan
baik.
Pola berpikir investasi bukanlah manajemen waktu yang instan, artinya jangan mengelola
waktu dengan instan atau hanya berpikir jangka pendek, namun coba membuat daftar
kegiatan untuk jangka Panjang, karena jika mengelola waktu dengan instan karena akan
membuat kita malas dalam berproses. Persiapkan segala hal untuk masa depan kita
sehingga natinya kita dapat memetik hasil terbaik dikemudian hari. Kita bisa langsung
memanen kebaikan tersebut dikeesokan harinya, tapi kita harus yakin bahwa Allah maha
adil setiap kebaikan pasti dibalas dengan kebaikan. Pola berpikir investasi yang diajarkan
Rasulullah SAW sangat perlu diterapkan agar menjadikan akhlak pribadi kita menjadi
baik.
Islam sangat menjunjung tinggi waktu dan sangat mengutamakan nilai-nilai produktifitas
secara sempurna, baik produktifitas terhadap melakukan ibadah atau pengintkatan serta
perbaikan diri maupun produktifitas yang dapat menghasilkan suatu karya dan sesuatu
yang bermanfaat.
ص ۡۙب
َ ت فَ ۡان
َ فَاِ َذا فَ َر ۡغ
“Maka apabila kamu telah selesai dari satu urusan, maka kerjakanlah dengan sungguh
sungguh urusan yang lain” (QS. Al-Insyirah : 7)
Tampak sederhana, tapi jika direnungkan ayat tersebut terlihat jelas menjelaskan
bahwa Allah tidak menginginkan umat-Nya menjalani waktu tanpa produktivitas. Karena
hakikatnyna waktu bagi seorang muslim adalah sebuah ritme perputaran waktu yang tidak
akan pernah putus. Untuk itu, selalu lakukan aktivitas yang sekiranya membawa manfaat
bagi diri sendiri dan orang lain, dan jangan lupa usahakan pergunakan waktu sebaik
mungkin.
“Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara, Waktu mudamu sebelum datang
waktu tuamu, Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, Masa kayamu sebelum
datang masa kefakiranmu, Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, Hidupmu
sebelum datang matimu.”
Ketahuilah bahwa cepat itu bukan berarti terburu-buru atau tergesa-gesa. Namun tetap
teliti dan melakukan dengan segera bukan berarti lambat. Kira-kira itulah yang
diajarkan dalam hadist Rasulullah SAW
(HR. Bukhari).
Untuk itu mulai saat ini coba untuk jauhi sikap menunda-nunda, terlebih
dalam hal menjalankan kewajiban beribadah. Karena dalam Alquran juga disebutkan
َت لِ ْل ُمتَّقِ ْي ۙن ۙ ْت َوااْل َر
ْ ضُ اُ ِع َّد ُ ْارع ُْٓوا اِ ٰلى َم ْغفِ َر ٍة ِّم ْن َّربِّ ُك ْم َو َجنَّ ٍة َعر
ُ ضهَا• السَّمٰ ٰو ِ َو َس
“Bersegeralah kalian kepada ampunan Rabb kalian dan kepada surga yang seluas
langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa” (Ali Imran : 133).
Evaluasi disini artinya meneliti dan melihat kembali apa yang telah sudah kita
lakukan sebelumnya, serta mencermat segala kekurangan dan kelemahan yang ada
ddalam diri kita sendiri. Tanpa melakukan evaluasi, kita tidak akan pernah menyadari
kelemahan dan kekurangan pada diri kita, dan akibatnya kita akan terus melangkah
dengan kesalahan yang sama.
"Dua nikmat yang banyak manusia tertipu di dalam keduanya, yaitu nikmat sehat dan
waktu luang." (HR. Bukhari, Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Dengan kata lain, suatu urusan dikerjakan secara profesional, sehingga apapun
yang dikerjakannya, profesionalisme selalu mendapat perhatian darinya. Bersungguh-
sungguh, bersemangat dan berkorban, adanya kontinyuitas dan berbasis ilmu
pengetahuan merupakan diantara yang mendapat perhatian secara serius dalam
menunaikan tugas-tugasnya.
Generasi muda adalah istilah yang mengacu kepada tahapan masa kehidupan
seseorang yang berada diantara usia remaja dan tua. Ia sudah meninggalkan masa
remajanya, namun belum memasuki masa tua. Dalam posisinya yang sedemikian itu,
generasi muda sering tampil dalam ciri-ciri fisik dan psikis yang khas.Secara fisik, ia
telah tampil dengan format tubuh, panca indera yang sempurna pertumbuhannya.
Tinggi badan,raut muka, tangan, kaki dan sebagainya terlihat segar, laksana bunga
yang baru tumbuh. Sedangkan secara psikis ia tampil dengan jiwa dan semangat yang
menggebu-gebu, penuh idealisme, segalanya ingin cepat terwujud dan seterusnya.
Dalam keadaan yang demikian itu ia sering menunjukkan dinamika dan
kepeloporannya dalam menegakkan dan membela sebuah cita-cita. Dengan demikian
gerakan sosial, protes, demontrasi dan sebagainya sering dipelopori generasi muda.
Menjadi pribadi yang bermanfaat adalah salah satu karakter yang harus
dimiliki oleh seorang Muslim. Seorang Muslim lebih diperintahkan untuk
memberikan manfaat bagi orang lain, bukan hanya mencari manfaat dari orang atau
memanfaatkan orang lain. Ini adalah bagian dari implementasi konsep Islam yang
penuh cinta, yaitu memberi.
Selain itu, manfaat kita memberikan manfaatkan kepada orang lain, semuanya
akan kembali untuk kebaikan diri kita sendiri.
…ه
ِ ِاجت
َ َح َ ان فِي َحا َج ِة أَ ِخي ِه َك
ان هَّللا ُ فِي َ َو َم ْن َك
“… dan barangsiapa (yang bersedia) membantu keperluan saudaranya, maka Allah
(akan senantiasa) membantu keperluannya.” (Hadits Riwayat Bukhari, Shahîh al-
Bukhâriy, juz III, hal. 168, hadits no. 2442 dan Muslim, Shahîh Muslim, juz VIII, hal.
18, hadits no. 6743 dari Abdullah bin Umar r.a)