Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini isu-isu yang hangat diperbincangkan sering menjadi salah arti
akibat adanya pelebaran makna dan kelebihan tafsir.Sebagaimana suatu informasi
atau bacaan seharusnya menjadi suatu ilmu yang membantu dalam penambahan
wawasan malah melebar jauh hingga tidak dimengerti. Topik yang terlalu luas
akan menyulitkan penulis. Konsekuensinya penulis harus memiliki pengetahuan
yang sebanyak-banyaknya tentang topik itu.Jika tidak, tulisannya menjadi tidak
dalam dan luas sehingga membosankan pembaca. Topik yang terlalu luas
menghasilkan tulisan yang dangkal, tidak mendalam, dan tidak tuntas.Selain itu,
pembahasan menjadi tidak fokus pada masalah utama yang ditulis atau
dibaca.Akibatnya, pembahasan menjadi panjang, namun tidak berisi.
Dari pembatasan suatu topik,tahap selanjutnya adalah pembuatan kerangka
karangan.Terlepas dari besar kecilnya kerangka karangan yang di buat, tiap
kerangka karangan yang baik harus memenuhi persyaratan persyaratan Karena
tiap unit dalam kerangka karangan, baik unit atasan maupun unit bawahan, tidak
boleh mengandung lebih dari satu gagasan pokok, maka akibatnya tidak boleh ada
unit yang di rumuskan dalam dua kalimat, atau dalam kalimat majemuk setara,
atau kalimat majemuk bertingkat, atau dalam frasa koordinatif.Suatu kerangka
karangan disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur.Kerangka
karangan dibuat untuk mempermudah penulisan agar tetap terarah dan tidak
keluar dari topik atau tema yang dituju.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah itu topik ?
2. Bagaimana kriteria pemilihan topik ?
3. Bagaimana cara membatasi topik ?
4. Apakah itu kerangka karangan ?
5. Bagaimana cara mengembangkan suatu kerangka karangan ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari topik
2. Mengetahui kriteria pemilihan topik yang sesuai
3. Mampu membatasi suatu topik dalam suatu karangan
4. Mengetahui pengertian dari kerangka karangan
5. Mampu mengembangkan kerangka karangan menjadi suatu karangan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Topik


Tulisan ilmiah, seperti makalah, tidak dapat dilakukan sekali jadi, tetapi melalui
tahap-tahap berikut :
1. Pra-penulisan,
2. Penulisan, dan
3. Pasca-penulisan.
Kegiatan prapenulisan terdiri atas :
1. Menentukan topik,
2. Menentukan tujuan,dan
3. memilih bahan.
Topik adalah berasal dari bahasa Yunani topoi yang berarti tempat, dalam
tulis menulis bearti pokok pembicaraan atau sesuatu yang menjadi landasan
penulisan suatu artikel.Secara sempit topik dapat disebut sebagai hal pokok yang
dibicarakan.Secara luas dapat dinyatakan sebagai hal pokok yang dituliskan atau
diungkapkan dalam karangan.Topik biasanya dikembangkan menjadi sebuah tulisan
yang sebelumnya harus di identifikasi terlebih dahulu, agar maksud yang ingin
disampaikan dibalik topik yang kita pilih dapat tersampaikan dengan baik.Kita
harus memilih salah satu pokok pembicaraan, agar kita bisa mengontrol dan
membatasi topik agar tidak keluar dari jalur diskusi yang sedang di perbincangkan
dalam suatu paragraf.
Kalimat topik dibagi menjadi dua bagian yaitu topik tunggal dan topik
ganda.Apabila topik yang di bicarakan hanya mencakup satu masalah saja, disebut
topik tunggal.Sedangkan topik yang membahas suatu masalah yang kemudian
dikembangkan lagi sehingga mengacu kepada masalah lainnya disebut multi topik
atau topik ganda.

2.2 Kriteria Pemilihan Topik


Sekurang-kurangnya ada lima hal yang harus diperhatikan sebelum
menentukan topik tulisan. Kelima hal itu adalah :

1) Kemanfaatan dan kelayakan


Dalam menentukan topik karangan, penulis harus mempertimbangkan manfaat
tulisannya bagi pembaca.Dalam hal ini, penulis tentu saja harus melekukan analisis
kebutuhan pembaca. Sebuah topikakan bermanfaat bagi pembaca apabila topik itu
berkaitan dengan kebutuhan pembacanya. Selain itu, kemanfaatan dapat pula dilihat
dari sumbangan topik itu bagi pengembangan ilmu atau profesi yang ditekuni.
Selain itu, topik yang dipilih harus layak dibahas.Kelayakan ini baik dipandang
dari sudut penulis maupun sudut pembacanya.Kelayakan dapat pula dikaitkan
dengan kenyataan bahwa topik itu memang memerlukan pembahasan dan sesuai
dengan bidang yang ditekuni.
Contohnya : Kerja bakti untuk membersihkan lingkungan Bukan topik yang
layak dibahas mahasiswa sedangkan pelestarian sumber daya perairan
lebih layak dibahas.

2) Kemenarikan
Selain bermanfaat, topik yang dipilih juga harus menarik.Diharapkan topik
yang dipilih tidak saja menarik bagi penulis, tetapi lebih penting lagi adalah bahwa
topik itu menarik bagi pembaca.Kemenarikan ini beraitan erat dengan kemanfaatan.
Pembaca akan tertarik pada sebuah tulisan jika tulisan itu dirasakan oleh pembaca
dan bermanfaat bagi dirinya.
Contoh : Hal yang bermanfaat bagi para petani dipedesaan adalah cara
meningkatkan produksi pertanian.

3) Keaktualan
Selain bermanfaat dan menarik, topik yang dipilih juga harus bersifat
aktual.Artinya, topik itu merupakan hal yang hangat dibicarakan.Oleh sebab itu,
topik terkini merupakan topik pilihan utama.
Minat pembaca merupakan hal penting yang harus diperhatikan penulis
walaupun yang menarik minat itu amat tergantung pada situasi dan latar belakang
pembaca itu sendiri,namun hal-hal berikut merupakan sesuatu yang diminati
masyarakat secara umum:yang aktual, penting, penuh konflik,rahasia,humor,atau
hal-hal lain yang bermanfaat bagi pembaca.
4) Dikenal dengan baik
Topik yang dipilih hendaklah merupakan topik yang tidak asing bagi penulis.
Hal ini menyangkut penguasaan terhadap topik yang akan ditulisnya. Dengan
dikenalnya topik itu oleh penulis, diharapkan penulis mengetahui segala sesuatu
tentang topik itu.

5) Ketersediaan bahan
Ketersediaan bahan ini harus diperhatikan mengingat bahan merupakan hal
yang penting dalam menulis.Ketersediaan bahan memungkinkan penulis
mengembangkan topik itu kedalam tulisan secara luas dan dalam. Sebaliknya, jika
topik didukung oleh ketersediaan bahan, penulis akan mengalami kesulitan dalam
pengembangan.

6) Tidak terlalu luas atau terlalu sempit


Topik yang terlalu luas akan menyulitkan penulis. Konsekwensinya penulis
harus memiliki pengetahuan yang sebanyak-banyaknya tentang topik itu.Jika tidak,
tulisannya menjadi tidak dalam dan luas sehingga membosankan pembaca.
Sebaliknya, topik yang terlalu sempit juga harus dihindari karena penulis akan
membahas topik itu secara berulang-ulang sehingga pembaca juga akan mengalami
kebosanan.

2.3 Cara Membatasi Topik


Topik harus terbatas. Pembatasan sebuah topik mencangkup: konsep, variabel,
data, lokasi(lembaga) pengumpulan data, dan waktu pengumpulan data.
Topik yang terlalu luas menghasilkan tulisan yang dangkal, tidak mendalam, dan
tidak tuntas.Selain itu, pembahasan menjadi tidak fokus pada masalah utama yang
ditulis atau dibaca.Akibatnya, pembahasan menjadi panjang, namun tidak
berisi.Sebaliknya, topik yang terlalu sempit menghasilkan tulisan yang tidak
(kurang) bermanfaat bagi pembacanya.Selain itu, karangan menjadi sulit
dikembangkan, hubungan variabel kurang jelas, tidak menarik untuk dibahas atau
dibaca. Oleh Karena itu, pembahasan topik harus dilakukan secara cermat, sesuai
dengan kemampuan dana, tenaga, waktu, tempat, dan kelayakan yang dapat
siterima oleh pembacanya.
Cara Membatasi Topik
1) Menggunakan diagram jarum jam
Diagram ini disebut diagram jarum karena bentuk pembatasannya
menyerupai jarum jam. Cara ini dilakukan dengan menempatkan topik yang
menyerupai jarum jam. Cara ini dilakukan dengan menempatkan topic yang masih
luas sebagai pusatnya.Di sekelilingnya ditempatkan topik-topik yang merupakan
pembatasan topik itu ditinjau dari berbagai sudut.
Diagram Jarum Jam

Dari contoh pembatasan topik dengan menggunakan diagram jarum jam itu,
anda dapat melihat delapan topik yang lebih terbatas tentang laut. Bila anda merasa
subtopiknya masih terlalu luas.Anda pun dapat membatasinya lagi.Dengan
demikian topic terasa lebih spesifik dan mudah dibahas secara luas dan mendalam.
2) Menggunakan diagram pohon
Membatasi topik dengan diagram pohon dapat dilakukan dengan
meggambarkan sebagai cabang-cabang dan ranting-ranting pohon yang terbalik
seperti contoh berikut:
Dari contoh pembatasan topik dengan menggunakan diagram pohon itu, anda
memperoleh topik yang lebih spesifik dari topik lautan, yaitu :
(1) pembudidayaan kerang mutiara
(2) pemasaran kerang mutiara
Yang lebih mudah dikembangkan dalam bentuk tulisan yang luas dan dalam
kajiannya.
3) Menggunakan Diagram Piramida Terbalik
Cara membatasi topik dengan cara ini hamper sama dengan menggunakan
diagram pohon karena topik dapat dibatasi tahap demi tahap sehingga terbentuk
topik yang lebih spesifik.
Piramida Terbalik

Dari contoh pembatasan topik dengan menggunakan diagram pohon piramida


terbalik di atas, anda memperoleh sebuah topik yang lebih kecil dan lebih
spesifik,yaitu pembudidayaan kerang mutiara di Maluku Selatan.
Dari hal di atas dapat disimpulkan bahwa topik yang terlalu luas
menghasilkan tulisan yang dangkal, tidak mendalam, dan tidak tuntas.Selain itu,
pembahasan menjadi tidak fokus pada masalah utama yang ditulis atau
dibaca.Akibatnya, pembahasan menjadi panjang, namun tidak berisi.Sebaliknya,
topik yang terlalu sempit menghasilkan tulisan yang tidak (kurang) bermanfaat bagi
pembacanya.Selain itu, karangan menjadi sulit dikembangkan, tidak menarik untuk
dibahas ataupun dibaca.Maka dari itu, pembahasan topik dilakukan secara cermat,
sesuai dengan kemampuan, tenaga, waktu, tempat, dan kelayakan yang dapat terima
oleh pembacanya.Pembatasan sebuah topik mencangkup konsep, variabel, data,
lokasi atau lembaga dan waktu pengumpulan data.

2.4 Hubungan Topik dan Judul


Judul karangan pada dasarnya adalah perincian atau jabaran dari topik atau
judul merupakan nama yang diberikan untuk bahasan atau karangan,judul berfungsi
sebagai slogan promosi untuk menarik minat pembaca dan sebagai gambaran isi
karangan.Judul lebih spesifik dan sering menyiratkan permasalahan atau variabel
yang akan dibahas.
Pada tulisan atau karangan nonfiksi boleh saja judulnya sama dengan topik,
seperti topik pembudayaan Kerang Mutiara di Maluku Selatan. Pada karangan-
karangan/tulisan fiksi, judul tidak harus sama dengan topiknya. Misalnya, novel
Siti Nurbaya karya Marah Rusli, topiknya tidak hanya tentang kehidupan seorang
gadis bernama Siti Nurbaya, tetapi tentang cinta yang tidak sampai karena pengaruh
adat.
Judul yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Relevan, ada hubungan dengan isi karanagan (topik)
b. Provokatif, dapat menimbulkan hasrat ingin tahu pembaca
c. Singkat, mudah dipahami dan enteng diingat
d. Judul sebaiknya dinyatakan dalam bentuk frasa (banda) bukan dalam bentuk
kalimat.

Contoh :
Pembudidayaan Kerang Mutiara di Maluku Selatan.(frasa)
Kerang Mutiara di Maluku Selatan Perlu dibudidayakan(kalimat)
e. Judul harus diusahakan sesingkat mungkin
f. Judul harus dinyatakan secara jelas, dalam arti judul itu tidak dinyatakan
dalam bahasa kias dan tidak menggunakan kata-kata yang mempunyai
tafisiran ganda.
g. Judul dapat dibuat setelah tulisan selesai.
Perbedaan Topik dan Judul Dalam Membuat Kerangka Karangan:
1.Tema tithenai (Yunani) : menempatkan/meletakkan, suatu amanat utama
yang disampaikan penulis melalui karangannya
Topik topoi (Yunani) : tempat, pokok
pembicaraan
2.Topik : Umum, Belum menggambarkan sudut pandang penulis.
3. Judul: Spesifik dan mengandung permasalahan yang lebih jelas dan
terarah. Pembuatan judul berawal dari topik.
Persamaan Topik dan Judul
Topik dan judul dapat dijadikan judul karangan.
Syarat judul karangan:
a. Singkat dan padat
b. Menarik perhatian
c. Menggambarkan inti pembahsan
d. Antraktif, bombastis,dan menarik perhatian (berita dan iklan)

2.5 Pengertian Kerangka Karangan


Kerangka karangan adalah rencana penulisan yang memuat garis-garis besar
dari suatu karangan yang akan ditulis, dan merupakan rangkaian ide-ide yang
disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur. Kerangka karangan
dibuat untuk mempermudah penulisan agar tetap terarah dan tidak keluar dari topik
atau tema yang dituju. Pembuatan kerangka karangan ini sangat penting, terutama
bagi penulis pemula, agar tulisan tidak kaku dan penulis tidak bingung dalam
melanjutkan tulisannya.
Mengapa metode ini sangat di anjurkan kepada para penulis, terutama kepada
mereka yang baru mulai menulis? Karena metode ini akan membantu setiap penulis
untuk menghindari kesalahan- kesalahan yang tidak perlu dilakukan atau secara
terperinci dapat dikatakan bahwa outline atau kerangka karangan dapat membantu
penulis dalam hal hal berikut :
1. Untuk menyusun karangan secara teratur
2. Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda beda
3. Menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih
4. Memudahkan penulis untuk mencari materi pembantu
Kerangka karangan merupakan miniatur atau dari sebuah karangan. Dalam
bentuk miniatur ini karangan tersebut dapat diteliti, di analisis, dan
dipertimbangkan secara menyeluruh, bukan secara terlepas lepas. Dengan
demikian : tesis / pengungkapan maksud = kerangka karangan = karangan =
ringkasan.
2.6 Syarat-Syarat Kerangka Karangan
Terlepas dari besar kecilnya kerangka karangan yang di buat, tiap kerangka
karangan yang baik harus memenuhi persyaratan persyaratan berikut :
1. Tesis atau Pengungkapan Maksud Harus Jelas
Tesis atau pengungkapan maksud merupakan tema dari kerangka karangan
yang akan di garap. Sebab itu perumusan tesis atau pengungkapan maksud harus di
rumuskan dengan jelas dalam struktur kalimat yang baik, jelas menampilkan topic
mana yang di jadikan landasan uraian dan tujuan mana yang akan di capai oleh
landasan tadi. Tesis atau pengungkapan maksud yang akan mengarahkan kerangka
karangan itu.
2. Tiap Unit Kerangka Karangan Hanya Mengandung Satu Gagasan
Karena tiap unit dalam kerangka karangan, baik unit atasan maupun unit
bawahan, tidak boleh mengandung lebih dari satu gagasan pokok, maka akibatnya
tidak boleh ada unit yang di rumuskan dalam dua kalimat, atau dalam kalimat
majemuk setara, atau kalimat majemuk bertingkat, atau dalam frasa koordinatif.
Bila ada dua atau tiga pokok di masukkan bersama sama dalam satu simbol yang
sama, maka hubungan strukturnya tidak akan tampak jelas. Bila terjadi hal yang
demikian maka unit itu harus segera di revisi. Bila kedua gagasan itu berada dalam
keadaan setara, maka masing masingnya harus di tempatkan dalam urutan simbol
yang sama derajatnya. Bila terdapat gagasan gagasan yang tidak setara, maka ide
ide yang berbeda tingkatnya itu harus di tempatkan dalam simbol simbol yang
berlainan derajatnya.
Kerangka karangan yang di susun secara logis dan teratur mempersoalkan tiga
hal, yaitu :
(1) Apakah tiap unit yang lebih tinggi telah di perinci secara maksimal
(2) Apakah tiap perincian mempunyai hubungan langsung dengan unit atasan
langsungnya
(3) Apakah urutan perincian itu sudah baik dan teratur

3. Harus Mempergunakan Pasangan Simbol Yang Konsisten


Penggunaan pasangan simbol yang konsisten mencakup dua hal yaitu
pemakaian angka dan huruf sebagai penanda tingkatan dan urutan unit unitnya,
tipografi yaitu penempatan angka dan huruf penanda tingkatan dan teks dari tiap
unit kerangka karangan.
Pemakaian angka dan huruf sebagai penanda tingkatan dan urutan unit unit
kerangka karangan biasanya mengikuti konvensi berikut :
1. Angka Romawi : I, II, III, IV, dsb. Di pakai untuk tingkatan pertama,
2. Huruf Kapital : A, B, C, D, dsb. Di pakai untuk tingkat ke dua,
3. Angka Arab : 1, 2, 3, 4, dsb. Di pakai untuk menandai tingkat ke tiga,
4. Huruf Kecil : a, b, c, d, e, dsb. Di pakai untuk menandai tingkat ke empat,
5. Angka Arab dalam kurung : (1), (2), (3), (4), dsb. Di pakai untuk menandai
tingkat ke lima,
6. Huruf kecil dalam kurung : (a), (b), (c), (d), dsb. Di pakai untuk menandai
tingkatan ke enam.
Sebaliknya konvensi yang menyangkut tipografi adalah : semakin penting atau
tinggi sebuah unit, semakin ke kiri tempatnya. Semakin berkurang kepentingan
unitnya, semakin ke kanan tempatnya.
Namun ada satu hal yang tidak boleh di lakukan yaitu merubah nilai simbol
simbol itu di tengah tengah kerangka karangan. Pokok pokok yang memiliki
kepentingan atau tingkatan yang sama harus mempergunakan simbol yang sama,
sedangkan pokok pokok yang berbeda kepentingannya tidak boleh
mempergunakan simbol tadi.

2.7 Macam-Macam Kerangka Karangan


a) Berdasarkan Perinciannya
Berdasarkan perincian yang di lakukan pada suatu kerangka karangan, maka
dapat di bedakan kerangka karangan sementara ( informal ) dan kerangka karangan
formal.
Kerangka Karangan Sementara
Kerangka karangan sementara atau informal merupakan suatu alat bantu,
sebuah penuntun bagi suatu tulisan yang terarah. Sekaligus ia menjadi dasar untuk
penelitian kembali guna mengadakan perombakan perombakan yang di anggap
perlu. Karena kerangka karangan ini hanya bersifat sementara, maka tidak perlu di
susun secara terperinci. Tetapi, karena ia juga merupakan sebuah kerangka
karangan, maka ia harus memungkinkan pengarangnya menggarap persoalannya
secara dinamis, sehingga perhatian harus di curahkan sepenuhnya pada penyusunan
kalimat kalimat, alinea alinea atau bagian bagian tanpa mempersoalkan lagi
bagaimana susunan karangannya, atau bagaimana susunan bagian bagiannya.
Kerangka Karangan Informal
Biasanya hanya terdiri dari tesis dan pokok pokok utama, paling tinggi dua
tingkat perincian. Alasan untuk menggarap sebuah kerangka karangan semntara
dapat berupa topik yang tidak kompleks, atau karena penulis segera menggarap
karangan itu.
Kerangka Karangan Formal
Kerangka karangan yang bersifat formal biasanya timbul dari pertimbangan
bahwa topik yang akan di garap bersifat sangat kompleks, atau suatu topik yang
sederhana tetapi penulis tidak bermaksud untuk segera menggarapnya.
Proses perencanaan sebuah kerangka formal mengikuti prosedur yang sama
seperti kerangka informal. Tesisnya di rumuskan dengan cermat dan tepat,
kemudian di pecah pecah menjadi bagian bagian bawahan ( sub ordinasi )
yang di kembangkan untuk menjelaskan gagasan sentralnya. Tiap sub bagian
dapat di perinci lebih lanjut menjadi bagian bagian yang lebih kecil. Sejauh di
perlukan untuk menguraikan persoalan itu sejelas jelasnya. Dengan perincian
yang sekian banyak, sebuah kerangka karangan dapat mencapai lima atau tiga
tingkat perincian sudah dapat di sebut kerangka formal.
Supaya tingkatan tingkatan yang ada jelas kelihatan hubungannya satu sama
lain, maka di pergunakan pula simbol simbol dan tipografi yang konsisten bagi
tingkatan yang sederajat. Pokok pokok utama yang merupakan perincian
langsung dari tesis di tandai dengan angka angka Romawi : I, II, III, IV, dst.
Tiap topik utama ( Tingkat I ) dapat di perinci menjadi topik tingkat II, yang
dalam hal ini di tandai dengan huruf huruf capital : A, B, C, D, dst.
Topik tingkat II dapat di perinci masing masingnya menjadi topik tingkat III
yang di tandai dengan angka : 1, 2, 3, 4, 5 dst.
Pokok bawahan tingkat IV di tandai dengan : a, b, c, d, dst.
Pokok tingkat lima di tandai dengan ( 1 ), ( 2 ), ( 3 ), dst.
Pokok bawahan tingkat VI, kalau ada, akan di tandai dengan huruf kecil
dalam kurung ( a ), ( b ), ( c ), ( d ), dst.
b) Berdasarkan Perumusan Teksnya
Sesuai dengan cara merumuskan teks dalam tiap unit dalam sebuah
kerangka karangan, maka dapat di bedakan kerangka karangan atas kerangka
karangan kalimat dan kerangka karangan topik.
Kerangka Kalimat
Kerangka kalimat mempergunakan kalimat berita yang lengkap untuk
merumuskan tiap unit, baik untuk merumuskan tesis maupun untuk merumuskan
unit unit utama dan unit unit bawahannya. Perumusan tesis dapat
mempergunakan kalimat majemuk bertingkat, sebaliknya untuk merumuskan tiap
unit hanya boleh mempergunakan kalimat tunggal. Penggunaan kerangka kalimat
mempunyai beberapa manfaat antara lain :
1. Memaksa penulis untuk merumuskan dengan tepat topic yang akan diuraikan,
2. Perumusan topik topik dalam unit akan tetap jelas, walaupun telah lewat
bertahun-tahun,
3. Kalimat yang di rumuskan dengan baik dan cermat akan jelas bagi siapa pun,
seperti bagi pengarangnya sendiri.

2.8 Cara Mengembangkan Kerangka Karangan


Proses pengembangan karangan tergantung sepenuhnya pada penguasaan
terhadap materi yang hendak kita tulis,berikut beberapa cara mengembangkan suatu
kerangka karangan :
1. Memahami materi dengan baik sehingga permasalahan dapat diangkat
dengan kreatif, mengalir dan nyata,
2. Bahan materi yang kita kumpulkan dalam menyediakan wawasan untuk
mengembangkan karangan jangan sampai menumpuk dengan pokok
permasalahan yang lain,
3. Pengembanganya harus sistematis dan terarah,
4. Alur pengembangan harus di susun secara teliti dan cermat,dan
5. Semakin sistematis, logis dan relevan pada tema yang di tentukan, semakin
berbobot pula tulisan yang dihasilkan.

2.9 Manfaat Kerangka Karangan


Adapun manfaat kerangka karangan adalah sebagai berikut :
1. Memperlihatkan pokok bahasan, sub bahasan,
2. Mencegah pembahasan keluar dari sasaran yang sudah dirumuskan dalam
topik, judul, kalimat, tesis, dan tujuan karangan,
3. Memudahkan penyusunan karangan sehingga menjadi lebih baik dan
teratur,
4. Memudahkan penempatan antara pembagian karangan yang penting dengan
yang kurang penting,
5. Mengurangi timbulnya pengulangan pembahasan,dan
6. Membantu pengumpulan sumber-sumber yang di perlukan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Topik dalam tulis menulis berarti pokok pembicaraan atau sesuatu yang
menjadi landasan penulisan suatu artikel,
2. Cara membatasi topik bisa menggunakan diagram jarum jam,diagram
pohon,dan piramida terbalik,
3. Kriteria pemilihan topik antara lain adalah kelayakan ,kemenarikan,
kemanfaatan, dikenal dengan baik,tidak terlalu luas ataupun sempit,
4. Kerangka karangan adalah rencana penulisan yang memuat garis-garis besar
dari suatu karangan yang akan ditulis
5. Syarat-syarat kerangka karangan adalah sebagai berikut :
Tesis atau Pengungkapan Maksud Harus Jelas
Tiap Unit Kerangka Karangan Hanya Mengandung Satu Gagasan
Harus Mempergunakan Pasangan Simbol Yang Konsisten,
6. Kerangka karangan dibagi menjadi dua macam yaitu,berdasarkan perincian
dan teksnya,
7. Proses pengembangan karangan tergantung sepenuhnya pada penguasaan
terhadap materi yang hendak kita tulis, Semakin sistematis, logis dan
relevan pada tema yang di tentukan, semakin berbobot pula tulisan yang
dihasilkan,dan
8. Manfaat kerangka karangan antara lain sebagai berikut :
Memperlihatkan pokok bahasan, sub bahasan,
Mencegah pembahasan keluar dari sasaran yang sudah dirumuskan
dalam topik, judul, kalimat, tesis, dan tujuan karangan,dan
Memudahkan penyusunan karangan sehingga menjadi lebih baik dan
teratur

3.2 Saran
Berdasarkan penjelasan materi dari makalah ini sebaiknya penulisan
karangan dapat disesuaikan dengan kriteria pemilihan topik,serta cara
pengembangan karangan agar menjadi karangan yang sistematis dan
terarah.
DAFTAR PUSTAKA

Arie.2012.Pembatasan Topik untuk Karangan Tulisan.


http://arie5758.blogspot.com/2012/06/pembatasan-topik-untuk-karangan-
tulisan.html#ixzz2MirS4klQ. Diakses pada tanggal 31 Oktober 2016
Giyantinie.2014.Mengembangkan Kerangka Karangan
http://www.slideshare.net/giyantigie/mengembangkan-kerangka-karangan..
Diakses pada tanggal 31 Oktober 2016

Gustian,Ade.2009.Struktur Karangan Ilmiah


http://adegustiann.blogsome.com/2009/02/02/struktur-karangan-
ilmiah/.Diakses pada tanggal 31 Oktober 2016

Rizky Roro.2012.Tugas Bahasa Indonesia Topik dan Judul.


http://rororizky.blogspot.com/2012/11/tugas-bahasa-indonesia-topik-judul-
dan.html. Diakses pada tanggal 31 Oktober 2016

Anda mungkin juga menyukai