Anda di halaman 1dari 2

BAB VI

PENUTUP

PT Pupuk Sriwidjaja Palembang adalah perusahaan yang didirikan sebagai


pelopor produsen pupuk urea di Indonesia pada tanggal 24 Desember 1959 di
Palembang, Sumatera Selatan, dengan nama PT Pupuk Sriwidjaja. PT Pupuk
Sriwidjaja berupaya meningkatkan produksi dengan melakukan ekspansi dan
perluasan, dengan cara mendirikan empat pabrik, yaitu Pusri-II, Pusri-III, Pusri-
IV dan Pusri-IB. PT Pupuk Sriwidjaja memproduksi pupuk urea terbesar di
Indonesia dengan kapasitas 2.280.000 ton/tahunnya.
Dalam proses produksi pupuk urea PT Pupuk Sriwidjaja mempunyai 3 (tiga)
unit pengolahan yaitu dimulai dari bahan baku hingga menjadi produk. Tiga unit
proses pengolahan tersebut adalah:
1. Unit Utilitas
Unit ini menyediakan pendukung proses produksi untuk kelancaran
operasional dalam pembuatan amoniak dan urea. Fungsi unit utilitas ini secara
umum adalah menangani pengolahan dan penyediaan utilitas antara lain: Gas
Metering Station, Water Treatment Plant, Demineral Plant, Cooling Water
System, pembangkit listrik, pembangkit steam, Condensate Stripper, dan udara
pabrik.
2. Unit Amoniak
Unit ini berfungsi untuk menyediakan bahan baku amoniak dan CO2 untuk
pembuatan pupuk urea. Pembuatan amoniak cair dan gas CO2 dalam unit
amoniak ini meliputi beberapa tahap yaitu: Feed Treating, Reforming, CO2
Converter, CO2 Removal, Metanasi, Synthesis Loop Ammonia, Boiling Feed
Water, dan Steam System.
3. Unit Urea
Unit ini mengolah bahan baku gas alam, udara dan air yang diperoleh dari unit
utilitas dan unit amoniak menjadi produk berupa pupuk urea. Pembuatan urea

82
83

dalam unit urea dibagi menjadi lima tahap yaitu: unit sintesa, unit purifikasi,
unit recovery, unit kristalisasi, dan unit pembutiran.

PT. PUSRI memproduksi pupuk urea dengan bahan dasar gas alam dari
Pertamina, air dari sungai Musi, dan udara dari atmosfer. Selain memproduksi
pupuk urea, PT. Pupuk Sriwidjaja juga memproduksi nitrogen dan oksigen cair,
serta CO2 dan es kering (dry-ice).
Pada pengambilan tugas khusus yang berjudul Analisis Sistem Termal pada
Absorber 201-E di Unit Amonia Pabrik III PT.Pupuk Sriwidjaja Palembang
diketahui terjadi heat loss pada alat Absorber 201-E yakni sebesar 9446451.97kJ
dan Stripper 202-E sebesar 6620495.73. Sehingga seharusnya dilakukan proses
pengisolasian panas atau proses pemanfaatan energi yang lebih baik dalam operasi
alat tersebut.
Dengan adanya kerja praktek ini banyak hal yang diperoleh dari penerapan
ilmu di tempat kuliah yang kemudian diaplikasikan ke industri secara langsung.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang terlibat selama
kerja praktek ini yang telah membimbing dan memberikan banyak masukan
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dan mendapat banyak ilmu.

Anda mungkin juga menyukai