Anda di halaman 1dari 15

PENOKOHAN DALAM NOVEL HUJAN KARYA TERLIYE

Oleh :
Rani
1840601055
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehinggan proposal dengan judul “Tokoh
dan Penokohan dalam Novel Hujan karya Tere Liye” dapat terselesaikan.
Proposal ini disusun untuk memenuhi sebagai pemenuhan tugas .
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyususnan proposal ini tidak
dapat berhasil dengan baik tanpa bantuan dari berbahai pihak.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangan. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca.
DAFTAR ISI
ABSTRAK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sastra adalah tulisan atau karangan yang ditulis untuk bertujuan
menghibur atau mengajarkan sesuatu dan ditulis dengan kata-kata yang indah.
Karya sastra merupakan hasil cipta pengarang yang berisi tentang kehidupan
manusia. Karya sastra menggambarkan pengalaman-pengalaman pengarang
yang terekpresikan dengan menggunakan bahasa. Walaupun karya sastra
dalam bentuk fisik, tetapi pada kenyataanya karya sastra juga mampu
memberikan manfaat nilai-nilai moral bagi pembancanya.
Gagasan pengarang dapat berasal dari wawasan pengetahuan,
pengalaman pribadi pengarang, riwayat hidup pengarang, dan perikehidupan
manusia yang ada dilingkungan pengarang. Eksperesi pengarang yang
terutang di dalan karya sastra sesuai dengan sifat karya sasta itu sendiri.
Daiches dalam (Nurhayati, 2012:3) berpendapat bahwa sasta merupakan
suatu karya yang menyampaikan suatu jenis pengetahuan dengan
memberikan kenikmatann unik dan pengetahuan untuk memperkaya wawasan
pembacanya.
Dalam perkembangan karya sastra diciptakan dengan berbagai
bentuk, ada puisi, cerpen, roman dan prosa. Masing-masing bentuk karya
sastra itu memiliki karakter salah satunya novel. Novel merupakan sebuah
karya sastra yang ditulis secara naratif dalam bentuk cerita. Wellek dan
Warren (1990:282) mengatakan novel adalah gambaran dari kehidupan dan
perilaku yang nyata, dari zaman pada saat novel itu ditulis. Romansa, yang
ditulis dalam bahasa yang agung dan diperindah, menggambarkan apa yang
tidak pernah terjadi dan tidak mungkin terjadi.
Penokohan dan perwatakan adalah pelukisan mengenai tokoh
cerita, baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berubah,
pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat istiadatnya dan
sebagainya (Rokhmansyah, 2014:34). Penokohan adalah penyajian watak
tokoh dan penciptaan citra tokoh oleh pengarangnya (Ismiawati, 2003:70).
Penokohan merupakan unsur cerita yang harus ada dalam novel.
Novel berjudul Hujan merupakan judul novel fiksi karya Tere Liye
yang diterbitkan pertama kali januari 2016 oleh PT Gramedia Pustakan
Utama. Novel setebal 320 halaman. Dipilihnya novel hujan ini karena tokoh-
tokoh yang ada di dalam novel memiliki sifat dan perilaku tokoh dalam
menghadapi masalah berbedaa. Novel ini menceritakan kehidupan seorang
gadis bernama Lail. Cerita ini dimulai dari pertemuan Lail dan Elijah di
sebuah ruangan terapi ruangan operasi saraf otak, lebih tepatnya yang
dideskripsikan memiliki atmosfer na futuristik. Lail, dengan sesak dan tangis
yang tertahan menemui Elijah sang fasilitator terapi untuk satu tujuan yaitu
ingin menghapus ingatannya tentang hujan. Saat itu, ketika dunia dihadapkan
pada isu pertambahan penduduk yang semakin meningkat dan seakan tak bisa
dibendung, ketika dunia sedang mencari jalan keluar atas luar biasa
banyaknya orang-orang dibumi dan kritis yang menyertainya, tiba-tiba alam
menyediakan solusi tersendiri.
Siklus itu datang, sebuah gunung purba meletus dahsyat dengan
suara letusan terdengar hingga 10.000 kilometer. Menyemburkan material
vulkanik setinggi 80 kilometer dan menghancurkan apa saja dalam radius
ribuan kilometer. Letusan yang lebih hebat dibandingkan letusan Gunung
Tambora dan Gunung Toba puluhan ribu tahun silam itu secara efektif dan
signifikan berhasil mengurangi jumlah penduduk dunia hanya dalam hitungan
menit. Lail yang saat itu berusia tiga belas tahun, dalam hari yang tak
terlupakan oleh dunia, mendadak sebatang kara dan kehilangan orang tuanya.
Tetapi, takdir membawanya kepada Esok, bocah lelaki berusia lima belas
tahun yang menyelamatkannya dari reruntuhan tangga kereta api bawah
tanah. Bocah laki-laki spesial yang kelak akan menjadi sangat penting dalam
hidupnya. Waktu berjalan cepat. Dibawah stratosfer yang rusak, diantara
semrawutnya KTT Perubahan iklim dunia, Lail tumbuh dewasa sambil
menerka-nerka kemana ujung kisahnya bermuara.
Sejak saat itulah, memori lail tentang hujan, tentang kebahagiaan,
tentang perpisahan, dan juga segala unsur tentang kesedihan, berkelindan
menjadi benang kusut yang membingungkan dan membuat sesak. Sampai-
sampai, Lail dengan nekatnya datang kepusat Terapi Saraf. Berharap
paramedis dapat menghapus ingatannya tentang hujan tentang Esok. Ya,
terutama ingatannya tentang Esok. Penceritaan interaksi Lail dan Esok, serta
beberapa tokoh sentral lain seperti Maryam sang sahabat, Ibu Suri pengurus
panti sosial, maupun Bapak dan Ibu Wali kota, terasa sangat alami sehingga
saya betah untuk terus mengikuti. Kisah romansa Esok dan Lail yang sangat
bersimpulan dengan isu-isu penting dunia berhasil dibawakan dengan apik,
terkupas satu per satu dengan ritme yang tepat. Membuat saya ikut berdegup,
untuk kemudian lega, untuk kemudian kembali menjadi semakin khawatir.
Khawatir jika kondisi bumi dalam cerita tersebut menjadi lebih buruk lagi.
Khawatir jika Esok dan Lail akan seperti arti namanya: Pagi dan malam. Tak
pernah bersama.
Novel ini mengajarkan bagaimana harus berjuang. Bagaimana
seharusnya manusia bersikap untuk terus melangkah, menghargai
persahabatan, menghargai cinta, dan paling penting bagaimana manusia
seharusnya memiliki keiklhasan. Hal itu yang menjadi keistimewaan dari
novel Hujan karya Tere Liye. Mungkin sama seperti Lail, hujan memiliki
melankoli atau kenangan tersendiri bagi kita. Dari cerita singkat di atas,
nampak jika Novel Hujan karya Tere Liye memiliki kelebihan yakni pada
kisah yang di ceritakan oleh pengarang membuat pembaca ikut larut dalam
kisah tersebut. Penggunaan bahasa pada Novel Hujan karya Tere Liye sangat
menarik dan mudah dipahami pembaca. Sekalipun, novel tersebut memiliki
jelebihan dari segi penokohan. Penokohan dalam novel Hujan dikemas oleh
pengarang dengan sangat apik. Tokoh-tokoh dalam novel Hujan memiliki
karakter yang kuat dalam menunjang alur cerita. Berbagai teknik penokohan
juga digunakan oleh pengarang agar pembaca terfokus dalam memahami
sifat-sifatnya. Hal itu yang menjadi keistimewaan dari novel Hujan karya
Tere Liye. Berdasarkan uraian di atas, peneliti menganalisis unsur penokohan
novel Hujan karya Tere Liye. Sehingga mengambil judul “Analisis
Penokohan dalam Novel Hujan karya Tere Liye”.
B. Batasan Masalah
Pembatasan masalah penting dilakukan agar penulis tidak
menyimpang dari masalah yang akan diteliti, maka penulis membatasi
masalah pada aspek penoohan. Agar penelitian lebih terfokus dan mendalam.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukan diatas, maka rumusan
masalah yang dapat dikemukakan penulis adalalah bagaimanakah penokohan
dalam novel Hujan karya Tere Liye ?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penokohan dalam
novel Hujan karya Tere Liye.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah wawasan dalam
bidang sasta khusunya tentang penokohan.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjaadi referensi bagi pembaca
baik mahasiswa Bahasag Ingris maupun siswa khusunya yang berkaitan
dengan aspek penokohan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan
penelitian lebih lanjut bagi peneliti lain.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Sastra
Karya sastra merupakan wadah seni menampilkan keindahan lewat
penggunaan bahasa yang menarik, bervariasi, dan penuh imajinasi (Keraf,
2002:115). Tidak hanya itu, karya sastra juga memberikan pengetahuan
tentang berbagai hal yang mungkin saja belum diketahui pembaca. Sastra
merupakan sarana yang digunakan pengarang yang berisi ide dan gagasan
terhadap karya seni. Sesuai dengan hakekat sastra yaitu Dulce etUtile yang
artinya indah dan berguna. Watt berpendapat bahwa karya sastra yang baik
memberikan fungsi, sebagai: (1) pleasing atau kenikmatan hiburan, yang
artinya karya sastra dipandang sebgai pengatur irama hidup dan penyeimbang
rasa. (2) instructing atau memberikan ajaran tertentu, yaitu menggugah
semangat hidup. Artinya, karya sastra diharapkan mencerminkan aspek
didaktif (Suwardi, 2012:22). Selain memberikan hiburan dan pendidikan,
karya sastra juga dapat mempengaruhi pembaca lewat isi dan maknanya.
Karya sastra menerima pengaruh dari masyarakat dan sekaligus mampu
memberi pengaruh sosial terhadap masyarakat (Semi, 1990:37).
Pendekatan sosiologi sastra merupakan perkembangan dari
pendekatan mimesis. Mimesis berasal dari bahasa Yunani yang berarti tiruan.
Dengan kata lain, sosiologis mimesis berupaya memahami hubungan karya
sastra dengan realitas/kenyataan. Mimesis bertolak dari pemikiran bahwa
sastra sebagaimana hasil seni yang lain,merupakan cerminan kehidupan
nyata. Bahkan Aristoteles mengemukakan bahwamimesis lebih tinggi dari
kenyataan, mimesis memberi kenyataan yang lebih umum,kebenaran yang
universal (Semi, 1989:43). Sastra merupakan tiruan atau pemaduan
antara kenyataan dengan imajinasi pengarang atau hasil imajinasi pengarang
bertolak dari suatu kenyataan (Semi, 1989:43). Maka dapat disimpulkan
bahwa asosiologis mimesis berupaya memahami karya sastra misalnya novel
berdasarkan penokohan, status sosial, perilaku para tokoh sehari-hari, dan
peristiwa yang terjadi di dalamnya.
Ciri-ciri penokohan seorang tokoh selalu berkaitan dengan
pengarang dan lingkungan di mana ia hidup. Bisa dikatakan, tokoh-tokoh
dalam cerita hanya sebagai pembawa pesan, atau mungkin merupakan refleksi
pikiran, sikap, pendirian, dan keinginan-keinginan pengarang (Nurgiyantoro,
1994:167-168). Status sosial adalah tempat atau posisi seseorang dalam suatu
kelompok sosial, sehubungan dengan kelompok-kelompok lain di dalam
kelompok yang lebih besar. Mengukur status sosial seseorang dapat dilihat
dari jabatan, pendidikan, dan luasnya ilmu pegetahuan, kekayaan, keturunan,
dan agama (Patirim Sorokin, dikutip lewat laman).
B. Novel
1. Pengertian Novel
Dalam bukunya yang berjudul Tifa Penyair dan Daerahnya H.B.
Jassin mengatakan bahwa novel ialah suatu karangan prosa yang bersifat
cerita yang menceritakan suatu kejadian yang luar biasa karena dari
kejadian ini terlahir suatu konflik, pertikaian yang mengalihkan nasib
mereka (suroto, 1989:19). Dengan demikian novel hanya menceritakan
salah satu segi kehidupan sang tokoh yang benar-benar istimewa yang
mengakibatkan terjadinya perubahan nasib. Novel bisa membuat
penggambaran-penggambaran yang sangat dramatis, nyaris tampak
seperti keadaan sesungguhnya melalui teknik cerita atau narasi tertentu.
Novel merupakan sebuah karya fiksi, yaitu cerita yang tidak nyata
adanya, hanya rekaan semata hasil karangan penulis. Pujiharto (2012 :8)
menyebutkan bahwa “Novel adalah gambaran dari kehidupan dan
perilaku yang nyata dari zaman pada saat novel itu ditulis”. Sebuah novel
akan menghadirkan perkembangan satu karakter, situasi sosial yang
rumit yang meilbatkan banyak pihak yang terjadi beberapa tahun silam
seacara mendetail yang di ceritanya memiliki keterkaitan antara
pembabakan satu dengan yang lainnya sehingga mampu memberikan
kesan yang mendalam terhadap pembaca.
2. Jenis-jenis Novel
Novel dapat digolongkan menjadi tiga hal, yaitu novel percintaan,
novel petualangan, dan novel fantasi.
a) Novel Percintaan
Novel percintaan adalah novel yang lebih banyak menceritakan
tentang sebuah cinta. Biasanya melibatkan pemeran tokoh wanita dan
pria secara seimbang, bahkan kadang pemeran wanita lebih dominan.
Dalam jenis dianggap hampir semua tema dan sebagian besar novel
termasuk jenis ini
b) Novel Petualangan
Novel yang menceritakan sebuah perjalanan panjang dengan
menghasilkan cerita yang memuaskan. Sedikit sekali memasukkan
peran wanita, jika wanita dalam hal ini disinggung maka
penggambarannya kurang berperan.
c) Novel Fantasi
Bercerita tentang hal-hal yang tidak relitis dan serba tidak mungkin
akibat dari pengalaman sehari-hari. Novel ini hanya menceritakan
tentang imajunasinya bukan menceritakan kenyataan. Novel jenis ini
mempergunakan karakter yang realistis, setting dan plot yang juga
tidak wajar untuk menyapaikan ide-ide penulisnya.
3. Unsur-Unsur Dalam Novel
Unsur-unsur novel terdiri atas unsur ekstrinsik dan intrinsik, kedua
unsur tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Unsur
ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi
secara tidak langsung mempengaruhi bangunan cerita karya sasta.
Walaupun demikian unsur ekstrinsik tetaplah dianggap penting. Wellek
dan Warren (dalam Nurgiyantoro , 2010:24). Unsur ekstrinsik meliputi
beberapa hal diantaranya pandangan hidup pengarang, psikologi
pengarang, psikolog pembaca, keadaan lingkungan pengarang seperti
ekonomi, politik, dan sosial juga berpengaruh terhadap karya sastra.
Unsur intrinsik merupakan unsur pembangun sebuah novel tersebut
meliputi tema, alur, latar, tokoh dan penokohan, sudut pandang, gaya
bahasa, dan amanat. Unsur instrik sebuah novel adalah unsur-unsur yang
secara langsung ikut serta dalam membangun cerita. Hal ini didukung
oleh pendapat Nurgiyantoro (2010:23) yaitu, unsur intrinsik (intrinsic)
adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-
unsur inilah yang menyebabkan karya sasta hadir sebagai karya sastra,
unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya
sastra. Unsur instrinsik suatu karya fiksi disebut juga sebagai unsur
struktur cerita-rekaan (fiksi). Unsur tersebut meliputi lima hal, yaitu (1)
alur, (2) penokohan, (3) latar, (4) pusat pengisahan, dan (5) gaya bahasa.
Berdasarkan pendapat ahli tersebut, dapat ditarik kesimpulan
bahwa unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra dari
luar atau lingkungan sosial pengarang. Sedangkan unsur intrinsik adalah
unsur yang membuat karya sastra itu hadir. Unsur intrinsik diantaranya
tema, alur, setting, penokohan, sudut pandang dan gaya bahasa. Kedua
unsur ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya sehingga membentuk
suatu hasil karya sastra yang indah. Unsur yang diteliti dipaparkan
sebagai berikut.
1. Penokohan
Tokoh atau penokohan seorang yang berperan dengan watak-watak
tertentu dalam sebuah cerita. Istilah penokohan lebih luas maknanya
dibandingkan dengan tokoh, karena penokohan mencakup siapa tokoh
cerita, bagaimana perwatakan, bagaimana penggambaran dan
pelukisnya sehingga pembaca mendapat gambaran yang jelas.
Kehidupan tokoh cerita adalah kehidupan dalam dunia fiksi, maka
haruslah bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntutan cerita dengan
perwatakan yang disandangnya.
Tokoh mempunyai peran sebagai pembawa dan penyampai pesan,
amanat, moral atau sesuatu yang ingin disampaikan kepada pembaca.
Sebagaimana yang kita ketahui tokoh dibedakan menjadi dua yaitu,
tokoh protagonis dan tokoh antagonis, pengambaran tokoh protagonis
adalah tokoh yang membawa kebaikan, kebenaran, dan jagoan.
Selaras dengan apa yang dikatakan oleh Altenberd dan Lewis (dalam
Nurgiyantoro, 2010 :178) tokoh protagonis adalah tokoh yang
dikagumi, yang salah satu jenisnya disebut hero, tokoh yang
merupakan perwujudan norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita.
Sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh penyebab terjadinya konflik
atau dapat disebut tokoh yang bertentangan dengan tokoh protagonis
baik secara langsung maupun tidak langsung, bersifat fisik maupun
batin.
BAB III
METODE PENILITIAN
A. Sumber Data
Sumber data adalah subjek darimana data diperoleh (Arikunto, 2013 :
172). Sumber data penelitian ini adalah novel Hujan karya Tere Liye. Novel
ini merupakan cetakan pertama yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka
Utama pada tahun 2016 berukuran 13,5 x 20 cm dan tebal 320 halaman.
B. Objek Penelitian
Variabel adalah objek penelitian, apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian (Arikunto , 2013 : 161). Objek penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sosiologi dari novel Hujan karya Tere Liye yang
diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama Cetakan pertama tahun 2016
dengan tebal 320 halaman.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah langkah yang paling utama dalam
melakukan penelitian karena bertujuan untuk memperoleh data. Oleh karena
itu, tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono,
2010 : 308). Dalam teknik pengumpulan data, penulis memanfaatkan teknik
pustaka. Teknik pustaka adalah yang kepustakaan yang berkaitan dengan
kajian teoretis dan referensi lain yang terkait dengan nilai, budaya, dan norma
yang berkembang pada situasi yang diteliti (Sugiyono, 2010 : 398).
Langkah-langkah yang ditempuh penulis dalam teknik pengumpulan
data adalah sebagai berikut.
1. Membaca keseluruhan novel Hujan karya Tere Liye dengan kritis dan
teliti.
2. Menemukan unsur intrinsik novel Hujan karya Tere Liye
3. Menemukan penokohan yang ada dalam novel Hujan karya Tere Liye.
D. Teknik Analisis Data
Penelittian ini merupakan penelitian berjenis deskriptif kualitatif.
Teknik analisis data yang penulis gunakan dengan menggunakan metode
deskriptif kualitatif karena data-data yang terkumpul berbentuk kata-kata.
Mendefinisikan metodelogi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang diamati. Metode ini digunakan sesuai dengan tujuan
penelitian ini, yakni mendeskripsikan penokohan dalam novel Hujan karya
Tere Liye.

Anda mungkin juga menyukai